Sedari kemarin Nuha merasa pusing luar biasa. Sahila mengundangnya untuk menghadiri acara pertunangan salah satu anggota keluarga Alatas besok senin. Namun gamis pemberian Sahila tidak bisa ditemukan di lemari manapun. Naasnya, gamis tersebut ialah dresscode yang akan dipakai olehnya ketika pesta berlangsung. Jika ia kedapatan tidak mengenakannya maka ia merasa tak menghargai sang pemberi. Nuha sudah mencari ke dalam walk in closet bahkan hingga mengeluarkan semua gamis miliknya, mencari dengan teliti hingga mencari ke bagian binatu namun masih belum menemukannya.Niatnya hari itu ia meminta tukang jahit langganannya untuk mengecilkan gamis berdesain abaya etnik tersebut sebab gamis tersebut berukuran besar dan panjang sehingga jika Nuha yang mengenakannya maka tubuhnya akan tenggelam. “Mbak nyari apa?” Bik Ningsih yang baru saja memasak untuk makan siang menghampiri nyonya muda untuk mengabari makan siang sudah siap.“Aku nyari gamis, Bik,” jawab Nuha menyeka peluh yang menetes d
Daniel mengerem mobilnya mendadak ketika mendengar perkataan Salwa yang memintanya berhenti.“Ough! Sakit Mister!”Salwa mengeluh karena keningnya terbentur dashboard mobil. “Sally, kamu gak kenapa-kenapa? Sakit gak?” Daniel panik. Ia tak peduli soal ketinggalan dalam membuntuti Aruni. Ia takut gadis itu kenapa-kenapa. “Gak apa-apa cuma kejedot aja dikit. Salahku juga minta stop.”“Yakin?”Daniel menoleh dan menatap lekat gadis itu. “Mana aku lihat?”Daniel memangkas jarak di antara mereka, mencondongkan tubuhnya untuk melihatnya dari jarak dekat.Salwa menggeleng sembari memegangi pelipisnya dan beringsut mundur hingga punggungnya menempel pada jendela mobil. “Aku baik kok,”“Ya udah, let’s go!” seru Daniel antusias.Mereka pun melanjutkan misi mereka, membuntuti Aruni seharian. Kini posisi Aruni berada cukup jauh dari mereka. Namun mereka juga berada di posisi aman karena tak ketinggalan Aruni. Aruni menaiki ojol menuju daerah Pakuan.Daniel merasa lapar lantas ia bersuara. “Aku
“Sal, kamu gak kenapa-kenapa?” tanya Daniel pada Salwa yang sudah duduk manis di jok mobil. Semenjak ia melihat pertarungan yang terjadi di antara ibunya dan penjambret tersebut ia seperti orang yang kerasukan jin penunggu pohon bungur. Tatapan matanya kosong dengan bibir tipis yang sedikit menganga.Sialnya nampak seksi dan menggemaskan di mata seorang Daniel.“Cepat pakai sabuk pengamannya! Kendaraan kita mau lepas landas! Roket akan segera berangkat ke bulan!”Daniel mengetuk-ketukan jarinya ke atas setir mobil. Rasanya gemas melihat gadis itu. Ingin dirinya mencubit pipinya andai boleh, sebentar saja. Namun bisa-bisa ia kena damprat habis-habisan.“Sally! Sayangnya Mas Daniel, kamu budek ya? Ayo kita pulang! Kecuali kalau kamu mau kita digerebek warga karena berduaan di dalam mobil malam-malam. Kalau aku mau aja sih! Biar langsung dibawa ke KUA. Malam ini juga aku bawa kamu langsung ke apart-”“Apa ngomong sekali lagi?”Salwa mengangkat tangan yang dikepal dan siap-siap akan menin
Darren nyaris meledak melihat kedatangan adiknya yang membawa adik iparnya saat malam sudah larut. Ia ingin sekali menampar wajahnya sebab sudah seenak jidat membawa seorang anak perawan bersamanya. Apalagi malam itu malam minggu. Siapapun akan mengira jika Daniel dan Salwa tengah menghabiskan malam minggu bersama.Dan apa yang dilakukan sepasang muda mudi saat malam minggu selain berpacaran, kencan dan …Darren buru-buru beristighfar ketika pikirannya berkelana jauh, sangat jauh. Hingga membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Melihat iparnya, rasanya tak mungkin gadis itu melakukan hal-hal di luar batas norma dan agama. Namun mengingat adiknya, pikirannya menjadi buruk kembali. Adiknya tak bisa dipercaya melihat track record nya sebagai mantan cassanova.Tatapan Darren langsung terhunus pada adiknya yang terlihat tenang. Namun seketika gemuruh amarahnya meredup ketika mengamati lamat-lamat penampilan mereka berdua. Sorot tatapannya yang tajam bergerak-gerak mirip agen intelijen yang se
“Bibik!”Sepanjang bekerja di rumah Nuha, Bik Ningsih hanya beberapa kali mendengar Nuha berteriak. Dulu saat mau melahirkn Farrel dan sekarang mau melahirkan apa. Pasti sesuatu yang teramat penting.Bergegas, meski tersandung dengan kaki sendiri Bik Ningsih langsung berlari menuju sumber suara yakni lantai dua kamar majikannya. Meski perasaannya campur sari namun ia tetap profesional sebab hanya majikan terakhir ini yang memberikan gaji besar serta baik hati pada asisten rumah tangga. Bik Ningsih memakai kerudungnya asal dan langsung berlari dan mendaratkan kakinya menuju elevator agar cepat sampai di lantai dua. Jika melalui anak tangga bisa-bisa tubuhnya gempor dan punggungnya sakit encok.“Ada apa Mbak?” tanya Bik Ningsih dengan nafas ngos-ngosan, harap-harap cemas sebab ia punya dosa. Dan, ia harus mengaku dosa di hadapan majikannya atas perbuatannya mengambil gamis abaya miliknya.Pemandangan pertama yang Bik Ningsih lihat, ialah Nuha sedang mematut di depan cermin sembari mema
“Woahhh!” seru Farah dan Asyraf melihat duel silat yang terjadi di antara nenek dan tantenya. Saking antusias mereka bertepuk tangan. Tepuk tangan semakin membahana karena Daniel dan pekerja rumah tangga ikut meramaikan suasana, bertepuk tangan. Namun mereka masih asik bertanding.Nuha memilih bergeming. Entah mengapa perasaannya bukan senang melihat ke dua wanita yang ia sayangi pandai bela diri. Ia justru merasa sedih karena ia tak menguasai bela diri. Ia hanya mampu self defense yang diajarkan oleh suaminya.Darren yang peka terhadap perasaan istrinya langsung mendekatinya, meraih pinggangnya. Hingga Nuha mendongak dan tatapan mereka beradu. Darren sebetulnya ingin bertanya padanya, apakah Nuha pun pandai bela diri seperti mereka namun niat segera diurungkan.Kecelakaan malam di mana Darren merudapaksa dirinya tidak akan terjadi jika Nuha pandai bela diri. Mengingat peristiwa tersebut, Darren merasa bersalah. Ia menatap dalam manik bulat hitam tersebut. “You are beautiful just the
Karena Koko Jimmie memanggilnya, Daniel terpaksa masuk kembali ke dalam sebuah ruangan tamu paviliun yang sudah diisi oleh jemaah, para mualaf yang belajar mengaji alquran.Ingin memaki Koko Jimmie rasanya sesuatu hal yang musykil. Mengapa takdir di luar dugaan menghampirinya. Mengapa harus dipertemukan dengan sosok rivalnya di sana. Sejumlah kata ‘mengapa’ mendenging di telinganya.Ilham memutus kontak mata dengannya lebih dulu, ia memilih membuka mushaf alquran dan membacanya dalam hati. Entah ia tengah melakukan semacam selebrasi karena dipertemukan dengan Daniel dalam kondisi seperti itu. Ia guru dan Daniel hanya murid baru yang sangat, sangat amatir.Daniel duduk di samping seorang pria paruh baya keturunan Singapura-Spanyol. Pria bermata sipit tersebut menyapa Daniel dengan menggunakan bahasa asing, mengira Daniel seratus persen berasal dari produk luar negeri padahal keturunan China-Jawa-Aussie.Kinan bermata sipit sebab ibunya seorang keturunan Cindo sehingga menurunkan mata s
Pagi itu salah satu santri berlari tergopoh-gopoh menuju kamar asrama santriwati. Ia tengah mencari Salwa Salsabila. Seseorang datang bertamu padanya. “Kenapa Teh? Dikejar herder bukan?” Di depan pintu Neng Mas bersedekap dada melihat kedatangan musyrifah. “Bukan, dikejar anjing rabies.” Siti menjawab asal. Ia mulai mengatur nafasnya. “Di mana Teh Salwa?” Neng Mas menunjuk dengan dagunya seseorang yang dicari oleh Siti. Siti menggeleng ribut melihat kelakuan santriwati yang tengah mengepel lantai sembari berjoget dan menjadikan alat pengepel standing mikrofon. Sepertinya Siti harus mengiyakan perkataan Shafiyah tentang gadis bertahi lalat bahwa gadis itu gadis hiperaktif dan asik dengan dunianya sendiri. Pikiran Siti mulai disibukkan oleh prasangka yang buruk. Eh hem, Siti berdehem agar Salwa menyadari kehadirannya. Salwa menoleh kemudian melanjutkan aktivitasnya mengepel kamar asrama. Hari itu hari jumat, semua santriwati libur mengaji. Sebagian dari mereka menghabiskan waktu