Najma dan Izyan sama-sama baru pulang dari tempat kerja. Tentu, mereka sama-sama lelah. Berpapasan di depan rumah, Izyan tersenyum sedangkan Najma pun juga tersenyum. Tapi, senyumannya sangat tipis. Jika tak melihatnya dari dekat, tak terlihat bahwa sedang tersenyum.Izyan paham dan mengerti. Bahwa Najma lelah bekerja. Maka dari itu, tidak ada selera untuk tersenyum lebar. Seperti senyuman Izyan. Mereka sama-sama pulang pada waktu petang. Di mana azan magrib sudah berkumandang. Secara bergantian, mandi. Setelah tubuh mereka segar, langsung menunaikan salat Maghrib dengan Izyan yang menjadi imam.Kebiasan Izyan setelah salat magrib adalah mengaji. Sedangkan, Najma biasanya salat magrib ketika hampir mendekati waktu Isya. Agar, beberapa menit setelah salat magrib, belum sampai melepaskan mukena, sudah langsung menunaikan salat selanjutnya.Namun, semenjak menikah dengan Izyan, salatnya menjadi awal waktu. Terutama ketika salat magrib. Najma yang sehabis salat magrib tak pernah mengaji p
"Pak Dosen, saya boleh minta waktu untuk bimbingan skripsi?" Seorang perempuan berkepang satu mempercepat langkah menyeimbangkan langkah kaki dengan Izyan."Siapa namamu?""Nama saya Tasya Pak.""Sebentar." Izyan mengambil sebuah buku catatan di dalam tasnya. Membolak-balik mencari lembar yang tertulis jadwal bimbingan skripsi.Izyan merupakan salah satu Dosen yang rajin, tepat waktu dan tegas. Jika seorang mahasiswa telah janjian ingin bimbingan, harus hadir tepat waktu. Karena, Izyan memegang prinsip disiplin. Ia benar-benar menjalankan pekerjaan sekaligus tanggung jawab sebagai seorang Desen dengan berusaha sebaik mungkin. Bahkan, ketika sudah buat jadwal pertemuan dengan mahasiswa, dicatat pada buku catatan khusus."Gimana Pak?" Tasya memastikan."Saya hari ini ada jadwal bimbingan tiga mahasiswa sekaligus. Terus sekarang ada jadwal ngajar sampai siang. Setelah itu, saya mau ngerjain tugas Doktor saya. Besok baru ada beberapa waktu kosong. Besok saja ya?"Tasya berfikir sejenak. L
"Woi-woi ada kecelakaan itu!!" Pekik seorang sopir mobil kerja yang Najma tumpangi. Memberhentikan mobil, ketika di depan sudah ada kerumunan orang-orang yang menyaksikan kejadian ini. Sudah terbiasa menghadapi berita seperti ini, ketika rekan-rekan kerja yang lain bergegas keluar mobil. Najma dengan santai keluar. Bahkan, ia masih sempat menghabiskan cireng isi yang dibelinya sewaktu di jalan."NAJMA!! SUAMI KAMU NAJMA!!!" Teriak Kanaya lantang."NAJMA!!!" Panggil Ronald yang wajahnya sudah memerah.Mendengar hal ini, ketika Najma masih duduk di celah pintu mobil, bahkan cireng yang berada di genggaman belum sempat dimakan semua. Spontan dijatuhkan. Tiba-tiba, tubuhnya merinding tak karuan. Kedua matanya terbelalak. "MAS IZYAN?!!" Teriak Najma sudah diiringi air mata yang mengalir begitu saja.Itu benar. Motor matic warna hitam yang sudah rungsek itu, memang motor Izyan. Bergegas, ia berlari menghampiri sang suami yang kini tergeletak tak berdaya dengan darah yang membanjir tubuh
Penanganan yang Dokter Ortopedi lakukan kepada Izyan adalah operasi pemasangan pen. Yang bertujuan untuk menstabilkan posisi tulang pergelangan tangan kiri sehingga, tetap berada di posisi yang tepat. Tak hanya itu, Dokter juga melakukan pengobatan lain yang bertujuan menangani luka-luka di tubuh serta keretakan di tulang tengkoraknya. Yakni menggunakan oksigen dan cairan infus melalui selang hidung. Karena, kecelakaan yang menyerang tulang tengkoraknya ini, menyebabkan pendarahan sampai kadar darah menurun. Najma menyetujui semua cara ini. Asalkan, Izyan kembali pulih seperti semula. "Kenapa bisa kecelakaan Mas? Kamu berkendara pada jalur umumnya kan?" Dengan kondisi tubuh lemas, Izyan menganggukan kepalanya. Matanya begitu sayu sekaligus wajahnya masih pucat. "Teman-temanku berpendapat bahwa ini bentuk kesengajaan. Karena, aneh banget loh. Coba kamu pikir-pikir lagi. Kamu berkendara di jalan yang benar. Tiba-tiba, dari arah belakang mobil melaju dengan kecepatan di atas rat
Siang ini, Najma dan timnya menggorek fakta kasus siapa dalang di balik kecelakaan Izyan. Tentu, dibantu dengan pihak Polisi. CCTV tempat Izyan ditabrak, menampilkan pengendara mobil tersebut melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Bahkan, jika diurutkan cara berkendara mobil tersebut dari kamera pengawas. Memang, sejak Izyan ada di pertigaan, sudah dibututi.Hal ini membuat mereka yang melihat langsung rekaman CCTV di sini, semakin memperkuat opini bahwa ini adalah kesengajaan yang dilakukan atas dasar benci. Karena, sebagian besar kejahatan awal mulanya berasal dari rasa benci. Sebuah rasa yang bisa merugikan diri sendiri sekaligus orang lain.Terlihat dari rekaman CCTV tersebut, plat nomor si pengendara. Untung saja, Polisi bertindak cepat tanpa berbelit-belit. Jadi, setelah menemukan plat nomor kendaraan, langsung mengeceknya di sistem E-Samsat. Langsung tertera data singkat pemilik kendaraan tersebut."Ajibatsa Raharjo Paraga," Ronald membaca nama pemilik kendaraan tersebut. L
"Maafkan aku Mas Izyan ...." Lirih Najma sembari menundukan kepala. Diiringi air mata setelah menjelaskan apa yang terjadi. Terutama, siapa yang menjadi dalang di balik kecelakaan Izyan.Izyan tersenyum tipis. Mengelus kepalanya yang masih terbalut hijab seragam kerja. Lalu berucap, "Nggak apa-apa. Kita lewatin bareng-bareng ya?"Najma pikir, Izyan akan marah setelah menjelaskan yang sebenarnya. Namun justru, respon lelaki itu masih halus bahkan, diiringi dengan senyuman."Mas? Aku nggak salah denger kan?" Najma dibuat tercengang bukan main setelah melihat respon Izyan yang santai."Nggak kok. Masalahku kamu ikut merasakan. Masalahmu, aku ikut merasakan. Ketika kita sepakat untuk menikah. Itu artinya, kita siap memeluk masalah satu sama lain. Aku nggak pernah menyesal nikahin kamu. Karena, apapun yang terjadi itulah yang harus kutanggungjawab karena berani mencintaimu. Karena, pernikahan bukan hanya tentang saling cinta satu sama lain. Jika pernikahan hanya tentang itu, pada dasarnya
Selama empat hari lamanya, Izyan dirawat di rumah sakit. Kini, waktunya berpulang sekaligus dirawat di rumah. Dokter memberitahu jika kemungkinan sembuh sampai memakan waktu empat bulan. Jadi, Najma harus berusaha merawat sang suami dengan baik agar bisa mendukung pulihnya. Bahkan, tangan Izyan sampai mengenakan arm sling untuk menyangga patah tulang.Untung saja, tulang tangan kiri yang kena. Jadi, Izyan masih bisa melakukan aktivitas lain. Termasuk menulis. Besok, ia juga harus kembali mengajar ke kampus. Terbilang sudah banyak mengambil cuti. Sehingga, hal ini membuat Izyan sibuk dengan pekerjaan meskipun baru pulang ke rumah. Bahkan, janjian dengan mahasiswa akan bimbingan skripsi terpaksa dibatalkan. Tentu, hal ini membuat Izyan meminta maaf atas semua musibah yang tak diinginkan.Izyan meminta maaf yang sebesar-besarnya atas semua ini. Meskipun ia Dosen yang dihormati namun, tak gengsi untuk meminta maaf atas semua ini terlebih dahulu. Karena baginya, permintaan maaf tidak mema
Izyan menerima ini semua dengan lapang dada. Ketika ia tak mampu lagi berkendara menuju ke kampus. Jadi, berangkat ataupun pulang bersama sang ayah mertua yang jabatannya sebagai Rektor. Terkait penyebab Izyan kecelakaan, tak ia dan Najma sepakat beritahu siapapun. Karena hal ini, mulanya dari masalah pribadi. Yakni, rasa ketidakterimaan Ibat terhadap Najma. Meskipun memang. Ibat tak seluruhnya salah dengan masalah ini. Apalagi, ini terkait masalah perasaan yang memang bisa membuat orang melakukan apa saja termasuk kejahatan. Tapi, ini semua adalah resiko yang terjadi. Ketika berani mencintai, artinya harus berani menanggung resiko. Dan Izyan, berani menanggung resiko mencintai Najma. Di kampus, Izyan segera bertemu dengan mahasiswa yang ingin bimbingan skripsi. Keterbatasannya dalam bergerak, tak menjadi halangan untuk melakukan kewajiban sekaligus tanggung jawab semaksimal mungkin. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada mahasiswanya. Termasuk memperbaiki yang sal