“Saya terima nikah dan kawinnya Salwa Salsabila binti Muhammad Hilal dengan mahar mas kawin seperangkat perhiasan berlian dibayar tunai!” ucap Daniel Dash dengan mantap dan senyuman yang lebar selebar lapangan stadion sepak bola.“Bagaimana saksi? Sah? Sah?” ucap Daniel berpura-pura menjadi penghulu. Bahkan suaranya dimirip-miripkan penghulu yang bersuara tegas.“Silahkan waktunya memasangkan cincin Mas Daniel. Mbak Salwa juga silahkan memasangkan cincin pada suaminya. Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri,” lanjut pemuda dalam balutan tuxedo tersebut. “O, ya, silahkan mempelai wanita mencium tangan suaminya!”“Ayo, cium tanganku cepat!” lanjutnya dengan tawa lebar, mengulurkan tangannya pada wajah kekasihnya.Ke dua sahabatnya, Romi dan Huda bersama pasangan mereka sampai menahan tawa mati-matian, melihat ketua geng mereka mulai ‘menghalu’.“Mas Daniel, sudah dong! Malu tau! Lihat kita bisa jadi olok-olokan tamu!” sewot Salwa yang berjalan bersisian dengannya. Bersamanya, jan
“Kenapa Ummi tak ikut ke Nusa Dua?” tanya Kania yang tengah membantu Aruni menyiram bunga. Sudah beberapa hari Kania menginap di rumah Ummi Aruni. Selama beberapa hari ia menghabiskan waktunya di sana untuk mengusir pikirannya yang kalut, sekaligus meminta bantuan Aruni agar bisa membujuk ibunya untuk merestui hubungannya dengan Din. Ia menceritakan kisah cintanya dengan Din pada Aruni. Aruni menyematkan senyum tipis dan berkata, “Sudah diwakili oleh Nuha dan Salwa. Bagaimanapun, Rasyid tak bisa meninggalkan sekolah.” Kania mengangguk kecil dan menatap kosong bunga di hadapannya. “Sarapan dulu yuk! Ummi sudah bikin nasi goreng,” ucap Aruni mengusik lamunannya. Kania kembali mengangguk kecil dan mengekori langkah Aruni masuk ke dalam rumah. Mereka pun sarapan bersama layaknya keluarga kecil. Kania memang betah berlama-lama tinggal di sana. Aruni selalu menyambutnya dengan baik dan tak pernah memperlakukannya seperti pada orang lain. Terkadang dalam pikiran kecil Kania, ia berhara
Sepulang dari mengantar Kania pulang ke rumah, Aruni dikagetkan saat ia menonton acara televisi. Karena ia belum mengantuk lantas ia memilih menonton sembari berleha-leha di ruang tamu.Sebuah berita headline news mewartakan soal berita kriminal yang terjadi satu jam yang lalu.[Telah terjadi aksi teror penembakan pada pesta perayaan pernikahan sepasang dokter di salah satu resort Nusa Dua Bali. Beruntung peluru salah sasaran sehingga tidak menyebabkan adanya korban. Namun teror tersebut berhasil menyebabkan chaos.Hanya saja, pernikahan yang seharusnya diwarnai kebahagiaan kini berubah mencekam lewat aksi teror penembakan. Kuat dugaan target penembakan ialah pengantin. Sekarang polisi setempat tengah mengadakan olah TKP dan mengamankan resort.]Aruni segera membangunkan anak bujangnya yang tengah tidur di sofa menemaninya.“Rasyid! Bangun Nak!” seru Aruni mengguncang pundak Rasyid. Rasyid kaget namun ia langsung sigap bangun. Mengerjapkan matanya, Rasyid bersuara, “ada apa Ummi? Apa
“Tunggu! Kau pakai jaketmu!” ucap Kinan melepas kepergian Daniel untuk mencari kekasihnya.Daniel pun menurut. Ia memakai jaket dan topi serta syal melingkari lehernya. Kini ia terlihat lebih tenang. Setelah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Daniel diajak Darren untuk sholat isya dan berdoa untuk keselamatan Salwa Salsabila. Malam itu Daniel tak menyerah mencari wanitanya ditemani sahabatnya Romi dan Huda. Pencarian dibagi-bagi menjadi beberapa tim dan berpencar di lokasi yang berbeda. Adapun Darren melakukan pencarian bersama Riko dan Raka.Daniel dan timnya menyusuri pantai berdasarkan informasi yang diperoleh dari saksi mata. Ia juga menemukan beberapa jejak kaki yang hampir tersapu oleh ombak.“Tunggu!” seru Daniel terpekik kaget kala menemukan sebuah cahaya berkilauan tak jauh dari kakinya.“Ada apa Niel?” tanya Romi dan Huda serempak.Mereka langsung menoleh ke arah Daniel.Daniel menemukan sebuah bros berkilauan berbentuk burung merak cantik milik Salwa. Jelas,
Suasana malam itu begitu mencekam. Seharusnya semua orang larut dalam kebahagiaan sepasang kekasih yang baru saja disatukan oleh Tuhan melalui ikatan pernikahan.Di luar dugaan, sebuah bencana, peristiwa menakutkan terjadi malam itu. Telah terjadi aksi teror penembakan yang berhasil menakut-nakuti semua orang yang hadir dalam acara pesta. Terutama sepasang pengantin yang terlihat begitu terpukul. Padahal sistem keamanan sudah dibuat berdasarkan SOP. Namun tetap saja kecolongan! Sniper berhasil menembus sistem keamanan acara. Tentu saja, ia seorang terlatih menembak dari jarak jauh. Sudah barang tentu, mudah baginya untuk melancarkan aksinya. Padahal, kenyataannya aksinya meleset, entah sengaja dibuat meleset.Pencarian pelaku teror gencar dilakukan. Polisi sudah mengantongi ciri-ciri pelaku ketika tertangkap rekaman CCTV berasal dari resort lain. Namun rekaman itu tak cukup kuat menjadi bukti.Barang bukti lainnya ialah selongsong peluru yang menancap di pohon palem. Peluru berjenis
“Acep bertahanlah!” seru Salwa pada sosok pria yang terluka-sniper.Salwa berhasil melepaskan ikatan tangan dan kakinya dengan menggeseknya pada besi yang teronggok di gudang berdebu tersebut.Ia terkejut setengah mati setelah mengamati lamat-lamat, siapa sniper yang terbaring tak jauh dari sisinya.Dia ternyata Acep, sahabatnya ketika duduk di MA AlFatma. Sosok pemuda kalem, cerdas dan lugu yang menaksir mati-matian pada sahabatnya, Neng Mas.Rupanya, setiap orang menjemput takdirnya masing-masing. Pemuda lugu itu tumbuh menjad sosok yang tak dikenal, asing!Tubuhnya tinggi besar dengan otot-otot yang liat. Namun wajah lugunya masih terlihat meskipun disembunyikan dengan cara apapun.Salwa langsung mengecek denyut nadinya. Sebuah keajaiban terjadi. Ia masih bernafas meskipun sangat lemah. Acep masih hidup.Ia harus segera mendapatkan pertolongan medis karena mengalami pendarahan hebat. Beruntung luka tembak yang didapat luka tembak keluar. Proyektil sudah keluar dari area perutnya.S
Selama berada di dalam kabin pesawat, Daniel merasa gelisah. Bukan tanpa alasan, matanya yang tajam terus memperhatikan kekasihnya yang sedang menatap jendela pesawat dengan tatapan kosong.Andai. Oh, berandai-andai, tidak ada pawang gadis itu, Nuha dan Darren, sudah dipastikan Daniel akan berpindah tempat duduk di samping kekasihnya. Ia bersedia menjadi tempat keluh kesah kekasihnya itu. Tempat berbagi kisah dengannya.“Sudah, jangan dilihatin terus! Tuan putri tidak akan terjun payung,” ucap Riko yang berada tak jauh dari sisinya.Mereka saat ini berada di dalam capung besi, menikmati perjalanan pulang ke kota Bogor setelah tiga hari menghabiskan waktu di Nusa Dua. Mereka duduk di bangku First Class yang private dan nyaman.“Diam! Kau takkan merasakan apa yang aku rasakan! Kekasihku sedang bersedih hati! Seharusnya yang pesan tiket pesawat aku! Biar aku yang mengatur tempat duduk! Aku pengen berdekatan dengan kekasihku yang cantik dan baik hati. Hem, ternyata hatinya begitu lembut!”
Di dalam kamar pengantin, sepasang suami istri tengah berbincang empat mata, dari hati ke hati dengan perasaan yang campur aduk. Tak seperti pasangan pengantin pada umumnya yang tengah menikmati honeymoon yang indah, mereka masih terlihat syok atas apa yang terjadi pada pesta pernikahan mereka.“Honey!” sapa Richard menghampiri Michelle yang tengah duduk termangu di sofa dekat ranjang. Dalam pikiran Richard seharusnya Michelle sekarang bahagia, karena dalam waktu yang singkat, komplotan yang melakukan teror di pesta pernikahannya sudah ditangkap.Sebagian ada yang meninggal karena ledakan mobil. Pun, pelaku penembakan jarak jauh atau sniper meninggal di tangan orang yang menugaskan.Tersisa mantan kekasihnya-dalang pelaku teror yang menjadi DPO karena berhasil melarikan diri ke luar negeri. Untuk saat ini Michelle aman bersama Richard. Sebab Richard juga tak tinggal diam. Michelle sudah menjadi tanggung jawabnya. Ia menyewa pengawal selama tinggal di Indonesia. Karena usai honeymoon