Cheria mengadu sambil menangis, "Kebetulan sekali Bu Felicia datang. Semua orang melihat sendiri Grace yang mendorongku duluan. Kamu harus tegakkan keadilan untukku ...."Sebelum Cheria menyelesaikan ucapannya, Felicia telah melambaikan tangan dan berkata dengan jengkel, "Memangnya aku nanya kamu? Aku lagi nanya putri angkatku. Siapa yang menindasmu? Beri tahu aku, aku akan balaskan dendam."Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak terkejut. Jelas sekali bahwa Grace telah mendorong seseorang. Meski lawan bicaranya tidak sopan, Grace tidak seharusnya bertindak kasar. Namun mendengar ucapan Felicia, jelas sekali bahwa dia memang berniat membela Grace.Cheria terbengong. Dia tidak bisa percaya bahwa Keluarga Adhitama bisa melakukan hal yang begitu tak masuk akal. Seolah-olah meminta bantuan dari Jimmy, Cheria berkata, "Paman, Bibi ....""Yang dibilang bibimu ini memang benar. Bukankah ucapan istriku bagus sekali? Istriku nggak nanya kamu, kamu nggak usah bicara. Kalau kamu buat i
"Bibi, Paman, kalian salah paham. Kami nggak lihat apa pun.""Nggak lihat? Kalau begitu, lupakan saja yang sebelah sini," ujar Felicia dengan santai.Pemuda yang sebelumnya juga mulai panik. Dia hanya ingin berlagak pahlawan di hadapan wanita cantik. Namun, jika sampai menyinggung Keluarga Adhitama hanya karena masalah ini, itu benar-benar tidak pantas.Pemuda itu bergegas membungkuk dan meminta maaf, "Bibi, Paman, aku juga nggak lihat apa pun.""Oh ya? Bukannya tadi kamu bilang melihat semuanya?""Aku ... cuma asal bicara. Kalaupun ada, mungkin cuma sekadar bercanda dan nggak sengaja mendorongnya. Bukan masalah besar.""Aku suka cara bicara anak ini. Jimmy, ingat dia. Beri dia kesempatan untuk ke depannya.""Bibi, Paman, kami juga nggak lihat apa pun. Kalaupun ada, pasti cuma bercandaan!" Semua orang mulai berpindah pihak. Bagaimanapun, sebagian besar orang-orang ini telah menjelek-jelekkan Grace tadinya. Kini setelah orang tua angkat Grace datang, tentunya mereka harus bersikap segan
"Paman, kamu boleh mengataiku, tapi nggak boleh mengatai istriku. Dia memang lebih muda darimu, tapi dia istriku. Cuma aku yang boleh mengatainya. Kalau orang lain mengatainya, aku bisa marah. Kamu sendiri nggak suka kalau aku mengatai istrimu, 'kan?" ujar Jimmy."Dasar kamu ini. Apa yang kamu katakan?" tanya Cakra dengan kesal."Kamu boleh mengataiku, tapi nggak boleh mengatai istriku. Simpel saja. Karena aku akan selalu membela istriku," jelas Jimmy.Cakra mengernyit. Jimmy adalah orang yang berpendidikan dan pintar berbisnis, tetapi dia akan kehilangan akal sehatnya jika ada masalah yang berkaitan dengan istrinya.Jika tidak, dengan kecerdasan Jimmy, Keluarga Adhitama pasti sudah sehebat Keluarga Prayogo. Demi istrinya, Jimmy menyinggung cukup banyak orang. Meskipun begitu, Keluarga Adhitama dan Keluarga Tedja menduduki posisi setara.Cakra datang untuk meminta keadilan bagi cucunya. Dia merasa dirinya tidak perlu bertele-tele dengan Jimmy. "Oke, asalkan Felicia bisa bersikap adil,
"Benar! Aku sudah memperingatkannya kalau Grace adalah orang Keluarga Adhitama. Dia bilang orang Keluarga Adhitama belum datang, jadi nggak usah takut.""Dia biang keroknya. Aku rasa Grace juga nggak benaran mendorongnya. Siapa suruh dia sok dekat dengan Grace sampai berbisik di telinganya? Memangnya kalian sangat akrab? Mungkin yang kamu katakan itu hal buruk, makanya dia mendorongmu. Itu reaksi orang normal. Lagian, kamu cuma jatuh sedikit. Ngapain berlebihan seperti ini?""Ya! Kalau Paman Jimmy dan Bibi Felicia nggak ada di sini, kamu pasti akan terus membuat keributan, 'kan?""Aku ... bukan begitu ...." Cheria hendak membantah, tetapi tidak akan ada yang memercayainya. Sekarang situasi telah berbalik. Posisi Grace lebih unggul darinya.Karena tidak tahu harus bagaimana mengatasi masalah ini, Cheria hanya bisa menatap Cakra untuk meminta bantuan. Dia memanggil dengan sedih, "Kakek ...."Cakra juga tidak bisa membuat keputusan, jadi hanya bisa menunggu Felicia berbicara. Felicia beru
Dulu Grace paling takut membuat masalah karena dirinya tidak memiliki kekuasaan apa pun. Sejak kecil, dia menerapkan sebuah aturan bertahan hidup, yaitu kurangi berbicara dan banyak berbuat supaya menghindari masalah.Bagaimanapun, Grace tidak punya kemampuan apa pun. Dia tidak sanggup melindungi diri sendiri. Kalau menyinggung seseorang, dia sendiri yang akan kerepotan. Itu sebabnya, dia selalu berusaha bersikap patuh.Kini, meskipun telah mendapatkan perlindungan dari Harry, Grace masih terbiasa mengalah. Seperti tadi, dia berencana meminta maaf untuk mengakhiri semuanya. Tidak masalah jika merasa tidak adil karena dia sudah terbiasa sejak kecil.Dulu Grace merasa tindakan seperti ini benar. Namun, sekarang dia merasa dirinya tidak berbeda dengan pengecut. Dia berujar, "Maaf, aku sudah tahu salah.""Grace sudah tahu dia salah. Nggak usah dibahas lagi," bujuk Jimmy. Istrinya memang angkuh, tetapi yang dikatakan istrinya masuk akal."Kamu ini nggak bisa kasih nasihat yang baik." Felici
"Kakek ... aku nggak bisa menerima kekalahan ini. Masa aku kalah dari gadis seperti itu?" sahut Cheria."Kalau kamu memang kalah darinya, kamu seharusnya membuat Harry terpana padamu, bukan membuat keributan semacam ini! Sekarang kamu bukan cuma menyinggung Keluarga Prayogo, tapi juga Keluarga Adhitama!""Biar kuperingatkan sekali lagi, jangan menyinggung orang Keluarga Prayogo ataupun mengganggu Grace! Kalau sampai aku nggak bisa melindungimu lagi, kamu sendiri yang bakal kewalahan! Kamu satu-satunya cucu Keluarga Tedja. Kuharap kamu bisa sukses, bukan sibuk pacaran!" ujar Cakra."Tapi ... aku menyukai Harry ...," gumam Cheria."Tutup mulutmu!" sergah Cakra. "Kalau kamu terus keras kepala begini, sebaiknya naik kapal pesiar lain dan pulang sendiri! Jangan buat aku malu di sini!"Ketika melihat kakeknya benar-benar marah, Cheria tidak berani bersikap keras kepala lagi. Dia pun menggertakkan giginya dan hanya bisa menahan diri.Pada akhirnya, Cheria yang kekesalannya masih belum mereda
"Kamu rasa sikapku ini keterlaluan? Aku cuma mengajarimu cara menjadi orang yang baik. Kamu nggak seharusnya melampaui batasmu atau berkhayal terlalu jauh!" ucap Lyla.Kalimat ini terdengar sangat familier. Bukankah ini kalimat yang dilontarkan Cheria kepada Grace? Beraninya Lyla mengembalikan kalimat itu kepadanya! Sungguh penghinaan besar!Ekspresi Cheria tampak pucat dan masam. Lyla berkata lagi, "Menurut senioritas, kamu seharusnya memanggilku bibi, 'kan? Jadi, nggak salah kalau aku menasihatimu seperti itu.""Kamu terus mengatakan Grace nggak pantas untuk Kak Harry. Tapi, coba becermin dulu. Dengan moralmu yang seperti itu, memangnya kamu pantas untuk kakakku? Kamu ingin menjadi bagian dari Keluarga Prayogo? Jangan mimpi deh!""Lyla, kamu benar-benar keterlaluan! Kamu cuma anak adopsi Keluarga Prayogo! Kasarnya, kamu ini nggak ada bedanya dengan anjing peliharaan mereka!" hardik Cheria."Tapi, kamu ketakutan sampai gemetaran karena ditegur olehku. Kalau aku anjing, kamu apa dong?"
"Terima kasih, Lyla!" Grace yang merasa terharu sontak memeluk Lyla, bahkan mengecup pipinya."Sudah, sudah. Kalau Kak Harry melihatnya, dia bisa cemburu." Lyla merasa dirinya sangat dewasa selama ini. Bagaimanapun, dia telah menjalani pelatihan selama bertahun-tahun. Sikapnya yang kekanak-kanakan telah hilang. Namun, ketika bersama Grace, dia merasa jiwa mudanya kembali membara."Lyla, kamu dan Hannah benar-benar mirip," ujar Grace."Kenapa bicara begitu?" tanya Lyla."Hannah juga pemarah sepertimu. Tapi, dia sangat baik dan keren," sahut Grace."Mungkin dia seperti aku yang berusia 21 tahun. Setelah usianya 26 tahun, dia akan makin dewasa," ucap Lyla.Lima tahun sudah cukup untuk mengasah seseorang menjadi makin tajam. Hannah adalah Lyla yang berusia 21 tahun, begitu juga sebaliknya. Jadi, Hannah tidak mungkin bisa menang dari Lyla.....Harry turun dari lantai atas. Setelah mengetahui apa yang terjadi, dia mengucapkan terima kasih kepada Jimmy dan Felicia."Nggak usah berterima kasi
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar