Kedua orang itu berjalan berdampingan hingga ke danau kecil yang berada di kampus. Di sekitar mereka dikelilingi oleh pohon willow dan sebuah hutan bambu kecil. Konon, tempat ini adalah tempat suci untuk percintaan. Banyak sekali pasangan yang sering mengunjungi tempat ini.Sejauh mata memandang, Grace melihat tempat ini dipenuhi dengan pasangan lainnya. Bukankah agak tidak pantas jika dia dan Dennis berada di sini? Grace menghentikan langkahnya dan berkata, "Kak, ada apa Kakak mencariku?""Grace, apa kamu masih belum mengerti?" Dennis benar-benar tidak berdaya. Dia berbalik dan mendekat ke hadapan Grace.Grace terkejut dan bergerak mundur beberapa langkah. "Mengerti apanya?""Aku sudah menyukaimu dua tahun. Sejak kamu masuk ke BEM di tahun pertama, aku sudah jatuh cinta padamu. Kenapa kamu masih tetap nggak mengerti? Apa karena aku yang terlalu menyembunyikannya?""A ... apa?" Grace membelalakkan matanya menatap Dennis dengan tak percaya. Dia kewalahan menghadapi pengakuan cinta yang
Saat melihat Harry, detak jantung Grace seakan-akan berhenti sejenak dan napasnya langsung tercekat. Kenapa dia bisa di sini? Sudah berapa lama Harry di sini? Apakah dia melihat semuanya?"Kak Dennis, maaf, aku masih ada urusan lain." Grace mendorong Dennis menjauh dan langsung mengejar Harry untuk memberi penjelasan.Namun, Harry malah telah berbalik. Seketika, semua tatapan yang dingin itu juga telah hilang. Langkah kaki Harry sangat cepat. Ditambah lagi, dia tertutup oleh hutan bambu saat berbelok, sehingga Grace kehilangan jejaknya.Grace telah menggunakan kecepatan penuh untuk mengejar Harry, tetapi tetap saja tidak sempat menyusulnya. Dia buru-buru menelepon Harry, tetapi tidak ada yang menjawab panggilannya. Grace mengirimkan sebuah pesan.[ Harry, angkat teleponmu. Ada yang mau kubicarakan padamu. ]Setelah beberapa kali mencoba meneleponnya lagi, Harry tetap tidak menjawab telepon itu. Tampaknya, Harry pasti sudah salah paham. Grace menuliskan penjelasannya di pesan, tetapi ti
Melepaskan seseorang yang paling disukai bukanlah sebuah hal mudah. Di sisi lain, Grace yang tidak bisa menghubungi Harry sama sekali juga akhirnya telah menyerah. Dia terpaksa meminta bantuan dari Hannah.Begitu mengetahui bahwa Dennis menyatakan perasaannya kepada Grace, Hannah langsung meminta cuti dan bergegas mengunjungi Grace. Mereka janjian di sebuah bar untuk bertemu. Grace yang biasanya tidak minum alkohol sama sekali, malah menghabiskan dua botol bir. Sebelum Hannah tiba, dia telah minum sendirian hingga cukup mabuk. Saat Hannah tiba dan melihat kondisi Grace, dia merasa sangat sedih."Apa yang terjadi?" tanya Hannah.Grace menceritakan seluruh kejadiannya kepada Hannah."Gadis bodoh, apa kamu sendiri juga nggak tahu siapa yang kamu sukai?" tanya Hannah dengan cemas."Aku nggak pernah pacaran sekali pun sejak kecil. Tunangan ini juga bukan pilihanku sendiri, mana aku tahu?" ujar Grace dengan raut sedih."Kalau begitu, kutanyakan padamu. Siapa yang lebih tampan, Dennis atau Ha
"Aku suka Harry ...." Awalnya Grace masih agak ragu-ragu, tapi kemudian dia mulai yakin. "Ya, aku suka sama Harry! Aku suka padanya! Aku hanya melindungi orang yang kupedulikan, jadi aku nggak suka mendengar orang lain menjelek-jelekkannya. Aku juga merasa dia kesepian, makanya aku ingin menemaninya. Meskipun dia jelek, kelak juga nggak akan terlalu kaya, lalu memangnya kenapa? Aku suka dengan kehidupan yang tenang, nggak suka dengan kekayaan yang melimpah. Aku cuma ingin sehat selalu!"Grace akhirnya telah memahami isi hatinya dan seketika merasa lega. Dia menarik tangan Hannah dan berkata, "Aku sudah mengerti sekarang. Aku mau beri tahu Harry. Aku mau jelaskan langsung padanya. Aku mau beri tahu dia perasaanku ...."Lantaran terlalu bersemangat, Grace jadi terbata-bata. Hannah juga sebenarnya tidak tahu, apakah keputusannya untuk menyadarkan Grace ini adalah sebuah keputusan yang baik. Bagaimanapun, Harry sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Dennis. Namun, mau bagaimana lagi ji
Grace sudah jarang sekali merasa terlindungi sedemikian rupa, dia bisa merasakan kelembutan Harry dengan jelas. Oleh karena itulah, Grace juga ingin berkorban demi Harry."Haeh, aku benar-benar nggak mengerti pikiran anak zaman sekarang. Kamu sudah tahu kamu suka pada Harry, lalu apa kamu sudah yakin dia juga suka padamu?" tanya Hannah tiba-tiba. Senyuman di wajah Grace langsung menjadi kaku.Grace lupa mempertimbangkan pertanyaan ini. Sepertinya Harry tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Grace menggelengkan kepalanya. Hannah yang terkejut melihat reaksinya, langsung menginjak pedal gas dan menghentikan mobilnya."Astaga, kalian ini benar-benar tunangan nggak sih? Sejak tunangan sampai sekarang sepertinya sudah ada dua bulan, 'kan? Aku bisa maklum kalau kamu baru ngerti sekarang, tapi ternyata kamu malah nggak tahu apakah Hary benar-benar suka padamu atau nggak?""Mungkin ... suka?""Aku benar-benar bisa mati kesal karena kamu!" Hannah hampir memuntahkan darah saking kesalnya. Kenap
Hati Grace langsung tersentak mendengar ucapan Rudi. Ternyata Harry memang marah padanya sampai memutuskan untuk ke luar negeri."Kalau begitu ... bagaimana bisa menghubunginya? Waktu kutelepon, ponselnya nggak aktif.""Sekarang Tuan seharusnya sedang berada di pesawat. Kalau sudah sampai, Juan akan meneleponku. Mungkin butuh waktu penerbangan sekitar lima jam. Nona Grace nggak usah tunggu lagi, tidur saja dulu. Kalau ada butuh apa-apa, silakan beri tahu aku.""Terima kasih, Pak Rudi." Grace juga tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Tadinya dia merasa sangat bersemangat, tapi sekarang malah harus kecewa berat. Grace berjalan ke kamarnya sambil menunduk dengan putus asa.Setelah itu, dia memberitahukan Hannah bahwa Harry telah pergi ke luar negeri. Tiba-tiba, dia merasa rumah ini sangat hampa dan hening. Sebenarnya, dulu juga rumah ini tidak terlalu ramai. Hanya ada Juan yang sesekali datang. Seisi rumah itu hanya ada empat orang. Namun, Grace merasa tempat ini adalah rumahnya dan
"Justru karena aku takut akan bertengkar dengannya, makanya aku nggak berani merespons. Temperamenku nggak bagus, tapi aku nggak bisa kejam sama dia. Bahkan untuk bicara saja aku merasa diriku kejam. Menurutmu, apa gadis berusia 18 tahun bisa suka padaku yang seperti ini?"Bukan hanya sekali Harry meragukan dirinya sendiri, tetapi tidak ada yang bisa memberinya jawaban pasti. Jika ada yang mengatakan bahwa Grace pasti akan memilihnya dan melepaskan Dennis, Harry pasti akan memesan tiket dan pulang sekarang juga.Akan tetapi ....Bahkan Harry saja meragukan dirinya sendiri. Pria yang selalu penuh perhitungan dan bisa mengendalikan diri, tiba-tiba menjadi cemas dan kehilangan kepercayaan diri. Ini adalah hal yang sangat menakutkan."Bisa nggak kamu lepas topengmu dulu? Baru aku bisa beri tahu kamu, apakah gadis berusia 18 tahun akan menyukaimu atau nggak," tanya Ellie sambil tersenyum tipis."Sudahlah, aku sudah tahu jawabannya." Harry menggelengkan kepalanya. Salah satu tangannya menopa
"Nggak ada hubungan apa pun!" jawab Grace."Kamu masih berani bilang nggak ada hubungan apa pun? Ada yang melihat kalian berpelukan di samping Danau Lunar dan bahkan berciuman!"Dua orang teman asramanya memperagakan adegan saat itu. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, sekujur tubuh Grace langsung merinding."Hush! Semua itu cuma salah paham! Aku dan Kak Dennis nggak ada apa pun. Ada orang lain yang kusukai, Kak Dennis tetap milik kalian!" Kali ini, Grace mengatakannya dengan lantang."Ada orang lain yang kamu sukai? Ganteng nggak? Kaya nggak? Apa dia lebih baik dari Kak Dennis?" tanya temannya."Rahasia!" Grace buru-buru mengambil buku pelajarannya dan melarikan diri.Kepala Grace terasa sangat pusing setelah menyimak mata kuliah ekonomi sepanjang pagi ini. Dia benar-benar curiga bahwa kebotakan profesornya itu diakibatkan karena terlalu banyak menghitung soal. Setelah mata kuliah itu selesai, profesornya bahkan memberikan tugas yang bejibun! Grace benar-benar merasa kesulitan.Hann
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa
Hannah memandang Joshua. Dia merasa tidak berdaya. Akhirnya, Hannah memutuskan untuk tidak pergi. Dengan begitu, dia baru bisa tenang.Hannah berujar, "Tapi, kamu cuma boleh pilih salah satu di antara aku dan pamanmu untuk temani kamu tidur. Kamu mau pilih siapa?""Aku pilih kamu," sahut Kezia tanpa ragu sedikit pun."Kenapa?" tanya Hannah.Kezia menjawab, "Karena aku sudah pernah tidur bersama Paman. Aku belum pernah tidur bersama Hannah."Hannah menanggapi, "Alasannya sangat meyakinkan. Kalau malam ini kita tidur bersama, pamanmu tidur di mana?"Kezia menjelaskan, "Di rumah ada banyak kamar, terserah Paman mau tidur di mana. Dia itu pria, nggak boleh pemilih. Papa Harry bilang, wanita itu sangat berharga, sedangkan pria itu harus tahan banting. Kita nggak usah pedulikan Paman!"Hannah berkomentar, "Papa Harry-mu sangat pengertian!""Aku ... juga ... pengertian," timpal Joshua.Kezia mengomentari, "Paman bodoh gagap lagi."Hannah tertawa setelah mendengar ucapan Kezia. Sementara itu,