Share

Bicara

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-08 19:12:57

Ketiga wanita itu duduk bersama, dengan cukup berjarak. Ruang tamu rumah yang ditempati Intan, tidak ada sofa, jadi mereka lesehan duduk di karpet.

Zita terus menatap tajam ke Intan yang mencoba untuk tersenyum, padahal jelas, bibir bawah wanita itu bergetar pelan. Efek salah tingkah dan tak enak hati.

"Bisa janji untuk nggak deketin atau coba buat rebut suami aku?" Pertanyaan ringan dengan jawaban susah - bagi Intan - dilontarkan Zita dengan tenang. Intan menghela napas, ia menyandarkan tubuh ke dinding.

Kedua mata menyorot dengan tatapan sendu ke arah Zita.

"Mbak tahu kan, kalau rasa suka atau perasaan jatuh cinta itu akan susah dihalau juga dilupain? Aku tahu, Mbak, keluarga besar pasti kaget kalau tau kenyataan hal ini, aku juga udah...," Intan menunduk sejenak sebelum melanju

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dinikahi Mas Pandu    Pasang Badan Pasukan

    Zita duduk di bawah pohon belimbing sembari mencatat barang-barang yang akan ia, Dety, Maya dan Bu rima belanja di mega grosir, karena hari jumat besok, akan diadakan sedekah jumat yang diadakan keliling kota guna membagikan sembako. Mulut Zita tak henti mengunyak bakwan dengan sambal kacang, ia hempaskan jauh-jauh nenek sihir bernama Intan itu dari kepala dan hatinya.Layar ponselnya menyala, nama Pandu muncul, Zita hanya melirik lalu mengabaikan panggilan itu. Ia masih jengkel dengan suaminya yang membentak ia semalam. Biarkan, sesekali ngambek boleh, dong, masa selalu jadi jagoan yang melupakan kesalahan.No way, untuk kali ini. Kegiatan menulisnya terhenti saat ia teringan kejadian subuh tadi, ia sebenarnya sudah menyiapkan air sisa mengepel lantai untuk ia siram ke Intan, namun ia urungkan karena takut difitnah lagi oleh penyihir itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Dinikahi Mas Pandu    Hamil

    Zita membuka matanya, ia melihat Dety dan Maya yang tampak lega. Ia langsung ingat kejadian terakhir, air mukanya sudah merah, kedua matanya panas."Nggak apa-apa, aman, Zita, semua aman, Bu Rima di sana," ucap Maya. Dety mengusap kepala Zita."Kenapa nggak bil—""ZITA!" suara Pandu terdengar di depan pintu kamar rawat. Napasnya terengah-engah. Ia berjalan mendekat, Zita membuang pandangannya ke arah lain, ia masih kesal dengan Pandu."Zit...," Pandu meraih jemari tangan istrinya namun di tepis Dety dan Maya kompak. Pandu menoleh, menatap bingung."Cuci tangan dulu, cuci muka, lo tau bini lo lagi sepeneng sampai pingsan gitu gara-gara elo juga, Pandu." Omel Maya dengan logat be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Dinikahi Mas Pandu    Belum selesai

    Pandu terus menatap lekat Zita yang sedang menikmati pudding buah kiriman Dety, wanita itu kembali datang ke rumah sakit sore hari. Tangannya meraih tisu di atas atas, ia bersihkan sudut bibir Zita perlahan. Kedua mata Zita justru melirik sebal ke suaminya itu."Aku bukan anak kecil, Mas Pandu. Bisa lap sendiri mulut aku!" ketusnya sembari merebut tisu dari tangan suaminya."Kan aku mau manjain istri aku," jawaban Pandu membuat Zita berdecak."Kenapa? Ngerasa bersalah? Istrinya bisa aja keguguran gara-gara ditendang nenek lampir itu." Semakin judes saja, kan. Pandu mendengkus, ia meraih tangan kanan Zita yang sudah tak memegang sendok, karena Pandu sudah meletakkan kotak pudding ke atas nakas. Telapak tangan Zita ia tempelkan ke wajah, kedua mata Pandu terpejam, meresapi kelembutan tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Dinikahi Mas Pandu    Hampir keceplosan

    Seharunya, Zita pulang esok hari, namun karena kondisinya sudah lebih baik, juga, karena kedua orang tua Intan akan datang, ia tak mau jika tak bertemu dengan bude juga pakde suaminya itu. Justru ini kesempatan emas bagi Zita, dan tak perlu repot-repot ke Solo lagi buat samperin keluarga suaminya itu."Bu Rima tetap ikut ke rumah dia, kan, sebagai saksi?" tanya Zita yang duduk di kursi roda sembari di dorong suaminya itu."Ikut. Udah bagian tanggung jawab saya, kan, suami saya juga ikut. Kaget waktu saya cerita, Pandu termasuk anak emas suami saya, kan," ledek Rima sembari melirik ke Pandu yang hanya bisa senyum-senyum. Sedangkan suami Rima tak lepas menggandeng tangan istrinya itu. Zita yang melihat kemestaannya ibu ketua paguyuban itu, ikut tersenyum."Tuh, Mas, Romantis dong, kayak

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Dinikahi Mas Pandu    The one that i want

    "Sini dulu, Zita," tangan Pandu menarik pelan pergelangan tangan istrinya yang berjalan santai sembari menyedot minuman dingin yang mereka beli di kedai minuman setelah merekacheck indan berjalan menuju ke ruangboarding."Apaan sih, Mas?" toleh Zita sembari menatap suaminya yang tersenyum manis.Cup.Kecupan di kening lalu ia membungkukkan tubuh, mengarahkan kecupan ke perut Zita, pria itu berikan dengan gerakan cepat."Happy, mau ke Yogya?" tanyanya. Zita mengangguk sembari cengegesan. Pandu merangkul bahu Zita yang bertubuh pendek - menurut Pandu."Kita ganti pesawat ya? Nggak bisa langsung, aku sempet lupa kemarin waktu p

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Dinikahi Mas Pandu    Kamu cemburu?

    Jakarta - Halim.Pesawat yang mereka tumpangi merupakan anak perusahaan dari tempat Pandu bekerja, mendarat dengan sempurna dan mulus. Keduanya merasa lega, bahkan pelayanan ramah pramugari maskapai, membuat keduanya tak bosan atau lelah selama perjalanan."Pesawat selanjutnya satu setengah jam lagi, terlambat nggak nih, kita?" Zita khawatir."Nggak, tenang aja," tangan Pandu menggandeng tangan Zita, mereka berjalan menuju ke tempat bagasi barang mereka. Mulut Zita sudah komat kamit, ia khawatir akan tertinggal pesawat buntut hijau itu."Tenang, Zita tayang." Itulah Pandu, disaat Zita panik, ia bisa bersikap tenang, sehingga membuat Zita tak semakin menjadi-jadi kepanikannya. Dan, semua dilancarkan, setelah mengurus ini itu, akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Dinikahi Mas Pandu    Diam tanda cembokur

    Makan malam itu hanya dinikmati ke empat orang selain Pandu seorang, pria itu hanya terus menatap sambil menyantap makanannya. Memperhatikan Zita yang heboh bercerita dengan Bagus, terutama, Dito. Pria itu begitu menatap kagum ke arah si lawan bicara, Zita, yang tak sadar dengan tawa dan senyumannya yang Pandu simpulkan, walau secara sepihak, membuat Dito lekat menatap."Ehem..." kembali Pandu berdeham, Zita menoleh, lalu menuangkan air minum ke dalam gelas suaminya, dan tetap lanjut bercerita. Hal itu membuat Pandu jengah, ia bahkan sudah ingin segera membersihkan diri."Pandu, nggak nambah makannya?" tanya bude Sri. Pandu tersenyum seraya menggelengkan kepala. Bagus yang melihat kilatan sinar api cemburu yang membara di kedua mata suami sepupunya itu, segera bertindak."Dito, temenin

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Dinikahi Mas Pandu    Enak, toh...

    Zita membuka pintu kamar, tampak Pandu melirik dengan tatapan judes, sebelum kembali membaca buku koleksi Zita."Mas Pandu, kenapa sih, diem aja dari semalem." Bisa banget Zita basa basinya. Padahal ia juga sudah tau suaminya cemburu."Cemburu, ya, marah ya, Mas, atau... Mas Pandu nggak suka kalau aku sama Dito—"Pandu menutup buku dengan kasar lalu menatap lekat istrinya yang duduk mendekat ke arahnya."Mas Pandu nggak mau usap-usap anaknya? Dari semalem nungguin, lho." Goda terus Zita, tau sendiri suamimu mana tahan di goda begitu. Pandu menatap ke tangan Zita yang menempel ke perut, lalu membuat gerakan memutar mengusap perutnya sendiri."Wah, nak, Bapakmu masih ngambek, eh.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11

Bab terbaru

  • Dinikahi Mas Pandu    Bonus Chapter

    Zita dan Pandu berjalan-jalan di taman yang ada di kota Istanbul, keduanya begitu menikmati hari yang selama ini mereka nantikan. Keempat anaknya sibuk dengan acara jalan-jalannya sendiri bersama saudara sepupu lainnya. Bangku taman itu mereka duduki, Pandu membenarkan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Zita memberikan es kopi miliknya ke tangan Pandu, karena ia ingin mengambil ponsel miliknya dari dalam tas. "Mas, kita foto-foto dulu, selfie dulu biar keceh..." ujarnya sambil mengarahkan layar ponsel ke arah keduanya. Pandu bahkan tersenyum bahagia, dan ada yang foto sambil mencium pipi istrinya itu. "Zit, kalau rambutku di cet cokelat tua bagus kayaknya, deh," tanya Pandu sambil menyugar rambutnya yang masih lebat. Bagaimana tidak, Zita rajin membalur rambut Pandu dengan ramuan cemceman warisan budenya, dengan minyak kemiri, juga bahan-bahan tradisional lainnya. "Nggak usah. Ngapain, mau centil kamu. Puber ke dua? Iya?"

  • Dinikahi Mas Pandu    Dinikahi Mas Pandu

    Hidup manusia itu layaknya roda berputar, itu benar. Pengulangan lingkaran kehidupan itu pasti akan terjadi. Tak jarang, banyak yang berpikir untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik dari pada yang terdahulu, baik orang tua tua sendiri, atau menyangkut jalan hidup anggota keluar lainnya. Pandu dan Zita, menikah begitu cepat, kenalan juga cepat, harus menikah siri lebih dulu sebelum buku nikah diterima di tangan, tapi mampu membangun rasa cinta dua orang asing yang akhirnya, merasa terikat dan begitu saling membutuhkan seumur hidup. Tahun demi tahun mereka lewati, ujian rumah tangga mereka hadapi, pun, saat ujian berganti saat menerpa anak-anak mereka. Duta sempat berkelahi dengan remaja seusianya saat mengganggu Diva dan Dira yang berjalan setelah pulang dari minimarket, tak tedeng aling-aling, Duta main hajar dua remaja itu hingga akhirnya Pandu dan Zita ke rumah sakit karena dua remaja itu terluka cukup parah. Padahal, Datra lah si atlit karate, tapi Datra tak pern

  • Dinikahi Mas Pandu    Keistimewaan masing-masing

    Tidak heran, jika keluarga Pandu dan Zita memang ramai dan heboh. Tahun berganti, kehidupan mereka tak ayal seperti keluarga pada umumnya. Masalah banyak mereka temui, dan bisa terpecahkan dengan sangat baik juga. Ingat Duta yang tak bisa membaca? Kini, di saat triplet sudah menginjak masa sekolah dasar, Duta menunjukkan hal lain yang mampu membuat Zita dan Pandu bangga. Ia juara umum pidato anak kelas 6 SD. Iya, kini mereka sudah besar, waktu berjalan begitu cepat. Zita, apalagi Pandu, semakin tua, tapi, tidak mematikan semangat jiwa muda mereka semua.Pidato dengan tema "Sekolah untuk siapa?" itu, dibuat Duta seorang diri. Materinya ia kumpulkan sendiri sambil banyak menonton berita juga membaca buku. Tuh, kan, jangan meremehkan seseorang. Dulu, Pandu dan Zita bisa saja kesal karena kelihatannya, Duta malas belajar, pemberontak, tapi kini, ia seperti anak yang suka berorasi, menyuarakan pikirannya dengan terbuka, jago debat, dengan cara yang tepat. Datra bahkan kewalahan sa

  • Dinikahi Mas Pandu    Persiapan masuk SD

    Pandu pulang kerja dengan keadaan letih, bagaimana tidak, kepalanya seharian itu isinya angka semua. "Ta, Zita..." panggilnya sambil meletakkan kunci mobil di tempat yang sudah tersedia. Dari lantai dua rumah, terdengar suara melengking Zita dari kamar anak-anaknya. Dua kamar yang dijadikan satu itu begitu luas, tiga ranjang terpisah juga sudah di atur Zita untuk kamar triplets. Pandu melihat bibi menyiapkan makan malam di jam setengah tujuh itu."Pak, Ibu jangan di ganggu, lagi jadi guru dadakan," ujar bibi. Pandu yang sudah berdiri di titian tangga ke dua, menoleh cepat."Emang, ada apaan?" Pandu mengerutkan kening."Tadi sore, sepulang Ibu rapat RT untuk lomba senam, anak-anak minta diajarin belajar membaca, tapi berakhir drama karena Duta nggak mau belajar dan ngambek sampai nangis guling-guling di karpet, Pak."Pandu menghela napas, "lagi-lagi Duta," keluhnya."Pak, jangan di omelin, kasihan Duta," pinta bibi yang memang, cenderung lebih meman

  • Dinikahi Mas Pandu    Piknik berujung liburan mendadak

    "Ini gimana, sih masangnya?" keluh Zita saat ia sibuk menyiapkan keranjang ritan warna cokelat itu. Rambutnya ia kuncir tinggi, terasa gerah karena menyiapkan empat orang anak yang mendadak minta piknik ke kebun binatang, tidaklah sesederhana yang di bayangkan para ibu rumah tangga yang mampu membayar 4 bahkan lebih suster atau asisten. Zita, hanya masih mempekerjakan Bibi yang sudah hampir tujuh tahun ikut dengannya bekerja."Ayo, Zita," ucap Pandu sambil mengecup tengkuk istrinya bertubi-tubi."Mas, ih! Geli, kamu nyosor aja sukanya, ya ampun. Nggak lihat nih, aku ribet masang keranjang ginian," protes Zita sambil menyingkir dari ciuman suaminya yang sudah berusia kepala empat itu."Sini, sayang, aku bantu. Nih, gendong Dira dulu," ucap Pandu. Zita menoleh ke belakang, Dira yang sudah berusia satu tahun. Kelahiran anak ke empat berjenis kelamin perempuan itu, mampu membuat tim anak-anak mereka seimbang. Diva senang, ia punya saudari, tak melu

  • Dinikahi Mas Pandu    Berlayar bersama (2)

    Keduanya pun sudah selesai makan siang, Pandu bergabung bersama para pria, sedangkan Zita bersama para wanita. Anak-anak sudah tidur di kamar, dan... jangan lupa, dikelonin Ageng. Calon manten itu memang sudah tak merawat triplet semenjak sibuk bekerja di koperasi karyawan, tapi jika ada waktu, selalu bersama tiga keponakannya itu."Zita, Ageng udah dapet kontrakan untuk boyong istrinya nanti di Jakarta?" tanya ibu mertunya."Udah, Bu, deket kantor. Naik motor cuma lima belas menit. Minggu lalu Zita sama Mas Pandu juga ngecek ke sana, ada dua kamar, agak masuk gang memang, tapi nyaman." Zita membantu merapikan hiasa untuk kotak seserahan. Istri Pandu itu tampil cantik sendiri, selain rajin perawatan diri di rumah dan skin care dagangan tetangga, membuatnya tampil berkilau dengan budget sederhana.Zita rajin minum jamu, olahraga ringan di rumah, hingga menjadi asisten Ayunda sebagai instruktur senam, bukan... bukan... lebih tepatnya tim hore dengan mikrofon di ta

  • Dinikahi Mas Pandu    Berlayar bersama (1)

    "Ayo... ayo... cepetan! Kita bisa ketinggalan kereta...! Ya ampunnn..." panik Zita yang berjalan menggandeng dua anaknya, satu anaknya lagi digendong Pandu, sedangnya Ageng sudah berlari lebih dulu untuk mencari gerbong kereta yang akan mereka naiki. Porter berjalan di belakang mereka membawa tiga tas koper besar. Tak hanya satu, tapi ada tiga porter yang mereka minta bantuan jasanya."Ini...!" teriak Ageng. Ia memberikan tiket kereta ke petugas yang masih berdiri di depan gerbong kereta eksekutif yang akan mereka naiki. Zita dan dua anaknya berjalan ke dalam gerbong, lalu Pandu yang masih menggendong Diva. Zita terengah-engah, ia merasa lega karena tak tertinggal kereta. Duta dan Datra memindai sekitar sembari menganga. Pertama kali naik kereta dan tampak takjub. "Diva duduk di sini sama Om Ageng, ya," ujar Zita sembari memindahkan Diva dari gendongan Pandu. Mereka duduk di bangku 13DC yang artinya, kursi bisa diputar 180 derajat, kereta Argo lawu itu nyaman karena kelas eks

  • Dinikahi Mas Pandu    Lamaran Ageng (2)

    Zita memiringkan tubuhnya menghadap ke arah suaminya yang bertelanjang dada, jujur saja Zita tergoda, bagaimana tidak, suaminya tetap menjaga bentuk tubuhnya itu, walau saat di luar rumah, tak pernah ia pamerkan. Maksudnya itu, Pandu tak pernah tebar pesona sok-sok menunjukkan tubuh atletisnya, bahkan saat bekerja pun, Pandu tak memakai kemeja yang ketat membentuk tubuhnya, ia justru tampak seperti bapak-bapak mendekati kepala empat yang tak memerhatikan penampilan, tapi... sata di rumah dan berdua bersama Zita, hmmm... jangan di tanya apa lagi di bayangkan, Zita lah penguasa tubuh Pandu. Hal itu sengaja Pandu lalukan guna meminimalisir tatapan wanita-wanita yang bisa saja tergoda dengan penampilan fisik Pandu.Jadi, tak cuma hati, tapi tubuhnya pun, hanya milik Zita seorang. Ingat kan, pengalaman dua pelakor yang habis di bantai istrinya itu? Pandu sungguh menjadikan itu pelajaran. Pun, Zita, istrinya itu tak pernah berdandan cetar membahana tiada tara jika keluar rumah, cuk

  • Dinikahi Mas Pandu    Lamaran Ageng (1)

    Lima tahun kemudian."Kamu, serius, Geng?" tatapan Zita begitu lekat. Sedangkan Pandu hanya bisa duduk tegak di sebelah istrinya karena merasa terkejut dengan ucapan Ageng."Udah bener?" lanjut Zita. Ageng mengangguk."Hmmhh... yaudah, mau gimana lagi, kan. Mas Pandu, gimana?" toleh Zita. Pandu melirik ke istrinya itu."Yaudah, siapin semuanya, deh. Ngapain juga kelamaan pacaran, Geng. Aku hubungin keluarga di Solo. Tapi, serius udah dipikirin baik-baik? Nikah itu bukan perkara SAH dan enak-enak aja, Geng, tapi banyak hal yang--" mulut Pandu dibekap Zita."Stop. Menurut kamu, kamu udah sehebat itu bisa nasehatin Ageng, heh?" pelototan Zita membuat kedua mata Pandu membentuk garis lurus. Ageng terbahak-bahak."Sukurin! Lagu-laguan kasih nasehat soal pernikahan. Tuh, lihat, anak-anak udah siap les berenang. Lets Go triplets! Om Ageng temenin berenang." Ageng beranjak, meraih kunci mobil. Datra, Diva dan Duta menghampiri papa mamanya yang masih

DMCA.com Protection Status