Melihat Grace yang mondar-mandir di sekitar meja panjang tanpa memedulikan tatapan aneh orang lain dan mulai makan, Lyla tak kuasa menahan tawanya. Biasanya, orang mendeskripsikan gadis cantik bagaikan kupu-kupu yang beterbangan di taman bunga.Sementara Grace ... jelas sekali dia bukan kupu-kupu, melainkan ... tukang makan!Lyla sendiri tidak tertarik dengan makanan di sana, dia hanya ingin berkeliling. Setelah itu, dia memberikan sesuatu pada Grace."Apa ini?" tanya Grace."Penyuara telinga nirkabel, kamu pakai dulu. Apa pun yang terjadi padamu, aku bisa langsung tahu dan datang segera.""Nggak perlu berlebihan begini, 'kan? Semua orang datang untuk menghadiri acara pernikahan. Selain itu, semuanya adalah orang terkenal dan terpelajar. Seharusnya nggak akan persulit aku, 'kan?""Belum tentu. Kalangan elite belum tentu baik. Kamu ambil saja. Karena kakakku sudah menyuruhku untuk melindungimu, tentu saja aku harus melakukannya. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku nggak bisa tanggu
Bukankah Grace sebelumnya sangat pintar berdebat? Menindas Cheria hanya karena dia sendirian? Sekarang ada banyak sekali orang di sini, mau bagaimana lagi Grace berdebat?Cheria maju dengan menyunggingkan senyuman licik. Dia berbisik kepada Grace, "Terima saja nasibmu sebagai orang rendahan, nggak usah berharap bisa naik status. Nggak becermin dulu sebelum bersaing denganku!""Asal tahu saja, kalaupun aku jadi selingkuhan, memangnya kamu berani beri tahu orang lain aku ini selingkuhan? Memangnya aku merusak hubunganmu dan Harry? Kamu berani umumkan hubungan kalian? Kalau kamu berani umumkan, aku akan buat kamu menderita!" lanjutnya."Cheria ... jangan keterlaluan!" Grace mengepalkan tangannya dengan erat dan berusaha untuk bersabar."Memangnya keterlaluan? Aku cuma mengajarimu cara menjadi orang yang baik. Kamu nggak seharusnya melampaui batasmu atau berkhayal terlalu jauh!" ucap Cheria sambil tertawa."Kamu ...." Saking kesalnya, Grace tidak bisa berkata-kata."Grace, pada dasarnya ka
Cheria mengadu sambil menangis, "Kebetulan sekali Bu Felicia datang. Semua orang melihat sendiri Grace yang mendorongku duluan. Kamu harus tegakkan keadilan untukku ...."Sebelum Cheria menyelesaikan ucapannya, Felicia telah melambaikan tangan dan berkata dengan jengkel, "Memangnya aku nanya kamu? Aku lagi nanya putri angkatku. Siapa yang menindasmu? Beri tahu aku, aku akan balaskan dendam."Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak terkejut. Jelas sekali bahwa Grace telah mendorong seseorang. Meski lawan bicaranya tidak sopan, Grace tidak seharusnya bertindak kasar. Namun mendengar ucapan Felicia, jelas sekali bahwa dia memang berniat membela Grace.Cheria terbengong. Dia tidak bisa percaya bahwa Keluarga Adhitama bisa melakukan hal yang begitu tak masuk akal. Seolah-olah meminta bantuan dari Jimmy, Cheria berkata, "Paman, Bibi ....""Yang dibilang bibimu ini memang benar. Bukankah ucapan istriku bagus sekali? Istriku nggak nanya kamu, kamu nggak usah bicara. Kalau kamu buat i
"Bibi, Paman, kalian salah paham. Kami nggak lihat apa pun.""Nggak lihat? Kalau begitu, lupakan saja yang sebelah sini," ujar Felicia dengan santai.Pemuda yang sebelumnya juga mulai panik. Dia hanya ingin berlagak pahlawan di hadapan wanita cantik. Namun, jika sampai menyinggung Keluarga Adhitama hanya karena masalah ini, itu benar-benar tidak pantas.Pemuda itu bergegas membungkuk dan meminta maaf, "Bibi, Paman, aku juga nggak lihat apa pun.""Oh ya? Bukannya tadi kamu bilang melihat semuanya?""Aku ... cuma asal bicara. Kalaupun ada, mungkin cuma sekadar bercanda dan nggak sengaja mendorongnya. Bukan masalah besar.""Aku suka cara bicara anak ini. Jimmy, ingat dia. Beri dia kesempatan untuk ke depannya.""Bibi, Paman, kami juga nggak lihat apa pun. Kalaupun ada, pasti cuma bercandaan!" Semua orang mulai berpindah pihak. Bagaimanapun, sebagian besar orang-orang ini telah menjelek-jelekkan Grace tadinya. Kini setelah orang tua angkat Grace datang, tentunya mereka harus bersikap segan
"Paman, kamu boleh mengataiku, tapi nggak boleh mengatai istriku. Dia memang lebih muda darimu, tapi dia istriku. Cuma aku yang boleh mengatainya. Kalau orang lain mengatainya, aku bisa marah. Kamu sendiri nggak suka kalau aku mengatai istrimu, 'kan?" ujar Jimmy."Dasar kamu ini. Apa yang kamu katakan?" tanya Cakra dengan kesal."Kamu boleh mengataiku, tapi nggak boleh mengatai istriku. Simpel saja. Karena aku akan selalu membela istriku," jelas Jimmy.Cakra mengernyit. Jimmy adalah orang yang berpendidikan dan pintar berbisnis, tetapi dia akan kehilangan akal sehatnya jika ada masalah yang berkaitan dengan istrinya.Jika tidak, dengan kecerdasan Jimmy, Keluarga Adhitama pasti sudah sehebat Keluarga Prayogo. Demi istrinya, Jimmy menyinggung cukup banyak orang. Meskipun begitu, Keluarga Adhitama dan Keluarga Tedja menduduki posisi setara.Cakra datang untuk meminta keadilan bagi cucunya. Dia merasa dirinya tidak perlu bertele-tele dengan Jimmy. "Oke, asalkan Felicia bisa bersikap adil,
"Benar! Aku sudah memperingatkannya kalau Grace adalah orang Keluarga Adhitama. Dia bilang orang Keluarga Adhitama belum datang, jadi nggak usah takut.""Dia biang keroknya. Aku rasa Grace juga nggak benaran mendorongnya. Siapa suruh dia sok dekat dengan Grace sampai berbisik di telinganya? Memangnya kalian sangat akrab? Mungkin yang kamu katakan itu hal buruk, makanya dia mendorongmu. Itu reaksi orang normal. Lagian, kamu cuma jatuh sedikit. Ngapain berlebihan seperti ini?""Ya! Kalau Paman Jimmy dan Bibi Felicia nggak ada di sini, kamu pasti akan terus membuat keributan, 'kan?""Aku ... bukan begitu ...." Cheria hendak membantah, tetapi tidak akan ada yang memercayainya. Sekarang situasi telah berbalik. Posisi Grace lebih unggul darinya.Karena tidak tahu harus bagaimana mengatasi masalah ini, Cheria hanya bisa menatap Cakra untuk meminta bantuan. Dia memanggil dengan sedih, "Kakek ...."Cakra juga tidak bisa membuat keputusan, jadi hanya bisa menunggu Felicia berbicara. Felicia beru
Dulu Grace paling takut membuat masalah karena dirinya tidak memiliki kekuasaan apa pun. Sejak kecil, dia menerapkan sebuah aturan bertahan hidup, yaitu kurangi berbicara dan banyak berbuat supaya menghindari masalah.Bagaimanapun, Grace tidak punya kemampuan apa pun. Dia tidak sanggup melindungi diri sendiri. Kalau menyinggung seseorang, dia sendiri yang akan kerepotan. Itu sebabnya, dia selalu berusaha bersikap patuh.Kini, meskipun telah mendapatkan perlindungan dari Harry, Grace masih terbiasa mengalah. Seperti tadi, dia berencana meminta maaf untuk mengakhiri semuanya. Tidak masalah jika merasa tidak adil karena dia sudah terbiasa sejak kecil.Dulu Grace merasa tindakan seperti ini benar. Namun, sekarang dia merasa dirinya tidak berbeda dengan pengecut. Dia berujar, "Maaf, aku sudah tahu salah.""Grace sudah tahu dia salah. Nggak usah dibahas lagi," bujuk Jimmy. Istrinya memang angkuh, tetapi yang dikatakan istrinya masuk akal."Kamu ini nggak bisa kasih nasihat yang baik." Felici
"Kakek ... aku nggak bisa menerima kekalahan ini. Masa aku kalah dari gadis seperti itu?" sahut Cheria."Kalau kamu memang kalah darinya, kamu seharusnya membuat Harry terpana padamu, bukan membuat keributan semacam ini! Sekarang kamu bukan cuma menyinggung Keluarga Prayogo, tapi juga Keluarga Adhitama!""Biar kuperingatkan sekali lagi, jangan menyinggung orang Keluarga Prayogo ataupun mengganggu Grace! Kalau sampai aku nggak bisa melindungimu lagi, kamu sendiri yang bakal kewalahan! Kamu satu-satunya cucu Keluarga Tedja. Kuharap kamu bisa sukses, bukan sibuk pacaran!" ujar Cakra."Tapi ... aku menyukai Harry ...," gumam Cheria."Tutup mulutmu!" sergah Cakra. "Kalau kamu terus keras kepala begini, sebaiknya naik kapal pesiar lain dan pulang sendiri! Jangan buat aku malu di sini!"Ketika melihat kakeknya benar-benar marah, Cheria tidak berani bersikap keras kepala lagi. Dia pun menggertakkan giginya dan hanya bisa menahan diri.Pada akhirnya, Cheria yang kekesalannya masih belum mereda
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa