Darren Dash melepas jaket yang membungkus tubuh jangkungnya dan menggantungnya pada gantungan besi yang terletak di ruangan televisi dekat kamar utama. Mengendap-endap ia berjalan menuju kamar ke dua bayi kembarnya. Nuha seringkali tidur di sana. Meskipun usai menghabiskan malam panjang mereka, Nuha tetap tidur di kamar ke dua anaknya. Tangan Darren terulur menggerakan knop pintu dengan pelan-pelan. Kamar terlihat gelap hanya menyisakan temaram yang berasal dari lampu tidur tergolek di atas nakas. Harum aroma bayi langsung terhidu ketika kakinya melangkah masuk. Wangi yang menenangkan. Wangi yang membuatnya betah berlama-lama berada di sana. Wangi itu pula yang membuatnya ingin segera pulang ke rumah. Hal pertama yang Darren lakukan saat pulang ke rumah ialah melihat ke dua bayi kembarnya. Rupanya Nuha tidak berada di sana. Tak biasanya. Apa Nuha kelelahan hingga ia tertidur di kamar utama. Darren mencuci tangan di wastafel sebelum membelai ke dua bayi nya yang tertidur pulas. “Fa
Malam itu menjadi malam yang begitu panjang dan mendebarkan bagi Ratih. Rasanya ia ingin sekali melarikan diri dari situasi pelik tersebut. Ia melihat perubahan sikap Adisty yang cukup drastis. Terasa aneh dan menakutkan.Cara Adisty menatapnya terlihat misterius. Ke dua bola matanya bergerak liar. Terkadang melotot seperti melihat setan, terkadang memicing seperti mengintip orang mandi dan terkadang menatap kosong nan sepi seperti tengah melamun.Tak hanya itu, mulutnya komat-kamit seperti merapal doa pelet, terkadang melipat bibirnya ke dalam seperti merasa gemas dan terkadang sudut bibirnya terangkat sebelah membentuk seringai culas.Wanita itu menyimpan rahasia. Awal pertemuan ia terlihat seperti wanita dewasa pada umumnya dan memiliki sifat keibuan. Cantik berkulit eksotis, pembawaan dewasa, ramah dan tenang.Namun apa yang dilihatnya malam itu, seolah mata batin Ratih tersibak. Adisty yang sekarang tengah duduk di meja rias menatap cermin sembari merapalkan sebuah doa yang ia ta
Dengan ketergesa-gesaan, Huda memainkan matanya, melempar isyarat agar Romi berhenti bermulut besar. Karena masih tak peka merespon isyaratnya, Huda menginjak ibu jari kaki milik Romi dengan gemas berbaur jengkel. Kebetulan mereka duduk berhadap-hadapan tak terlalu jauh. Hanya terhalang meja bundar. “Ough!” pekik Romi meringis kemudian tersentak seketika ketika melihat sosok bertubuh tinggi tiba-tiba mengambil tempat duduk di antara mereka. Wajah Romi memerah seperti kepiting rebus. Habislah dia! Ia harus menyiapkan mental sekokoh beton kala menghadapi amukan Daniel yang mirip orang tak makan selama seminggu. “Kalian sudah makan?” tanya Daniel dengan santai. Romi dan Huda saling lirik penuh arti. Sungguh aneh. Daniel Dash sama sekali tak marah ketika ke dua sahabatnya membicarakannya. Bahkan Romi membicarakan hal buruk tentangnya. “Hei, kalian kenapa?” Tak kunjung mendapat respon Daniel bertanya kembali. “Kalian mau makan malam apa?” “Um, anu … soal barusan. Sorry, Niel,” tukas
“Assalamualaikum wa rohmatullahi wa barokatuh! Salam sejahtera teruntuk kita semua. Kepada yang terhormat, Bapak Jonathan Dash selaku pemilik Yayasan JD Group Peduli. Yang saya hormati rekan-rekan karyawan PT JD Group serta para hadirin yang berbahagia.Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga kita bisa berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal afiat.Sekolah Dasar Harapan Bangsa ini merupakan wujud kepedulian PT JD Group dan keluarga terhadap pendidikan bangsa. Gedung sekolah dibangun atas gagasan Bapak Jonathan Dash, selaku founder PT JD Group.Kami berharap sekolah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua anak-anak yang memiliki mimpi setinggi langit!Demikian sambutan dari saya mewakili Yayasan PT JD Group Peduli. Terima kasih. Assalamualaikum,”Nuha menyampaikan pidato singkat dengan semangat berapi-api. Ia merasa mengalami dejavu dimana rohnya tertarik pada moment ia melak
Gelak tawa pecah di sebuah ruangan VVIP sebuah restoran. Jonathan tak henti-hentinya menertawakan kisah yang menurutnya lucu ketika ia mengobrol dengan temannya.“Dad, jangan ceritakan yang barusan! Mas Darren mudah cemburu,” komentar Nuha pada papa mertuanya.Salah seorang teman Jonathan meminta Nuha untuk dijadikan calon menantunya karena ia mengira Nuha masih seorang anak mahasiswi. Memang betul, Nuha masih anak mahasiswi tetapi statusnya sold out, bahkan sudah dikarunia dua bayi yang lucu.“Daddy, tak sabar justru ingin menceritakan kejadian barusan.”Jonathan mendadak humoris. Di balik sisi dingin dan kharismatik yang ia miliki, ia menyimpan sejumlah karakter yang tak terduga.“Sudahlah! Daddy kadang kekanak-kanakan. Sudah tau anaknya cemburuan,” cibir Kinan sembari menggendong Asyraf dalam pangkuannya.Asyraf yang tak bisa diam, tangannya menggapai apa saja yang berada di atas meja. Tak sengaja tertangkap oleh mata Nuha. Nuha langsung menggenggam tangan mungil putra tampannya te
Seorang wanita mengalami tiga fase kehidupan yang rupanya berhasil membangun sikap kedewasaan dan kebijaksanaan. Pertama ia mengalami fase menjadi seorang anak perempuan. Ia tumbuh dengan hadirnya cinta dan kasih dari ke dua orang tuanya.Fase ke dua ialah ketika seorang lelaki meminangnya, mengambilnya dari tangan ke dua orang tuanya. Anak perempuan menjadi seorang istri yang memikul tanggung jawab melayani suaminya dengan setulus hati.Pada fase ketiga ialah fase terberat dan menantang. Ada banyak hal yang akan ditemukan seorang perempuan ketika ia menjadi seorang ibu. Bagaimana ada janin tumbuh dalam rahimnya. Ia mengorbankan seluruh jiwa dan raga demi sang jabang bayi.Tatkala bayi itu terlahir maka tanggung jawab seorang perempuan bertambah tak hanya sebagai seorang anak, tetapi istri dan seorang ibu sekaligus. Dengan tangannya ia merawat dan mendidik anak-anaknya hingga kelak menjadi tumbuh menjadi anak yang pintar, baik dan beradab.Tak ayal ke tiga fase tersebut mempengaruhi s
Siang itu terik mentari terasa membakar bumi. Anomali cuaca secara global terjadi di seluruh penjuru belahan bumi. Tampaklah kepakan sayap burung besi yang mendesau bising mendarat dengan sempurna di landasan pacu.Ke tiga pemuda berwajah rupawan menuruni anak tangga pesawat dengan menyeret koper masing-masing penuh semangat empat lima. Mereka berjalan keluar area bandara menghampiri mobil jemputan masing-masing. Mereka saling berpelukan dan menyampaikan salam perpisahan dengan penuh syahdu.Di sana mereka akan berpisah sebab ke tiga nya memiliki tujuan pulang yang berbeda. Romi akan pulang ke apartemennya di ibukota sebab ia tengah magang di perusahaan ayahnya.Huda akan pergi ke pesantren mengunjungi adik perempuan satu-satunya yang tengah mondok di daerah Sukabumi. Tinggal lah Daniel yang akan pulang ke kota hujan. Ia pulang untuk ke dua keponakannya yang lucu dan menggemaskan. Namun ada alasan lain kepulangannya. Setelah menguatkan hatinya dan menerima petuah dari ke dua sahabat
Sebuah ledakan terjadi kembali ke tiga kalinya. Kali ini dentumannya tidak terlalu besar karena ledakan dilakukan di sebuah hutan yang jauh dari pemukiman warga. Walaupun terdengar hanya suara dentuman seperti suara ban truk meletus di jalan raya. Bahan peledak yang digunakan berdaya rendah dengan kecepatan maksimum 400 meter/detik.“Maaf, Nona, apa tidak berbahaya? Jika Bapak tahu, Nona pasti maaf … dibawa ke psikiater lagi atau rumah sakit.”Ke dua tangan wanita itu segera mencengkeram leher si pria bersweater leher kura-kura.“Bapak tidak akan tahu jika kau tidak memberitahunya,”Cengkraman wanita itu begitu kuat sehingga membuatnya berjinjit karena pasokan oksigennya nyaris habis. Ia sama sekali tak melakukan perlawanan berarti. Di hadapan wanita itu ia begitu lemah. Wanita berambut pendek itu anak atasannya. Sungguh hal yang musykil ia membalasnya.Namun ketika nafas semakin tercekik, ia mau tak mau harus menyelamatkan dirinya. “Mmmph, mmph,”Wajah pria itu memerah berusaha mele