Melihat kepergian Grace, hati Dennis terasa sangat berat. Apakah Grace benar-benar punya pacar? Siapa orang itu sebenarnya? Apakah orang itu lebih baik darinya?Dengan tatapan yang murung, Dennis bangkit dan berencana untuk pergi. Dia melihat sekelilingnya, sontak suasana menjadi hening kembali. "Aku nggak mau dengar ada gosip apa pun. Kalau ada yang sengaja mau menjelek-jelekkan, jangan salahkan aku nggak sungkan-sungkan sama kalian."Meski terdengar santai dan wajahnya tidak tampak galak sama sekali, tidak ada seorang pun yang berani meremehkan ancaman Dennis.Saat Grace berjalan keluar, kebetulan badai telah mulai turun. Sebelum dia sempat mengeluarkan payung, kepalanya telah terhalang oleh sesuatu. Grace berbalik dan melihat Dennis berdiri di belakangnya.Grace langsung mundur secara refleks untuk menjaga jarak. Namun, dia lupa bahwa dirinya sedang berdiri di tepi tangga. Saat mundur, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan canggung. Untungnya, Dennis berhasil menangkapnya
Meski Harry tidak berada di sisinya, Grace tidak pernah merasa jauh dari pria itu. Harry benar-benar mengetahui apa yang dilakukan Grace selama ini, termasuk kerja paruh waktunya di bar. Namun, Harry tidak banyak berkomentar.Harry hanya menyuruh Grace jangan bekerja terlalu keras. Semuanya harus dilakukan sesuai dengan minatnya sendiri dan jangan mengubah diri demi orang lain. Sebenarnya, Harry tidak tahu bahwa alasan Grace bisa berusaha seperti ini adalah demi dirinya.Di akhir pekan, semua teman asramanya telah pulang ke rumah. Hannah baru menjadi karyawan magang tidak lama, tapi malah sudah harus berangkat ke kantor cabang di luar kota untuk audit bersama supervisor-nya.Seketika, hanya tersisa Grace seorang diri di asrama. Hari belum malam, Harry sudah mengirimkan pesan untuk mengingatkannya menyimpan jemuran di balkon. Grace baru teringat bahwa terakhir kalinya dia memang gemetar ketakutan hanya demi menyimpan jemuran di malam badai. Ternyata, Harry mengingat semua itu.Grace tel
"Harry?" teriak Grace memanggilnya."Kamu sudah bangun?" balas Harry langsung."Kenapa kamu masih di sini?" Grace benar-benar terkejut. Apakah Harry terus menunggunya di ujung telepon?"Aku juga lupa tutup teleponnya. Di sini ada rapat mendadak, aku harus selesaikan dulu. Kamu cepat mandi dan sarapan. Jangan lupa isi baterai ponselmu," pesan Harry.Setelah menutup panggilan itu, Grace tidak tahu perasaan seperti apa yang timbul dalam hatinya. Dia ingin sekali bertanya pada Harry, mengapa Harry bisa sebaik ini padanya? Namun, Grace masih takut Harry akan memberikan jawaban yang tidak sesuai harapannya.Ada banyak alasan pria memperlakukan seorang wanita dengan baik. Baik itu sebagai adik, keluarga, ataupun ... kekasih. Perasaan seperti apa yang ada dalam hati Harry terhadapnya?Grace merasa gelisah. Jika Harry mengetahui pikiran Grace saat ini, mungkin dia akan mati kesal. Kalau bukan karena mencintainya, untuk apa Harry mengorbankan segalanya?Saat ini adalah akhir pekan, jadi bisnis d
Tidak, efek alkoholnya sudah akan bekerja! Di sisi lain, Siska yang melihat situasi ini langsung menghampiri mereka. Melihat kondisi Grace yang mabuk, dia berkata, "Ada apa ini? Grace, cepat ke sini." Siska ingin menolongnya, tetapi para pria itu tidak membiarkannya."Pelayan kalian ini meminum alkohol tamu. Karena sudah minum segelas, seharusnya dia ikut minum sampai habis. Kalau nggak, dia harus ganti rugi.""Bukan aku yang mau minum. Jelas-jelas kamu yang memaksaku!" sergah Grace."Oh ya? Siapa yang lihat aku memaksanya?" tanya pria itu dengan sombong.Grace paham bahwa tidak ada gunanya dia memutar rekaman CCTV sekarang. Pelayan bar sudah pasti tidak boleh menyinggung tamu. Selain itu, Siska juga berada di posisi yang sangat sulit."Aku yang ganti rugi untuk dua botol alkohol ini. Nanti akan kuberikan yang lebih bagus lagi untuk kalian." Siska teringat bahwa akhir-akhir ini ada seseorang yang datang menyuruhnya untuk menjaga Grace dan memberinya imbalan yang sangat besar. Karena su
"Aku nggak mungkin meninggalkanmu sendirian, 'kan? Aku ini gentleman lho!" jelas Dennis."Omong-omong, semalam aku dengar kalian membahas uang. Kamu beri mereka uang ya? Berapa? Akan kubayar," ujar Grace dengan terburu-buru."Untuk apa bersikap begitu perhitungan kepadaku? Uang itu nggak seberapa untukku kok," timpal Dennis."Nggak boleh begitu. Utang tetap harus dibayar meskipun kita temanan," tutur Grace."Kalau kamu begitu keras kepala, sebaiknya jawab satu pertanyaanku dengan jujur. Setelah dijawab, anggap saja utangmu lunas. Gimana?" usul Dennis."Pertanyaan apa?" tanya Grace."Apa hubunganmu dengan Harry?" tanya Dennis balik dengan serius.Grace cukup terkejut dengan pertanyaan ini. Dia tidak mengerti alasan Dennis menanyakan ini. Yang jelas, dia tidak bisa mengelak lagi."Dia calon suamiku. Ayahku yang menjodohkanku dengannya. Kami belum mengumumkannya, jadi nggak ada yang tahu. Perbedaan usia kami cukup jauh, apalagi aku masih kuliah. Setelah tamat, aku mungkin akan menikah den
"Tuan Harry sangat cemas karena belum tahu kamu sudah bangun atau belum. Dia takut mengganggumu, jadi menyuruhku datang memeriksa sekaligus berterima kasih pada Tuan Dennis. Terimalah uang ini. Masa aku harus berterima kasih kepada Tuan Jimmy?" sindir Rudi."Ya. Kalau begitu, kamu berikan saja uang itu pada ayahku," sahut Dennis. Kemudian, dia bangkit dengan kesal dan pergi. Jelas-jelas dia yang menolong Grace, kenapa malah terkesan seolah-olah dirinya kepo? Keterlaluan sekali!Grace merasa agak pusing melihat Dennis yang merajuk. "Paman Rudi, kamu membuat seniorku marah.""Itu artinya, Tuan Harry akan memberiku bonus. Syukurlah!" Rudi tersenyum berseri-seri. Grace menepuk kepalanya dengan frustrasi."Nona, Tuan Harry mencemaskan keselamatanmu. Sebaiknya ikut aku pulang," lanjut Rudi."Aku bisa tinggal di asrama sendirian kok. Kita bicarakan lagi setelah Harry pulang nanti. Aku akan meneleponnya dulu," sahut Grace.Panggilan segera tersambung. Harry bertanya dengan nada datar, tetapi t
Setelah panggilan itu, Grace merasa makin gelisah, sedangkan Rudi terlihat jauh lebih tenang. Ini karena Rudi tahu Harry baik-baik saja. Harry tidak bisa dihubungi mungkin karena terjadi sesuatu kepada Ellie.Rudi menenangkan Grace, memberitahunya bahwa Harry pasti baik-baik saja. Saat ini, ponsel Rudi tiba-tiba berdering.Wajah Rudi sontak menjadi serius. Dia membelakangi Grace untuk menjawab panggilan. Terdengar suara Ellie yang lelah. "Paman Rudi.""Nona Ellie, Tuan Harry nggak bisa dihubungi," ujar Rudi."Fifi dalam masalah, Harry menemaninya. Kamu juga tahu sinyal di sana diblokir. Dia tahu aku nggak kuat, jadi menyuruhku pergi duluan," jelas Ellie."Nona Fifi baik-baik saja?" tanya Rudi."Entahlah, aku nggak tahu. Perasaanku sangat kacau sekarang. Aku tutup teleponnya ya. Aku mau ke rumah sakit," sahut Ellie. Panggilan langsung diakhiri.Rudi menghela napas. Saat ini, Grace bertanya dari belakang, "Paman Rudi, apa Harry sudah bisa dihubungi?""Sudah. Tuan Harry di tempat yang sin
Dalam sekejap, setengah bulan telah berlalu. Harry masih tidak berkabar. Ternyata, janji yang diberikan sebelumnya hanya janji kosong!Libur panjang akan segera tiba, jadi Hannah harus pulang. Grace mengantarnya ke stasiun kereta api. Hannah mencubit pipi Grace dan bertanya, "Gimana kamu akan melewati liburan 7 hari ini?""Bisa apa lagi? Tentu saja bekerja di bar," sahut Grace.Hannah mengerlingkan matanya dan berseru, "Calon suamimu hilang setengah bulan! Masa kamu nggak khawatir?""Tentu saja khawatir! Aku sangat sangat khawatir!" pekik Grace.Setiap kali dosen membentaknya, Grace terus berpikir apakah Harry mengalami musibah di luar? Kecelakaan mobil? Jatuh dari tebing? Tenggelam di laut? Atau ditangkap alien?Grace terpikir akan banyak kemungkinan, tetapi tidak bisa membuktikannya. Hannah pun memukul kepala Grace. Gadis ini terlalu bodoh.Kemudian, Hannah mengeluarkan 2 lembar tiket pesawat dan uang yang sudah ditukar. Dia meletakkannya di tangan Grace sambil berkata, "Aku sudah me
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa