Farah jatuh dan tak sadarkan diri. Rupanya, penculik menggunakan obat bius untuk menaklukan gadis pemberani itu.“Farah! Farah!! Faraaah!!”Suara Yusuf nyaris menghilang tatkala ia terus menerus memanggil Farah. Suaranya habis dan terdengar serak. Pemuda tampan itu tampak frustrasi mendapati fakta mencengangkan bahwa Farah telah menghilang.Gedung di mana tempat Elia disekap tampak kosong. Hanya Elia yang ditemukan dalam kondisi tangan dan kakinya diikat tali nilon pada kursi kayu.Saat Yusuf dan para santri ahli bela diri yang diajaknya bertarung, justru ketua penculik itu mengambil kesempatan emas. Ia menculik Farah dan pergi meninggalkan anak buahnya. Lebih tepatnya, ia menumbalkan anak buahnya dan membawa Farah bersamanya.Farah bisa menjadi ladang emas baginya. Elia hanyalah ikan kecil yang diumpankan olehnya untuk mendapat umpan besar.“Yusuf, sudah! Kita serahkan pada polisi!”Seorang pemuda berambut panjang yang diikat menepuk pundak Yusuf. Yusuf bergeming dengan air mata yang
Hari itu semua orang yang berada di rumah terlihat panik setelah mendengar kabar bahwa Farah diculik oleh komplotan penculik yang terkenal tak terkecuali. Suasana menjadi genting dan tegang. Nuha langsung dilarikan ke rumah sakit karena setiba ia di rumah mendengar kabar bahwa putri kesayangannya telah diculik. Nuha yang pernah mengalami trauma akibat peristiwa ledakan beberapa tahun silam langsung terserang panic attack setelah mendengar kabar buruk yang menimpa putrinya. Ia tak kuasa mengendalikan dirinya.Kini ia terbaring di rumah sakit dan ditemani oleh sang ibu tercinta. Sementara itu Darren Dash tak tinggal diam. Ia langsung berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan detektif untuk menyelidiki kasus penculikan Farah yang seolah terorganisir dan dilakukan oleh seorang profesional.Sore itu, Darren Dash pergi menuju kantor polisi untuk mengetahui perkembangan kasus putrinya bersama Asyraf. Di sanalah, ia dipertemukan dengan Yusuf dan kawan-kawannya yang sedang diinterogasi oleh p
“Nuha, makanlah Nak! Kalau kau tidak makan kau tak bisa pulang dari rumah sakit. Anak-anak membutuhkanmu,”Aruni dengan sabar menasehati putrinya. Ia bahkan rela menunggui putrinya yang saat ini tengah terbaring di rumah sakit. Nuha langsung drop mendengar Farah diculik untuk ke dua kalinya.Wanita berlesung pipi itu tidak menyahut perkataan ibunya. Ia hanya menahan kelu di lidahnya. Wajahnya sudah pucat pasi dengan air mata yang mengering. Ketika ia merasa syok, sebaliknya air mata Nuha selalu mengering saking memikul kesedihan yang teramat dalam. Baru beberapa hari Farah hilang, Nuha sudah bagaikan mayat hidup.Aruni menaruh kembali sendok pada mangkuk bubur yang dipegangnya dan masih utuh. Ditaruhlah kembali makan malam Nuha di atas meja. Beberapa kali Aruni menarik nafas dalam. Ia cukup bersabar menghadapi putrinya. Padahal di rumah suaminya, Shafea dan Shakira tengah membutuhkannya. Saat ini mereka diurus oleh dua orang babysitter.Naufal Alatas justru menugasinya untuk menungg
Di sebuah motel yang terletak dekat dengan pelabuhan Tanjong Priok, seorang wanita paruh baya berseragam maid sedang membujuk seorang anak gadis untuk makan. Namun ia tidak berhasil karena gadis itu selalu menolak. Jelas saja, ia menolak karena gadis itu merupakan korban penculikan. Rupanya, Farah sudah berada di luar kota. Sang ketua penculik membawanya ke sana karena sudah berniat akan menjual Farah. Misi utamanya sebenarnya ialah membuat keluarga Darren Dash menderita. Caranya ialah ia akan membuat putri kesayangannya juga menderita dengan cara memisahkannya dari keluarganya. Namun, tak hanya itu, otak licik dan cerdiknya ikut berperan dan segera mengambil kesempatan! Ia akan mengambil keuntungan pula dari aksinya tersebut. Gadis itu ibarat berlian yang sangat berharga maka ia akan menjualnya.Di tempat tersebut, ia sudah mendapatkan tawaran pertama dari seseorang yang terobsesi menginginkan gadis itu.“Nona cepatlah makan! Kalau Nona tidak makan nanti Bos semakin marah pada Nona.
Yusuf seketika bersemangat saat melihat denah di mana lokasi Farah berada. Ia baru teringat jika ia diam-diam memasang aplikasi pelacak pada ponsel Farah. Karena panik dan ketakutan, ia akhirnya lupa.Yusuf baru mengingatnya setelah mengikuti mobil polisi yang mengintai anak buah penculik tersebut. Saat itu mungkin ponsel Farah bisa saja terjatuh atau hilang. Namun tepat pukul tiga dini hari, akhirnya Yusuf bisa menemukan titik koordinat di mana Farah berada atau ponselnya berada. Ada dua kemungkinan yang terjadi.Yusuf sengaja tidak menelepon Farah, khawatir ponselnya itu memang sudah direbut oleh penculik. Ia hanya menggunakan petunjuk itu untuk mendekati lokasi tersebut.Remaja itu pun berusaha mengabari kepolisian soal lokasi Farah berada. [Farah berada di motel sekitar dermaga Tanjung Priok.]Yusuf menghubungi pihak kepolisian. Naasnya, ia menggunakan ponsel lain bukan ponsel yang biasa digunakan. Oleh karena itu, ia dianggap penipu. Apalagi ia menelepon saat pagi buta.Tut, tut
Yusuf buru-buru memakai masker dan topinya agar tidak dikenali oleh para anak buah penculik tersebut. Rupanya di luar dugaan mereka, para anak buah pria juga ikut masuk namun mereka seolah disebar di kabin yang berbeda agar tidak terlihat mencurigakan.Yusuf berusaha membaringkan Farah yang berada dalam setengah sàdar. Ia pun ikut berbaring di sampingnya seolah mereka suami istri agar tidak dicurigai. Sebelumnya, Yusuf memesan kabin eksekutif namun ketika ia menemukan anak buah penculik itu berada di sekitar sana, sudah barang tentu sangat membahayakan.Ia menukar kabinnya dengan penumpang kelas ekonomi, sepasang suami istri. Mereka sangat berterima kasih pada Yusuf. Yusuf hanya meminta bayaran kerudung dan celana panjang untuk bisa dikenakan oleh Farah. Kini Farah sudah berada dalam keadaan tertutup. Ia pun memasangkan masker pada gadis itu.Usaha Yusuf melindungi Farah dengan begitu hebatnya. Ia akan berkorban apapun untuk menyelamatkannya.Waktu seakan berjalan lamban. Yusuf menata
Farah segera meminum obat demam yang diberikan oleh Yusuf. Namun, rupanya tidak mempan. Suhu tubuhnya tetap saja sangat panas. “Yusuf, aku dingin. Apa aku akan mati di sini?” imbuh Farah menggertakan giginya beberapa kali. Farah menjadi mengalami kecemasan. Mungkin karena demam, ia mulai meracau tak karuan. Melihat kondisi Farah membuat Yusuf menjadi semakin panik. Namun ia berusaha mengontrol kepanikannya. Jika ia sama panik dengan Farah mereka akan kesulitan sendiri.Yusuf berkata dengan tenang. “Sabar ya! Kalau sudah tiba di pelabuhan kita akan pergi ke rumah sakit.”Yusuf semakin menarik tubuh gadis itu untuk dipeluknya. Lagi, ia hanya ingin membuatnya hangat. Waktu berlalu cepat, Farah dan Yusuf pun merasa mulai mengantuk. Yusuf yang tidak tidur semalaman demi mengintai Farah dan Farah yang tertidur karena obat.Seorang wanita bernama Anisa membangunkan mereka berdua yang tengah duduk bersebelahan. Yusuf tidur dengan posisi merangkul pundak Farah di sisinya. Kepala Farah berlabu
Setelah mendapat telepon dari Yusuf, Darren Dash dan anak buahnya bergegas menuju rumah sakit yang dituju. Ketika kehilangan kontak saat di motel, Tanjung Priok, Jakarta utara, ia dan timnya tak mengambil tempo, langsung terbang menjemput mereka. Sisi lain, Maesarah Basri dan Muhammad Attar memilih menunggu di pelabuhan. Mereka mempercayakan pada tim Darren Dash untuk menyelamatkan ke dua anak remaja itu. Pada saat itulah mereka menepikan ego mereka demi sebuah aksi penyelamatan.“Nah, Sayang, ternyata Allah sudah mengabulkan doa kita.”Darren Dash berkata pada istrinya yang duduk di sampingnya sembari berderai air mata. Namun tangisan Nuha kali ini tangisan penuh syukur dan haru, akhirnya putri kesayangannya selamat dan ditemukan. Kendati hatinya berdebar-debar karena mereka belum bisa langsung menemui mereka. Saat ini mereka masih berada di dalam taxi menuju ke rumah sakit. Dengan kekuasaan yang dimiliki Darren Dash, ia langsung meminta pertolongan pada pihak kepolisian di sana un
Setahun kemudian,Yusuf dan Farah kini sudah tinggal terpisah dari keluarganya masing-masing. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, Yusuf membangun sebuah rumah mewah untuk istrinya. Tak kalah mewah dengan rumah keluarga istrinya.Karena Yusuf seorang yang paham agama sehingga ia meyakini bahwa ia harus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Bahkan ia memberikan nafkah terbaik, lebih baik dari apa yang istrinya dapatkan dari ayahnya. Yusuf bekerja keras di perusahaan sang ayah. Ia juga menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di akhir pekan untuk mengamalkan ilmunya dalam ilmu Quran dan hadist. Selain itu, pemuda tampan itu membuat buku dan banyak melakukan seminar dan workshop sebagai seorang penulis dan pendidik.Malam itu, Yusuf pulang terlambat ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, ia baru saja memarkirkan kendaraan SUV miliknya di halaman rumahnya yang sangat asri.Rumah itu dibangun di atas lahan hektaran. Pemuda yang visioner itu ingin kelak memiliki banyak
Perlahan, Yusuf pun melepas jilbab Farah dan tersenyum menatapnya. Tangannya dengan lembut melepas ikatan rambut Farah hingga membuat rambutnya terburai. Rambutnya yang hitam nan panjang mencuri atensinya.Tanpa sàdar, Yusuf merengkuh sejumput rambutnya yang halus kemudian menciumnya seraya memejamkan matanya. Farah menatap suaminya dengan tatapan penuh damba. Pemuda tampan itu kita sudah menjadi miliknya seutuhnya.“Yusuf, aku mau mandi,” ucap Farah dengan gugup. Berdekatan dengan Yusuf sungguh membuat tubuhnya panas dingin. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan suaminya.“Tentu, Sayang,” jawab Yusuf sembari berdiri. Pemuda tampan itu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk. Kemudian ia menoleh ke arah Farah yang masih sibuk merapikan aksesoris pengàntin. “Sayang, ini handuknya. Aku taruh di atas nakas.”Dipanggil dengan sebutan sayang, Farah semakin salah tingkah. Ia lantas berpikir nama panggilan untuk suaminya. “Yusuf, aku harus memanggilmu apa? Hum, meskipun kita seumuran, k
Sebulan berlalu. Persiapan pernikahan Farah dan Yusuf sudah rampung. Hari bahagia yang dinantikan itu telah tiba. Setelah melewati berbagai macam ujian dan rintangan dalam kisah cinta mereka, akhirnya, Farah dan Yusuf bisa bersanding di sebuah tempat yang sakral dan suci.Pagi itu, pukul 09.00 WIB Farah dan Yusuf akan melangsungkan akad walimah yang diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima milik sang ayah. Di pelaminan, Yusuf dan sang ayah—Attar serta pamannya sudah bergabung dengan keluarga inti pihak perempuan; Darren Dash, Jonathan Dash yang kini sudah duduk di kursi roda, Naufal Alatas, Daniel Dash, penghulu, dan saksi. Di tempat yang berbeda Farah ditemani sang ibu dan keluarga perempuannya menunggu detik demi detik acara yang sakral itu dimulai. Pernikahan diadakan secara syariat di mana pihak lelaki dan perempuan dipisah.Suara microphone mulai menggema. Seorang MC mulai mengarahkan acara hingga tibalah waktunya Yusuf mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang. Set
Darren mendapat telepon dari asistennya yang mengatakan bahwa putrinya mengendarakan mobil mewahnya dengan sangat cepat menuju pantai. Ia terkejut mendengarnya dan langsung berniat menyusul putrinya. Ia memiliki firasat buruk. Semenjak pagi ia merasa tak enak hati. Ia terus memikirkan putrinya.Tak biasanya putrinya pergi bepergian jauh tanpa mengabarinya. Terdengar aneh bukan!Darren Dash semakin tersulut emosi saat ia berada di jalan menuju pantai yang biasa putrinya kunjungi, ia melihat mobil Yusuf berada di depannya. Tak lain tak bukan, pemuda itu juga terlihat akan pergi ke pantai. Bahkan ia melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Sisi lain, Darren Dash memilih memelankan laju kendaraannya karena ingin tahu apa yang mereka lakukan di pantai berduaan. Tak bisa dibiarkan! Farah sudah keterlaluan.Darren berzikir untuk mengendalikan emosinya. Ia pun melihat mobil milik Yusuf sudah terparkir di area parkir yang luas area pantai. Pria dewasa itu terus melangkahkan kakinya, berjal
Setelah kejadian kecelakaan tadi, Yusuf tergesa-gesa mengejar kembali Farah meskipun kendaraannya ketinggalan jauh. Pemuda itu hanya mengkhawatirkan kondisi gadis itu yang tengah kalut. Kabar tentang cerita masa lalu ke dua orang tuanya sungguh melukai batinnya. Saat ini gadis bermanik hazel itu belum menerima fakta mengejutkan itu.“Argh! Farah jangan bertindak bodoh!” geram Yusuf usai membanting ponselnya hingga terbanting ke atas kursi. Beruntung, ponsel itu tidak jatuh ke kolong kursi mobil.Nomor telepon Farah tidaklah aktif. Yusuf hanya bisa menghela nafas berat mengingat karakter Farah yang memang keras kepala.“Allah, lindungilah Farah. Amin,” gumam Yusuf tak henti-hentinya berzikir. Yusuf mengedarkan pandangannya mencari mobil putih milik Farah. Sial, di jalan yang dilewatinya ada banyak mobil putih namun bukan mobil Farah barang tentu. Mobil Farah termasuk mobil mewah.Yusuf pun menepikan mobilnya menuju pom bensin terdekat. Ia akan mengisi bahan bakar terlebih dahulu untuk
Semua orang yang berada di cafe panik saat melihat adegan yang terjadi di antara Farah dan Elia.Tanpa belas kasih, Elia mengambil cangkir kopi dari nampan—yang dibawa pelayan kemudian menumpahkannya pada wajah Farah dengan gerakan yang sangat cepat.Namun, sebuah pertolongan datang. Dengan gerakan yang lihai dan gesit, sosok pemuda tampan maju, berusaha melindungi Farah. Ia memeluk Farah. Meski tidak benar-benar memeluk karena ke dua tangannya tidak menyentuh tubuh gadis itu.Farah hanya memejamkan matanya reflek saat air cipratan itu mengenai pipinya. Namun saat ia membelakan matanya, ia tersentak kaget, karena Yusuf berada di sana melindunginya dari aksi keji Elia. Kini punggung Yusuf yang terkena cipratan kopi yang panas itu.“Yusuf,” imbuh Farah dengan berurai air mata. Entahlah, perasaan Farah berkecamuk. Cerita dari bibir Elia tentang ayahnya dan menatap Yusuf yang selalu saja menjadi garda terdepan dalam menolongnya, membuat lelehan air mata terus menerus menetes.Tatapan Yusuf
Di sebuah ruang keluarga bernuansa mewah, terlihat sepasang suami dan istri yang sedang duduk berdua sembari menikmati tontonan chanel luar negeri—yang tengah menampilkan sebuah destinasi wisata di Eropa.“Mas, indah sekali ya? Aku pengen jalan-jalan lagi sekeluarga. Berkeliling Eropa dan menikmati musim semi yang indah di sana.”Nuha mengungkapkan keinginannya saat tatapannya tertuju pada colosseum Roma yang berdiri pongah.Darren hanya mengangguk pelan. Meskipun raganya berada di sana, namun pikiran Darren terseret pada memori-memori kelam nan buruk yang seringkali menghantuinya.“Mas, ini salad buah yang diminta,” ucap Nuha pada suaminya ketika ART menaruh semangkuk salad untuk menemani waktu rehat mereka. Darren pun melirik pada mangkuk salad kemudian ia berusaha mengambilnya.PrangTiba-tiba saja Darren menjatuhkan mangkuk salad buah itu. Namun dengan sigap, ART sudah langsung membereskan kekacauan yang ada. “Mas, kenapa?”Nuha terkejut saat melihat suaminya yang tampak syok dan
Dua orang wanita cantik berbeda usia sedang mengobrol di sebuah cafe. Suasana terasa tegang saat wanita berusia kepala lima itu mulai bercerita. Sebetulnya, wanita itu enggan bertemu dengannya setelah apa yang terjadi. Namun karena gadis muda itu bersikukuh akhirnya mau tak mau ia pun mengiyakan permintàan.Di sinilah mereka berada. Sebuah rooftop yang terletak di lantai dua sebuah kafe kopi yang berada tak jauh dari rumah sakit di mana gadis itu bertugas.Mereka adalah Farah dan Maesarah. “Jadi … Om Attar itu mantan tunangannya ibuku?”Farah pun menimpali cerita yang baru saja ibunya Yusuf katakan. Gadis bermanik hazel itu bertanya sekedar untuk mengkonfirmasi.Malam itu, Farah tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi di antara ibunya dan tantenya. Namun percakapan itu hanya sekilas sehingga ia dilanda penasaran.Jika Farah bertanya pada mereka, ia yakin mereka tidak akan memberikan jawaban apapun yang memuaskan hatinya.Oleh karena itu, Farah berinisiatif bertanya langsung pad
“Mas kenapa sih? Bete begitu!” beo Daniel pada sang kakak yang sedari tadi terlihat tidak fokus dalam bekerja. Daniel Dash sengaja datang ke kantor kakaknya, membawa sejumlah kontrak kerja hingga menjelaskan laporan soal saham perusahaan. Namun Darren Dash hanya terdiam dengan tatapan yang kosong mirip orang kesambet setan.Lama kelamaan Daniel mulai jenuh melihat respon kakaknya—yang seakan tidak menghargai usaha dirinya. Padahal ia sangat sibuk. Namun demi menyampaikan amanat perusahaan ia mengunjungi kantor pusat PT Jonathan Dash Group. “Mas Darren aku pamit pulang! Lain kali saja aku melapor,” ucap Daniel Dash kemudian membereskan berkas penting perusahaan dan memasukannya kembali ke dalam tas miliknya.“Tunggu! Apa? Kau bahas apa tadi? Sorry, Mas lagi banyak pikiran, jadi gak fokus,” imbuh Darren mengklarifikasi. Seharusnya, Darren juga bisa menahan diri untuk tidak melamun saat jam kerja. Namun siang itu seperti siang sebelumnya, ia masih kepikiran soal omongan Attar dan sikap