Hati Grace langsung tersentak mendengar ucapan Rudi. Ternyata Harry memang marah padanya sampai memutuskan untuk ke luar negeri."Kalau begitu ... bagaimana bisa menghubunginya? Waktu kutelepon, ponselnya nggak aktif.""Sekarang Tuan seharusnya sedang berada di pesawat. Kalau sudah sampai, Juan akan meneleponku. Mungkin butuh waktu penerbangan sekitar lima jam. Nona Grace nggak usah tunggu lagi, tidur saja dulu. Kalau ada butuh apa-apa, silakan beri tahu aku.""Terima kasih, Pak Rudi." Grace juga tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Tadinya dia merasa sangat bersemangat, tapi sekarang malah harus kecewa berat. Grace berjalan ke kamarnya sambil menunduk dengan putus asa.Setelah itu, dia memberitahukan Hannah bahwa Harry telah pergi ke luar negeri. Tiba-tiba, dia merasa rumah ini sangat hampa dan hening. Sebenarnya, dulu juga rumah ini tidak terlalu ramai. Hanya ada Juan yang sesekali datang. Seisi rumah itu hanya ada empat orang. Namun, Grace merasa tempat ini adalah rumahnya dan
"Justru karena aku takut akan bertengkar dengannya, makanya aku nggak berani merespons. Temperamenku nggak bagus, tapi aku nggak bisa kejam sama dia. Bahkan untuk bicara saja aku merasa diriku kejam. Menurutmu, apa gadis berusia 18 tahun bisa suka padaku yang seperti ini?"Bukan hanya sekali Harry meragukan dirinya sendiri, tetapi tidak ada yang bisa memberinya jawaban pasti. Jika ada yang mengatakan bahwa Grace pasti akan memilihnya dan melepaskan Dennis, Harry pasti akan memesan tiket dan pulang sekarang juga.Akan tetapi ....Bahkan Harry saja meragukan dirinya sendiri. Pria yang selalu penuh perhitungan dan bisa mengendalikan diri, tiba-tiba menjadi cemas dan kehilangan kepercayaan diri. Ini adalah hal yang sangat menakutkan."Bisa nggak kamu lepas topengmu dulu? Baru aku bisa beri tahu kamu, apakah gadis berusia 18 tahun akan menyukaimu atau nggak," tanya Ellie sambil tersenyum tipis."Sudahlah, aku sudah tahu jawabannya." Harry menggelengkan kepalanya. Salah satu tangannya menopa
"Nggak ada hubungan apa pun!" jawab Grace."Kamu masih berani bilang nggak ada hubungan apa pun? Ada yang melihat kalian berpelukan di samping Danau Lunar dan bahkan berciuman!"Dua orang teman asramanya memperagakan adegan saat itu. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, sekujur tubuh Grace langsung merinding."Hush! Semua itu cuma salah paham! Aku dan Kak Dennis nggak ada apa pun. Ada orang lain yang kusukai, Kak Dennis tetap milik kalian!" Kali ini, Grace mengatakannya dengan lantang."Ada orang lain yang kamu sukai? Ganteng nggak? Kaya nggak? Apa dia lebih baik dari Kak Dennis?" tanya temannya."Rahasia!" Grace buru-buru mengambil buku pelajarannya dan melarikan diri.Kepala Grace terasa sangat pusing setelah menyimak mata kuliah ekonomi sepanjang pagi ini. Dia benar-benar curiga bahwa kebotakan profesornya itu diakibatkan karena terlalu banyak menghitung soal. Setelah mata kuliah itu selesai, profesornya bahkan memberikan tugas yang bejibun! Grace benar-benar merasa kesulitan.Hann
"Nona Grace benar-benar pintar! Mahasiswa baru sepertinya bahkan bisa menyelesaikan soal serumit ini! Memang guru yang handal akan menghasilkan murid berkualitas!"Juan bukan hanya memuji Grace, tetapi juga memuji Harry secara tidak langsung. Ekspresi Harry baru terlihat agak reda setelah mendengarnya. Kemudian, dia mengetikkan beberapa kata di ponselnya.[ Kerja bagus, bahkan Juan saja memujimu. ][ Tentu saja, aku ini hebat juga tahu? ]Dari balasan Grace, sepertinya dia sangat bangga saat ini. Harry hanya tersenyum hangat melihat reaksinya. Sementara itu, Juan hanya menggelengkan kepala melihat sikap kedua orang ini. Sebagai pria jomlo, sepertinya dia sudah tidak bisa memahami dunia percintaan ini lagi.Ekspresi Harry benar-benar sangat mengerikan saat melihat Grace dan Dennis berpelukan sebelumnya. Padahal waktu mereka berangkat, Harry terlihat sangat tak acuh. Dia bahkan tidak mau menerima panggilan ataupun membalas pesan Grace. Baru beberapa jam berlalu, semua itu sudah hancur da
Melihat kepergian Grace, hati Dennis terasa sangat berat. Apakah Grace benar-benar punya pacar? Siapa orang itu sebenarnya? Apakah orang itu lebih baik darinya?Dengan tatapan yang murung, Dennis bangkit dan berencana untuk pergi. Dia melihat sekelilingnya, sontak suasana menjadi hening kembali. "Aku nggak mau dengar ada gosip apa pun. Kalau ada yang sengaja mau menjelek-jelekkan, jangan salahkan aku nggak sungkan-sungkan sama kalian."Meski terdengar santai dan wajahnya tidak tampak galak sama sekali, tidak ada seorang pun yang berani meremehkan ancaman Dennis.Saat Grace berjalan keluar, kebetulan badai telah mulai turun. Sebelum dia sempat mengeluarkan payung, kepalanya telah terhalang oleh sesuatu. Grace berbalik dan melihat Dennis berdiri di belakangnya.Grace langsung mundur secara refleks untuk menjaga jarak. Namun, dia lupa bahwa dirinya sedang berdiri di tepi tangga. Saat mundur, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan canggung. Untungnya, Dennis berhasil menangkapnya
Meski Harry tidak berada di sisinya, Grace tidak pernah merasa jauh dari pria itu. Harry benar-benar mengetahui apa yang dilakukan Grace selama ini, termasuk kerja paruh waktunya di bar. Namun, Harry tidak banyak berkomentar.Harry hanya menyuruh Grace jangan bekerja terlalu keras. Semuanya harus dilakukan sesuai dengan minatnya sendiri dan jangan mengubah diri demi orang lain. Sebenarnya, Harry tidak tahu bahwa alasan Grace bisa berusaha seperti ini adalah demi dirinya.Di akhir pekan, semua teman asramanya telah pulang ke rumah. Hannah baru menjadi karyawan magang tidak lama, tapi malah sudah harus berangkat ke kantor cabang di luar kota untuk audit bersama supervisor-nya.Seketika, hanya tersisa Grace seorang diri di asrama. Hari belum malam, Harry sudah mengirimkan pesan untuk mengingatkannya menyimpan jemuran di balkon. Grace baru teringat bahwa terakhir kalinya dia memang gemetar ketakutan hanya demi menyimpan jemuran di malam badai. Ternyata, Harry mengingat semua itu.Grace tel
"Harry?" teriak Grace memanggilnya."Kamu sudah bangun?" balas Harry langsung."Kenapa kamu masih di sini?" Grace benar-benar terkejut. Apakah Harry terus menunggunya di ujung telepon?"Aku juga lupa tutup teleponnya. Di sini ada rapat mendadak, aku harus selesaikan dulu. Kamu cepat mandi dan sarapan. Jangan lupa isi baterai ponselmu," pesan Harry.Setelah menutup panggilan itu, Grace tidak tahu perasaan seperti apa yang timbul dalam hatinya. Dia ingin sekali bertanya pada Harry, mengapa Harry bisa sebaik ini padanya? Namun, Grace masih takut Harry akan memberikan jawaban yang tidak sesuai harapannya.Ada banyak alasan pria memperlakukan seorang wanita dengan baik. Baik itu sebagai adik, keluarga, ataupun ... kekasih. Perasaan seperti apa yang ada dalam hati Harry terhadapnya?Grace merasa gelisah. Jika Harry mengetahui pikiran Grace saat ini, mungkin dia akan mati kesal. Kalau bukan karena mencintainya, untuk apa Harry mengorbankan segalanya?Saat ini adalah akhir pekan, jadi bisnis d
Tidak, efek alkoholnya sudah akan bekerja! Di sisi lain, Siska yang melihat situasi ini langsung menghampiri mereka. Melihat kondisi Grace yang mabuk, dia berkata, "Ada apa ini? Grace, cepat ke sini." Siska ingin menolongnya, tetapi para pria itu tidak membiarkannya."Pelayan kalian ini meminum alkohol tamu. Karena sudah minum segelas, seharusnya dia ikut minum sampai habis. Kalau nggak, dia harus ganti rugi.""Bukan aku yang mau minum. Jelas-jelas kamu yang memaksaku!" sergah Grace."Oh ya? Siapa yang lihat aku memaksanya?" tanya pria itu dengan sombong.Grace paham bahwa tidak ada gunanya dia memutar rekaman CCTV sekarang. Pelayan bar sudah pasti tidak boleh menyinggung tamu. Selain itu, Siska juga berada di posisi yang sangat sulit."Aku yang ganti rugi untuk dua botol alkohol ini. Nanti akan kuberikan yang lebih bagus lagi untuk kalian." Siska teringat bahwa akhir-akhir ini ada seseorang yang datang menyuruhnya untuk menjaga Grace dan memberinya imbalan yang sangat besar. Karena su
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k
Grace sedang bersembunyi di dalam dengan gugup. Dia terkejut setengah mati oleh nada dering ponsel yang berbunyi mendadak. Sekarang sudah larut malam, hotel sangat sepi.Mendengar nada dering itu, Harry menoleh ke dalam dan melihat seorang gadis mungil berjaket hitam di pojok. Ketika Sherline juga ingin menoleh ke sana, Harry menghentikannya.Harry berujar, "Bu Sherline bisa duduk sebentar di sana." Keinisiatifan Harry membuat hati Sherline berbunga-bunga. Dia menyandarkan diri ke dalam pelukan Harry dan pergi duduk di kursi.Grace segera menolak panggilan telepon Juan. Sebagai gantinya, Grace mengirim pesan untuk memberitahukan dia sedang sibuk.Setelah membaca pesan itu, Juan menyuruh Grace untuk segera datang ke Hotel Jupiter. Juan mengatakan Harry minum terlalu banyak bir dan dia kuat membawanya sendirian.Grace emosi setelah membaca balasan dari Juan. Harry tidak minum sampai mabuk, tetapi Harry tidak kuasa menahan godaan wanita cantik. Awalnya, Grace berpikir Harry adalah pria
Tak lama kemudian, Grace sampai di sekolah. Dia turun dari mobil dan melihat mereka bertiga makin jauh. Ada sedikit keengganan di hati Grace. Dia tidak akan berbaik hati untuk membiarkan Sherline tinggal di rumah lagi, mengantisipasi Sherline merebut Harry.Grace menelepon Hannah. "Hannah, gimana kalau ada yang mau rebut cowokmu?"Hannah bertanya, "Gimana sikap cowokmu?""Tentu saja cuek," jawab Grace.Hannah menyeletuk, "Kamu tunggu apa lagi? Cepat serang balik. Kebetulan sudah dekat hari ziarah, bakar uang untuk dia. Dia cari mati.""Aku awalnya nggak ragu, tapi sekarang jadi berani karena kamu bilang begini. Tenang saja, aku nggak akan mengalah," kata Grace sambil mengepalkan tinju untuk membulatkan tekad.Setelah kembali ke kelas, Grace tidak bisa fokus mendengarkan materi pelajaran. Dia sibuk memikirkan Sherline. Grace diam-diam mengirim pesan pada Juan, memastikan bahwa ada kegiatan sosialisasi lagi malam itu.Grace juga menanyakan alamat dan waktu kegiatan. Dia meminta Juan untu