Sebelum menemukan ponselnya, Grace tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa dari luar. Saat berikutnya, seseorang mencoba membuka pintu dari luar.Apa itu hantu? Grace ketakutan hingga sekujur tubuhnya bercucuran keringat dingin dan gemetaran. Saking takutnya, dia bersembunyi di bawah meja dan tidak berani bernapas."Grace, kamu di dalam?" Terdengar teriakan Harry yang panik. Namun, tidak ada tanggapan apa pun dari dalam. Karena panik, Harry terpaksa mendobrak pintu.Bam! Pintu terbuka. Harry segera menyalakan senter ponselnya. Kemudian, dia melihat wanita yang bersembunyi di bawah meja dengan tubuh gemetaran.Grace membenamkan wajahnya ke lutut sambil menutup telinga seperti anak kecil yang tak berdaya. Begitu melihat Grace, hati Harry langsung menghangat.Harry bergegas menghampiri dan menggeser kursi untuk memeluk Grace. Dia berkata, "Jangan takut, Grace. Ada aku di sini. Hantu sekalipun nggak berani mendekatimu."Grace yang sudah ketakutan tiba-tiba mendengar suara
Dari mana datangnya keberanian gadis ini? Beraninya dia mengatakan ingin membuat Harry jatuh miskin?"Apa perlu aku mencarikanmu pengacara?" tanya Harry setelah menenangkan diri. Dia berusaha supaya dirinya tidak terkesan terlalu mengerikan.Harry harus menjadi orang baik demi Grace. Dia tidak boleh menjadi orang jahat lagi. Selain itu, dia harus bersikap lembut kepada wanita.Begitu mendengarnya, Grace seketika tidak bisa berkata-kata. Dia baru teringat bahwa dirinya tidak punya uang untuk menyewa pengacara. Menyebalkan!"Dasar penculik! Cepat lepaskan aku!" seru Grace sambil meninju punggung Harry dengan kuat. Namun, Harry mengabaikannya, seolah-olah tidak bisa merasakan sakit.Ketika melewati gerbang asrama, bibi penjaga itu merasa cemas melihat Grace. Seketika, bibi yang biasanya terlihat galak malah terlihat seperti seorang dewi di mata Grace."Bibi, tolong aku! Aku nggak kenal dia! Dia mau menculikku!" seru Grace."Nak, aku ...." Bibi itu hendak mengatakan dia akan menelepon poli
Grace menatap tangannya dengan terkejut. Karena terdesak, dia tidak sempat berpikir terlalu banyak. Harry yang bersikap tidak masuk akal! Ini bukan salahnya!"Kamu yang bersikap mesum ...," gumam Grace sambil memeluk tubuh sendiri dengan gemetaran."Aku nggak nyangka kamu begitu ngotot ingin berpisah denganku," ujar Harry dengan suara serak.Dari ucapan Harry, Grace bisa merasakan sedikit kesedihan. Jantungnya seketika berdetak kencang. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk sekarang."Harry, aku nggak melakukan kesalahan apa pun! Kamu yang bersalah!" ucap Grace sambil memalingkan wajahnya dengan keras kepala. Dia tidak ingin melihat Harry ataupun menangis di hadapan Harry. Itu sangat memalukan.Grace mengizinkan dirinya menangis saat tidak ada siapa pun. Dia boleh menangis sampai matanya bengkak, tetapi tidak boleh memperlihatkan kelemahannya kepada siapa pun! Hanya dengan terlihat kuat, orang-orang baru tidak berani menindasnya! Meskipun hanya bersandiwara, dia tetap harus mendalam
Harry mengernyit. Dia merasa sungguh tidak berdaya dan tidak tahu harus marah atau tertawa. Harry bertanya, "Grace, kita sudah berhubungan selama sebulan lebih. Sekarang kamu baru merasa aku jelek?""Bukan, bukan begitu. Dulu aku merasa aku bisa menoleransi kejelekanmu, tapi sekarang aku baru sadar kalau kamu sangat jelek. Aku nggak tahan!" sahut Grace."Kalau begitu, aku akan melakukan operasi plastik," ujar Harry."Eee ...." Grace terperangah mendengarnya. Apa yang dikatakan Harry? Operasi plastik? Bagaimana bisa Harry terpikir akan hal itu?"Ka ... kamu bukan cuma jelek, tapi terlalu tua. Usia kita terpaut terlalu jauh!" tambah Grace."Meskipun aku lebih tua, jiwaku masih muda. Aku bisa mengikuti jalan pikiranmu, jadi ini bukan alasanmu untuk membatalkan pernikahan," timpal Harry."Apa? Nggak bisa begitu!" Grace terus memutar otak. Setelah berpikir dengan susah payah, dia pun berkata, "Dadaku terlalu rata. Kamu nggak bakal puas. Aku merasa rendah diri dan nggak pantas untukmu. Apa a
"Sepertinya kamu memang lapar. Aku suruh pelayan siapkan makanan dulu. Kamu mandi dan ganti baju. Aku akan memanggilmu nanti," ujar Harry sambil mengelus kepala Grace dengan penuh kasih sayang.Grace merasa amarahnya belum terlampiaskan. Bagaimana bisa emosi Harry sebaik itu? Harry tidak marah sedikit pun padanya!Harry turun untuk menyuruh pelayan menyiapkan makanan. Kemudian, dia menelepon Ellie. "Ellie."Ellie cukup terkejut mendengar suara Harry yang lelah. Dia mengira Harry akan gembira setelah bertemu wanita pujaannya, tetapi suaranya malah seperti ini. "Kenapa? Kamu bertengkar dengan kucingmu?"Harry terkekeh-kekeh. Tebakan Ellie benar-benar akurat. Harry tidak marah, melainkan menyahut dengan lembut, "Ya, kucingku ngambek. Sepertinya karena aku nggak mencarinya beberapa hari ini. Dia bahkan menamparku."Ellie makin terkejut. Dia dan Harry sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, jadi dia tahu seburuk apa temperamen Harry.Harry bak malaikat pencabut nyawa. Dia sangat terken
Gadis ini datang untuk menemuinya? Lantas, mengapa pulang dengan terburu-buru? Jangan-jangan .... Harry seketika terpikir akan sesuatu. Dia akhirnya mengerti semuanya.Saat ini, Harry melihat Grace turun dengan ekspresi kesal. Gadis bertubuh mungil itu tampak mengangkat koper besar dengan susah payah."Apa yang kamu lakukan?" tanya Harry segera."Pulang ke asrama!" jawab Grace."Nggak boleh! Kamu harus menemaniku selama 7 hari ini!" ucap Harry."Nggak mau! Kamu jelek! Kamu akan memengaruhi nilai estetikaku! Aku nggak mau masa depanku terhambat karenamu!" sahut Grace dengan lantang.Harry merasa tak berdaya. Dia mengira temperamennya sudah cukup buruk, tetapi ternyata Grace lebih mengerikan darinya. Berdebat dengan wanita memang melelahkan. Tanpa instruksi dari Ellie, Harry pasti mengira Grace merajuk karena tidak dihubungi selama beberapa hari ini."Hari ini kamu pergi ke Yusala?" tanya Harry tiba-tiba.Jantung Grace berdetak kencang. Mereka akhirnya membahas topik penting ini! Grace m
"Sebentar ... pikiranku kacau sekali. Beri aku waktu untuk menenangkan diri ...." Grace mundur dengan sempoyongan.Harry sontak meraih tangan Grace karena khawatir wanita ini kabur. Dia bertanya, "Kamu nggak percaya padaku?""Bu ... bukan ...," sahut Grace dengan terbengong-bengong."Kalau begitu, kenapa kamu mau pergi? Apa aku perlu menyuruhnya menjelaskan kepadamu atau membawamu ke Yusala untuk menemui teman lamaku agar aku terbukti nggak berbohong?" tanya Harry.Setelah mendengar ucapan ini, Grace bisa memastikan bahwa pria ini sama sekali tidak berbohong. Dengan kata lain, semua kesalahpahaman itu hanya drama yang disutradarai oleh dirinya sendiri? Aduh, memalukan sekali! Grace ingin sekali mencari lubang untuk bersembunyi!"Nggak, nggak. Aku percaya padamu. Hanya saja, aku merasa aku butuh otak yang baru. Otakku ini nggak cukup untuk dipakai. Aku terlalu banyak mengerjakan soal belakangan ini sampai jadi gila," timpal Grace."Ya, otakmu memang kurang berguna. Jangan sampai hal sep
"Ha ... Harry, aku memang masih muda dan kadang kurang paham beberapa masalah. Tapi, aku juga merasa melindungimu adalah hal yang sangat wajar. Mulai hari ini, aku akan melindungimu ya?"Mendengar hal itu, Harry merasa canggung. Pengakuan cinta macam apa ini? Kedengarannya lebih seperti bos mafia yang mau melindungi anak buahnya."Oke, ayo makan." Harry menggandeng tangan Grace dan berjalan ke depan meja makan. Sebelum makan, dia memakaikan gelang ke tangan Grace. "Kalau berani lepas gelang ini, aku akan potong tanganmu!" ancam Harry dengan berpura-pura galak."Ya, aku tahu," jawab Grace sambil mengangguk.Pada akhirnya, semuanya telah selesai! Grace menyantap makanannya dengan lahap hingga perutnya kekenyangan. Malam itu, dia tidak tidur bersama Harry karena Harry masih harus mengurus pekerjaan lainnya dan takut akan mengganggu Grace.Keesokan harinya, Grace sangat bersemangat untuk mengunjungi supermarket. Selagi saat ini adalah libur panjang, tentunya dia ingin bersantai. Awalnya,
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k