"Kenapa diam? Berarti kamu memang tidak memperhatikan pelajaran saya kan?" sambungnya lagi sambil menatap ku dengan serius.Wow, ternyata dia beda sekali ya image nya waktu di kamar dan waktu mengajar seperti ini. Ternyata dia seserius itu kalau sedang menerangkan pelajaran.Apa bagi dia agama bukan main-main ya, sehingga mau itu istrinya, atau mungkin anaknya kelak, dia tidak akan pernah memberikan toleransi bagi yang acuh."Iya maaf Mas, eh Pak. Saya kurang memperhatikan tadi!" Tiada daya, akhirnya aku nyerah dan lebih baik ngaku aja, daripada tergagap-gagap dan makin malu."Kalau begitu, jangan dulu keluar setelah ini. Buat essai, dan tulis semua apa yang ada di bab pembagian air, termasuk contoh hadistnya juga. Kalau sudah selesai baru boleh keluar dan temui saya." Galak amat sih, baru tau ternyata dia bisa dalam mode serem begini. Rasanya pengen buka baju aja di depannya, biar dia ketar ketir lagi kan? Duh, gimana nih, apa yang harus aku tulis? Aku mengambil buku itu dan ku lih
"Kak, bagaimana ustadz Husein kalau di dalam kamar, romantis gak?" Dia tiba-tiba tertawa cekikikan, aku mengerutkan kening. "Kok kamu penasaran banget sama dia, emangnya murid-murid di sini pada suka ya sama ustadz Husein?" Sekalian aja aku tanya begitu, toh aku juga jadi penasaran bagaimana sosok Husein di mata mereka."Bangett! Semua murid di sini gak ada yang nggak suka sama ustadz Husein kak. Beliau adalah laki-laki yang sering kami sholawat-in ketika berdoa dan sholat tahajud. Kita berharap bisa jadi pendamping hidupnya. Tapi apalah daya, jodoh di tangan Allah, dan kak Rey yang beruntung."Speechless sih, mereka sampai berusaha dan bersusah payah sholawat buat dapatkan hatinya Husein, tapi kenapa malah aku yang gak kenal dia sama sekali yang jadi jodohnya. Tapi, bukan berarti aku menerima kehadiran dia loh ya! Aku cuma bilang speechless, alias gak bisa berkata-kata lagi aja! "Oh, hehe. Padahal aku gak kenal dia loh, dan gak berharap juga nikah muda.""Tapi takdir Allah kan kak
Gak usah lama-lama deh natap dia, nanti malah keterusan jatuh cinta kan gawat! Emosi di dalam alam bawah sadar aku masih meronta-ronta untuk bisa keluar dari situasi ini, bagaimana pun selalu ada jalan keluar yang disiapkan Tuhan kalau kita bersungguh-sungguh. Entah itu orang tuaku yang mengambil aku lagi, atau bahkan Husein yang bakal membuang ku, aku justru menantikan hari itu datang.Aku membuyarkan lamunan gak berfaedah itu dan berjalan ke arah mejanya. "Nih!" Lalu menyodorkan buku yang di dalamnya ada coretan khas cakar ayam yang indah bila dipajang di museum."Ekhem, ada ibu yai nih, assalamualaikum Bu!" Aku ikutan menoleh ke belakang mencari yang mereka maksud, dan ternyata gak ada siapa-siapa di sana. Mereka menunjuk aku?"Terimakasih. Mau makan juga, di sini enak-enak makanannya!" ujarnya sambil mengambil buku ini."Minggir-minggir, beri tempat untuknya." Semua yang duduk di samping kiri dan kanan Husein telah berpindah ke seberangnya dan menyisakan ruang yang lebar untukk
"Tidak ustadz, astaghfirullah. Semoga Allah mengampuni saya." "Bagus! Buat rangkuman tentang ayat yang melarang zina. Nanti malam saya tunggu!" Kemudian, Husein berdiri lalu menarik tanganku dan membawa kami menjauh dari kerumunan mereka. Buat apa dong tadi ngajak aku untuk ikut makan bareng mereka, kalau akhirnya malah nodong temannya dengan banyak hadits-hadits yang menurutku gak nyambung banget. Memangnya Arif memandangku penuh nafsu apa, sampai harus dijejeli ayat segala?"Mas, lepasin sakit tangan aku." Kami berjalan di tempat yang berbeda dari yang aku lewati pas sama Retno tadi. Mungkin karena di sana aula wanita kali ya, makanya Husein gak mau melewatinya, dia memilih lewat koridor utama sehingga lebih sepi dari orang-orang."Mas, gak usah ditarik gini coba. Sakit pergelangan tangan aku!" Aku mencoba melepaskan dari cengkraman yang begitu kuat itu. Sayangnya, hingga sampai di depan rumah, Husein belum juga melepaskan tanganku dan kami berhenti saat sudah masuk ke dalam ruma
Sekarang di setiap pagi, saat matahari muncul memancarkan cahaya cantiknya di langit, maka seketika ia mulai menjadi musuh terbesarku. Bagaimana tidak, statusku berubah dalam sekejap menjadi istri pak ustadz sekaligus santri dadakan yang ikut belajar mendalami ilmu agama seperti santri yang lainnya. Rasanya seperti tidak ada waktu bersantai lagi buat aku. Memang, bukan Husein pelakunya, tetapi di depan dia ada bapak dan ibu mertuaku yang lebih tegas daripada Husein. Tapi anehnya, Husein sendiri tidak ada kendali buat melarang kedua orang tuanya bertindak begini padaku, dia bilang semua demi kebaikan aku? Dari segi pakaian pun udah dijajah sekali, tiap hari dipaksa pakai baju lengan panjang dan rok panjang. Tau kan dandanan norak ala anak-anak kampung, ya begitulah!Emangnya ada ya belajar pakek paksa-paksaan kayak begini? Dan sekarang pun, gue lagi berjalan menuju ke kelas di mana Husein lagi yang jadi pengajarnya. Hari-hari menyiksa seperti ini akan selalu terulang sampe kapan co
Bukan cuma kamu Za ya ingin begitu, aku pun sangat berharap bisa lepas dari pernikahan ini. Tapi apa aku punya kendali? "Sayang, aku hargai ketulusan kamu atas ucapan kamu barusan, tapi...""Tapi apa? Perlu aku berhadapan langsung dengan suami kamu, dan bilang kalau aku pacar kamu? Aku siap. Aku akan jelaskan ke semuanya Rey tentang hubungan kita!" sambungnya lagi. Anehnya, meski aku memang sangat bersikeras untuk pergi, tapi kenapa hati aku sama sekali tidak bergetar saat Reza sebegitu percaya dirinya untuk membawaku keluar dari tempat ini. Apa aku sudah terpenjara di sini?? Tidak!!!"Kok malah bengong Rey, mau ya?" Dia bertanya kembali sambil menatap bola mataku. Duh, goyah entar lama-lama."Za, gak semudah itu. Aku juga harus mikirin perasaan kedua orang tuaku, dan minta persetujuan mereka untuk pergi sama kamu, dan aku yakin pasti mereka juga gak akan setuju. Husein gak cuma membiayai hidup ayah dan ibu aja, tapi dia juga membayar semua hutang-hutang ayah yang sangat banyak itu.
bab 18Siapa yang gak bakal curiga saat istrinya lama banget, gak menunjukkan batang hidungnya di kelas ketika kami memang keluar dari kamar secara berbarengan. Mungkin aja Husein curiga aku bakal kabur dan akhirnya dia keliling sana sini buat nyariin. Dan hasilnya, dia ketemu mobil Clara dan melihat dua perempuan seksi di depan mobilnya. Dia yakin itu adalah temen aku dan Husein pasti nekad mendatanginya."Permisi anda siapa ya?" Sepintas aku melihat Clara dan Nadine yang juga ikut panik karena di datangi pria alim."Engg, saya temen-temen nya Rey Pak, kami cuma mau mengunjungi dia," jawab Nadine yang ku rasa dia seperti sudah terlatih. "Jangan khawatir, mereka udah aku briefing sayang, ketemu siapapun anggap aja itu suami kamu dan bilang kalau kamu ada di mobil langi nangis," sahut Reza berbisik di kursi paling belakang."Oh ya? Thanks banget lah kalau begitu!" Akhirnya, aku bisa bernafas sedikit lega."Kalau begitu Reynata nya mana?" "Itu di mobil Pak." Clara memukul pintu mobi
bab 19"Kok ditinggalin sih suaminya Rey, belum selesai tuh!""Udah gak apa-apa, gak pernah selesai ngomong sama dia mah!" Emang bener kan? Apalagi kalau dah keluar ceramahnya, bisa seharian full cuma dengerin dia.***Meski sedih melanda, tapi aku cuma mampu sekedar menatap mobil Clara sampai benar-benar tak terlihat lagi di pekarangan gerbang pondok. "Thank's ya guys, sudah mampir. Cukup menghibur hati aku yang selalu kesepian di sini." Walaupun sempat deg-degan akibat Husein secara tiba-tiba ikut hadir di sana saat aku beradu kemesraan dengan Reza, tapi aku tetep bahagia kalian datang! Untungnya aja gak ketahuan!Gila ya, bisa-bisanya panik dalam satu waktu. Aku pun mengecek jam tangan dan ku rasa waktu mengajar dalam kelasnya sudah selesai. Syukur deh, aku jadi bisa kembali ke kamar dan istirahat dengan cepat. Tapi kemudian, langkahku terhenti ketika ingat ucapan Husein tadi, "boleh silakan mengobrol sama teman-teman kamu, tapi ada bayarannya ya nanti." Astaga, kedua mataku t