"Woi-woi ada kecelakaan itu!!" Pekik seorang sopir mobil kerja yang Najma tumpangi. Memberhentikan mobil, ketika di depan sudah ada kerumunan orang-orang yang menyaksikan kejadian ini. Sudah terbiasa menghadapi berita seperti ini, ketika rekan-rekan kerja yang lain bergegas keluar mobil. Najma dengan santai keluar. Bahkan, ia masih sempat menghabiskan cireng isi yang dibelinya sewaktu di jalan."NAJMA!! SUAMI KAMU NAJMA!!!" Teriak Kanaya lantang."NAJMA!!!" Panggil Ronald yang wajahnya sudah memerah.Mendengar hal ini, ketika Najma masih duduk di celah pintu mobil, bahkan cireng yang berada di genggaman belum sempat dimakan semua. Spontan dijatuhkan. Tiba-tiba, tubuhnya merinding tak karuan. Kedua matanya terbelalak. "MAS IZYAN?!!" Teriak Najma sudah diiringi air mata yang mengalir begitu saja.Itu benar. Motor matic warna hitam yang sudah rungsek itu, memang motor Izyan. Bergegas, ia berlari menghampiri sang suami yang kini tergeletak tak berdaya dengan darah yang membanjir tubuh
Penanganan yang Dokter Ortopedi lakukan kepada Izyan adalah operasi pemasangan pen. Yang bertujuan untuk menstabilkan posisi tulang pergelangan tangan kiri sehingga, tetap berada di posisi yang tepat. Tak hanya itu, Dokter juga melakukan pengobatan lain yang bertujuan menangani luka-luka di tubuh serta keretakan di tulang tengkoraknya. Yakni menggunakan oksigen dan cairan infus melalui selang hidung. Karena, kecelakaan yang menyerang tulang tengkoraknya ini, menyebabkan pendarahan sampai kadar darah menurun. Najma menyetujui semua cara ini. Asalkan, Izyan kembali pulih seperti semula. "Kenapa bisa kecelakaan Mas? Kamu berkendara pada jalur umumnya kan?" Dengan kondisi tubuh lemas, Izyan menganggukan kepalanya. Matanya begitu sayu sekaligus wajahnya masih pucat. "Teman-temanku berpendapat bahwa ini bentuk kesengajaan. Karena, aneh banget loh. Coba kamu pikir-pikir lagi. Kamu berkendara di jalan yang benar. Tiba-tiba, dari arah belakang mobil melaju dengan kecepatan di atas rat
Siang ini, Najma dan timnya menggorek fakta kasus siapa dalang di balik kecelakaan Izyan. Tentu, dibantu dengan pihak Polisi. CCTV tempat Izyan ditabrak, menampilkan pengendara mobil tersebut melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Bahkan, jika diurutkan cara berkendara mobil tersebut dari kamera pengawas. Memang, sejak Izyan ada di pertigaan, sudah dibututi.Hal ini membuat mereka yang melihat langsung rekaman CCTV di sini, semakin memperkuat opini bahwa ini adalah kesengajaan yang dilakukan atas dasar benci. Karena, sebagian besar kejahatan awal mulanya berasal dari rasa benci. Sebuah rasa yang bisa merugikan diri sendiri sekaligus orang lain.Terlihat dari rekaman CCTV tersebut, plat nomor si pengendara. Untung saja, Polisi bertindak cepat tanpa berbelit-belit. Jadi, setelah menemukan plat nomor kendaraan, langsung mengeceknya di sistem E-Samsat. Langsung tertera data singkat pemilik kendaraan tersebut."Ajibatsa Raharjo Paraga," Ronald membaca nama pemilik kendaraan tersebut. L
"Maafkan aku Mas Izyan ...." Lirih Najma sembari menundukan kepala. Diiringi air mata setelah menjelaskan apa yang terjadi. Terutama, siapa yang menjadi dalang di balik kecelakaan Izyan.Izyan tersenyum tipis. Mengelus kepalanya yang masih terbalut hijab seragam kerja. Lalu berucap, "Nggak apa-apa. Kita lewatin bareng-bareng ya?"Najma pikir, Izyan akan marah setelah menjelaskan yang sebenarnya. Namun justru, respon lelaki itu masih halus bahkan, diiringi dengan senyuman."Mas? Aku nggak salah denger kan?" Najma dibuat tercengang bukan main setelah melihat respon Izyan yang santai."Nggak kok. Masalahku kamu ikut merasakan. Masalahmu, aku ikut merasakan. Ketika kita sepakat untuk menikah. Itu artinya, kita siap memeluk masalah satu sama lain. Aku nggak pernah menyesal nikahin kamu. Karena, apapun yang terjadi itulah yang harus kutanggungjawab karena berani mencintaimu. Karena, pernikahan bukan hanya tentang saling cinta satu sama lain. Jika pernikahan hanya tentang itu, pada dasarnya
Selama empat hari lamanya, Izyan dirawat di rumah sakit. Kini, waktunya berpulang sekaligus dirawat di rumah. Dokter memberitahu jika kemungkinan sembuh sampai memakan waktu empat bulan. Jadi, Najma harus berusaha merawat sang suami dengan baik agar bisa mendukung pulihnya. Bahkan, tangan Izyan sampai mengenakan arm sling untuk menyangga patah tulang.Untung saja, tulang tangan kiri yang kena. Jadi, Izyan masih bisa melakukan aktivitas lain. Termasuk menulis. Besok, ia juga harus kembali mengajar ke kampus. Terbilang sudah banyak mengambil cuti. Sehingga, hal ini membuat Izyan sibuk dengan pekerjaan meskipun baru pulang ke rumah. Bahkan, janjian dengan mahasiswa akan bimbingan skripsi terpaksa dibatalkan. Tentu, hal ini membuat Izyan meminta maaf atas semua musibah yang tak diinginkan.Izyan meminta maaf yang sebesar-besarnya atas semua ini. Meskipun ia Dosen yang dihormati namun, tak gengsi untuk meminta maaf atas semua ini terlebih dahulu. Karena baginya, permintaan maaf tidak mema
Izyan menerima ini semua dengan lapang dada. Ketika ia tak mampu lagi berkendara menuju ke kampus. Jadi, berangkat ataupun pulang bersama sang ayah mertua yang jabatannya sebagai Rektor. Terkait penyebab Izyan kecelakaan, tak ia dan Najma sepakat beritahu siapapun. Karena hal ini, mulanya dari masalah pribadi. Yakni, rasa ketidakterimaan Ibat terhadap Najma. Meskipun memang. Ibat tak seluruhnya salah dengan masalah ini. Apalagi, ini terkait masalah perasaan yang memang bisa membuat orang melakukan apa saja termasuk kejahatan. Tapi, ini semua adalah resiko yang terjadi. Ketika berani mencintai, artinya harus berani menanggung resiko. Dan Izyan, berani menanggung resiko mencintai Najma. Di kampus, Izyan segera bertemu dengan mahasiswa yang ingin bimbingan skripsi. Keterbatasannya dalam bergerak, tak menjadi halangan untuk melakukan kewajiban sekaligus tanggung jawab semaksimal mungkin. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada mahasiswanya. Termasuk memperbaiki yang sal
"Mas Izyan. Ini malam akhir pekan loh. Nggak mau jalan-jalan kah?" Heran Najma setelah mereka menunaikan salat Isya.Meskipun keadaan Izyan sedang tidak baik-baik saja namun, tetap berusaha tidak melalaikan kewajibannya."Memangnya ada apa di luar sana Naj?""Ada pasar malem. Yuk Mas, kita jajan seblak, baso aci, wonton, mie jebew, smoothies, es kuwut, sosis bakar, aduh pokoknya enak-enak banget. Ayok dong Mas.""Itu semua jajanan apa Naj? Baru denger aku.""Itu semua jajanan enak Mas. Emangnya Mas Izyan belum pernah nyobain?""Aku kalau laper ya makan bekal dari rumah Naj.""Nggak pernah jajan begituan Mas?" tanya Najma penasaran yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang suaminya."Enggak Naj.""Kenapa? Kan duit Mas Izyan banyak.""Lebih hemat dan sehat Naj.""Em, ngomong-ngomong Mas Izyan pinter masak diajarin ibu ya?" tanya Najma yang kini masih melipat mukenanya."Aku belajar sendiri Naj.""Nggak diajarin ibu sambung Mas Izyan?"Setelah menyelesaikan melipat mukena. Lalu mele
Kali ini, Najma dan tim akan memberitakan perlombaan olimpiade matematika. Perlombaan ini, dihadiri banyak perwakilan-perwakilan yang tentu, sudah melalui persiapan matang, dari sekolah-sekolah. Berlangsung menyenangkan sekaligus menegangkan. Sungguh. Najma terkagum-kagum pada prestasi anak bangsa. Yang memiliki kecerdasan sekaligus kepahaman yang cemerlang. Hal ini membuatnya merindukan masa-masa seperti ini. Ketika ia dipercaya untuk mewakili kabupaten mengikuti berbagai lomba debat bahasa Inggris. Lomba ini merupakan lomba yang paling disukai. Karena menurutnya, berdebat sekaligus berbicara dengan bahasa asing memiliki kesan tersendiri. Pada waktu itu, ia berhasil meraih juara satu. Sehingga, melanjutkan ke tingkat provinsi. Namun, di tingkat provinsi, ia tak meraih kedudukan juara satu. Sehingga, untuk melanjutkan tingkat selanjutnya dari perwakilan provinsi lain. Mengingat masa-masa di mana ia begitu ambisius, sungguh membuatnya rindu ingin mengulang lagi.Setelah lomba olimpia
"Kalian harus menikah! Sudahlah Mas Izyan! Tak perlu ada pembelaan lagi! Sudah jelas-jelas ada bukti di depan mata!" Tegas Kepala RW."Apa-apaan sih Pak! Saya itu tak kenal perempuan itu! Saya seumur hidup hanya menggauli Najma!" Lalu berganti menatap Tasya. "Heh kamu, tolonglah jangan rusak rumah tangga saya! Lagi pula, sebelumnya kita tak saling kenal! Kamu ini jahat sekali!" Izyan yang tak terima, terus saja berbicara. Tasya diam sembari memainkan jari jemarinya yang mengeluarkan keringat dingin."Oh, apakah Ayah dari anakmu tak mau bertanggung jawab?? Makanya, kau memfitnah saya agar menutupi kelakuan bejatmu itu? Iya?!" Izyan menggelengkan kepala. "Hatimu benar-benar busuk! Dengan teganya kamu menghancurkan rumah tangga orang lain serta mengusik ketenangan kami! Kamu benar-benar jahat!""Sudah cukup-cukup!!" Kepala RT yang kesal dengan ini sampai menggebrek meja. "Mas Izyan, tolong tanggung jawan atas kehamilan Mbak Tasya! Kami lebih percaya bukti dari pada omongan Anda!""Kalia
Wajah yang tampan itu, tampak lelah sekaligus bermata sayu. Memikirkan semua ini sampai membuatnya tak nafsu makan. Ia yang merasa memiliki keterbatasan dalam berfikir, rela bangun waktu dini hari untuk meminta solusi atas jawaban ini semua. Duduk mengahadap Tuhan yang tak terlihat. Namun, bisa melihat apapun meskipun itu hal tersembunyi.Menengadahkan tangan, meminta maaf, meminta keinginan, serta terutama meminta keutuhan rumah tangganya. Diiringi tangisan, Izyan terus berdoa agar diberikan jalan keluar atas semua ini. Selama setengah jam lamanya, digunakan untuk berdoa. Mengusap wajah, lalu berdiri dari duduknya.Terbilang tangannya sudah sembuh. Jadi, tak usah lagi memakai arm sling. Kedua tangan Izyan sudah bebas bisa melakukan apa saja. Ya dia memang bahagia sekaligus bersyukur dengan ini. Namun, disatu sisi, masalah rumah tangga yang menerpa begitu besar.Sungguh. Ia tak pernah mengkhianati Najma. Bahkan, dengan perempuan itu saja, tak kenal. Karena, bagaimana mungkin ia akan b
Najma diantar ke kamar. Sedangkan Izyan menghadap Pak Thariq. Duduk di ruang keluarga. Izyan yang merasa tak bersalah berani melakukan kontak mata."Jelaskan Izyan!" Tegas Pal Thariq."Saya tak kenal perempuan itu Pak! Bahkan, baru pertama kali saya lihat dia!" Bela Izyan."Terus? Kenapa dia bisa mengaku bahwa sedang hamil anakmu dan menunjukan fotomu sekamar bersamanya?"Posisi mereka seperti seorang seorang Polisi yang sedang mengintrogasi tawanan."Demi Allah Pak! Saya tak melakukan itu! Kalaupun ada foto itu, saya yakin itu hanya editan! Saya mencintai Najma dan saya sudah berjanji akan setia! Saya tak ada keinginan sedikitpun untuk berkhianat! Saya benar-benar tak kenal perempuan itu Pak!" Izyan masih berusaha menjelaskan agar Ayah mertuanya percaya."Mana ponselmu!"Izyan memberikan bahkan, langsung membukakan kunci sandi.Pak Thariq membelakan mata. Lalu menunjukan layar yang memperlihatkan chat dari nomor yang tak disimpan."Baca Yan!"Izyan membaca dengan gumaman, "Mas tolong
"Mbak Najma. Kedatangan saya ke sini karena memberitahukan soal ini ...."Perempuan yang kemarin menatap dari jarak beberapa meter Najma dan Izyan di depan rumah. Tiba-tiba datang ketika Najma baru pulang kerja. Menyodorkan amplop cokelat kecil. Tentu, langsung Najma terima. Mengeluarkan apa yang di dalamnya. Menautkan kedua alis. Karena, ketika baru memperlihatkan kop surat, tertulis nama rumah sakit. Melebarkan surat yang terlipat itu. Membaca satu persatu kata yang ada di dalamnya."Surat keterangan hamil?" Kedua mata Najma terbelalak. "Maksudnya apa? Kamu siapa? Kok bisa-bisanya datang menunjukan surat ini? Kita sebelumnya tidak kenal loh .... Saya hanya tahu kamu tetangga saya!"Tiba-tiba, perempuan itu menundukan kepala. Air matanya mengalir. Sekaligus diiringi isak tangis."Jelaskan!! Apa yang sebenarnya terjadi!!" Najma memegang kedua bahu wanita itu. Bahkan, sampai memaju-mundurkan karena tak kunjung menjawab. Justru, semakin mengeraskan tangisan."Saya .... Hamil anak Mas I
"Naj. Bagaimana kelanjutan pembahasan pembangunan perpustakaan gratis depan rumah kita kelak? Kamu masih bersedia kerjasama kan?" Najma yang sedang melahap sosis bakar pun menoleh. Lalu menjawab, "Ya aku mau Mas. Itu hal yang baik. Ngomong-ngomong, soal progress rumah udah kayak apa?""Nih. Aku dikirimin sama Pak Mandor." Izyan menunjukan foto rumah mereka.Terlihat bangunan bata yang masih terlihat bahannya. Belum dihaluskan menggunakan semen. Namun, sudah bisa digunakan untuk berteduh. Terbilang sudah dipasang atap. "Sekitar berapa bulan lagi Mas?""Kata Pak Mandor bisa sebulan lebih lagi. Karena belum buat dapur, kamar mandi, dan masih ada beberapa ruangan belum dibuat. Naj. Sebentar lagi kita akan tinggal di sana."Dengan penuh nikmat, Najma mengunyah sosis yang tinggal setengah itu. Ketika hari libur tiba, mereka keluar rumah untuk menikmati waktu berdua. Kali ini, mereka berada di taman wisata Gunung Pancar. Sebelum ke sini, tentu Najma membeli jajanan pinggir jalan. "Mas Izy
"Pak! Pak Izyan! Pak!"Panggil seorang mahasiswi sembari menyeimbangkan langkah kaki Izyan yang lebar."Ada apa?" tanya Izyan dengan suara datar."Pak Izyan kenapa tidak lagi balas chat dan telepon saya?""Ada apa memangnya?"Haura memainkan jari jemari yang mengeluarkan keringat dingin. "Saya butuh Pak Izyan .... Saya di rumah kesepian .... Hati saya sakit Pak .... Mental saya tertekan memendam luka ini sendirian .... Sedangkan, Ayah saya tak peduli. Saya pernah mengadu kepadanya namun, saya yang dimarahi ....""Haura. Sembuhkanlah lukamu dengan caramu sendiri.""T ... tapi, t ... tapi kan Pak Izyan pernah bilang sama saya mau bantu saya kan? Termasuk membantu masalah saya? Sa ... saya benar-benar butuh bantuan Pak Izyan ... Saya butuh teman bercerita Pak ..." Haura menundukan kepala. "Saya rasa, hanya Pak Izyan yang mampu mendengarkan saya ketika dunia ini membungkam. Hanya Pak Izyan yang mau mengulurkan tangan untuk membantu saya ketika dunia menendang saya. Dan hanya Pak Izyan ya
Oke. Izyan tak tahan didiami Najma seperti ini terus menerus. Karena, jika hal ini sampai terjadi selama berhari-hari, semuanya akan menjadi runyam dan semakin rumit. Izyan memberanikan diri berbicara jujur apa yang sebenarnya terjadi.Ketika Najma sedang duduk sendiri di balkon kamar karena sedang memainkan game, Izyan duduk di sebelahnya. Namun, kedatangan Izyan tak Najma lirik sama sekali. Fokusnya masih sama pada layar tab sampai membuat alisnya hampir bertaut."Naj." Panggil Izyan yang tak langsung Najma respon."Najma ....""Najma .... Mas pengen ngobrol sama kamu."Posisi Najma masih sama menyilangkan kaki dengan kedua tangan memencet tab. Tak ingin masalah semakin panjang, Izyan merebut tab-nya."Mas Izyan apa-apaan sih!" Tentu, Najma begitu kesal dengan ini."Kalau suami mau ngomong, perhatiin."Najma memutar bola matanya malas. "Kegunaannya?""Kegunaannya agar masalah kita cepet selesai.""Hm," jawab Najma dengan deheman lalu melipat kedua tangan di depan dada."Najma. Maaf
Mungkinkah Izyan selingkuh? Mungkinkah Izyan telah berkhianat? Dan mungkinkah, Izyan sebenarnya lelaki pendusta? Ya bisa jadi. Menikah dengan manusia ibaratnya membeli kucing dalam karung. Tidak semua yang terlihat baik itu baik. Karena, pada dasarnya, manusia akan menunjukan sifat asli kapan saja setelah merasa kehadirannya diterima. Keesokan hari setelah semalaman Najma dan Izyan berdebat, Najma berusaha menghindar. Bahkan, ketika salat subuh pun, sengaja salat lebih dulu agar tak Izyan imami. Karena, ia masih merasa geram dengan kejadian kemarin. Meskipun Najma marah, ia masih memiliki rasa kasihan pada sang suami karena keterbatasannya, dalam memakai baju. Najma memang banyak diam. Namun, tangannya tetap membantu Izyan memakai baju dan menyiapkan keperluan kerjanya. "Naj." Najma diam dengan tangan yang masih mengancingkan baju Izyan. "Najma ...." Panggil Izyan lagi dengan suara yang sangat lembut. "Najma .... Tolong jangan diemin aku gitu dong Naj .... Semua ini bu
"Naj. Bagaimana pendapatmu jika kita membangun sebuah tempat belajar. Berupa perpustakaan di daerah-daerah terpencil. Tempat untuk anak-anak atau orang dewasa membaca?" "Perpustakaan?" Najma mengulangi lagi permintaan Izyan."Ya Naj. Perpustakaan. Gimana menurutmu?""Ke daerah lain ya Mas?""Iya Najma," jawab Izyan menganggukan kepalanya antusias. "Kamu mau kan?""Menurutku. Lebih baik kalau mau bangun sesuatu mulai dari tempat terdekat dari kita Mas. Kita survei dulu sekitar. Kalau misalnya daerah tempat dekat tempat kita tinggal, sudah jelas-jelas memiliki tingkat literasi tinggi, ya udah lanjut ke daerah lain. Kalau misalnya belum ya? Di daerah di tempat kita berpijak dulu. Alangkah baiknya ...."Usulan Najma, tentu Izyan terima dengan baik. Lelaki berkacamata itu mengangguk-anggukan kepala."Benar juga ya Naj? Em, gimana kalau kita buat perpustakaan gratis di samping rumah baru kita kelak? Kan tanah yang akan kita bangun rumah, lumayan luas? Nanti, rencana, setengah samping rumah