Grace tidak makan terlalu banyak. Dia mulai merasa kantuk sehingga berbaring dan meringkuk di ranjang.Grace memeluk Harry sambil menatap setengah wajahnya yang terluka parah itu. Tangannya yang dingin tak kuasa menyentuh wajah Harry dengan hati-hati.Harry tiba-tiba menahan tangan Grace, lalu memeluknya dan bertanya, "Kamu ingin lihat wajahku sebelum terluka?""Sebelum terluka?" Grace tampak kebingungan seperti tidak memahami maksud Harry."Ya, wajah tanpa luka ini. Kamu mau lihat nggak?" tanya Harry dengan suara serak.Grace merasa kepalanya sangat pusing sehingga tidak bisa berpikir dengan baik. Dia mengangguk secara naluriah. Dia ingin melihat seperti apa tampang Harry dulu.Namun, Harry tidak punya foto masa lalu. Bagaimana Grace bisa melihat penampilannya yang keren dan gagah itu? Bagian wajah Harry yang tidak terluka sangat tampan. Tanpa luka itu, Harry pasti pria tertampan di dunia ini. Hanya saja, apa Grace masih bisa melihatnya?"Tutup matamu." Suara Harry yang seksi seolah-o
Harry memicingkan matanya. Dia sudah menahan diri begitu lama, sudah waktunya untuk memperlihatkan kemampuannya. Dia akan membuat orang-orang itu membayar utang dengan perlahan!Grace yang berada di kamar mandi sontak menepuk kepala sendiri. Alkohol memang meresahkan. Grace sampai tidak bisa membedakan kenyataan dengan mimpi.Harry yang sekarang sudah sangat sempurna di mata Grace. Tidak peduli setampan apa Harry dulu, semua itu tidak ada hubungannya dengan Grace. Karena sudah mengakui posisi Harry, Grace akan menerima segala kekurangannya.Grace pun mencuci wajah dengan air dingin supaya pikirannya lebih jernih.....Selesai sarapan, Harry hendak pergi ke perusahaan. Dia tidak punya libur 7 hari seperti orang lain. Selama 2 hari ini, dia dan Juan terus bertelepon untuk membahas masalah pekerjaan.Sementara itu, Grace yang senggang akan menghabiskan waktu dengan membaca buku di halaman belakang. Bagaimanapun, dia akan mengikuti ujian di kemudian hari.Grace membaca buku sambil mengantu
"Tapi, aku muncul karena kamu memikirkanku. Faktanya, kamu lebih menyukaiku daripada Harry yang ada di kenyataan," ujar Harry sambil tersenyum nakal dan perlahan mendekat.Grace hendak melarikan diri, tetapi Harry memeluknya dengan erat. Tangan besar Harry menahan Grace dengan kuat, membuatnya tidak bisa ke mana-mana.Seketika, Grace merasa sangat panik dan gugup. Ketika Harry hendak menciumnya, Grace yang tidak tahu harus bagaimana pun menamparnya.Plak! Terdengar suara tamparan yang nyaring. Harry sampai termangu dibuatnya. Selagi Harry tidak bereaksi, Grace segera mendorongnya dengan sekuat tenaga."Jangan mendekat. Jangan kira kamu bisa semena-mena karena tampan. Ini mimpiku! Aku bisa saja membantaimu! Kamu memang tampan dan membuatku terobsesi untuk sesaat, makanya aku memimpikanmu lagi. Tapi, yang kusukai adalah Harry yang asli, Harry yang selalu memperlakukanku dengan baik!" bentak Grace.Harry merasa lucu mendengarnya. Hanya Grace yang berani menamparnya seperti ini. Dia berkat
Harry langsung duduk. Tanpa rasa sungkan sedikit pun, dia langsung menuangkan anggur dan bertanya, "Kenapa tiba-tiba pulang?""Cuti," sahut Robin dengan tidak acuh. Kemudian, dia tidak sengaja memperhatikan wajah Harry sehingga bertanya, "Kenapa wajahmu begitu?""Ya, ada kucing yang mencakarku tadi," timpal Harry sambil mengedikkan bahu dengan tidak acuh."Maksudmu gadis kecil itu?" tanya Robin.Harry menjawab dengan agak kesal, "Dia bukan gadis kecil lagi. Dia sudah 18 tahun!"Robin tersenyum tipis sambil berkata, "Dasar nggak tahu malu. Kamu sudah 28 tahun, sebentar lagi masuk kepala 3. Masa menikahi gadis kecil yang lebih muda 10 tahun darimu? Kamu nggak takut dibilang punya kelainan? Aku tahu seleramu memang agak aneh, tapi nggak nyangka separah ini!"Harry tidak bisa menyahut untuk sesaat. Dia ingin sekali mengelem mulut pria ini. Kemudian, Harry menyindir, "Robin, kamu juga sudah 28 tahun, tapi masih nggak punya pacar sampai sekarang. Kamu nggak malu bicara begitu padaku?""Aku n
"Akting majikanmu makin lama makin bagus saja. Aku hampir tertipu!" ujar Robin. Ternyata Harry tidak mabuk dan hanya berpura-pura. Robin sampai lelah memapahnya.Rudi tertawa dan menyahut, "Tuan Harry sedang belajar cara menjadi suami yang baik. Dia benar-benar bersusah payah akan hal ini.""Nggak akan semudah itu. Tapi, aku senang melihatnya bebas dari bayang-bayang masa lalu," kata Robin."Benar." Rudi menghela napas panjang. Tahun itu memang seperti mimpi buruk. Hanya Harry yang bertahan, sedangkan kakak kedua Harry ....Robin tidak berbasa-basi dengan Rudi lagi dan langsung pergi. Sementara itu, Grace hendak turun untuk menyiapkan sup pereda pengar. Begitu berbalik, pergelangan tangannya tiba-tiba diraih oleh seseorang. Grace ditarik dan jatuh ke pelukan Harry.Tangan Harry menahan tubuh Grace dengan kuat. Wajah Grace menempel di dada Harry. Dia bisa mendengar suara detak jantung Harry dengan jelas dan mencium bau alkohol yang pekat.Grace agak bingung. Dia tidak tahu Harry benar-
Dulu, Harry bertahan hidup demi membalas dendam. Dia ingin orang yang mencelakai kakak keduanya membayar dengan nyawa. Namun, sekarang Harry ingin hidup dengan baik dan bahagia bersama Grace."Oke, aku janji. Aku akan selalu kuat untukmu dan menemanimu sampai maut memisahkan," sahut Harry."Mandi sana, aku akan buatkan sup pereda pengar untukmu. Kamu bau alkohol, aku nggak suka!" desak Grace sambil mendorong Harry.Sebenarnya, Grace merasa malu karena gombalan Harry. Harry ini jelas-jelas sudah dewasa, tetapi masih menggombal seperti remaja. Benar-benar tidak tahu malu.Harry tahu Grace merasa malu. Dia tersenyum nakal dan berkata, "Cium aku dulu. Setelah itu, aku bakal mandi sebersih-bersihnya supaya kamu bisa memelukku waktu tidur.""Ah, terserah kamu saja!" Grace mengerlingkan matanya dengan kesal."Aku minum terlalu banyak. Kepalaku agak pusing ...." Harry bersandiwara lagi."Ya, ya. Sudah tua, tapi masih mau dibujuk seperti anak kecil." Karena tidak berdaya, Grace terpaksa maju da
Harry berujar, "Tetap bersamanya membuatku merasa masih seorang manusia!"Setelah lama terdiam, suara rendah dan serak Harry terdengar di dalam mobil. Kata-kata tadi begitu sulit dilontarkan setelah sekian lama ditahan.Harry menegaskan, "Aku yang pilih wanita ini sendiri. Ke depannya, dia bakal menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku. Aku nggak bisa menyerah!""Aku menghormati keputusanmu. Aku juga tahu perasaanmu saat ini," ucap Robin sambil menepuk pundaknya dengan keras untuk mendukungnya.Sebagai pria, jika Harry bahkan tidak bisa melindungi wanita sendiri dan memilih untuk menyerah sejak awal ... apakah dia masih layak disebut pria?Biarlah Harry yang menghadapi semua masalah. Grace hanya perlu menyerahkan tangan lembutnya padanya, itu saja sudah cukup.....Grace kembali ke kampus. Dia mendapati semua orang di jalan menunjuk-nunjuk ke arahnya."Kenapa dia masih berani datang ke kampus? Reputasi Universitas Nasional hampir hancur karena dia!"Mereka tidak mengecilkan suara sehin
Bukankah Rolls-Royce yang digunakan Rudi untuk belanja sayur adalah mobil klasik? Bagaimana bisa tiba-tiba menjadi mobil mewah? Untuk apa Harry punya begitu banyak mobil mewah? Kenapa tidak menjualnya saja untuk mendapatkan uang?"Yunita, jangan bicara sembarangan di sini. Kamu jelas memfitnahku!" seru Grace yang mengepalkan tangannya. Saat ini, dia tidak boleh takut. Jika dia menyerah, tuduhan ini akan terus melekat padanya.Orang-orang makin banyak berkumpul di sekitar. Grace harus bertahan.Mendengar itu, Yunita tertawa terbahak-bahak seolah mendengar lelucon besar.Yunita bertanya, "Kamu mau menuntutku karena fitnah? Kamu sendiri melakukan hal yang memalukan, tapi beraninya mau menuntutku? Grace, kamu kira hanya aku yang nggak suka padamu?""Apa kamu tahu ada berapa banyak orang yang ingin mengusirmu dari Universitas Nasional? Kamu sudah bikin malu wanita, tapi masih berani menggoda Dennis. Hari ini, aku akan membuat perhitungan denganmu!" marah Yunita."Grace, keluar dari Universi
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k