Share

Dinodai Saat Koma
Dinodai Saat Koma
Penulis: Thata Chan

CHAPTER 1

"Bagaimana keadaan putri saya, Dokter? Apakah keadaannya benar-benar sudah membaik?" Suara Bu Fatma terdengar bergetar, nyaris tak mampu menutupi kecemasan yang mengendap dalam hatinya.

Wanita paruh baya itu duduk di kursi seberang meja kerja Dokter Antares, dokter muda yang selama tiga bulan terakhir setia menangani putrinya yang koma akibat kecelakaan tragis yang menimpanya saat berkendara di jalan raya.

Dokter Antares mengalihkan pandangannya dari catatan medis yang ada di meja kerjanya, lalu menatap Bu Fatma dengan senyum lembut yang dimaksudkan untuk menenangkan wanita itu.

"Kondisi Giana sudah menunjukkan perkembangan yang cukup baik, Bu," jawabnya. "Namun, karena koma yang dialaminya, otot-ototnya mengalami kekakuan. Giana membutuhkan terapi jalan untuk memulihkan fungsi tubuhnya secara perlahan." imbuhnya seraya mengulas senyum.

Bu Fatma menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, berusaha mengontrol perasaannya. "Saya ikut bagaimana Dokter saja. Saya percayakan sepenuhnya putri saya pada Anda dan tim," ucapnya lirih, tetapi penuh harap.

Mendengar ucapan Bu Fatma, Dokter Antares menundukkan dan menganggukkan kepalanya sedikit pada wanita itu. "Terima kasih atas kepercayaan yang Ibu berikan pada saya dan tim. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhan Giana," katanya penuh keyakinan.

Namun, suasana yang tenang itu buyar dan menjadi tegang ketika seorang perawat tiba-tiba masuk dengan wajah pucat dan langkah tergesa. "Dokter, pasien di kamar 13 mengalami mual dan muntah hebat!" serunya dengan napas yang tersengal.

Dokter Antares terdiam sejenak. Wajahnya yang semula penuh kendali seketika berubah. "Pasien kamar 13, Giana ...."

Mata Bu Fatma melebar seiring dengan kabar yang di dengarnya. Rasa cemas semakin merayap di hatinya.

"Ada apa dengan putri saya, Dokter?" suaranya memecah keheningan, sarat dengan kecemasan yang membuncah.

Tanpa menunggu jawaban, Dokter Antares segera bangkit dari kursinya, melangkah cepat ke luar ruangan. Bu Fatma, yang diliputi rasa takut, mengikuti di belakangnya dengan langkah limbung.

Derap langkah mereka terdengar memenuhi koridor rumah sakit yang sepi, seolah menggema di setiap dinding, membawa kecemasan yang semakin mencekik.

Sesampainya di ruang rawat Giana, pemandangan yang tak diduga menyambut mereka. Seorang dokter wanita dan beberapa perawat tengah sibuk menangani Giana yang terbaring lemah, keringat dingin membasahi wajah gadis muda itu. Bau khas memenuhi ruangan, membuat suasana semakin tegang.

"Apa yang terjadi?" tanya Dokter Antares. Suaranya sedikit meninggi karena ketegangan yang kian terasa.

Dokter wanita yang sedang bertugas, tampak tergesa menenangkan Giana sebelum menoleh pada Dokter Antares dan Bu Fatma. "Pasien mengalami mual dan muntah berlebihan," jawabnya datar. "Saya perlu memeriksa lebih lanjut, ini tidak biasa."

Bu Fatma melangkah mendekat, tangannya gemetar. "Kenapa bisa begini? Apa yang sebenarnya terjadi pada putri saya, Dokter?" tanyanya, matanya tak bisa lepas dari tubuh lemah Giana yang terkulai di atas ranjang.

Dokter wanita itu tidak langsung menjawab. Sebaliknya, tangannya bergerak cepat memeriksa kondisi Giana, terutama bagian perutnya. Ketika jarinya menekan sedikit, dia terdiam. Matanya menyipit, alisnya mengerut. Ada sesuatu di sana yang membuat wajahnya berubah memucat. Hidungnya kembang kempis, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dapati.

"Tidak mungkin," bisiknya, hampir tak terdengar. "Ini benar-benar tidak masuk akal ...."

Kebingungan menyergap seluruh ruangan. Bu Fatma dan Dokter Antares saling bertukar pandang, jelas sama-sama bingung dan mulai dikuasai rasa takut. Ada sesuatu yang sangat tidak beres dari pemeriksaan Dokter wanita itu.

"Ada apa, Dokter?" tanya Bu Fatma dengan suara yang semakin memelas, hampir menangis. "Tolong katakan, apa yang terjadi dengan putri saya?"

Dokter wanita itu menggeleng pelan, seolah menolak realitas yang baru saja ditemuinya. "Ada sesuatu di perutnya, dan semua ini benar-benar membingungkan," gumamnya lagi. Kali ini dengan nada yang sedikit lebih tinggi dan terdengar jelas.

Dokter Antares tak lagi mampu menyembunyikan kegelisahan dan kecemasannya. "Cepat katakan, ada apa sebenarnya?" desaknya. "Apakah sesuatu yang buruk terjadi pada pasien?"

Dokter muda itu menekan rekan sekaligus seniornya di rumah sakit tersebut agar mengatakan apa yang telah terjadi pada Giana.

Dokter wanita itu menelan ludah, kemudian menatap keduanya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Setelah itu, barulah ia memberikan jawaban. "Dokter Antares, pasien ini ... dia, dia sedang mengandung. Ada janin yang tumbuh di dalam rahimnya!"

Kata-kata itu jatuh ke udara seperti batu besar yang menjatuhkan segala harapan. Keheningan yang mencekam menyelimuti ruangan, seolah waktu berhenti sejenak. Mata Bu Fatma melebar, seluruh tubuhnya seolah kehilangan kekuatan. Ia terduduk, tangannya terangkat menutup mulutnya, air mata mulai mengalir deras.

"Apa? Mengandung! Tidak ... tidak mungkin!" pekik Bu Fatma dengan suara tertahan, seolah suaranya tercekat di tenggorokan. "Putri saya ... dia mengalami koma, mana mungkin semua ini terjadi padanya! Dia tidak mungkin hamil!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
CitraAurora
apa dokternya ya yang melakukan nya wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status