Sementara itu, Kenzo bersama Sophia baru saja sampai di tempat pemakaman mendiang sang mommy. Sophia sampai dibuat bertanya-tanya mendatangi sebuah tempat pemakaman yang begitu bersih dan dijaga beberapa penjaga.
Baru kali ini dia mendatangi tempat pemakaman seperti itu, biasanya hanya tempat pemakaman umum yang sering dia datangi ketika mengunjungi mendiang sang suami dan juga kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai di rumah mommy." ucap Kenzo tersenyum melihat kuburan mendiang mommy nya.Deg!Seketika mata Sophia berkaca-kaca, bahkan mendadak ulu hatinya terasa peri mendengar penuturan anak laki-laki yang ditolongnya. Rupanya disinilah rumah mendiang sang ibu Kenzo.Tiba-tiba saja Sophia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Kenzo. Sungguh dia begitu kasihan kepadanya. Dia pun kembali teringat dengan orang-orang yang disayanginya yang sudah tenang di alam sana."Tante baik, ayo. Mommy pasti senang melihatmu berkunjung kesini" ucap Kenzo antusias, membuat lamunan Sophia terbuyarkan dan segera melepaskan pelukannya."Oh Maaf, Tante terlalu senang bisa diajak kesini" ucap Sophia sambil menghapus air matanya yang sempat menetes. Dia pun kembali tersenyum lalu menggandeng tangan mungil Kenzo, sedang tangan satunya membawa buket bunga yang sempat dibelinya.Kenzo meletakkan sebuah buket bunga mawar putih di atas kuburan mendiang mommy nya, begitu halnya yang dilakukan oleh Sophia."Mommy, aku datang bersama Tante baik" ucap Kenzo tersenyum.Sophia ikut tersenyum menatap batu nisan bertuliskan Margaretha. Namun tiba-tiba ponselnya berbunyi, Sophia perlahan sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan masuk dari ponselnya."Apa! baik dok. Aku akan segera ke rumah sakit" ucap Sophia dengan raut wajah paniknya."Kenzo!"Terdengar suara teriakan dari orang yang sangat dikenalinya, membuat Kenzo terlonjat kaget. Sepertinya dia harus segera meninggalkan rumah mommy nya.Setelah mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit, air mata Sophia tiba-tiba saja menetes dengan sendirinya. Dadanya begitu sesak dan kesekian kalinya dia selalu saja mendapatkan kabar buruk tentang kondisi putra semata wayangnya.Ujian Tuhan sungguh luar biasa selalu diperuntukkan kepadanya. Dirinya menjadi single mom diusia muda tanpa adanya sosok pendamping hidup maupun kedua orang tuanya. Ditambah putranya menderita kanker. Sophia sangat-sangat merasakan titik terendahnya selama beberapa tahun belakangan ini.Sudah dua tahun silam, putranya mengidap penyakit kanker darah (leukemia) dan sampai detik ini putranya masih berjuang untuk sembuh. Namun, akibat penyakit kanker yang sedang diderita oleh putranya, sangat minim putranya bisa bertahan hidup lebih lama lagi sesuai diagnosis dari dokter yang menangani putranya.Tapi, Sophia tidak pernah patah semangat demi kesembuhan putranya. Diagnosis dokter bisa saja tidak tepat sasaran, karena sepenuhnya rencana Tuhan tidak akan pernah ada yang tahu kedepannya.Karena tak henti-hentinya dia selalu mendoakan kesembuhan putranya. Sophia sangat percaya keajaiban Tuhan selalu datang tak terduga.Sampai titik darah penghabisan pun, Sophia akan terus berjuang keras demi kesembuhan putranya. Baginya putra satu-satunya lah, hal yang paling berharga yang dimilikinya di dunia ini.Walaupun seluruh harta benda dan warisan yang ditinggalkan mendiang sang suami semuanya sudah habis digunakan untuk biaya berobat sang putra, yang jelasnya putranya bisa sembuh.Bahkan dirinya pun rela terjun dalam dunia malam, menjadi penari striptis di sebuah club malam demi biaya pengobatan putranya. Intinya apapun akan dia lakukan demi kesembuhan putranya."Kenapa harus putraku yang menderita... hiks...hiks... tolong beri dia umur panjang. Selama ini, hanya satu keinginanku Tuhan, tolong sembuhkan putraku" gumam Sophia berderai air mata."Daddy!" gumam Kenzo yang hafal betul suara ayahnya.Sophia yang mendengar gumaman dari Kenzo membuatnya segera menghapus air matanya, dia pun kembali memasang wajah ceria. Sepertinya ayah anak laki-laki itu sudah datang. Jadi sebaiknya dia harus segera pergi dari tempat tersebut."Nak, tante harus pergi. Kapan-kapan kita bertemu lagi ya" ucapnya berpamitan sambil mengusap rambut Kenzo yang hitam legam."Tante baik habis nangis" tebak Kenzo melihat mata Sophia memerah dan Sophia hanya mampu terdiam. "Tante baik, jangan pergi" ucap Kenzo sambil memasang wajah sendu demi menghentikan Tante baiknya. Namun sayangnya, Sophia tetap memilih untuk pergi."Tante baik, tunggu!" teriak Kenzo sambil berlari kecil mengejar Sophia.Sementara orang yang dikejarnya terus berjalan cepat, hingga tak terlihat lagi dari pandangannya. Bahkan sekarang ayahnya bersama para bodyguard sudah berdiri di hadapannya dan tengah menghadangnya."Daddy jahat, Ken benci Daddy!" ucap Kenzo marah melihat kedatangan ayahnya. Sedangkan Andreas hanya mampu memijit pelipisnya mendengar penuturan dari putra semata wayangnya.Dengan perasaan campur aduk, perlahan Andreas melangkah mendekati putranya. Akan tetapi Kenzo memilih menghindari ayahnya dan bergerak mendekati mobil yang selalu mengantarnya kemanapun dia mau pergi."Nak, Daddy minta maaf. Daddy janji tidak akan mengulang kembali kesalahan yang pernah Daddy lakukan kepadamu" ucap Andreas tulus dan terlihat bersungguh-sungguh mengatakannya.Namun Kenzo sudah masuk ke dalam mobil sambil menutup kedua telinganya. Anak laki-laki itu tidak ingin mendengar semua ucapan ayahnya. Memang tingkahnya pembangkang, namun dia tetap sayang kepada ayahnya.Andreas mengepalkan tangannya melihat tingkah laku putranya. Dengan sekuat tenaga dia selalu menahan emosinya ketika berhadapan dengan putra semata wayangnya yang merupakan penerus perusahaannya kelak."Lucas!" teriak Andreas memanggil bodyguardnya."Iya tuan" ucap Lucas sembari mendekat kearah tuannya."Aku tidak mau tau, pokoknya kejadian hari ini menjadi terakhir kalinya." tegas Andreas lalu melangkah mendekati mobil yang dinaiki oleh putranya."Baik tuan" ucap Lucas sembari membungkukkan setengah badannya, dimana wajahnya tampak babak belur.Lucas kembali bergerak membukakan pintu mobil untuk tuannya. Kemudian Andreas bergegas masuk ke dalam mobil, dimana putranya sedang merajut di dalam mobil.Andreas tersenyum tipis melihat putranya duduk bersandar dengan mata terpejam. Dia lalu mendekatinya dan dengan penuh kasih sayang dia menarik tubuh mungil putranya masuk ke dalam pelukannya."Ken, maafin Daddy. Karena selama ini Daddy banyak salah kepadamu, nak. Daddy janji akan menuruti semua keinginanmu." ucap Andreas sambil mencium puncak kepala putranya berulangkali. Itulah cara ampuh yang sering dia lakukan untuk membujuk putranya yang sedang merajuk karena ulah bodohnya."Kalau begitu, Daddy harus janji untuk tidak menikah lagi secara diam-diam seperti sebelum-sebelumnya." ucap Kenzo yang tengah menyembunyikan wajahnya di dada bidang ayahnya."Iya, Daddy janji tidak akan melakukan hal itu lagi." ucap Andreas tersenyum tipis. Dia sungguh heran dengan jalan pikiran putranya yang teramat dewasa sampai harus mengurusi urusan pribadinya segala dibandingkan mengurusi pase bermainnya diusianya yang balita sekarang ini.Setelah mendengar ucapan ayahnya, tiba-tiba saja Kenzo membalas pelukan ayahnya. Seketika senyuman tipis terpatri di bibir sensual Andreas. Ada kalanya tingkah laku putranya membuatnya merasakan perasaan bahagia bisa dekat dengan putranya.***Sementara di tempat lain...."Tolong selamatkan anakku, dok. Apapun akan aku lakukan demi kesembuhannya." ucap Sophia dengan berderai air mata.Dokter Darius hanya diam membisu tak menimpali ucapan Sophia. Dia cuma membukakan pintu ruang perawatan anak Sophia."Noah sudah menunggumu dari tadi, katanya ada hal penting yang ingin disampaikan kepada mommy nya" ucap Dokter Darius.Sophia lekas mengusap kasar sisa-sisa air matanya. Dia tidak boleh terlihat sedih dan harus selalu menunjukkan wajah cerianya di depan putranya.Sophia menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan perlahan sebelum masuk ke ruang perawatan sang putra."Selamat siang, sayang" ucap Sophia tersenyum sembari melangkah mendekat kearah tempat tidur pasien, dimana putranya tengah berbaring di atas tempat tidur pasien."Horee mommy datang" ucap Noah antusias dan terlihat senang melihat ibunya datang. Anak laki-laki itu bahkan sudah merentangkan kedua tangannya untuk dipeluk sang ibu.Sophia lekas memeluk tubuh mungil putra tersayangnya. Air matanya kembali luruh membasahi pipinya, namun secepat kilat Sophia menghapusnya."Mommy, maafin Noah ya, karena selama ini Noah selalu merepotkan, mommy" ucap Noah sambil memeluk erat tubuh ibunya seolah hari ini menjadi terakhir kalinya dia memeluk ibunya."Tidak sayang, Noah tidak pernah merepotkan, mommy. Justru Noah penyemangat mommy, kesayangan mommy dan kebahagiaan mommy" sahut Sophia tersenyum lalu mencium puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang."Kalau Noah sudah pergi, siapa yang akan menjadi penyemangat mommy, kesayangan....""Jangan katakan seperti itu sayang, kau pasti sembuh, percayalah....karena mommy sudah menjadi ibu peri untukmu." ucap Sophia dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah putranya yang tampak tirus bahkan rambutnya sudah rontok akibat ganasnya penyakit kanker yang dideritanya."Kalau begitu, Noah mau menunjukkan keinginan Noah untuk saat ini. Bisakah mommy mengabulkan segala permintaan Noah?" ucap Noah tersenyum sambil menyentuh pipi ibunya."Tentu sayang" sahutnya dengan anggukan kepala.Dengan senangnya Noah menunjukka
Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu. Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam
“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia, membuat Sophia langsung membulatkan kedua matanya."A-apa maksudmu tuan? tolong, turunkan aku" ucap Sophia dengan kesalnya sembari memalingkan wajahnya. Ingin rasanya dia menonjok wajah Andreas sambil mencaci maki, agar pria brengsek itu tak lagi berbuat semena-mena terhadapnya.Jujur saja dia sangat kesal mendengar ucapan Andreas yang tiba-tiba ingin menidurinya. Ditambah posisinya saat ini berada di pangkuan pria brengsek itu. Jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berpura-pura tak mendengar ucapan Andreas."Kau ingin mendengar ucapanku sekali lagi?" tanya Andreas sambil menyentuh dagu Sophia agar pandangan mata mereka bertemu, sedang kedua tangannya memegang erat pinggang ramping Sophia."Tidak!" protes Sophia sambil mengepalkan tangannya. Namun, secepat kilat Sophia menarik senyuman manis di sudut bibirnya setelah melihat raut wajah Andreas berubah masam."Emm...bisakah kita bicara baik-baik tuan
"Bereskan wanita itu" ucap Andreas kepada bodyguardnya."Baik tuan" sahut salah satu bodyguard yang bersama putranya.Seketika kedua bodyguard yang selalu mengawal Kenzo melangkah cepat mendekati Sophia. Namun lagi-lagi mereka didahului oleh Kenzo yang sangat aktif. Pasalnya anak balita itu ingin melihat langsung wajah wanita yang kembali bersama ayahnya."Tante baik!" ucap Kenzo dengan mata melebar melihat wanita yang pernah menolongnya.Sementara Sophia yang berusaha untuk bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang baru saja memanggilnya Tante baik.Ingatannya kembali berputar beberapa hari ini guna mengingat wajah anak tampan itu, hingga senyuman tipis menghiasi wajah Sophia setelah berhasil mengingat wajah anak kecil yang pernah ditolongnya."Hai Kenzo" panggil Sophia sambil tersenyum tipis."Kenapa Tante baik berada di ruangan Daddy?" tanya Kenzo dengan penuh selidik. Kenzo bahkan memperhatikan penampilan Sophia yang tampak sedikit berantakan.Sophia menjadi
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan kantor pencatatan sipil. Dari beberapa menit yang lalu sang pengendara mobil tak kunjung turun."Daddy, mommy, kita sudah sampai. Ayo resmikan hubungan kalian dengan cara menikah." ucap anak kecil dengan antusiasnya dalam mobil tersebut. Seolah-olah anak kecil itu sangat paham betul tentang yang namanya pernikahan, lebih tepatnya hubungan dalam berumah tangga.Kenzo pengen Tante baik yang jadi mommy Kenzo. Jangan sampai Daddy dideketin lagi nenek sihir kayak dulu. Batinnya tersenyum tipis, anak kecil itu tidak lain adalah Kenzo.Setelah sekian lama menginginkan seorang ibu, akhirnya Kenzo menjatuhkan pilihannya pada wanita yang dia panggil Tante baik yang sempat menolongnya tempo hari.Banyaknya wanita cantik yang mendekati ayahnya, termasuk dua wanita cantik yang sempat menikah dengan ayahnya, tak sekalipun dia menyetujui apalagi merestui hubungan ayahnya dengan sosok wanita yang pernah menjadi ibu sambungnya itu.Bahkan Kenz
Sophia memasuki rumah sakit dengan guratan wajah khawatir. Baru saja dia mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit perihal biaya pengobatan putranya sudah membengkak. Jika tak segera melunasinya, maka pengobatan putranya akan dihentikan hari itu juga. Dimana putranya sedang mengidap kanker darah (leukemia)."Dok, beri saya kesempatan selama seminggu. Saya janji akan segera melunasinya." Sophia terus memohon-mohon kepada dokter yang menangani putranya.Sang dokter cuma menghela nafas berat sambil mengusap keningnya. Dia hanya menjalankan segala aturan dari rumah sakit, jika tak melaksanakannya maka konsekuensinya kembali pada dirinya sendiri."Hufff... baiklah, aku memberimu waktu dalam seminggu.""Baik, dok. Terima kasih, dok" ucapnya penuh syukur. Sophia merasa lega setelah diberi waktu selama seminggu untuk melunasi biaya pengobatan putranya. Sophia akan lebih giat lagi bekerja demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan putranya, termasuk bekerja paruh waktu dan menja
Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus."Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpan
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan kantor pencatatan sipil. Dari beberapa menit yang lalu sang pengendara mobil tak kunjung turun."Daddy, mommy, kita sudah sampai. Ayo resmikan hubungan kalian dengan cara menikah." ucap anak kecil dengan antusiasnya dalam mobil tersebut. Seolah-olah anak kecil itu sangat paham betul tentang yang namanya pernikahan, lebih tepatnya hubungan dalam berumah tangga.Kenzo pengen Tante baik yang jadi mommy Kenzo. Jangan sampai Daddy dideketin lagi nenek sihir kayak dulu. Batinnya tersenyum tipis, anak kecil itu tidak lain adalah Kenzo.Setelah sekian lama menginginkan seorang ibu, akhirnya Kenzo menjatuhkan pilihannya pada wanita yang dia panggil Tante baik yang sempat menolongnya tempo hari.Banyaknya wanita cantik yang mendekati ayahnya, termasuk dua wanita cantik yang sempat menikah dengan ayahnya, tak sekalipun dia menyetujui apalagi merestui hubungan ayahnya dengan sosok wanita yang pernah menjadi ibu sambungnya itu.Bahkan Kenz
"Bereskan wanita itu" ucap Andreas kepada bodyguardnya."Baik tuan" sahut salah satu bodyguard yang bersama putranya.Seketika kedua bodyguard yang selalu mengawal Kenzo melangkah cepat mendekati Sophia. Namun lagi-lagi mereka didahului oleh Kenzo yang sangat aktif. Pasalnya anak balita itu ingin melihat langsung wajah wanita yang kembali bersama ayahnya."Tante baik!" ucap Kenzo dengan mata melebar melihat wanita yang pernah menolongnya.Sementara Sophia yang berusaha untuk bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang baru saja memanggilnya Tante baik.Ingatannya kembali berputar beberapa hari ini guna mengingat wajah anak tampan itu, hingga senyuman tipis menghiasi wajah Sophia setelah berhasil mengingat wajah anak kecil yang pernah ditolongnya."Hai Kenzo" panggil Sophia sambil tersenyum tipis."Kenapa Tante baik berada di ruangan Daddy?" tanya Kenzo dengan penuh selidik. Kenzo bahkan memperhatikan penampilan Sophia yang tampak sedikit berantakan.Sophia menjadi
“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia, membuat Sophia langsung membulatkan kedua matanya."A-apa maksudmu tuan? tolong, turunkan aku" ucap Sophia dengan kesalnya sembari memalingkan wajahnya. Ingin rasanya dia menonjok wajah Andreas sambil mencaci maki, agar pria brengsek itu tak lagi berbuat semena-mena terhadapnya.Jujur saja dia sangat kesal mendengar ucapan Andreas yang tiba-tiba ingin menidurinya. Ditambah posisinya saat ini berada di pangkuan pria brengsek itu. Jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berpura-pura tak mendengar ucapan Andreas."Kau ingin mendengar ucapanku sekali lagi?" tanya Andreas sambil menyentuh dagu Sophia agar pandangan mata mereka bertemu, sedang kedua tangannya memegang erat pinggang ramping Sophia."Tidak!" protes Sophia sambil mengepalkan tangannya. Namun, secepat kilat Sophia menarik senyuman manis di sudut bibirnya setelah melihat raut wajah Andreas berubah masam."Emm...bisakah kita bicara baik-baik tuan
Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu. Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam
"Mommy, maafin Noah ya, karena selama ini Noah selalu merepotkan, mommy" ucap Noah sambil memeluk erat tubuh ibunya seolah hari ini menjadi terakhir kalinya dia memeluk ibunya."Tidak sayang, Noah tidak pernah merepotkan, mommy. Justru Noah penyemangat mommy, kesayangan mommy dan kebahagiaan mommy" sahut Sophia tersenyum lalu mencium puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang."Kalau Noah sudah pergi, siapa yang akan menjadi penyemangat mommy, kesayangan....""Jangan katakan seperti itu sayang, kau pasti sembuh, percayalah....karena mommy sudah menjadi ibu peri untukmu." ucap Sophia dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah putranya yang tampak tirus bahkan rambutnya sudah rontok akibat ganasnya penyakit kanker yang dideritanya."Kalau begitu, Noah mau menunjukkan keinginan Noah untuk saat ini. Bisakah mommy mengabulkan segala permintaan Noah?" ucap Noah tersenyum sambil menyentuh pipi ibunya."Tentu sayang" sahutnya dengan anggukan kepala.Dengan senangnya Noah menunjukka
Sementara itu, Kenzo bersama Sophia baru saja sampai di tempat pemakaman mendiang sang mommy. Sophia sampai dibuat bertanya-tanya mendatangi sebuah tempat pemakaman yang begitu bersih dan dijaga beberapa penjaga.Baru kali ini dia mendatangi tempat pemakaman seperti itu, biasanya hanya tempat pemakaman umum yang sering dia datangi ketika mengunjungi mendiang sang suami dan juga kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai di rumah mommy." ucap Kenzo tersenyum melihat kuburan mendiang mommy nya.Deg!Seketika mata Sophia berkaca-kaca, bahkan mendadak ulu hatinya terasa peri mendengar penuturan anak laki-laki yang ditolongnya. Rupanya disinilah rumah mendiang sang ibu Kenzo.Tiba-tiba saja Sophia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Kenzo. Sungguh dia begitu kasihan kepadanya. Dia pun kembali teringat dengan orang-orang yang disayanginya yang sudah tenang di alam sana."Tante baik, ayo. Mommy pasti senang melihatmu berkunjung kesini" ucap Kenzo antusias, membuat lamunan Sophia terbuyark
Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus."Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpan
Sophia memasuki rumah sakit dengan guratan wajah khawatir. Baru saja dia mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit perihal biaya pengobatan putranya sudah membengkak. Jika tak segera melunasinya, maka pengobatan putranya akan dihentikan hari itu juga. Dimana putranya sedang mengidap kanker darah (leukemia)."Dok, beri saya kesempatan selama seminggu. Saya janji akan segera melunasinya." Sophia terus memohon-mohon kepada dokter yang menangani putranya.Sang dokter cuma menghela nafas berat sambil mengusap keningnya. Dia hanya menjalankan segala aturan dari rumah sakit, jika tak melaksanakannya maka konsekuensinya kembali pada dirinya sendiri."Hufff... baiklah, aku memberimu waktu dalam seminggu.""Baik, dok. Terima kasih, dok" ucapnya penuh syukur. Sophia merasa lega setelah diberi waktu selama seminggu untuk melunasi biaya pengobatan putranya. Sophia akan lebih giat lagi bekerja demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan putranya, termasuk bekerja paruh waktu dan menja