Seketika, semua kebahagiaan dan penantian bak jarum yang menusuk hati Grace. Mata Grace berkaca-kaca. Dia tidak bisa memercayai apa yang dilihatnya.Grace hanya bisa menyaksikan Harry dan wanita itu sama-sama memasuki perusahaan. Setelah keduanya menghilang, dia baru tersadar kembali. Sekujur tubuhnya membeku.Sekarang baru awal musim gugur, tetapi Grace merasa sangat dingin. Dia tak kuasa menggigil. Harry tidak menghubunginya karena ada wanita lain di sini?Dengan tubuh gemetar, Grace menyeberang jalan dengan sempoyongan. Setelah tiba di depan Grup J.C, dia mendengar percakapan antara 2 orang wanita."Itu pacar Pak Harry, ya? Cantik sekali.""Kamu karyawan baru, jadi belum pernah melihatnya. Nona Ellie dan Pak Harry sudah lama bersama. Hubungan keduanya sangat baik. Meskipun jarang terlihat bersama, mereka saling mencintai.""Kukira nggak ada yang berani menerima Pak Harry setelah wajahnya menjadi seperti itu. Aku nggak nyangka pacarnya akan secantik ini.""Ya, wajah Pak Harry nggak s
"Ya, libur nasional 7 hari. Aku nggak bisa tenang kalau dia di universitas sendirian. Selain itu, dia pasti cemas karena nggak bisa menghubungiku beberapa hari ini," ucap Harry.Ketika membahas tentang Grace, Harry menyunggingkan senyuman lembut. Ellie pun merasa jauh lebih lega melihatnya seperti ini."Ya sudah, aku nggak akan membuang-buang waktumu lagi. Kamu jadi terlambat pulang gara-gara aku," sahut Ellie."Jangan sungkan begitu," ujar Harry.Ellie tersenyum dan menyerahkan ponsel Harry sambil berkata, "Tadi ada yang meneleponmu, tapi nggak ada nama. Aku menjawabnya, tapi nggak ada yang bicara."Begitu meliriknya, Harry langsung tahu Grace yang meneleponnya. "Itu pasti dia. Dia mungkin rindu padaku. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kalau ada kesempatan, aku akan membawanya kemari.""Oke. Aku juga ingin melihat seperti apa gadis yang telah mengubahmu menjadi seperti ini," timpal Ellie.Harry tertawa dan berucap, "Dia cuma seekor kucing yang mengira cakarnya sudah cukup tajam, padahal
"Putraku menyukainya. Dia satu-satunya bibit unggul keluargaku. Kamu punya 4 putra. Meskipun salah satunya sudah tiada, kamu masih punya 3. Kamu bahkan sudah punya cucu, sedangkan aku menantu saja nggak punya. Aku baru 40-an tahun, tapi sudah beruban karena stres. Gimana kalau Grace untuk keluargaku saja?""Aku sudah pergi ke universitas untuk melihatnya. Dia sangat cantik dan baik hati. Dari bentuk bokongnya, aku sudah tahu dia bakal melahirkan cucu gendut untukku!" ucap Jimmy."Dasar nggak tahu malu! Berani sekali kamu mengincar calon menantuku! Kamu bahkan memperhatikan bokongnya? Kamu cari mati ya?" bentak Aryan yang menggebrak meja.Jimmy pun menunjuk Aryan sambil memaki, "Dasar tua bangka! Putraku tampan dan tegap. Di keluargaku juga nggak ada yang namanya perselisihan internal. Lihat saja urusan keluargamu yang kacau balau itu. Orang-orang hanya akan mentertawakan kalian kalau tahu! Memangnya apa yang Harry punya? Dia kaya nggak? Dia tampan nggak? Jangan sampai kalian mencelakai
Mereka menghabiskan banyak waktu bersama, dari makan, tidur, dan mengobrol. Harry selalu mengantarnya ke universitas, mengajarinya mata pelajaran kuliah, bahkan memberinya kartu bank yang digunakan untuk menerima gaji.Mereka jelas-jelas begitu cocok, jadi kenapa berakhir seperti ini? Selain itu, Grace merasa dirinya seperti wanita simpanan Harry. Dia mendengar dengan jelas bahwa para staf itu mengatakan Harry dan Ellie sudah lama bersama.Lantas, bagaimana dengan dirinya? Grace tidak ingin menjadi perusak hubungan orang!....Tidak berselang lama, Harry tiba di negaranya. Dia mengira Grace akan pulang ke rumahnya karena sedang libur nasional.Namun, begitu mendorong pintu, Harry tidak melihat wajah cantik itu. Yang muncul di hadapannya justru adalah wajak galak Aryan. Harry mengernyit sambil bertanya, "Ayah, kenapa kamu kemari?""Kamu masih berani nanya? Lihat, apa yang sudah kamu lakukan? Kesalahan apa yang sudah kamu buat, sampai-sampai Grace mencampakkanmu?" bentak Aryan sambil mel
Sebelum menemukan ponselnya, Grace tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa dari luar. Saat berikutnya, seseorang mencoba membuka pintu dari luar.Apa itu hantu? Grace ketakutan hingga sekujur tubuhnya bercucuran keringat dingin dan gemetaran. Saking takutnya, dia bersembunyi di bawah meja dan tidak berani bernapas."Grace, kamu di dalam?" Terdengar teriakan Harry yang panik. Namun, tidak ada tanggapan apa pun dari dalam. Karena panik, Harry terpaksa mendobrak pintu.Bam! Pintu terbuka. Harry segera menyalakan senter ponselnya. Kemudian, dia melihat wanita yang bersembunyi di bawah meja dengan tubuh gemetaran.Grace membenamkan wajahnya ke lutut sambil menutup telinga seperti anak kecil yang tak berdaya. Begitu melihat Grace, hati Harry langsung menghangat.Harry bergegas menghampiri dan menggeser kursi untuk memeluk Grace. Dia berkata, "Jangan takut, Grace. Ada aku di sini. Hantu sekalipun nggak berani mendekatimu."Grace yang sudah ketakutan tiba-tiba mendengar suara
Dari mana datangnya keberanian gadis ini? Beraninya dia mengatakan ingin membuat Harry jatuh miskin?"Apa perlu aku mencarikanmu pengacara?" tanya Harry setelah menenangkan diri. Dia berusaha supaya dirinya tidak terkesan terlalu mengerikan.Harry harus menjadi orang baik demi Grace. Dia tidak boleh menjadi orang jahat lagi. Selain itu, dia harus bersikap lembut kepada wanita.Begitu mendengarnya, Grace seketika tidak bisa berkata-kata. Dia baru teringat bahwa dirinya tidak punya uang untuk menyewa pengacara. Menyebalkan!"Dasar penculik! Cepat lepaskan aku!" seru Grace sambil meninju punggung Harry dengan kuat. Namun, Harry mengabaikannya, seolah-olah tidak bisa merasakan sakit.Ketika melewati gerbang asrama, bibi penjaga itu merasa cemas melihat Grace. Seketika, bibi yang biasanya terlihat galak malah terlihat seperti seorang dewi di mata Grace."Bibi, tolong aku! Aku nggak kenal dia! Dia mau menculikku!" seru Grace."Nak, aku ...." Bibi itu hendak mengatakan dia akan menelepon poli
Grace menatap tangannya dengan terkejut. Karena terdesak, dia tidak sempat berpikir terlalu banyak. Harry yang bersikap tidak masuk akal! Ini bukan salahnya!"Kamu yang bersikap mesum ...," gumam Grace sambil memeluk tubuh sendiri dengan gemetaran."Aku nggak nyangka kamu begitu ngotot ingin berpisah denganku," ujar Harry dengan suara serak.Dari ucapan Harry, Grace bisa merasakan sedikit kesedihan. Jantungnya seketika berdetak kencang. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk sekarang."Harry, aku nggak melakukan kesalahan apa pun! Kamu yang bersalah!" ucap Grace sambil memalingkan wajahnya dengan keras kepala. Dia tidak ingin melihat Harry ataupun menangis di hadapan Harry. Itu sangat memalukan.Grace mengizinkan dirinya menangis saat tidak ada siapa pun. Dia boleh menangis sampai matanya bengkak, tetapi tidak boleh memperlihatkan kelemahannya kepada siapa pun! Hanya dengan terlihat kuat, orang-orang baru tidak berani menindasnya! Meskipun hanya bersandiwara, dia tetap harus mendalam
Harry mengernyit. Dia merasa sungguh tidak berdaya dan tidak tahu harus marah atau tertawa. Harry bertanya, "Grace, kita sudah berhubungan selama sebulan lebih. Sekarang kamu baru merasa aku jelek?""Bukan, bukan begitu. Dulu aku merasa aku bisa menoleransi kejelekanmu, tapi sekarang aku baru sadar kalau kamu sangat jelek. Aku nggak tahan!" sahut Grace."Kalau begitu, aku akan melakukan operasi plastik," ujar Harry."Eee ...." Grace terperangah mendengarnya. Apa yang dikatakan Harry? Operasi plastik? Bagaimana bisa Harry terpikir akan hal itu?"Ka ... kamu bukan cuma jelek, tapi terlalu tua. Usia kita terpaut terlalu jauh!" tambah Grace."Meskipun aku lebih tua, jiwaku masih muda. Aku bisa mengikuti jalan pikiranmu, jadi ini bukan alasanmu untuk membatalkan pernikahan," timpal Harry."Apa? Nggak bisa begitu!" Grace terus memutar otak. Setelah berpikir dengan susah payah, dia pun berkata, "Dadaku terlalu rata. Kamu nggak bakal puas. Aku merasa rendah diri dan nggak pantas untukmu. Apa a
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa