Sophia memasuki rumah sakit dengan guratan wajah khawatir. Baru saja dia mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit perihal biaya pengobatan putranya sudah membengkak.
Jika tak segera melunasinya, maka pengobatan putranya akan dihentikan hari itu juga. Dimana putranya sedang mengidap kanker darah (leukemia)."Dok, beri saya kesempatan selama seminggu. Saya janji akan segera melunasinya." Sophia terus memohon-mohon kepada dokter yang menangani putranya.Sang dokter cuma menghela nafas berat sambil mengusap keningnya. Dia hanya menjalankan segala aturan dari rumah sakit, jika tak melaksanakannya maka konsekuensinya kembali pada dirinya sendiri."Hufff... baiklah, aku memberimu waktu dalam seminggu.""Baik, dok. Terima kasih, dok" ucapnya penuh syukur. Sophia merasa lega setelah diberi waktu selama seminggu untuk melunasi biaya pengobatan putranya.Sophia akan lebih giat lagi bekerja demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan putranya, termasuk bekerja paruh waktu dan menjadi penari striptis di sebuah club malam ternama di kotanya._____Suara dentuman keras musik DJ terus menggema di sebuah club malam ternama di kota xxx. Hampir semua pengunjung club malam meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama musik DJ yang tengah menggema.Tidak hanya itu, suara teriakan dan kehebohan yang berasal dari lantai tiga, khususnya para kaum elit begitu meriahnya saat pertunjukan spektakuler sedang berlangsung.Dimana seorang penari striptis mengenakan topeng sedang menampilkan bakat menarinya yang sangat spektakulernya bagi para pengunjung club malam Diamond.Diam-diam sepasang mata elang tampak tertarik melihat gaya menari sang penari striptis yang sangat luwes dan lentur dengan tubuh begitu menggoda bak gitar spanyol.Sebuah seringai licik terpatri disudut bibir pria berwajah tampan nan kharismatik itu, manakala melihat sosok penari striptis yang mampu membuatnya tertarik hanya dalam hitungan beberapa menit saja."Jacobs, aku menginginkan gadis penari itu" pintanya sembari menunjuk kearah gadis penari striptis yang baru saja menyelesaikan tariannya."Tapi tuan, dia itu...."Belum juga menyelesaikan ucapannya, pria yang disebut tuan langsung menimpali ucapannya."Aku siap membayarnya berapapun" ucap pria tampan itu dengan entengnya.Pria yang dipanggil Jacobs seketika membulatkan kedua matanya mendengar ucapan dari lawan bicaranya. Baru kali ini sosok pria yang dia kenal kejam dan berdarah dingin kembali tertarik dengan seorang wanita."Maaf tuan Andreas, dia bukan jalang" balas Jacobs harap cemas."Ha ha ha, aku tertarik untuk membuktikan ucapanmu. Kita lihat saja, dia jalang atau bukan!"Pria tampan yang bernama Andreas itu menyeringai licik sambil mengepalkan tangannya menatap kearah penari striptis yang mulai menuruni tangga panggung pertunjukan.Andreas melangkah lebar menghampiri gadis penari striptis. Dia langsung mencekal tangan gadis penari striptis itu dengan mata diselimuti kabut gairah, seolah-olah sedang menelanjangi penampilan penari tersebut."Tuan! lepaskan!"Sang Penari striptis mencoba melepaskan diri, namun Andreas malah menariknya kencang hingga tubuh mungil penari striptis itu langsung membentur dada bidangnya."Tuan! jangan kurang...emmpphh...."Gadis Penari itu tidak melanjutkan ucapannya, karena mulutnya sudah dibungkam habis oleh bibir Andreas. Namun gadis penari itu tidak patah semangat untuk menghentikan aksi kurang ajar pria itu.Tanpa aba-aba dia langsung menendang aset berharga Andreas, hingga membuat Andreas meringis kesakitan. Tidak hanya itu, gadis penari striptis itu juga melayangkan tamparan keras di wajah tampan Andreas."Aku tidak menyangka kau seorang tuan mesum!" ketusnya sebelum berlalu pergi."Sial, awas kau!" teriaknya dengan amarah menggebu-gebu sambil membungkuk kesakitan. Seketika dia langsung menaruh dendam pada gadis penari striptis.Andreas langsung menandai wajah gadis itu, namun tidak sepenuhnya dia melihat dengan jelas seperti apa rupa gadis itu, karena sebagian wajahnya tertutupi oleh topeng berwarna keemasan. ______Gedung perkantoran dengan puluhan lantai berdiri kokoh di tengah-tengah pusat kota dan menjadi jantung perekonomian negara X. Dari banyaknya gedung perkantoran, Perusahaan Paxton Group yang menjadi salah satu perusahaan bergengsi di negara tersebut.Perusahaan yang bergerak di bidang real estate, perhotelan, ekspor impor, hiburan, market place dan masih banyak lainnya. Hingga investor asing berlomba-lomba menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Selain itu, Perusahaan Paxton Group sudah merambah di berbagai negara dan pusatnya berada di negara X.Hari ini merupakan rapat tahunan perusahaan Paxton Group. Seluruh formasi dari setiap kepala divisi dan para petinggi perusahaan sudah berkumpul di ruang rapat menempati kursinya masing-masing. Mereka semua sedang menunggu kedatangan sang Presdir."Danial, kau sudah menghubungi tuan Andreas?" ucap Pria paruh baya yang terlihat cemas menanyakan atasannya."Sudah ayah! tapi....""Aku sudah katakan agar kau menjemputnya pagi ini, karena itu salah satu tugasmu menjadi sekretarisnya. Tapi, kau sama sekali tidak mendengarkan perintahku! dasar anak bodoh!" tegasnya sampai memarahi putranya. Pria paruh baya itu bernama Thomas William."Ayah, aku sudah mencobanya. Bukankah tugasku setiap hari menjemput tuan Andreas? Tapi pagi ini terjadi drama kecil dirumahnya. Tuan Andreas dan tuan muda sedang berdebat." jelasnya membela diri.Thomas hanya mampu memijit keningnya."Cepat hubungi kembali tuan Andreas!" perintah Thomas kepada putranya."Baik ayah" ucapnya patuh, lalu menghubungi kembali atasannya.Sebuah mobil Lamborghini Aventador melaju kencang membelah jalan raya yang tampak lenggang. Tak henti-hentinya sang pengendara melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya semakin menambah ketampanan wajah sang pengendara mobil dengan rahang kokoh yang dipenuhi bulu-bulu halus di wajahnya.Entah kesekian kalinya ponselnya berbunyi di atas dasboard. Dengan kesalnya dia langsung mengangkat panggilan masuk di ponselnya."Tuan Andreas, rapat.....""Batalkan rapatnya!. Karena anakku jauh lebih penting dari segalanya!" ucapnya dengan suara berat."Ba-baik tuan" sahut seseorang di ujung telepon dan tak lain adalah Danial."Tuan muda, berhenti!" Teriak secara serempak segerombolan pria berpakaian serba hitam mengejar anak laki-laki berusia lima tahun.Sementara anak laki-laki yang dipanggil tuan muda semakin mempercepat langkah kaki mungilnya agar tidak tertangkap oleh para bodyguardnya."Aku tidak boleh tertangkap" gumamnya sambil berlari kencang hingga tas ransel dibalik punggungnya ikut bergoyang seirama dengan langkah kakinya.Bulir keringat mulai membanjiri keningnya, namun anak berusia lima tahun itu tidak pernah gencar menjalankan misinya untuk kabur dari rumah."Tuan muda, tolong berhenti!" teriak mereka serempak.Dimana segerombolan pria berpakaian serba hitam masih terus mengejar tuan mudanya, namun mereka tidak ingin gegabah dan masih perlu melakukan pengawasan demi keselamatan tuan mudanya.Dengan cerdiknya anak laki-laki itu memilih bersembunyi di dalam kardus dekat tong sampah. Dimana di sekitaran pinggir jalan berjejer mobil kontainer pengangkut barang. Otomatis para bodyguard yang mengejarnya langsung kehilangan jejaknya."Tuan muda, tuan muda!" teriak mereka sambil berlarian terus mencari tuan mudanya. Sedangkan anak laki-laki yang bernama lengkap Kenzo Julian Paxton sedang tersenyum penuh kemenangan di dalam tempat persembunyiannya.Sementara para bodyguardnya mulai menyebar, menghadang para pejalan kaki yang melewati area tersebut untuk mempertanyakan tuan mudanya."Hei kau, berhenti!" ucap Lucas yang merupakan ketua bodyguard dari kelompoknya.Tampak wanita cantik yang tengah berjalan tergesa-gesa memilih untuk menghentikan langkahnya. Kemudian Lucas menghampirinya."Apa kau melihat anak kecil lewat disekitar sini? tingginya kira-kira seperti..." ucap Lucas sembari menggantung ucapannya melihat wanita cantik dihadapannya. Dia pun terpesona melihat kecantikan wanita itu."Maaf, saya tidak melihat anak kecil lewat disekitaran sini" jawab wanita cantik itu, lalu melanjutkan kembali langkahnya."Tunggu sebentar nona, saya mau menunjukkan foto...." Lucas mencoba menghentikan wanita cantik itu, namun sayang sekali wanita itu keburu pergi.Lucas hanya mampu menghembuskan nafasnya, kemudian melanjutkan kembali mencari keberadaan tuan mudanya.Hal itu, sudah menjadi kesekian kalinya sang tuan muda kabur ketika berangkat ataupun pulang dari sekolah. Terkadang dia dan lainnya selalu saja di kelabui oleh tuan mudanya yang genius itu.Sementara itu, Kenzo yang merasa yakin bahwa para bodyguard yang selalu melakukan pengawalan terhadapnya sudah pergi jauh. Dia pun lekas keluar dari tempat persembunyiannya.Perlahan mata bulatnya mulai melihat disekelilingnya, terdapat persimpangan jalan di depan sana, namun tidak mungkin juga jika dia harus kembali melewati jalan yang dilewati oleh para bodyguardnya.“Aah, mendingan aku mengunjungi rumah mommy. Setelah itu, aku akan berpetualang menikmati udara bebas” ucapnya kegirangan dengan idenya. Pasalnya Kenzo sangat merindukan mommy nya, sehingga dia ingin mengunjungi tempat peristirahatan terakhir mommy nya.Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus."Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpan
Sementara itu, Kenzo bersama Sophia baru saja sampai di tempat pemakaman mendiang sang mommy. Sophia sampai dibuat bertanya-tanya mendatangi sebuah tempat pemakaman yang begitu bersih dan dijaga beberapa penjaga.Baru kali ini dia mendatangi tempat pemakaman seperti itu, biasanya hanya tempat pemakaman umum yang sering dia datangi ketika mengunjungi mendiang sang suami dan juga kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai di rumah mommy." ucap Kenzo tersenyum melihat kuburan mendiang mommy nya.Deg!Seketika mata Sophia berkaca-kaca, bahkan mendadak ulu hatinya terasa peri mendengar penuturan anak laki-laki yang ditolongnya. Rupanya disinilah rumah mendiang sang ibu Kenzo.Tiba-tiba saja Sophia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Kenzo. Sungguh dia begitu kasihan kepadanya. Dia pun kembali teringat dengan orang-orang yang disayanginya yang sudah tenang di alam sana."Tante baik, ayo. Mommy pasti senang melihatmu berkunjung kesini" ucap Kenzo antusias, membuat lamunan Sophia terbuyark
"Mommy, maafin Noah ya, karena selama ini Noah selalu merepotkan, mommy" ucap Noah sambil memeluk erat tubuh ibunya seolah hari ini menjadi terakhir kalinya dia memeluk ibunya."Tidak sayang, Noah tidak pernah merepotkan, mommy. Justru Noah penyemangat mommy, kesayangan mommy dan kebahagiaan mommy" sahut Sophia tersenyum lalu mencium puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang."Kalau Noah sudah pergi, siapa yang akan menjadi penyemangat mommy, kesayangan....""Jangan katakan seperti itu sayang, kau pasti sembuh, percayalah....karena mommy sudah menjadi ibu peri untukmu." ucap Sophia dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah putranya yang tampak tirus bahkan rambutnya sudah rontok akibat ganasnya penyakit kanker yang dideritanya."Kalau begitu, Noah mau menunjukkan keinginan Noah untuk saat ini. Bisakah mommy mengabulkan segala permintaan Noah?" ucap Noah tersenyum sambil menyentuh pipi ibunya."Tentu sayang" sahutnya dengan anggukan kepala.Dengan senangnya Noah menunjukka
Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu. Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam
“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia, membuat Sophia langsung membulatkan kedua matanya."A-apa maksudmu tuan? tolong, turunkan aku" ucap Sophia dengan kesalnya sembari memalingkan wajahnya. Ingin rasanya dia menonjok wajah Andreas sambil mencaci maki, agar pria brengsek itu tak lagi berbuat semena-mena terhadapnya.Jujur saja dia sangat kesal mendengar ucapan Andreas yang tiba-tiba ingin menidurinya. Ditambah posisinya saat ini berada di pangkuan pria brengsek itu. Jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berpura-pura tak mendengar ucapan Andreas."Kau ingin mendengar ucapanku sekali lagi?" tanya Andreas sambil menyentuh dagu Sophia agar pandangan mata mereka bertemu, sedang kedua tangannya memegang erat pinggang ramping Sophia."Tidak!" protes Sophia sambil mengepalkan tangannya. Namun, secepat kilat Sophia menarik senyuman manis di sudut bibirnya setelah melihat raut wajah Andreas berubah masam."Emm...bisakah kita bicara baik-baik tuan
"Bereskan wanita itu" ucap Andreas kepada bodyguardnya."Baik tuan" sahut salah satu bodyguard yang bersama putranya.Seketika kedua bodyguard yang selalu mengawal Kenzo melangkah cepat mendekati Sophia. Namun lagi-lagi mereka didahului oleh Kenzo yang sangat aktif. Pasalnya anak balita itu ingin melihat langsung wajah wanita yang kembali bersama ayahnya."Tante baik!" ucap Kenzo dengan mata melebar melihat wanita yang pernah menolongnya.Sementara Sophia yang berusaha untuk bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang baru saja memanggilnya Tante baik.Ingatannya kembali berputar beberapa hari ini guna mengingat wajah anak tampan itu, hingga senyuman tipis menghiasi wajah Sophia setelah berhasil mengingat wajah anak kecil yang pernah ditolongnya."Hai Kenzo" panggil Sophia sambil tersenyum tipis."Kenapa Tante baik berada di ruangan Daddy?" tanya Kenzo dengan penuh selidik. Kenzo bahkan memperhatikan penampilan Sophia yang tampak sedikit berantakan.Sophia menjadi
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan kantor pencatatan sipil. Dari beberapa menit yang lalu sang pengendara mobil tak kunjung turun."Daddy, mommy, kita sudah sampai. Ayo resmikan hubungan kalian dengan cara menikah." ucap anak kecil dengan antusiasnya dalam mobil tersebut. Seolah-olah anak kecil itu sangat paham betul tentang yang namanya pernikahan, lebih tepatnya hubungan dalam berumah tangga.Kenzo pengen Tante baik yang jadi mommy Kenzo. Jangan sampai Daddy dideketin lagi nenek sihir kayak dulu. Batinnya tersenyum tipis, anak kecil itu tidak lain adalah Kenzo.Setelah sekian lama menginginkan seorang ibu, akhirnya Kenzo menjatuhkan pilihannya pada wanita yang dia panggil Tante baik yang sempat menolongnya tempo hari.Banyaknya wanita cantik yang mendekati ayahnya, termasuk dua wanita cantik yang sempat menikah dengan ayahnya, tak sekalipun dia menyetujui apalagi merestui hubungan ayahnya dengan sosok wanita yang pernah menjadi ibu sambungnya itu.Bahkan Kenz
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan kantor pencatatan sipil. Dari beberapa menit yang lalu sang pengendara mobil tak kunjung turun."Daddy, mommy, kita sudah sampai. Ayo resmikan hubungan kalian dengan cara menikah." ucap anak kecil dengan antusiasnya dalam mobil tersebut. Seolah-olah anak kecil itu sangat paham betul tentang yang namanya pernikahan, lebih tepatnya hubungan dalam berumah tangga.Kenzo pengen Tante baik yang jadi mommy Kenzo. Jangan sampai Daddy dideketin lagi nenek sihir kayak dulu. Batinnya tersenyum tipis, anak kecil itu tidak lain adalah Kenzo.Setelah sekian lama menginginkan seorang ibu, akhirnya Kenzo menjatuhkan pilihannya pada wanita yang dia panggil Tante baik yang sempat menolongnya tempo hari.Banyaknya wanita cantik yang mendekati ayahnya, termasuk dua wanita cantik yang sempat menikah dengan ayahnya, tak sekalipun dia menyetujui apalagi merestui hubungan ayahnya dengan sosok wanita yang pernah menjadi ibu sambungnya itu.Bahkan Kenz
"Bereskan wanita itu" ucap Andreas kepada bodyguardnya."Baik tuan" sahut salah satu bodyguard yang bersama putranya.Seketika kedua bodyguard yang selalu mengawal Kenzo melangkah cepat mendekati Sophia. Namun lagi-lagi mereka didahului oleh Kenzo yang sangat aktif. Pasalnya anak balita itu ingin melihat langsung wajah wanita yang kembali bersama ayahnya."Tante baik!" ucap Kenzo dengan mata melebar melihat wanita yang pernah menolongnya.Sementara Sophia yang berusaha untuk bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang baru saja memanggilnya Tante baik.Ingatannya kembali berputar beberapa hari ini guna mengingat wajah anak tampan itu, hingga senyuman tipis menghiasi wajah Sophia setelah berhasil mengingat wajah anak kecil yang pernah ditolongnya."Hai Kenzo" panggil Sophia sambil tersenyum tipis."Kenapa Tante baik berada di ruangan Daddy?" tanya Kenzo dengan penuh selidik. Kenzo bahkan memperhatikan penampilan Sophia yang tampak sedikit berantakan.Sophia menjadi
“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia, membuat Sophia langsung membulatkan kedua matanya."A-apa maksudmu tuan? tolong, turunkan aku" ucap Sophia dengan kesalnya sembari memalingkan wajahnya. Ingin rasanya dia menonjok wajah Andreas sambil mencaci maki, agar pria brengsek itu tak lagi berbuat semena-mena terhadapnya.Jujur saja dia sangat kesal mendengar ucapan Andreas yang tiba-tiba ingin menidurinya. Ditambah posisinya saat ini berada di pangkuan pria brengsek itu. Jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berpura-pura tak mendengar ucapan Andreas."Kau ingin mendengar ucapanku sekali lagi?" tanya Andreas sambil menyentuh dagu Sophia agar pandangan mata mereka bertemu, sedang kedua tangannya memegang erat pinggang ramping Sophia."Tidak!" protes Sophia sambil mengepalkan tangannya. Namun, secepat kilat Sophia menarik senyuman manis di sudut bibirnya setelah melihat raut wajah Andreas berubah masam."Emm...bisakah kita bicara baik-baik tuan
Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu. Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam
"Mommy, maafin Noah ya, karena selama ini Noah selalu merepotkan, mommy" ucap Noah sambil memeluk erat tubuh ibunya seolah hari ini menjadi terakhir kalinya dia memeluk ibunya."Tidak sayang, Noah tidak pernah merepotkan, mommy. Justru Noah penyemangat mommy, kesayangan mommy dan kebahagiaan mommy" sahut Sophia tersenyum lalu mencium puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang."Kalau Noah sudah pergi, siapa yang akan menjadi penyemangat mommy, kesayangan....""Jangan katakan seperti itu sayang, kau pasti sembuh, percayalah....karena mommy sudah menjadi ibu peri untukmu." ucap Sophia dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah putranya yang tampak tirus bahkan rambutnya sudah rontok akibat ganasnya penyakit kanker yang dideritanya."Kalau begitu, Noah mau menunjukkan keinginan Noah untuk saat ini. Bisakah mommy mengabulkan segala permintaan Noah?" ucap Noah tersenyum sambil menyentuh pipi ibunya."Tentu sayang" sahutnya dengan anggukan kepala.Dengan senangnya Noah menunjukka
Sementara itu, Kenzo bersama Sophia baru saja sampai di tempat pemakaman mendiang sang mommy. Sophia sampai dibuat bertanya-tanya mendatangi sebuah tempat pemakaman yang begitu bersih dan dijaga beberapa penjaga.Baru kali ini dia mendatangi tempat pemakaman seperti itu, biasanya hanya tempat pemakaman umum yang sering dia datangi ketika mengunjungi mendiang sang suami dan juga kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai di rumah mommy." ucap Kenzo tersenyum melihat kuburan mendiang mommy nya.Deg!Seketika mata Sophia berkaca-kaca, bahkan mendadak ulu hatinya terasa peri mendengar penuturan anak laki-laki yang ditolongnya. Rupanya disinilah rumah mendiang sang ibu Kenzo.Tiba-tiba saja Sophia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Kenzo. Sungguh dia begitu kasihan kepadanya. Dia pun kembali teringat dengan orang-orang yang disayanginya yang sudah tenang di alam sana."Tante baik, ayo. Mommy pasti senang melihatmu berkunjung kesini" ucap Kenzo antusias, membuat lamunan Sophia terbuyark
Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus."Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpan
Sophia memasuki rumah sakit dengan guratan wajah khawatir. Baru saja dia mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit perihal biaya pengobatan putranya sudah membengkak. Jika tak segera melunasinya, maka pengobatan putranya akan dihentikan hari itu juga. Dimana putranya sedang mengidap kanker darah (leukemia)."Dok, beri saya kesempatan selama seminggu. Saya janji akan segera melunasinya." Sophia terus memohon-mohon kepada dokter yang menangani putranya.Sang dokter cuma menghela nafas berat sambil mengusap keningnya. Dia hanya menjalankan segala aturan dari rumah sakit, jika tak melaksanakannya maka konsekuensinya kembali pada dirinya sendiri."Hufff... baiklah, aku memberimu waktu dalam seminggu.""Baik, dok. Terima kasih, dok" ucapnya penuh syukur. Sophia merasa lega setelah diberi waktu selama seminggu untuk melunasi biaya pengobatan putranya. Sophia akan lebih giat lagi bekerja demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan putranya, termasuk bekerja paruh waktu dan menja