"Um," sahut Grace. Dia mulai mengantuk. Pelukan Harry sangat hangat sehingga Grace merasa tenang, seolah-olah suara petir dan hujan di luar tidak terdengar lagi. Grace mencari posisi yang nyaman, lalu tertidur.Harry sama sekali tidak berhasrat. Dia merasa dirinya seperti menodai Grace yang polos jika berpikiran mesum. Harry yang merasa pusing membatin, 'Sialan, aku bahkan merasa seperti berbuat dosa saat memikirkan tunanganku. Bagaimana kalau kelak aku benar-benar menidurinya?'....Keesokan harinya, Grace yang hendak berangkat ke kampus menelepon Hannah dan memberitahunya bahwa Harry sudah menyerahkan gajinya. Grace bertanya, "Oh, iya. Hannah, kapan kamu ada waktu? Ada banyak soal yang nggak bisa kukerjakan, sulit sekali ...."Grace mengambil jurusan keuangan. Dia sendiri tidak terlalu menyukainya. Dulu, Viktor yang membantu Grace mengisi formulir pemilihan jurusan. Mungkin Viktor ingin Grace belajar keuangan agar bisa membantu Grup Lugiman. Namun, Grace sudah melupakan apa yang dipe
Grace menjelaskan, "Kak Siska, kamu benar-benar salah paham. Dia hanya seniorku. Malam ini Hannah nggak bisa datang, jadi Hannah meminta dia untuk mengantarku pulang. Aku mau ditemani karena aku nggak berani pulang malam-malam sendirian."Melihat wajah Grace yang memerah, Siska hanya tersenyum dan tidak berkomentar lagi. Pada pukul 9 malam, Grace pun pulang.Dennis yang mengantar Grace. Mobil Dennis lumayan bagus karena dia berasal dari keluarga kaya. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Rolls-Royce atau Porsche Cayenne, mobil Dennis juga cukup mahal.Grace memberi tahu alamat rumah Harry. Dennis yang terkejut bertanya, "Itu kompleks perumahan orang kaya. Kamu tinggal di sana?"Grace ingin mengatakan tunangannya tinggal di sana. Namun, dia juga tidak ingin kabar dirinya tinggal serumah dengan seorang pria sebelum menikah tersebar. Jadi, Grace menjawab, "Kerabatku tinggal di sana."Dennis mengangguk. Semua orang tahu bahwa Greta akan menikah dengan Frandy. Jadi, wajar saja jika Kelua
Grace baru menyadari ternyata Harry belum pergi. Dia menegur, "Apa yang kamu lakukan? Aku sedang belajar dengan kakak kelasku. Kamu benar-benar nggak sopan kalau tiba-tiba menutup laptop."Harry bertanya, "Memangnya soal apa yang nggak bisa kamu kerjakan? Untuk apa kamu mencari orang lain padahal ada ahli di rumah?"Ekspresi Harry sangat muram. Grace juga tidak bodoh, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Grace bertanya dengan ekspresi curiga, "Harry ... apa kamu ... cemburu?""Apa aku perlu cemburu dengan anak ingusan seperti itu?" tanya Harry. Dia mencibir, tetapi sebenarnya dia memang cemburu. Beraninya pria itu mengantar tunangannya pulang!Kemudian, ponsel Grace berdering. Grace langsung menjawab panggilan telepon. Dennis bertanya, "Kenapa kamu mengakhiri panggilan videonya?"Harry merebut ponsel Grace dan menjawab dengan ketus, "Grace sudah mau tidur. Jangan ganggu dia lagi."Grace memandang Harry dengan ekspresi tidak berdaya. Sudah jelas Harry sangat marah.Di sisi lain, Dennis kaget
Grace segera mengambil tugasnya. Sebenarnya dia merasa malu. Jelas-jelas Grace sudah masuk universitas, tetapi dia merasa dirinya seperti murid SD. Awalnya, dia tidak terlalu banyak berharap kepada Harry. Siapa sangka, Harry memahami semuanya. Harry pasti pebisnis licik karena dia bisa mengerjakan soal yang begitu sulit!Harry menjelaskan satu per satu kepada Grace. Suara Harry yang serak sangat enak didengar. Grace tertarik dengan suara Harry. Dia sama sekali tidak fokus dengan penjelasan Harry. Grace terus memandangi wajah Harry. Bibir Harry yang seksi tidak berhenti bergerak. Harry tampak serius dan sabar saat mengajar Grace.Grace terlena melihat pesona Harry. Akhirnya, Harry bertanya setelah selesai menjelaskan, "Kamu sudah paham?"Begitu mendongak, Harry melihat Grace sedang memandanginya. Ternyata, Grace melamun. Harry merasa tidak berdaya. Dia mengetuk kepala Grace dan berucap, "Apa kamu sudah puas melihatku? Air liurmu hampir menetes."Mendengar ucapan Harry, Grace baru tersad
Grace bertanya, "Apa besok siang kamu makan bersamaku? Masih ada soal yang nggak kupahami."Harry menyahut, "Aku akan mencarimu di kampus.""Oke," ucap Grace sembari tersenyum.....Keesokan harinya, Grace mengumpulkan tugas tepat waktu. Saat siang, Dennis mencari Grace. Dia berkata, "Aku melihat tugasmu di kantor guru. Jawabanmu sangat bagus. Ternyata kamu begitu pintar. Kamu bisa langsung paham setelah mendengar penjelasan."Dennis mengusap kepala Grace. Sementara itu, Grace tersenyum lebar saat dipuji Dennis. Tentu saja, Grace tidak lupa bahwa ini adalah kontribusi Harry. Grace berujar, "Itu karena aku menemukan seorang ahli."Mendengar ucapan Grace, Dennis tersenyum. Dia mengira Grace sedang membicarakan dirinya. Grace melihat jam, seharusnya Harry sudah sampai. Grace ingin menunggu Harry di persimpangan jalan, lalu dia berpamitan dengan Dennis. Siapa sangka, Dennis juga berjalan ke arah yang sama dengan Grace. Mereka berdua berjalan sambil mengobrol.Mobil Harry berhenti di persim
Grace hanya memikirkan makanan! Apa dia tidak tahu tunangannya diprovokasi? Harry menarik napas dalam-dalam, dia takut dirinya akan berkelahi dengan Dennis. Namun, Harry bukan anak muda lagi. Dia harus mengalahkan Dennis dengan kepintarannya, bukan kekerasan. Harry berucap, "Oke.""Ayo naik ke mobil Paman!" seru Grace. Dia ketagihan memanggil Harry "paman". Sepertinya dia sudah melupakan rasa sakit di bokongnya. Grace membuka pintu mobil bagian belakang dan hendak masuk. Dennis juga mengikutinya.Harry berkata dengan ekspresi masam, "Grace, bagaimana kalau kamu duduk di depan? Biar aku dan Dennis yang duduk di belakang."Grace berkomentar, "Ha? Badan kalian berdua tegap sekali, takutnya terlalu sempit."Harry melirik Grace dengan dingin sehingga Grace ketakutan. Dia tahu Harry marah, jadi dia segera membuka pintu mobil bagian depan. Juan melihat Grace dengan ekspresi gelisah.Grace pun kebingungan. Dia mulai merasa gugup, apa dia berbuat salah? Sementara itu, Harry dan Dennis terus ber
Baik itu mi seharga 20 ribu ataupun lauk seharga 200 ribu, semuanya sama-sama makanan. Grace memang tidak pintar pelajaran ekonomi, tapi dia masih bisa membedakan nominal uang."Kak ... ternyata aku membuatmu habis banyak uang sebelumnya ya ....""Nggak apa-apa, itu kewajibanku kok," jawab Dennis sambil tersenyum dan mengelus kepala Grace. Gerakan ini terlihat sangat mesra. Harry yang melihatnya merasa ingin sekali mematahkan tangan Dennis.Grace merasakan hawa dingin yang menjalar ke arahnya. Dulu, Grace tidak merasa ada yang aneh pada tindakan Dennis ini karena Dennis memperlakukan semua orang dengan sama. Rumor mengatakan bahwa Dennis adalah pria yang baik terhadap semua orang, tidak pernah pilih kasih pada siapa pun. Namun, kenapa kali ini dia mengatakan banyak sekali omong kosong?"Kak, bagaimanapun Paman adalah seniorku, jangan katakan hal yang membuat salah paham seperti ini. Kalau nggak, nanti Paman benar-benar mengira ada sesuatu yang terjadi pada kita. Gawat kalau dia sampai
Grace ingin sekali menanyakannya pada seseorang karena tidak ingin berasumsi sembarangan. Dia terus menatap Harry seolah-olah meminta bantuan. Sementara itu, Harry juga terus memandangnya sesekali dengan dingin dan ... marah. Harry sedang marah saat itu, padahal Grace tidak melakukan hal apa pun yang keterlaluan.Dennis mengambilkan semangkuk sup untuk Grace dan berkata, "Minum selagi hangat. Kamu harus perbaikan gizi, tubuhmu terlalu kurus. Aku benar-benar khawatir angin kencang akan menerbangkanmu.""Aku ... nggak mau makan lagi. Aku tiba-tiba nggak enak badan, mau pamit dulu." Grace merasa panik dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi kebaikan Dennis terhadapnya. Oleh karena itu, dia ingin melarikan diri."Grace!" teriak Dennis sambil berdiri, tetapi tidak mengejarnya. Dennis adalah orang yang berpendidikan, tidak mungkin dia meninggalkan Harry seorang diri di ruangan ini. Dennis kembali duduk dan mengirimkan pesan kepada Grace untuk menghubunginya setelah sampai kampus nanti.Set
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k
Grace sedang bersembunyi di dalam dengan gugup. Dia terkejut setengah mati oleh nada dering ponsel yang berbunyi mendadak. Sekarang sudah larut malam, hotel sangat sepi.Mendengar nada dering itu, Harry menoleh ke dalam dan melihat seorang gadis mungil berjaket hitam di pojok. Ketika Sherline juga ingin menoleh ke sana, Harry menghentikannya.Harry berujar, "Bu Sherline bisa duduk sebentar di sana." Keinisiatifan Harry membuat hati Sherline berbunga-bunga. Dia menyandarkan diri ke dalam pelukan Harry dan pergi duduk di kursi.Grace segera menolak panggilan telepon Juan. Sebagai gantinya, Grace mengirim pesan untuk memberitahukan dia sedang sibuk.Setelah membaca pesan itu, Juan menyuruh Grace untuk segera datang ke Hotel Jupiter. Juan mengatakan Harry minum terlalu banyak bir dan dia kuat membawanya sendirian.Grace emosi setelah membaca balasan dari Juan. Harry tidak minum sampai mabuk, tetapi Harry tidak kuasa menahan godaan wanita cantik. Awalnya, Grace berpikir Harry adalah pria
Tak lama kemudian, Grace sampai di sekolah. Dia turun dari mobil dan melihat mereka bertiga makin jauh. Ada sedikit keengganan di hati Grace. Dia tidak akan berbaik hati untuk membiarkan Sherline tinggal di rumah lagi, mengantisipasi Sherline merebut Harry.Grace menelepon Hannah. "Hannah, gimana kalau ada yang mau rebut cowokmu?"Hannah bertanya, "Gimana sikap cowokmu?""Tentu saja cuek," jawab Grace.Hannah menyeletuk, "Kamu tunggu apa lagi? Cepat serang balik. Kebetulan sudah dekat hari ziarah, bakar uang untuk dia. Dia cari mati.""Aku awalnya nggak ragu, tapi sekarang jadi berani karena kamu bilang begini. Tenang saja, aku nggak akan mengalah," kata Grace sambil mengepalkan tinju untuk membulatkan tekad.Setelah kembali ke kelas, Grace tidak bisa fokus mendengarkan materi pelajaran. Dia sibuk memikirkan Sherline. Grace diam-diam mengirim pesan pada Juan, memastikan bahwa ada kegiatan sosialisasi lagi malam itu.Grace juga menanyakan alamat dan waktu kegiatan. Dia meminta Juan untu