Share

54. Hilang (S2)

Penulis: Just Mommy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ira jadi merasa seperti dejavu. Sebab, baru kemarin dirinya tidak bisa menghubungi Bian.

Namun, saat Ira hendak melajukan kendaraannya, ponsel dokter itu kembali berdering. Ira pun mengurungkan niatnya. Kemudian ia langsung menjawab panggilan dari kekasinya tersebut.

Telepon terhubung.

“Assalamualaikum, Sayang,” sapa Bian dari seberang telepon.

“Waalaikumsalam. Ya ampun kamu ke mana aja, sih? Kenapa baru hubungin aku?” Ira langsung protes pada kekasihnya itu.

“Maaf, Sayang. Tadi pas baru sampe sini ternyata ponsel aku lowbat. Terus barusan aku abis shalat maghrib dan ponselnya masih dicas,” jelas Bian.

“Ooh, kirain kamu mau ghosting,” ucap Ira. Ia jadi nethink karena ucapan kakak dan papahnya itu.

“Lha, kenapa kamu mikir begitu? Jauh banget sih mikirnya? Gak mungkinlah aku ninggalin kamu gitu aja,” sahut Bian, yakin.

“Ya, siapa tau. Namanya juga jauh di mata,” ucap Ira.

“Tapi dekat di hati, kan,” ucap Bian.

“Mulai deh, gombal. Ya udah aku mau pulang dulu. Yang penting sekarang kamu ud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dinikahi Profesor Galak   55. Hadir Kembali (S2)

    Zein ternganga melihat sikap adiknya seperti itu. “Lha, kenapa ngamuk? Apa hubungan mereka bermasalah?” gumam Zein.“Kenapa, Mas?” tanya Intan saat melihat suaminya sedang melamun sambil menatap ke arah Ira yang semakin menjauh.“Itu, katanya kan calonnya Ira mau pulang besok. Tapi aku cuma nanya ke dia, Ira-nya malah marah-marah,” jawab Zein. Kemudian mereka berjalan ke arah ruangan Zein.“Marah-marah? Lagi berantem kali. Makanya dia sensi,” ucap Intan.“Itu dia. Aku juga mikirnya begitu. Cuma aku khawatir aja kalau ternyata cowok itu nyakitin Ira,” ucap Zein.Ia terkesan menyebalkan karena terlalu ikut campur pada hubungan adiknya. Namun sebenarnya Zein melakukan hal itu karena sangat peduli pada Ira. Ia tidak ingin adiknya disakiti oleh pria mana pun.Sejak awal, Zein tidak setuju Ira berhubungan dengan Bian. Selain karena Bian pernah mendekati Intan, tetapi profesor itu khawatir Bian tidak setia karena hubungan jarak jauh mereka.“Ya udah, sekarang kita doain yang terbaik aja untu

  • Dinikahi Profesor Galak   56. Benci Kamu (S2)

    Saat Bian melepaskan pelukannya, Ira masih belum menyadari ada perubahan dari sikap Bian.“Bi, kamu ke mana aja, sih? Pasti kamu abis tugas, ya?” tanya Ira sambil berurai air mata. Ia menggenggam kedua tangan Bian.“Mas Malik, itu siapa?” tanya seorang wanita yang muncul di belakang Bian. Ia bingung melihat bian bicara dengan seorang wanita.Ira mengerutkan keningnya. ‘Malik?’ batinnya. Ia lupa bahwa Malik adalah nama panjang Bian.Bian pun menjawabnya sambil menatap Ira. “Enggak kenal,” ucap Bian.Deg!Lutut Ira terasa lemas kala mendengar ucapan Bian. Namun ia masih enggan percaya. “Bi, kamu jangan bercanda, ya! Aku udah hampir mati nungguin kamu, ini gak lucu,” ucap Ira dengan suara bergetar.Wanita itu pun mendekat ke arah mereka. “Yakin gak kenal?” tanyanya, sambil menatap ke arah tangan Bian yang sedang digenggam oleh Ira.“Iya. Mungkin kamu salah orang,” ucap Bian pada Ira. Kemudian ia melepaskan tangan itu perlahan, tetapi Ira seolah enggan melepasnya.“Sampe kamu lepas, aku g

  • Dinikahi Profesor Galak   57. Rahasia Bian (S2)

    Ira melirik ke arah kaca spion. Ia bingung mengapa mobil Bian masih ada di sana.“Maunya dia apa, sih? Kalau emang udah gak mau kenal sama aku, ngapain masih diem di situ? Sok mau bantu segala,” gumam Ira. Ia sangat emosi melihat Bian.Apalagi Bian menghampirinya bersama wanita tadi. Membuat hati Ira jadi tak karuan. Perih, sakit, marah, benci, bercampur jadi satu.“Nyesel aku udah nunggu dia. Aku kira dia setia, ternyata malah sama perempuan lain. Apa gak bisa bicara baik-baik? Dasar pengecut!” gumam Ira sambil mengepalkan tangannya.Rasanya ia sangat ingin menghajar Bian. Namun, mengingat tatapannya tadi, Ira merasa tatapan pria itu masih sama seperti dulu.“Argh!” pekik Ira. Saking emosinya, ia sampai tidak sadar telah memukul stir dan membuat klakson mobilnya berbunyi.Tooonn!Bian terperanjat. Ia hendak turun dari mobil. Namun mengurungkan niatnya. Bian tetap memperhatikan Ira dari dalam mobilnya sambil memastikan kondisinya masih aman.“Mas ini kenapa, sih? Sebenarnya dia siapa?

  • Dinikahi Profesor Galak   58. Serba Salah (S2)

    Sementara itu, Ira yang baru saja tiba di rumahnya tersebut tampak menekuk wajahnya.“Assalamualaikum,” ucap Ira saat masuk ke rumah.Muh langsung menyambutnya. “Waalaikumsalam. Gimana undangannya?” tanya Muh.“Gak gimana-gimana, Pah. Aku masuk dulu, ya,” jawab Ira. Kemudian ia langsung berlalu.Muh mengerutkan keningnya. Ia bingung melihat Ira yang tampak kesal. “Kenapa lagi itu, Mah?” tanya Muh pada Rani.“Entahlah. Sejak Bian gak ngasih kabar, Ira kan emang selalu murung,” sahut Rani.Kring! Kring!Tiba-tiba ponsel Muh berdering. Ada telepon masuk dari nomor ponsel Ibu Bian.“Siapa, Pah?” tanya Rani.“Ibunya Bian,” sahut Muh sambil berbisik.“Ya udah, jawab di kamar aja!” ucap Rani.Mereka pun pergi ke kamar untuk menjawab telepon tersebut. Mereka tidak ingin Ira mendengar percakapannya.Telepon terhubung.“Assalamualaikum, Om. Ini aku, Bian,” ucap Bian.Ia menggunakan ponsel ibunya karena khawatir ponselnya disadap.“Waalaikumsalam. Apa kabar, Bi?” tanya Muh.“Alhamdulillah baik,

  • Dinikahi Profesor Galak   59. Dibuntuti (S2)

    Siang ini ada seseorang yang sedang mengintai rumah Ira. Pagar rumah itu cukup tinggi, sehingga ia merasa aman meski mobilnya terparkir di seberang rumah tersebut.Saat ia sedang memantau rumah tersebut, tiba-tiba ada orang yang bertanya padanya.“Permisi! Mas tau alamat ini, gak?” tanya sopir taksi online pada pria itu. Sebab nomor rumah Ira memang tidak terlihat dari luar. Ia pun sungkan bertanya pada satpam rumah tersebut.Pria itu pun melihat alamat yang dimaksud dan ia membaca nama pemesan taksinya. Seolah mendapat angin segar, ia yang sejak tadi memang sedang memantau itu mendapat kesempatan.“Oh saya tau alamat ini. Kebetulan saya kenal orangnya. Ini kekasih saya,” jawab pria itu.“Oya? Rumahnya yang mana ya, Mas?” tanya sopir taksi.“Mas, kebetulan kami sedang bertengkar, makanya dia pesan taksi. Gimana kalau saya yang jemput. Nanti saya tetap bayar Mas, jadi Mas gak perlu khawatir!” jelas pria itu.Sopir tadi merasa keberatan. Sebab risikonya besar.“Mas jangan khawatir, saya

  • Dinikahi Profesor Galak   60. Menjalankan Misi (S2)

    Ketika mobil Bian sudah keluar dari mall, ia menyadari bahwa dirinya dibuntuti lagi. Namun, Bian terkejut kala melihat bahwa orang yang membuntutinya berkurang satu.“Berengsek!” maki Bian. Kemudian ia pun berusaha agar lolos dari penguntit. Setelah itu Bian bergegas kembali ke mall.Ia yakin satu orang lagi sedang membuntuti Ira. Bian pun melajukan kendaraannya secepat mungkin agar bisa segera menyelamatkan Ira.Berhasil Bian bisa lolos karena ada lampu merah yang menahan pengendara motor itu. Setibanya di mall, Bian segera memarkir mobilnya dan mencari Ira yang entah ada di lantai berapa.‘Semoga aku tidak terlambat,’ batin Bian.Saat Bian sedang berlari kecil sambil mencari Ira, dari kejauhan ia melihat bahwa Ira sedang dibuntuti. “Benar dugaanku,” gumam Bian.Ia pun berlari dan naik eskalator karena posisi Ira ada di lantai atas. Ia menuju ke arah yang Ira tuju, kemudian menunggunya di persimpangan.Saat Ira tiba di persimpangan, Bian langsung menarik tangan wanita itu.Greb!Ira

  • Dinikahi Profesor Galak   61. Dilamar (S2)

    Sementara Bian sedang menjalankan misinya, Ira menjalani harinya seperti biasa. Ia sudah terlanjur kecewa pada Bian, sehingga Ira memutuskan untuk move on dan tidak ingin memikirkan Bian lagi.Bahkan, semua foto Bian sudah ia hapus dari ponselnya. Padahal gadis yang bertemu Bian di mall kala itu adalah adik Bian. Namun, karena Bian tidak menjelaskannya Ira pun jadi salah paham.“Mau ke mana, Ra?” tanya Muh saat melihat anaknya hendak pergi.“Mau nonton, Pah,” jawab Ira, santai.Muh senang karena saat ini Ira sudah tidak murung lagi. Namun ia penasaran Ira hendak pergi dengan siapa. “Sama siapa?” tanyanya.“Sama Arga,” jawab Ira.Tak lama kemudian terdengar suara Arga. “Assalamualaikum,” ucap Arga saat berada di depan pintu rumah Muh.“Waalaikumsalam,” sahut Muh dan yang lain.“Nah, tuh dia orangnya udah datang. Aku pergi dulu ya, Pah,” ucap Ira.“Malam, Pak,” sapa Arga pada Muh. Ia pun bersalaman dengan Rani.“Eh, dokter Arga. Mau ke mana, nih?” tanya Muh.“Maaf, Pak. Kalau diizinkan

  • Dinikahi Profesor Galak   62. Penjelasan Bian (S2)

    Seketika air mata Ira mengalir. Sudah sebulan lebih sejak terakhir kali mereka bertemu di mall. Ira berusaha keras untuk melupakan Bian, bahkan ia rela berusaha membuka hati untuk Arga.Kekecewaannya sudah sangat dalam. Apalagi kala itu Bian meninggalkan Ira sendirian dan ia malah pergi dengan wanita lain.Namun, kini Bian justru ada di hadapannya. Datang bersama keluarga untuk melamarnya. Ira tidak paham dengan situasi yang ia hadapi. Ia merasa bahwa Bian telah mempermainkannya.Mereka semua diam karena paham bahwa Ira pasti sangat kecewa pada Bian. Namun mereka pun tahu bahwa dua insan itu masih sama-sama saling mencintai. Hal itulah yang membuat Muh memberi kesempatan pada Bian.Kemarin Bian menghubungi Muh kembali dan mengatakan niat baiknya itu. Awalnya Muh sempat menolak. Namun Bian memohon dan berjanji akan memperbaiki semuanya.Bian pun menjelaskan apa yang terjadi selama sebulan terakhir. Sehingga Muh tidak tega dan mau memberikan kesempatan padanya lagi.Ira menatap Bian unt

Bab terbaru

  • Dinikahi Profesor Galak   86. Bahagia (S2)

    Hati Ira berdebar-debar kala diminta untuk tes kehamilan oleh ibunya. Ia tak menyangka akan secepat ini mendapatkan momongan. Meski hasilnya belum pasti, tetapi entah mengapa Ira yakin bahwa dirinya memang mengandung.“Kamu ada test pack, gak?” tanya Rani.Ira menggelengkan kepalanya. “Enggak, Mah,” jawabnya.“Ya udah nanti Mamah suruh Bibi beli dulu. Atau kamu mau langsung cek ke rumah sakit?” tanya Rani.“Test aja dulu deh, Mah. Kalau ke rumah sakit, takut hasilnya gak sesuai harapan,” jawab Ira.“Ya udah. Tapi kamu sarapan dulu, ya! Jangan sampai sakit karena telat makan!” nasihat Rani.“Iya, Mah. Terima kasih,” sahut Ira, sambil tersenyum.Setelah itu Rani meninggalkan kamar tersebut, kemudian ia meminta Bibi untuk membeli test pack. “Bi, tolong beliin test pack, dong!” ucap Rani pada ART-nya.“Lho, Mamah hamil?” tanya Muh, kanget.“Yang bener aja, masa Mamah hamil?” timpal Zein yang masih ada di sana.“Kalian ini! Bukan buat Mamah,” ucap Rani, gemas.“Terus buat siapa, dong?” tany

  • Dinikahi Profesor Galak   85. Telat (85)

    “Hehehe, ampun, Ndan!” ucap anak buah Bian sambil cengengesan.“Ya udah, kali ini aku beneran pergi. Assalamualaikum,” ucap Bian. Kemudian ia meninggalkan istrinya itu.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Sayang,” sahut Ira.Ia menatap kepergian suaminya itu. “Semoga kamu cepat kembali, Bi. Aku gak sanggup kalau harus pisah terlalu lama lagi,’ batin Ira.“Duh, jadi pingin nikah,” ledek anak buah Bian.“Ya udah, tinggal mengajukan!” sahut Bian, santai.“Yah, saya kan bukan Komandan yang bisa sat set sat set. Mau nikah juga pengajuan dulu, belum lagi prosesnya yang lama,” keluh anak buah Bian.“Ya iya sih masalah utama mah belum ada calonnya! Hahaha,” ledek anak buah Bian yang lain.Mereka semua pun tergelak.Beberapa jam kemudian Ira sudah tiba di rumah Muh kembali. Saat ini ia sedang bersantai di kamarnya, sambil memainkan ponsel.“Kok dia belum ngabarin aku, ya?” gumam Ira.Ia gelisah menanti kabar dari suaminya itu. Padahal Bian tidak sempat untuk memberi kabar pada Ira. Sebab setibanya di

  • Dinikahi Profesor Galak   84. Berpamitan (S2)

    “Mas ... jangan maksa begitu, dong! Lagian kan demi kebaikan Aydin. Aku juga gak akan tenang ninggalinnya,” ucap Intan. Ia tidak enak hati pada mertuanya.“Hehehe, Papah bercanda, kok. Ya udah kalian pergi aja! Biar Aydin sama kami. Lagian Zein kan beberapa bulan terakhir sibuk persiapan alih jabatan, pasti butuh refreshing. Pergilah!” ucap Muh.“Alhamdulillah, gitu dong, Pah! Terima kasih, ya,” ucap Zein. Ia sangat senang karena diizinkan pergi oleh Muh.Zein pun menghampiri dan menggendong anaknya. “Sayang, maaf ya Ayah pergi dulu. Nanti kalau kamu sudah lebih besar, Ayah janji akan ajak kamu jalan-jalan. Oke,” ucap Zein, kemudian ia mencium pipi anaknya.Intan geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya itu. “Kalau begitu aku mau pumping dulu ya, Mas,” ucapnya.“Iya, Sayang. Pumping yang banyak biar anak ayah gak kelaparan,” ucap Zein, sambil menggoda anaknya.Rani dan Muh tersenyum melihat keluarga kecil itu. Mereka bahagia karena kini anaknya begitu harmonis. Padahal dulu dua

  • Dinikahi Profesor Galak   83. Merengek (S2)

    “Enggaklah! Udah mendingan buruan packing biar kamu gak telat. Perjalanan dari sini ke Jakarta kan gak sebentar!” ucap Ira. Meski mengatakan tidak, tetapi ekspresi wajahnya terlihat sangat kecewa.“Iya, Sayang. Maaf, ya,” ucap Bian. Ia terus meminta maaf karena rasa bersalahnya. Apalagi jika melihat wajah Ira seperti itu. Sebab dirinya telah merusak momen penting.Setelah selesai packing, Bian dan Ira meninggalkan kamar mereka. Kemudian Bian check out di lobby."Kamu tunggu di sini, ya!" pinta Bian, saat Ira sudah berada di mobil."Iya," jawab Ira, singkat.Bian pun meninggalkan mobil, kemudian melakukan check out. Tak lupa Bian menjelaskan bahwa akan ada Zein yang menggantikannya. Ia pun meminta kamarnya dibersihkan dan dihias dengan bunga seperti untuk orang bulan madu."Jadi ini tidak ada biaya tambahan, kan?" tanya Bian."Tidak ada, Mas. untuk buangnya kami berikan free," sahut resepsionis. Mereka memberikan free karena Bian telah memesan hotel dengan kelas kamar paling tinggi sel

  • Dinikahi Profesor Galak   82. Terpaksa Pulang (S2)

    “Tau tuh, siapa tadi yang iseng basahin meja, ya?” canda Bian. Ia sengaja ingin membuat istrinya kesal.Namun kemudian Ira teringat. “Ya ampun, ini karena ulah kamu ya, Bi?” tuduh Ira, sambil ternganga. Ia ingat bagaimana tadi dirinya yang baru naik dari kolam itu langsung direbahkan di atas meja.“Gak salah? Kan kamu yang tadi rebahan di sini,” sahut Bian, santai. Ia sengaja menyudutkan istrinya.“Tapi kan kamu yang bawa aku ke sini!” Ira tidak mau kalah. Ia tak terima disalahkan seperti itu. Sebab memang Bian yang merebahkannya di atas meja.“Ya udah, mendingan makan aja jangan debat! Kan udah lapar,” ucap Bian. Ia pun membuka makanan tersebut dan menyendoknya.“Berarti orang itu lihat, dong?” tanya Ira sambil menyendok makanan. Ia masih tidak enak hati memikirkan meja yang basah tersebut.“Iyalah. Dia kan punya mata,” jawab Bian, tanpa dosa. Berbeda dengan Ira, Bian tak peduli. Baginya orang tadi pasti sudah biasa menghadapi hal seperti itu.“Hiiih, kamu ini!” Ira kesal.“Udah maka

  • Dinikahi Profesor Galak   81. Ini Bulan Madu (S2)

    “Mau ngapain, sih?” tanya Ira. Ia yakin suaminya pasti menginginkan sesuatu.Bian langsung menarik Ira. “Biasakan sama suami itu langsung nurut! Jangan suka ngebantah, nanti tuman!” ucap Bian, gemas.“Ya abisnya kamu suka aneh-aneh, sih,” ucap Ira, manja.“Apanya yang aneh? Namanya suami istri begini tuh wajar, Sayang,” ucap Bian, sambil merangkul pinggang Ira. Kemudian merapatkan tubuh mereka.Ira tersenyum. Ia sangat gemas melihat tingkah suaminya itu. “Tuh, kan. Kamu maaah. Emang wajar, sih. Tapi ini masih siang. Aku risih mesra-mesraan siang hari begini, ihh,” keluh Ira.“Dulu waktu masih pacaran, kamu gak risih. Kenapa sekarang malah menghindar,” bisik Bian, nakal. Kemudian ia menggigit telinga istrinya itu.“Bi!” tegur Ira. Ia malu disebut seperti itu oleh suaminya. Ketika sedang berpacaran mereka memang cukup sering bermesraan. Namun hanya sebatas bibir, tidak lebih. Mungkin karena belum halal, jadi mereka masih sangat menggebu-gebu.Sedangkan saat ini mereka sudah menikah dan

  • Dinikahi Profesor Galak   80. Berendam (S2)

    Ira mendorong Bian secara perlahan. “Berarti nanti kamu bisa gak pilih aku, dong?” tanyanya, saat Bian melepaskan tautan bibir mereka.Bian menatap Ira. “Kamu kan tau kalau aku sudah bersumpah untuk menjadikan tugas negara sebagai prioritas?” Ia balik bertanya.Wajah Ira langsung murung. “Iya,” lirihnya. Ia tidak bisa protes untuk hal itu. Apalagi mereka sudah beberapa kali membahas hal itu.“Maaf ya, Sayang,” ucap Bian sambil menangkup pipi Ira. Ia pun bingung karena tidak bisa berbuat apa-apa. Mengatakan janji manis pun tidak mungkin jika tak sesuai kenyataan.“Yah, mau gimana lagi. Udah risiko aku,” ucap Ira, pasrah.Sebenarnya ia hanya ingin jawaban gombal. Namun nyatanya Bian tidak bisa seperti itu. Sehingga Ira kecewa.“Dari pada mikirin yang enggak-enggak. Mending kita kerjakan yang iya-iya,” ucap Bian, genit.Ira mengerutkan keningnya. “Apa?” tanyanya.Bian melirik ke arah tempat tidur.Ira langsung menyipitkan matanya. “Ya ampun, Bi. Ini masih siang, lho,” keluh Ira.“Masalah

  • Dinikahi Profesor Galak   79. Masih Ngambek (S2)

    “Siap aku salah!” ucap Bian. Ia tidak ingin berdebat lagi dengan istrinya. Saat ini ia hanya bisa mengakui kesalahannya. Bian tidak mau sampai bulan madunya gagal karena hanya hal sepele.“Aku kecewa sama kamu,” ucap Ira sambil memalingkan wajah.Meski sedang kesal, melihat Bian mau mengakui kesalahannya membuat Ira senang. Baginya Bian mau mengaku saja sudah cukup, tetapi rasa kesalnya masih ada walaupun ia tidak marah lagi.“Yank, itu camilannya mau di makan, gak?” tanya Bian. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.“Gak!” jawab Ira, ketus.‘Haduh! Pake ketemu dia segala, sih. Jadi kacau gini kan bulan madunya. Gawat banget kalau sampe dia ngambek terus,’ batin Bian.‘Apa iya cewek tadi cuma temen lama dia? Tapi kenapa tatapannya ke aku sinis banget? Aku gak yakin,’ batin Ira. Kemudian ia memicingkan matanya ke arah Bian. Ia ingin menelisik apakah Bian berbohong padanya atau tidak.‘Semoga dia gak nanya macem-macem lagi, deh,’ gumam Bian dalam hati.Ira yang sedang kesal itu akhirnya t

  • Dinikahi Profesor Galak   78. Merajuk (S2)

    Bian terkekeh. “Ya udah jalan dulu ya, Bang. Dari pada bulan madunya gagal nanti. Bahaya,” ucap Bian.“Oke, hati-hati!” sahut Zein. Ia pun tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Zein merasa Ira tidak jauh berbeda dengan dirinya.Akhirnya mereka pun pergi.“Sayang, mau beli camilan dulu, gak?” tanya Bian. Ia khawatir istrinya akan bosan jika tidak ada makanan ringan.“Boleh, deh. Kalau gitu nanti mampir di minimarket aja dulu!” jawab ira.“Siap!” sahut Bian. Mereka pun menuju ke minimarket sebelum melanjutkan perjalanan.“Beli di situ aja ya, Yank?” tanya Bian saat melihat ada minimarket di depan.“Ya udah, ada parkirannya, kan?” sahut Ira.“Ada, tuh!” jawab Bian. Ia pun mengarahkan mobilnya ke minimarket tersebut. Kebetulan parkirannya sedang kosong, sehingga mobil Bian bisa masuk.“Kamu mau ikut turun atau nunggu di sini?” tanya Bian, saat hendak turun dari mobil.“Aku nunggu aja, deh,” sahut Ira. Ia malas jika harus turun. Sebab di luar, matahari cukup terik.“Ya udah, mau beli apa?

DMCA.com Protection Status