"Mommy, maafin Noah ya, karena selama ini Noah selalu merepotkan, mommy" ucap Noah sambil memeluk erat tubuh ibunya seolah hari ini menjadi terakhir kalinya dia memeluk ibunya.
"Tidak sayang, Noah tidak pernah merepotkan, mommy. Justru Noah penyemangat mommy, kesayangan mommy dan kebahagiaan mommy" sahut Sophia tersenyum lalu mencium puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang."Kalau Noah sudah pergi, siapa yang akan menjadi penyemangat mommy, kesayangan....""Jangan katakan seperti itu sayang, kau pasti sembuh, percayalah....karena mommy sudah menjadi ibu peri untukmu." ucap Sophia dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah putranya yang tampak tirus bahkan rambutnya sudah rontok akibat ganasnya penyakit kanker yang dideritanya."Kalau begitu, Noah mau menunjukkan keinginan Noah untuk saat ini. Bisakah mommy mengabulkan segala permintaan Noah?" ucap Noah tersenyum sambil menyentuh pipi ibunya."Tentu sayang" sahutnya dengan anggukan kepala.Dengan senangnya Noah menunjukkan buku diary yang sudah dia tuliskan segala daftar keinginannya."Mommy, keinginan pertama Noah adalah ingin punya Daddy" ucap Noah dengan riang gembira.Sontak saja membuat Sophia terkejut bukan main mendengar permintaan pertama dari putranya. Haruskah dia mengabulkan permintaan putranya untuk saat ini? sementara dirinya tak pernah memikirkan kearah sana.Memilih pasangan pun tak pernah lagi terpikirkan dibenaknya. Baginya hal yang paling berharga dan satu-satunya kebahagiaan sekaligus masa depannya hanyalah putranya seorang. Dia bahkan rela menjadi penari striptis demi membiayai pengobatan putranya.Mengenai hal yang satu itu, kemungkinan besar dirinya tidak akan kesulitan mencari pasangan, mengingat banyaknya para pengunjung club malam Diamond khususnya kaum pria mengaguminya, bahkan tak segan-segan untuk menjadikannya sebagai penghangat ranjang.Namun Sophia tidak ingin melakukan pekerjaan seperti itu. Akan tetapi, jika tak ada jalan lain lagi untuk mendapatkan pundi-pundi uang demi pengobatan putranya, dia terpaksa melakoni pekerjaan haram seperti itu, lebih tepatnya menjual diri atau siap menjadi penghangat ranjang para pria hidung belang.Yang menjadi masalahnya sekarang, adakah pria yang siap menerimanya bersama putra semata wayangnya? dan menerima statusnya sebagai seorang singel mom?. Bahkan bisa menerimanya apa adanya tanpa memandang latar belakangnya.Noah merasa aneh melihat ibunya hanya diam membisu, dia lekas mengulurkan tangannya untuk menyentuh jemari tangan ibunya."Kenapa mommy diam saja? apakah mommy tidak setuju dengan keinginan, Noah ya?" tanya Noah dengan mata berkaca-kaca. Takutnya keinginannya tak bisa dikabulkan oleh ibunya."Tidak sayang, mommy sedang memikirkan seperti apa ciri-ciri Daddy yang kau inginkan" ucapnya tersenyum sambil mengelus pipi tirus putranya."Mengenai ciri-cirinya, Noah tidak ingin permasalahkan, mommy. Yang jelasnya dia orang baik dan bisa menyayangi Noah maupun mommy." sahut Noah dengan antusiasnya.Setiap kali pembahasan tentang Daddy, anak balita itu selalu saja bersemangat dan sangat antusiasnya. Pasalnya dia berkeinginan untuk memiliki seorang Daddy.Dari bayi sampai balita, Noah belum pernah merasakan kasih sayang dari mendiang sang ayah. Dia bahkan tidak pernah melihat seperti apa rupa ayahnya, mengingat ayahnya sudah tiada sebelum dirinya terlahir di dunia."Baiklah, sesuai keinginan Noah, mommy pasti kabulkan secepatnya." lirih Sophia dengan mata berkaca-kaca."Janji ya, mommy""Iya sayang, mommy janji."Sophia tersenyum merekah sambil menangkup wajah putranya, lalu menarik tubuh mungil putranya masuk ke dalam pelukannya. Sophia akan selalu menunjukkan wajah cerianya setiap kali mengobrol bersama putranya."Mommy, beritahu Noah jika mommy sudah bertemu dengan Daddy." ucapnya sambil mendongak menatap wajah cantik ibunya. Kedua matanya menunjukkan binar kebahagiaan dan tak mampu digambarkan dengan kata-kata."Siap bos kecil." ucap Sophia diiringi anggukan kepala. "Berarti mommy harus cepat-cepat cari Daddy" sahutnya dengan seulas senyuman menghiasi bibirnya."Terima kasih, mommy" ucap Noah sambil mendekap tubuh Ibunya, dimana tubuh hebat itu mampu memberikan kehangatan untuknya._____Di satu sisi, Andreas belum bisa berdamai dengan kejadian semalam. Dia tidak bisa menerima perlakuan buruk dari salah satu pekerja club malam miliknya. Apalagi wanita itu cuma jalang rendahan.Dia bersumpah akan membalas perbuatan wanita jalang itu tanpa ampun, membasminya sampai hancur berkeping-keping hingga menjadi debu jalanan.Seperti itulah aturan main yang selalu dia tanamkan dalam pikirannya. Sekali mengusiknya maka nyawa orang akan melayang sia-sia.Apalagi saat ini, Andreas mengumpulkan anak buahnya di kediamannya. Terlihat pria berbadan kekar yang merupakan anak buah Andreas sedang berbaris rapi di halaman mansion, guna untuk mendengar langsung titah yang akan dikeluarkan oleh tuannya.Daniel yang merupakan sekretarisnya hanya mampu diam melihat situasi disekelilingnya. Dia tak bisa mencegah apalagi bertindak menggagalkan segala perintah tuannya.Namun, Daniel tak ingin tuannya kembali menghabisi nyawa orang tak berdosa hanya karena hal sepele seperti yang sudah-sudah.Dengan gagahnya Andreas melangkah menghampiri anak buahnya dengan sorot mata tajam dan penuh intimidasi menatap tajam kearah anak buahnya."Berikan pelajaran kepada jalang sialan itu dan pastikan hidupnya menjadi debu jalanan!" geram Andreas dengan sorot mata tajam yang sedang diselimuti amarah menggebu-gebu. Bahkan gelas kristal yang masih dipegang di tangannya menjadi objek pelampiasan amarahnya.Tak ada ampun baginya. Sekali mengusiknya, maka bersiaplah menyambut kematianmu. Dialah sosok pria kejam dan berdarah dingin dibalik paras tampannya yang berwujud iblis kematian.Selama ini, Andreas menutupi identitasnya sebagai ketua Mafia dalam kelompok yang dipimpinnya. Dia hanya dikenal sebagai pebisnis hebat dan juga duda beranak satu.Padahal kenyataannya dia adalah seorang bos mafia yang sangat ditakuti di berbagai negara. Dibalik paras tampannya bak titisan dewa, tersimpan tipu muslihat didalamnya yang ternyata iblis berdarah dingin. "Baik tuan" ucap anak buahnya dengan kompaknya. Kemudian mereka lekas bubar untuk bergerak cepat menangkap wanita yang sudah mengusik tuannya. "Tunggu tuan!"Daniel langsung bergerak cepat untuk menghentikan langkah kaki tuannya."Kenapa?" tanyanya dengan kening berkerut melihat gelagat Daniel."Wanita semalam seorang singel mom. Dia memiliki seorang putra yang mengidap kanker darah. Apakah anda ingin menghabisi mereka?" tanya Daniel dengan sungguh-sungguh. Pasalnya dia ditugaskan langsung mencari identitas lengkap para penari striptis di club malam Diamond."Lalu? kau pikir aku akan diam saja setelah dia berhasil mengusikku, hah!" ketus Andreas dengan raut wajah dingin yang masih saja diselimuti amarah."Bukan seperti itu, tuan. Tapi seenggaknya jangan menghabisi nyawanya. Karena saat ini anaknya sangat membutuhkannya" jelas Daniel dengan hati-hati, takutnya menyinggung perasaan tuannya.Andreas langsung mengepalkan tangannya mendengar ucapan Daniel."Aku tidak peduli!" bentaknya sambil menunjuk kearah Daniel."Tolong, ampuni dia tuan. Karena saat ini, anaknya sedang mengidap penyakit kanker dan tengah berjuang keras untuk sembuh. Bagaimana jadinya jika anak tak berdosa itu kehilangan ibunya" tambah Daniel sambil membungkukkan badannya. Berharap apa yang disampaikannya mampu mengubah jalan pikirannya tuannya."Bawa jalang sialan itu kehadapanku!, Daniel!" perintah Andreas sambil mencengkram kuat kerah kemeja Daniel."Baik tuan" ucap Daniel dengan seulas senyuman menghiasi bibirnya."Mulai hari ini, aku akan mengubah kehidupanmu tuan" ucap Daniel dalam hati.Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu. Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam
“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia, membuat Sophia langsung membulatkan kedua matanya."A-apa maksudmu tuan? tolong, turunkan aku" ucap Sophia dengan kesalnya sembari memalingkan wajahnya. Ingin rasanya dia menonjok wajah Andreas sambil mencaci maki, agar pria brengsek itu tak lagi berbuat semena-mena terhadapnya.Jujur saja dia sangat kesal mendengar ucapan Andreas yang tiba-tiba ingin menidurinya. Ditambah posisinya saat ini berada di pangkuan pria brengsek itu. Jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berpura-pura tak mendengar ucapan Andreas."Kau ingin mendengar ucapanku sekali lagi?" tanya Andreas sambil menyentuh dagu Sophia agar pandangan mata mereka bertemu, sedang kedua tangannya memegang erat pinggang ramping Sophia."Tidak!" protes Sophia sambil mengepalkan tangannya. Namun, secepat kilat Sophia menarik senyuman manis di sudut bibirnya setelah melihat raut wajah Andreas berubah masam."Emm...bisakah kita bicara baik-baik tuan
"Bereskan wanita itu" ucap Andreas kepada bodyguardnya."Baik tuan" sahut salah satu bodyguard yang bersama putranya.Seketika kedua bodyguard yang selalu mengawal Kenzo melangkah cepat mendekati Sophia. Namun lagi-lagi mereka didahului oleh Kenzo yang sangat aktif. Pasalnya anak balita itu ingin melihat langsung wajah wanita yang kembali bersama ayahnya."Tante baik!" ucap Kenzo dengan mata melebar melihat wanita yang pernah menolongnya.Sementara Sophia yang berusaha untuk bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang baru saja memanggilnya Tante baik.Ingatannya kembali berputar beberapa hari ini guna mengingat wajah anak tampan itu, hingga senyuman tipis menghiasi wajah Sophia setelah berhasil mengingat wajah anak kecil yang pernah ditolongnya."Hai Kenzo" panggil Sophia sambil tersenyum tipis."Kenapa Tante baik berada di ruangan Daddy?" tanya Kenzo dengan penuh selidik. Kenzo bahkan memperhatikan penampilan Sophia yang tampak sedikit berantakan.Sophia menjadi
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan kantor pencatatan sipil. Dari beberapa menit yang lalu sang pengendara mobil tak kunjung turun."Daddy, mommy, kita sudah sampai. Ayo resmikan hubungan kalian dengan cara menikah." ucap anak kecil dengan antusiasnya dalam mobil tersebut. Seolah-olah anak kecil itu sangat paham betul tentang yang namanya pernikahan, lebih tepatnya hubungan dalam berumah tangga.Kenzo pengen Tante baik yang jadi mommy Kenzo. Jangan sampai Daddy dideketin lagi nenek sihir kayak dulu. Batinnya tersenyum tipis, anak kecil itu tidak lain adalah Kenzo.Setelah sekian lama menginginkan seorang ibu, akhirnya Kenzo menjatuhkan pilihannya pada wanita yang dia panggil Tante baik yang sempat menolongnya tempo hari.Banyaknya wanita cantik yang mendekati ayahnya, termasuk dua wanita cantik yang sempat menikah dengan ayahnya, tak sekalipun dia menyetujui apalagi merestui hubungan ayahnya dengan sosok wanita yang pernah menjadi ibu sambungnya itu.Bahkan Kenz
Sophia memasuki rumah sakit dengan guratan wajah khawatir. Baru saja dia mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit perihal biaya pengobatan putranya sudah membengkak. Jika tak segera melunasinya, maka pengobatan putranya akan dihentikan hari itu juga. Dimana putranya sedang mengidap kanker darah (leukemia)."Dok, beri saya kesempatan selama seminggu. Saya janji akan segera melunasinya." Sophia terus memohon-mohon kepada dokter yang menangani putranya.Sang dokter cuma menghela nafas berat sambil mengusap keningnya. Dia hanya menjalankan segala aturan dari rumah sakit, jika tak melaksanakannya maka konsekuensinya kembali pada dirinya sendiri."Hufff... baiklah, aku memberimu waktu dalam seminggu.""Baik, dok. Terima kasih, dok" ucapnya penuh syukur. Sophia merasa lega setelah diberi waktu selama seminggu untuk melunasi biaya pengobatan putranya. Sophia akan lebih giat lagi bekerja demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan putranya, termasuk bekerja paruh waktu dan menja
Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus."Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpan
Sementara itu, Kenzo bersama Sophia baru saja sampai di tempat pemakaman mendiang sang mommy. Sophia sampai dibuat bertanya-tanya mendatangi sebuah tempat pemakaman yang begitu bersih dan dijaga beberapa penjaga.Baru kali ini dia mendatangi tempat pemakaman seperti itu, biasanya hanya tempat pemakaman umum yang sering dia datangi ketika mengunjungi mendiang sang suami dan juga kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai di rumah mommy." ucap Kenzo tersenyum melihat kuburan mendiang mommy nya.Deg!Seketika mata Sophia berkaca-kaca, bahkan mendadak ulu hatinya terasa peri mendengar penuturan anak laki-laki yang ditolongnya. Rupanya disinilah rumah mendiang sang ibu Kenzo.Tiba-tiba saja Sophia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Kenzo. Sungguh dia begitu kasihan kepadanya. Dia pun kembali teringat dengan orang-orang yang disayanginya yang sudah tenang di alam sana."Tante baik, ayo. Mommy pasti senang melihatmu berkunjung kesini" ucap Kenzo antusias, membuat lamunan Sophia terbuyark
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan kantor pencatatan sipil. Dari beberapa menit yang lalu sang pengendara mobil tak kunjung turun."Daddy, mommy, kita sudah sampai. Ayo resmikan hubungan kalian dengan cara menikah." ucap anak kecil dengan antusiasnya dalam mobil tersebut. Seolah-olah anak kecil itu sangat paham betul tentang yang namanya pernikahan, lebih tepatnya hubungan dalam berumah tangga.Kenzo pengen Tante baik yang jadi mommy Kenzo. Jangan sampai Daddy dideketin lagi nenek sihir kayak dulu. Batinnya tersenyum tipis, anak kecil itu tidak lain adalah Kenzo.Setelah sekian lama menginginkan seorang ibu, akhirnya Kenzo menjatuhkan pilihannya pada wanita yang dia panggil Tante baik yang sempat menolongnya tempo hari.Banyaknya wanita cantik yang mendekati ayahnya, termasuk dua wanita cantik yang sempat menikah dengan ayahnya, tak sekalipun dia menyetujui apalagi merestui hubungan ayahnya dengan sosok wanita yang pernah menjadi ibu sambungnya itu.Bahkan Kenz
"Bereskan wanita itu" ucap Andreas kepada bodyguardnya."Baik tuan" sahut salah satu bodyguard yang bersama putranya.Seketika kedua bodyguard yang selalu mengawal Kenzo melangkah cepat mendekati Sophia. Namun lagi-lagi mereka didahului oleh Kenzo yang sangat aktif. Pasalnya anak balita itu ingin melihat langsung wajah wanita yang kembali bersama ayahnya."Tante baik!" ucap Kenzo dengan mata melebar melihat wanita yang pernah menolongnya.Sementara Sophia yang berusaha untuk bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang baru saja memanggilnya Tante baik.Ingatannya kembali berputar beberapa hari ini guna mengingat wajah anak tampan itu, hingga senyuman tipis menghiasi wajah Sophia setelah berhasil mengingat wajah anak kecil yang pernah ditolongnya."Hai Kenzo" panggil Sophia sambil tersenyum tipis."Kenapa Tante baik berada di ruangan Daddy?" tanya Kenzo dengan penuh selidik. Kenzo bahkan memperhatikan penampilan Sophia yang tampak sedikit berantakan.Sophia menjadi
“Aku ingin kau melayaniku!" bisik Andreas sambil meniup daun telinga Sophia, membuat Sophia langsung membulatkan kedua matanya."A-apa maksudmu tuan? tolong, turunkan aku" ucap Sophia dengan kesalnya sembari memalingkan wajahnya. Ingin rasanya dia menonjok wajah Andreas sambil mencaci maki, agar pria brengsek itu tak lagi berbuat semena-mena terhadapnya.Jujur saja dia sangat kesal mendengar ucapan Andreas yang tiba-tiba ingin menidurinya. Ditambah posisinya saat ini berada di pangkuan pria brengsek itu. Jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya berpura-pura tak mendengar ucapan Andreas."Kau ingin mendengar ucapanku sekali lagi?" tanya Andreas sambil menyentuh dagu Sophia agar pandangan mata mereka bertemu, sedang kedua tangannya memegang erat pinggang ramping Sophia."Tidak!" protes Sophia sambil mengepalkan tangannya. Namun, secepat kilat Sophia menarik senyuman manis di sudut bibirnya setelah melihat raut wajah Andreas berubah masam."Emm...bisakah kita bicara baik-baik tuan
Sophia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan kasar melewati lorong rumah sakit. Dia merasa tenang habis menjenguk putranya dan akan kembali lanjut bekerja paruh waktu. Diluar dugaan tampak sekelompok pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitam berjalan beriringan dari arah yang berlawanan. Mereka semua terlihat garang menatap sosok objek yang menjadi buruannya sudah di depan mata.Sementara itu, Sophia sama sekali tidak menyadari akan situasi di sekitarnya, dimana marabahaya sedang mengintainnya saat ini tanpa memiliki persiapan.“Cepat tangkap wanita itu” perintah salah satu dari mereka dan sepertinya bos dari kelompoknya.Seketika para pria bertubuh tegap langsung menghadang Sophia. Bahkan mereka tak memberikan celah sedikitpun bagi Sophia untuk kabur dari tempat tersebut.“Siapa kalian!” Sophia tampak waspada melihat orang-orang yang sedang menghadangnya. Sejujurnya dia mulai panik melihat mereka semua.“Bawa dia!” ucap pria berambut ikal dengan tato dilehernya menatap tajam
"Mommy, maafin Noah ya, karena selama ini Noah selalu merepotkan, mommy" ucap Noah sambil memeluk erat tubuh ibunya seolah hari ini menjadi terakhir kalinya dia memeluk ibunya."Tidak sayang, Noah tidak pernah merepotkan, mommy. Justru Noah penyemangat mommy, kesayangan mommy dan kebahagiaan mommy" sahut Sophia tersenyum lalu mencium puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang."Kalau Noah sudah pergi, siapa yang akan menjadi penyemangat mommy, kesayangan....""Jangan katakan seperti itu sayang, kau pasti sembuh, percayalah....karena mommy sudah menjadi ibu peri untukmu." ucap Sophia dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah putranya yang tampak tirus bahkan rambutnya sudah rontok akibat ganasnya penyakit kanker yang dideritanya."Kalau begitu, Noah mau menunjukkan keinginan Noah untuk saat ini. Bisakah mommy mengabulkan segala permintaan Noah?" ucap Noah tersenyum sambil menyentuh pipi ibunya."Tentu sayang" sahutnya dengan anggukan kepala.Dengan senangnya Noah menunjukka
Sementara itu, Kenzo bersama Sophia baru saja sampai di tempat pemakaman mendiang sang mommy. Sophia sampai dibuat bertanya-tanya mendatangi sebuah tempat pemakaman yang begitu bersih dan dijaga beberapa penjaga.Baru kali ini dia mendatangi tempat pemakaman seperti itu, biasanya hanya tempat pemakaman umum yang sering dia datangi ketika mengunjungi mendiang sang suami dan juga kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai di rumah mommy." ucap Kenzo tersenyum melihat kuburan mendiang mommy nya.Deg!Seketika mata Sophia berkaca-kaca, bahkan mendadak ulu hatinya terasa peri mendengar penuturan anak laki-laki yang ditolongnya. Rupanya disinilah rumah mendiang sang ibu Kenzo.Tiba-tiba saja Sophia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Kenzo. Sungguh dia begitu kasihan kepadanya. Dia pun kembali teringat dengan orang-orang yang disayanginya yang sudah tenang di alam sana."Tante baik, ayo. Mommy pasti senang melihatmu berkunjung kesini" ucap Kenzo antusias, membuat lamunan Sophia terbuyark
Kenzo mulai melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah, sebuah bus berhenti di depannya. Wajahnya yang terlihat polos perlahan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan, hingga senyuman tipis menghiasi bibir mungilnya melihat nenek tua berjalan menggunakan tongkat mendekati bus. Rupanya nenek tua itulah yang memberhentikan bus tersebut, pikirnya.Seketika bohlam lampu merah menyala-nyala di atas kepala anak laki-laki berwajah tampan dan menggemaskan itu, karena hal itu menandakan bahwa Kenzo memiliki sebuah ide yang cemerlang.Dengan penuh kecerdikan Kenzo lekas mendekati nenek tua tersebut, kemudian berjalan di sampingnya seolah-olah dirinya adalah cucu dari nenek tua itu.“Sini nenek, biar Kenzo bantu ya!” ucapnya penuh perhatian. Sementara itu, si nenek tua yang sudah pikun sama sekali tak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bocah menggemaskan yang membantunya naik ke atas bus."Terima kasih, nak!" ucap nenek tua itu setelah berhasil duduk di kursi penumpan
Sophia memasuki rumah sakit dengan guratan wajah khawatir. Baru saja dia mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit perihal biaya pengobatan putranya sudah membengkak. Jika tak segera melunasinya, maka pengobatan putranya akan dihentikan hari itu juga. Dimana putranya sedang mengidap kanker darah (leukemia)."Dok, beri saya kesempatan selama seminggu. Saya janji akan segera melunasinya." Sophia terus memohon-mohon kepada dokter yang menangani putranya.Sang dokter cuma menghela nafas berat sambil mengusap keningnya. Dia hanya menjalankan segala aturan dari rumah sakit, jika tak melaksanakannya maka konsekuensinya kembali pada dirinya sendiri."Hufff... baiklah, aku memberimu waktu dalam seminggu.""Baik, dok. Terima kasih, dok" ucapnya penuh syukur. Sophia merasa lega setelah diberi waktu selama seminggu untuk melunasi biaya pengobatan putranya. Sophia akan lebih giat lagi bekerja demi mendapatkan pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan putranya, termasuk bekerja paruh waktu dan menja