Baik itu mi seharga 20 ribu ataupun lauk seharga 200 ribu, semuanya sama-sama makanan. Grace memang tidak pintar pelajaran ekonomi, tapi dia masih bisa membedakan nominal uang."Kak ... ternyata aku membuatmu habis banyak uang sebelumnya ya ....""Nggak apa-apa, itu kewajibanku kok," jawab Dennis sambil tersenyum dan mengelus kepala Grace. Gerakan ini terlihat sangat mesra. Harry yang melihatnya merasa ingin sekali mematahkan tangan Dennis.Grace merasakan hawa dingin yang menjalar ke arahnya. Dulu, Grace tidak merasa ada yang aneh pada tindakan Dennis ini karena Dennis memperlakukan semua orang dengan sama. Rumor mengatakan bahwa Dennis adalah pria yang baik terhadap semua orang, tidak pernah pilih kasih pada siapa pun. Namun, kenapa kali ini dia mengatakan banyak sekali omong kosong?"Kak, bagaimanapun Paman adalah seniorku, jangan katakan hal yang membuat salah paham seperti ini. Kalau nggak, nanti Paman benar-benar mengira ada sesuatu yang terjadi pada kita. Gawat kalau dia sampai
Grace ingin sekali menanyakannya pada seseorang karena tidak ingin berasumsi sembarangan. Dia terus menatap Harry seolah-olah meminta bantuan. Sementara itu, Harry juga terus memandangnya sesekali dengan dingin dan ... marah. Harry sedang marah saat itu, padahal Grace tidak melakukan hal apa pun yang keterlaluan.Dennis mengambilkan semangkuk sup untuk Grace dan berkata, "Minum selagi hangat. Kamu harus perbaikan gizi, tubuhmu terlalu kurus. Aku benar-benar khawatir angin kencang akan menerbangkanmu.""Aku ... nggak mau makan lagi. Aku tiba-tiba nggak enak badan, mau pamit dulu." Grace merasa panik dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi kebaikan Dennis terhadapnya. Oleh karena itu, dia ingin melarikan diri."Grace!" teriak Dennis sambil berdiri, tetapi tidak mengejarnya. Dennis adalah orang yang berpendidikan, tidak mungkin dia meninggalkan Harry seorang diri di ruangan ini. Dennis kembali duduk dan mengirimkan pesan kepada Grace untuk menghubunginya setelah sampai kampus nanti.Set
Kedua orang itu berjalan berdampingan hingga ke danau kecil yang berada di kampus. Di sekitar mereka dikelilingi oleh pohon willow dan sebuah hutan bambu kecil. Konon, tempat ini adalah tempat suci untuk percintaan. Banyak sekali pasangan yang sering mengunjungi tempat ini.Sejauh mata memandang, Grace melihat tempat ini dipenuhi dengan pasangan lainnya. Bukankah agak tidak pantas jika dia dan Dennis berada di sini? Grace menghentikan langkahnya dan berkata, "Kak, ada apa Kakak mencariku?""Grace, apa kamu masih belum mengerti?" Dennis benar-benar tidak berdaya. Dia berbalik dan mendekat ke hadapan Grace.Grace terkejut dan bergerak mundur beberapa langkah. "Mengerti apanya?""Aku sudah menyukaimu dua tahun. Sejak kamu masuk ke BEM di tahun pertama, aku sudah jatuh cinta padamu. Kenapa kamu masih tetap nggak mengerti? Apa karena aku yang terlalu menyembunyikannya?""A ... apa?" Grace membelalakkan matanya menatap Dennis dengan tak percaya. Dia kewalahan menghadapi pengakuan cinta yang
Saat melihat Harry, detak jantung Grace seakan-akan berhenti sejenak dan napasnya langsung tercekat. Kenapa dia bisa di sini? Sudah berapa lama Harry di sini? Apakah dia melihat semuanya?"Kak Dennis, maaf, aku masih ada urusan lain." Grace mendorong Dennis menjauh dan langsung mengejar Harry untuk memberi penjelasan.Namun, Harry malah telah berbalik. Seketika, semua tatapan yang dingin itu juga telah hilang. Langkah kaki Harry sangat cepat. Ditambah lagi, dia tertutup oleh hutan bambu saat berbelok, sehingga Grace kehilangan jejaknya.Grace telah menggunakan kecepatan penuh untuk mengejar Harry, tetapi tetap saja tidak sempat menyusulnya. Dia buru-buru menelepon Harry, tetapi tidak ada yang menjawab panggilannya. Grace mengirimkan sebuah pesan.[ Harry, angkat teleponmu. Ada yang mau kubicarakan padamu. ]Setelah beberapa kali mencoba meneleponnya lagi, Harry tetap tidak menjawab telepon itu. Tampaknya, Harry pasti sudah salah paham. Grace menuliskan penjelasannya di pesan, tetapi ti
Melepaskan seseorang yang paling disukai bukanlah sebuah hal mudah. Di sisi lain, Grace yang tidak bisa menghubungi Harry sama sekali juga akhirnya telah menyerah. Dia terpaksa meminta bantuan dari Hannah.Begitu mengetahui bahwa Dennis menyatakan perasaannya kepada Grace, Hannah langsung meminta cuti dan bergegas mengunjungi Grace. Mereka janjian di sebuah bar untuk bertemu. Grace yang biasanya tidak minum alkohol sama sekali, malah menghabiskan dua botol bir. Sebelum Hannah tiba, dia telah minum sendirian hingga cukup mabuk. Saat Hannah tiba dan melihat kondisi Grace, dia merasa sangat sedih."Apa yang terjadi?" tanya Hannah.Grace menceritakan seluruh kejadiannya kepada Hannah."Gadis bodoh, apa kamu sendiri juga nggak tahu siapa yang kamu sukai?" tanya Hannah dengan cemas."Aku nggak pernah pacaran sekali pun sejak kecil. Tunangan ini juga bukan pilihanku sendiri, mana aku tahu?" ujar Grace dengan raut sedih."Kalau begitu, kutanyakan padamu. Siapa yang lebih tampan, Dennis atau Ha
"Aku suka Harry ...." Awalnya Grace masih agak ragu-ragu, tapi kemudian dia mulai yakin. "Ya, aku suka sama Harry! Aku suka padanya! Aku hanya melindungi orang yang kupedulikan, jadi aku nggak suka mendengar orang lain menjelek-jelekkannya. Aku juga merasa dia kesepian, makanya aku ingin menemaninya. Meskipun dia jelek, kelak juga nggak akan terlalu kaya, lalu memangnya kenapa? Aku suka dengan kehidupan yang tenang, nggak suka dengan kekayaan yang melimpah. Aku cuma ingin sehat selalu!"Grace akhirnya telah memahami isi hatinya dan seketika merasa lega. Dia menarik tangan Hannah dan berkata, "Aku sudah mengerti sekarang. Aku mau beri tahu Harry. Aku mau jelaskan langsung padanya. Aku mau beri tahu dia perasaanku ...."Lantaran terlalu bersemangat, Grace jadi terbata-bata. Hannah juga sebenarnya tidak tahu, apakah keputusannya untuk menyadarkan Grace ini adalah sebuah keputusan yang baik. Bagaimanapun, Harry sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Dennis. Namun, mau bagaimana lagi ji
Grace sudah jarang sekali merasa terlindungi sedemikian rupa, dia bisa merasakan kelembutan Harry dengan jelas. Oleh karena itulah, Grace juga ingin berkorban demi Harry."Haeh, aku benar-benar nggak mengerti pikiran anak zaman sekarang. Kamu sudah tahu kamu suka pada Harry, lalu apa kamu sudah yakin dia juga suka padamu?" tanya Hannah tiba-tiba. Senyuman di wajah Grace langsung menjadi kaku.Grace lupa mempertimbangkan pertanyaan ini. Sepertinya Harry tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Grace menggelengkan kepalanya. Hannah yang terkejut melihat reaksinya, langsung menginjak pedal gas dan menghentikan mobilnya."Astaga, kalian ini benar-benar tunangan nggak sih? Sejak tunangan sampai sekarang sepertinya sudah ada dua bulan, 'kan? Aku bisa maklum kalau kamu baru ngerti sekarang, tapi ternyata kamu malah nggak tahu apakah Hary benar-benar suka padamu atau nggak?""Mungkin ... suka?""Aku benar-benar bisa mati kesal karena kamu!" Hannah hampir memuntahkan darah saking kesalnya. Kenap
Hati Grace langsung tersentak mendengar ucapan Rudi. Ternyata Harry memang marah padanya sampai memutuskan untuk ke luar negeri."Kalau begitu ... bagaimana bisa menghubunginya? Waktu kutelepon, ponselnya nggak aktif.""Sekarang Tuan seharusnya sedang berada di pesawat. Kalau sudah sampai, Juan akan meneleponku. Mungkin butuh waktu penerbangan sekitar lima jam. Nona Grace nggak usah tunggu lagi, tidur saja dulu. Kalau ada butuh apa-apa, silakan beri tahu aku.""Terima kasih, Pak Rudi." Grace juga tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Tadinya dia merasa sangat bersemangat, tapi sekarang malah harus kecewa berat. Grace berjalan ke kamarnya sambil menunduk dengan putus asa.Setelah itu, dia memberitahukan Hannah bahwa Harry telah pergi ke luar negeri. Tiba-tiba, dia merasa rumah ini sangat hampa dan hening. Sebenarnya, dulu juga rumah ini tidak terlalu ramai. Hanya ada Juan yang sesekali datang. Seisi rumah itu hanya ada empat orang. Namun, Grace merasa tempat ini adalah rumahnya dan
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k
Grace sedang bersembunyi di dalam dengan gugup. Dia terkejut setengah mati oleh nada dering ponsel yang berbunyi mendadak. Sekarang sudah larut malam, hotel sangat sepi.Mendengar nada dering itu, Harry menoleh ke dalam dan melihat seorang gadis mungil berjaket hitam di pojok. Ketika Sherline juga ingin menoleh ke sana, Harry menghentikannya.Harry berujar, "Bu Sherline bisa duduk sebentar di sana." Keinisiatifan Harry membuat hati Sherline berbunga-bunga. Dia menyandarkan diri ke dalam pelukan Harry dan pergi duduk di kursi.Grace segera menolak panggilan telepon Juan. Sebagai gantinya, Grace mengirim pesan untuk memberitahukan dia sedang sibuk.Setelah membaca pesan itu, Juan menyuruh Grace untuk segera datang ke Hotel Jupiter. Juan mengatakan Harry minum terlalu banyak bir dan dia kuat membawanya sendirian.Grace emosi setelah membaca balasan dari Juan. Harry tidak minum sampai mabuk, tetapi Harry tidak kuasa menahan godaan wanita cantik. Awalnya, Grace berpikir Harry adalah pria
Tak lama kemudian, Grace sampai di sekolah. Dia turun dari mobil dan melihat mereka bertiga makin jauh. Ada sedikit keengganan di hati Grace. Dia tidak akan berbaik hati untuk membiarkan Sherline tinggal di rumah lagi, mengantisipasi Sherline merebut Harry.Grace menelepon Hannah. "Hannah, gimana kalau ada yang mau rebut cowokmu?"Hannah bertanya, "Gimana sikap cowokmu?""Tentu saja cuek," jawab Grace.Hannah menyeletuk, "Kamu tunggu apa lagi? Cepat serang balik. Kebetulan sudah dekat hari ziarah, bakar uang untuk dia. Dia cari mati.""Aku awalnya nggak ragu, tapi sekarang jadi berani karena kamu bilang begini. Tenang saja, aku nggak akan mengalah," kata Grace sambil mengepalkan tinju untuk membulatkan tekad.Setelah kembali ke kelas, Grace tidak bisa fokus mendengarkan materi pelajaran. Dia sibuk memikirkan Sherline. Grace diam-diam mengirim pesan pada Juan, memastikan bahwa ada kegiatan sosialisasi lagi malam itu.Grace juga menanyakan alamat dan waktu kegiatan. Dia meminta Juan untu