Gelak tawa pecah di sebuah ruangan VVIP sebuah restoran. Jonathan tak henti-hentinya menertawakan kisah yang menurutnya lucu ketika ia mengobrol dengan temannya.“Dad, jangan ceritakan yang barusan! Mas Darren mudah cemburu,” komentar Nuha pada papa mertuanya.Salah seorang teman Jonathan meminta Nuha untuk dijadikan calon menantunya karena ia mengira Nuha masih seorang anak mahasiswi. Memang betul, Nuha masih anak mahasiswi tetapi statusnya sold out, bahkan sudah dikarunia dua bayi yang lucu.“Daddy, tak sabar justru ingin menceritakan kejadian barusan.”Jonathan mendadak humoris. Di balik sisi dingin dan kharismatik yang ia miliki, ia menyimpan sejumlah karakter yang tak terduga.“Sudahlah! Daddy kadang kekanak-kanakan. Sudah tau anaknya cemburuan,” cibir Kinan sembari menggendong Asyraf dalam pangkuannya.Asyraf yang tak bisa diam, tangannya menggapai apa saja yang berada di atas meja. Tak sengaja tertangkap oleh mata Nuha. Nuha langsung menggenggam tangan mungil putra tampannya te
Seorang wanita mengalami tiga fase kehidupan yang rupanya berhasil membangun sikap kedewasaan dan kebijaksanaan. Pertama ia mengalami fase menjadi seorang anak perempuan. Ia tumbuh dengan hadirnya cinta dan kasih dari ke dua orang tuanya.Fase ke dua ialah ketika seorang lelaki meminangnya, mengambilnya dari tangan ke dua orang tuanya. Anak perempuan menjadi seorang istri yang memikul tanggung jawab melayani suaminya dengan setulus hati.Pada fase ketiga ialah fase terberat dan menantang. Ada banyak hal yang akan ditemukan seorang perempuan ketika ia menjadi seorang ibu. Bagaimana ada janin tumbuh dalam rahimnya. Ia mengorbankan seluruh jiwa dan raga demi sang jabang bayi.Tatkala bayi itu terlahir maka tanggung jawab seorang perempuan bertambah tak hanya sebagai seorang anak, tetapi istri dan seorang ibu sekaligus. Dengan tangannya ia merawat dan mendidik anak-anaknya hingga kelak menjadi tumbuh menjadi anak yang pintar, baik dan beradab.Tak ayal ke tiga fase tersebut mempengaruhi s
Siang itu terik mentari terasa membakar bumi. Anomali cuaca secara global terjadi di seluruh penjuru belahan bumi. Tampaklah kepakan sayap burung besi yang mendesau bising mendarat dengan sempurna di landasan pacu.Ke tiga pemuda berwajah rupawan menuruni anak tangga pesawat dengan menyeret koper masing-masing penuh semangat empat lima. Mereka berjalan keluar area bandara menghampiri mobil jemputan masing-masing. Mereka saling berpelukan dan menyampaikan salam perpisahan dengan penuh syahdu.Di sana mereka akan berpisah sebab ke tiga nya memiliki tujuan pulang yang berbeda. Romi akan pulang ke apartemennya di ibukota sebab ia tengah magang di perusahaan ayahnya.Huda akan pergi ke pesantren mengunjungi adik perempuan satu-satunya yang tengah mondok di daerah Sukabumi. Tinggal lah Daniel yang akan pulang ke kota hujan. Ia pulang untuk ke dua keponakannya yang lucu dan menggemaskan. Namun ada alasan lain kepulangannya. Setelah menguatkan hatinya dan menerima petuah dari ke dua sahabat
Sebuah ledakan terjadi kembali ke tiga kalinya. Kali ini dentumannya tidak terlalu besar karena ledakan dilakukan di sebuah hutan yang jauh dari pemukiman warga. Walaupun terdengar hanya suara dentuman seperti suara ban truk meletus di jalan raya. Bahan peledak yang digunakan berdaya rendah dengan kecepatan maksimum 400 meter/detik.“Maaf, Nona, apa tidak berbahaya? Jika Bapak tahu, Nona pasti maaf … dibawa ke psikiater lagi atau rumah sakit.”Ke dua tangan wanita itu segera mencengkeram leher si pria bersweater leher kura-kura.“Bapak tidak akan tahu jika kau tidak memberitahunya,”Cengkraman wanita itu begitu kuat sehingga membuatnya berjinjit karena pasokan oksigennya nyaris habis. Ia sama sekali tak melakukan perlawanan berarti. Di hadapan wanita itu ia begitu lemah. Wanita berambut pendek itu anak atasannya. Sungguh hal yang musykil ia membalasnya.Namun ketika nafas semakin tercekik, ia mau tak mau harus menyelamatkan dirinya. “Mmmph, mmph,”Wajah pria itu memerah berusaha mele
Brugh,Terdengar suara orang yang jatuh. Beberapa pasang mata menyisir setiap sudut sekolah dengan tatapan waspada. Mereka tengah mengincar seseorang seperti seekor harimau yang memburu mangsanya.Gadis yang mereka cari cukup gesit hingga pandai bersembunyi. Rok panjang nan lebar tak menghalangi langkahnya untuk berlari.“Huh! Aduh kenapa bisa kena sih,”Gadis itu akhirnya bisa bernafas lega kendati ekor matanya tetap bergerak-gerak waspada.Ia jatuhkan tubuhnya di balik ruang kelas yang kosong. Tangannya sibuk meraih tumbler. Agaknya berlarian keliling lapangan membuat merasa letih luar biasa. Tindakannya justru semakin mempersulit dirinya.Dengan gerakan cepat ia memutar tutup botol dan segera menengak air tetapi belum sampai air itu mengalir melalui jalan tenggorokannya ia sudah memuntahkannya kembali. Seorang gadis mematung di hadapannya tiba-tiba dengan tatapan yang intimidatif.UhukByurrrSalwa tersedak air dan menumpahkan isi air dari dalam tumbler hingga membuat pakaiannya b
Salwa dan Neng Mas berpisah di depan gerbang sekolah karena arah rumah mereka berbeda. Hari itu Salwa tidak mengayuh sepeda sebab ia diantar oleh ibunya.Naasnya, ia mengatakan pada ibunya jika pamannya akan menjemputnya tetapi ternyata ia tak bisa dihubungi. Aruni hanya bisa mengantar Salwa ke sekolah dan tak bisa menjemputnya karena ia harus pergi ke Jakarta mengikuti seminar tentang agribisnis di era digital.Berasal dari desa sama sekali tak menyurutkan langkah Aruni untuk berpikir maju dan modern. Ia terus mengupgrade ilmu dan wawasannya demi mengembangkan hasil perkebunan yang ia kelola.Alhasil Salwa menaiki kendaraan umum.Di tengah perjalanan tiba-tiba mobil yang ia naiki mogok. Sementara itu angkutan umum menuju rumahnya teramat langka sebab daerah pelosok pedesaan. Ia harus menunggu lima belas menit hingga dua puluh menit untuk memperoleh angkutan umum berikutnya.Ia mematung di tepi jalan dengan raut bingung. Mana daya ponselnya mati, ia tak bisa pulang dengan memesan kend
Mobil sedan mewah berkonfigurasi empat orang penumpang telah mendarat di pekarangan rumah Aruni dengan selamat. Kedatangannya disambut oleh nyanyian alam dan suara cicit burung pipit yang terlihat melompat dari satu dahan ke dahan berikutnya. Mereka bersembunyi di balik dedaunan rimbun yang terhempas akibat dersik angin.Sepertinya sepasang burung pipit yang cerewet tersebut ialah sepasang kekasih. Mereka melakukan aksi kejar-kejaran dengan begitu sukacita. Ah, Daniel berandai kembali jika dirinya dan gadis itu mirip sepasang burung pipit yang tengah beradu kasih. Bukan main senangnya hati Daniel. Begitu turun dari kendaraannya, tak henti-hentinya Daniel mengagumi keindahan alam yang terletak di kaki gunung tersebut. Gunung yang menjulang tinggi tampak jelas berwarna biru lazuardi dipagari perkebunan dan persawahan yang membentang hijau. Seperti tengah menatap lukisan-lukisan alam yang ditorehkan pada sehelai kanvas.Pertama kalinya Daniel mengunjungi rumah itu. Rasanya rempah-rempah
Tepat sasaran. Wanita itu melakukan selebrasi dengan mengepalkan ke dua tangannya ke udara!Terlalu euforia, betul!Bidikan anak panah mengenai papan target. Target pertama dan ke dua telah tuntas. Kini menuju target ke tiga yaitu target sebuah nama dr Ernest Rajendra SpA. Seorang dokter anak keturunan Jerman-Jawa. Senyum seringai terbit di wajah wanita bertubuh jangkung tersebut. Tak hanya senyum kini ia tertawa dengan lebar menyusuri foto-foto yang ditempel di dinding ruang kerjanya.Ada banyak foto baik berasal dari surat kabar maupun hasil cetak film terpampang secara acak pada dinding beton. Mulai foto monokrom hingga berwarna-warni nyaris menghiasai separuh tembok beton yang berukuran lebar tersebut.Namun foto yang dipajang di sana bukan foto pemandangan alam atau objek wisata sebagai objek fotonya. Biasanya ia mengumpulkan hasil foto dengan menggunakan kamera DSLR miliknya.Namun foto-foto dramatis yang ia kumpulkan dalam bentuk kliping awalnya. Sebuah gambar naratif yang se