Share

Delapan

Penulis: Riri Afsana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 12:05:51

“Ini undangan siapa Tis,” Rina melirik undangan yang diletakkan Atisha dengan hati-hati di sampingnya.

“Rin, lo jangan marah ya ...” Bujuk Atisha.

“Ngapain gue mesti marah? Oh iya seragam bridesmide lo ada di mobil gue. Entar lo ambil ya, ingetin gue.” Rina terlihat sangat lahap dengan soto ayamnya. Sementara Atisha, menenggak ludahnya pun terasa berat.

“Kenapa lo? Dari tadi ngeliatin gue mulu, lo bohong ya kalau sudah makan?”

“Eh, enggak kok. Beneran gue sudah makan kok, tadi bareng suster Dewi.” Perempuan itu tersenyum. Berdoa dalam hati, semoga sahabatnya tidak mencekiknya setelah membaca undangan itu.

“Eh, undangan siapa sih nih? Cantik banget.” Setelah menghabiskan sotonya, Rani kembali mengalihkan perhatiannya ke arah undangan gold yang tampak mewah itu. Sementara Atisha semakin menunduk sambil menggigit bibirnya.

“Khuuuk…!!!” Rani tersedak lalu menyemburkan es tehnya kearah Atisha saat membaca nama calon pengantin wanita dalam undangan, dr. Atihsa Namira. Rani membaca nama itu berulang kali sambil menatap kearah sahabatnya.

“Jorok banget si Rin!” Atisha mengelap wajahnya dengan tisu.

"Atisha, kamu!!" Pekik Rani, membuat Atisha mengangkat tangan kanannya dengan jari membentuk huruf V saat menatap mata melotot sahabatnya.

“Ran, aku ke toilet dulu ya. Kebelet ...!” Atisha berdiri, mengambil ancang-ancang bersiap kabur dari amukan sahabatnya.

“Apa-apaan nih, Atisha!!!” Teriak Rina tanpa peduli kepadatan kafetaria. Bisa-bisanya Atisha merencanakan pernikahan tanpa sepengetahuannya dan bisa-bisanya pernikahan itu dua hari lebih dulu dari hari pernikahannya. Rina meraih tasnya lalu mengejar Atisha yang telah terbirit-birit menjauhinya.

"Keterlaluan kamu Atisha." Sahabatnya itu benar-benar cari mati dengannya.

Tepat saat Atisha berada di luar kafetaria rumah sakit, perempuan itu melihat Raffan yang berjalan kerahnya sambil melambaikan tangan.

“Aku dari tadi mencari kamu, kata perawat kamu ada disini. Eh, kenapa?” Raffan menaikkan alis saat melihat tingkah calon istrinya. Perempuan itu justru bersembunyi di belakangnya.

“Kamu harus menolong aku Raff,” Bisik Atisha.

"Atisha!"

“Ada apa ini dokter?” Tanya Raffan pada perempuan yang menenteng jas putihnya, perempuan itu menatap garang kearah Atisha yang berada di balik punggungnya.

“Minggir! Ini bukan urusan and-“ Rina membekap mulutnya saat menyadari siapa pria tampan berkacamata hitam yang berdiri dihadapannya. Tidak mungkin, pewaris Ghifari group berdiri di hadapannya. Tak salah lagi, pemuda itu yang selama ini hanya bisa dilihatnya di tv dan majalah bisnis. Ghifari group, perusahaan raksasa dalam skala internasional yang bergerak di bidang berbagai bidang salah satunya di bidang properti yang meliputi kota satelit, perumahan, kondominium, perkantoran kelas A, pendidikan, pusat industri, pusat belanja, hotel, golf dan rumah sakit. Bahkan rumah sakit tempat mereka bekerja saat ini adalah salah satu unit rumah sakit dari Ghifari Group. Menyadari perempuan dihadapannya menatapnya tanpa berkedip, membuat Raffan jengah dan memilih buang muka, ia tak suka ditatap seperti itu.

“Atisha, ikut aku ya. Mama sudah menunggu kita di butik.” Ucapnya pelan, sambil menoleh kebelakang. Atisha menghela nafas pasrah saat menyadari sahabatnya hanya diam. Perempuan itu lalu menyingkir dari persembunyiannya, menatap Rina dengan sorot permintaan maaf.

“Aku nggak bermaksud Rin, buat merahasiakan rencana pernikahan aku dari kamu, beneran. Maaf ...” Atisha berucap lirih, sementara masih Rina terlihat dalam kebingungannya.

“Salahkan dia saja Rin.” Atisha menunjuk Raffan.

“Dia yang tiba-tiba mengajak menikah.” Sambung Atisha, sementara Rina lagi-lagi tercengang tak percaya pada kenyataan yang dihadapkan padanya. Bagai ada palu godam tak kasat mata yang menimpah kepalanya bertubi-tubi. Atisha ingin menikah itu keajaiban, calon suami sahabatnya adalah putra sulung Ghifari ini mustahil.

Atisha menatap Raffan, mengisyaratkan pria itu untuk menyapa Rina. Mau tak mau pria itu akhirnya menurut.

“Raffan, calon suami Atisha.” Raffan mengulurkan tangannya. Rina masih bengong, namun akhirnya membalas uluran tangan itu, hanya sebentar karena Raffan segera menarik kembali tangannya. Rina mengerjap masih tak percaya ini nyata. Namun hal ini tentu bukan mimpi apalagi dongeng.

Putra sulung Ghifari yang terkenal dingin dan tak tersentuh yang diisukan seorang gay akan menikah dengan sahabatnya. Atisha Namira, sahabatnya yang selama ini juga sangat menutup diri dari laki-laki manapun.

"Rina kamu baik-baik saja kan?" Tanya Atisha saat sahabatnya mundur sambil menyentuh keningnya.

"Impossible!"

Bab terkait

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Sembilan

    “Mbak Atisha memang dasarnya cantik banget, jadi cuma di poles sedikit mak-up aja sudah tampak luar biasa! Benarkan Mbak?” perias itu menatap takjub pada Atisha, kemudian menoleh pada Rina yang duduk di atas tempat tidur menatap sahabatnya lekat. Bagaimana perasaanmu saat melihat sahabat yang teramat kamu sayangi menikah, senang atau sedihkah? Jelas perasaan itu sulit di lukiskan, terlebih sahabatmu itu selama ini hampir tak pernah terlihat sedang menjalin hubungan asmara dengan pria manapun. Pada akhirnya bukan Atisha yang lebih dulu menangis tersedu ditinggal nikah sahabatnya, namun Rina yang terus mengelap sudut matanya, Atisha mendahuluinya dengan cara yang sadis. “Lo jahat banget sama gue, rencanaain pernikah nggak bilang gue dulu. Padahal saat Rian ngelamar gue, elo yang pertama gue kabarin … Kesal!” Perempuan itu cemberut namun tetap memeluk Atisha yang telah memakai gaun pengantinnya. Atisha hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya. “Gue ngambek mati-matian, sampai bersump

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Sepuluh

    Atisha berjalan tergesa saat tiba di depan rumahnya, entah mengapa hatinya menjadi terasa sangat gamang saat tiba di undakan tangga pertama. Melihat beberapa pasang sandal yang berjajar di depan teras rumah minimalis itu. Terasa seperti ada desakan yang membuatnya sontak berlari memasuki rumah menuju kamar sang Oma. “Bi…!” Panggilnya dengan suara bergetar pada asisten rumah tangga yang tengah duduk di samping neneknya yang tampak lelap. Beberapa orang tetangga menatapnya dengan linangan air mata. “Kenapa? Oma kenapa?” Tanpa menjawab pertanyaan Atisha, perempuan yang dipanggilnya bibi itu justru memeluknya dengan erat disertai dengan raungan tangis pilu. Tak ada satu katapun yang mampu terucap di mereka namun justru membuat Atisha membeku, jantungnya seakan lolos dari tempatnya. Perempuan itu lalu berjalan pelan, mendekat ke pembaringan sang Oma, mendekap jasad yang masih hangat itu dalam diam. ~ “Kita pulang ya Atisha,” Rina duduk mendekap sahabatnya, menatap gundukan tanah merah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Sebelas

    “Istri aku mana Ma?” Pemuda itu menyalimi tangan sang ibu, Baru pulang kantor. Ia melonggarkan dasinya lalu menggulung lengan kemejanya.“Sudah kangen saja kamu Raf,” Raisa menatap kearah putranya sambil tersenyum jail.“Kerja saat weekend itu menyebalkan.” Raffan mengeluh. Padahal sebelum menikah, pria itu tidak ada masalah bekerja saat weekend.“Coba deh lihat ke samping taman samping, tadi Atisha lagi duduk di gazebo.” Raffan mengangguk, lalu kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud. Tak dipungkiri, sebulan terakhir sejak pernikahan mereka, Atisha telah menjadi obat mujarab untuk menghapus letihnya. Bahkan hingga kini pria itupun tak tau mengapa dengan mudahnya keakraban mereka terjalin, kebersamaan mereka selalu dilingkupi dengan kenyamanan dan kedamaian yang begitu ia nikmati. Pemuda itu tersenyum kala mendapati gadis bercadar yang sedang duduk di bawah naungan pohon pinus. Istrinya telah konsisten memakai cadar sejak pernikahan mereka. Atisha berayun malas, dengan kedua k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Dua Belas

    “Udah cukup, kopinya kebanyakan.” Protes Raffan saat istrinya hendak menyendok bubuk kopi lagi ke portafiliter. Keduanya tengah sibuk di depan coffe maker.“Bubuk kopinya kita padatkan dulu, begini …” Raffan menunjukkan, menekan dan memadatkan bubuk kopi di portafilter menggunakan coffe tamper. Sementara Atisha memperhatikan dengan saksama sambil bertopang dagu, lalu tersenyum. Memerthatikan sang suami, otot bisepsnya tercetak jelas pada kemeja biru muda yang digulung sebatas siku, rambutnya sedikit berantakan namun tetap terlihat awesome.“Atisha …” Raffan menggeleng pelan saat istrinya justru mengangkat kedua tangan membentuk bingkai dengan ibu jari dan telunjuknya, lalu diarahkan pada wajahnya. Raffan hanya mengedik pasrah, saat perempuan itu terlihat serius.“Apa?” Raffan itu menaikkan alisnya. “Bentar deh.” Atisha justru mendekat lalu menyentuh kepalanya, membuat pria itu tercekat menghidu aroma violet dari istrinya. “Rumput.” Atisha menunjukkan sejumput rumput yang tadinya men

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Tiga Belas

    Perempuan berjas putih itu menatap pergelangan tangannya, kemudian tersenyum saat waktu sudah menunjukkan jam pergantian shift. Namun tak bertahan lama, saat handphone-nya berdering dan rekan kerjanya, dokter yang harusnya menggantikan shiftnya malam ini, memintanya untuk memperpanjang jam kerjanya karena ada urusan. “Kenapa dok?” Tanya Dewi, perempuan yang selalu kepo dengan urusannya. “Lanjut kerja Dew, dokter Adrian terlambat karena ada acara katanya.” Atisha mengedik, sementara perempuan yang memakai seragam perawat itu terkekeh. “Padahal beberapa menit lalu udah bahagia banget, pingin cepat-cepat pulang ketemu ayang, hihi ...” Perempuan itu menggoda Atisha yang membuat perempuan itu cemberut. “Dok, bagi tips dong. Gimana caranya biar dapat suami super ganteng plus tajir melintir?” Suster itu, menarik kursi dan duduk di samping Atisha. “Seriusan kamu nanya tips itu? Perasaan dua bulan lalu kamu bilang kamu takut nikah deh.” “Ya itu! Saya jadi pingin nikah karena terinspirasi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Empat Belas

    "Suami!" Panggil Atisha, sambil mengangkat jas putihnya yang tersampir di lengannya. Perempuan itu tersenyum lebar saat mendapati Raffan yang tengah duduk di ruang tengah sambil sedang bermain PS."Capek banget. Tumben Mas Raf, jam segini masih main PS?" Tanya Atisha setelah bergabung disebelah pria itu."Kamu kenapa baru pulang jam segini? Bukannya sift kamu berakhir dua jam lalu? Sekarang sudah hampir tengah malam." Raffan berucap dingin sambil melirik pergelangan tangannya."Khawatir ya?! Cie yang khawatir istrinya pulang terlambat, manis banget sih." Bukannya menjawab pertanyaan Raffan, Atisha justru menggodanya sambil mencolek dagu pria itu. Membuat pria itu mendengus, lalu bangkit dari tempat duduknya. Atisha ikut menyusul pria itu menuju kamar, sambil bergelendot manja di lengannya sang suami."Tadi dokter pengganti aku terlambat karena ada acara keluarga, jadi aku lanjut kerja sampai dia datang."“Siapa nama dokter itu? Lancang sekali membuat kamu pulang selarut ini, apa di

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Belas

    "Jangan bandel Ran." Atisha merebut kembali sushinya dari jepitan sumpit sahabatnya. Membuat Rani mencebik kesal. Keduanya tengah duduk salah-satu sudut restoran Jepang langganan mereka. "Satu aja Tisha, gue ngiler banget pengen makan sushi." Rani berenggut kesal, sementara Atisha mendelik. "Ikan mentah nggak baik untuk kesehatan ibu hamil kayak kamu." Rani berenggut menatap sup jangung di depannya tanpa minat. Perempuan itu tengah berbadan dua setelah satu tahun lebih pernikahannya. Waktu tanpa terasa begitu cepat berlalu, keduanya menikah dengan perbedaan rentang waktu yang hanya berselang beberapa hari. Melihat bagaimana sahabat begitu menikmati masa-masa indah menjadi calon Ibu, membuat Atisha merasakan keinginan seperti apa yang dialami sahabatnya. Namun, ia cukup sadar diri bahwa pernikahannya tidak seperti pernikahan pada umumnya, bahkan menjelang tahun kedua pernikahan mereka. Raffan terlihat sama sekali tidak memiliki minat padanya, sementara Atisha sendiri? Entah jenis pera

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Enam Belas

    "Mama ... kangen banget!" Atisha berucap lembut. Antusias saat cipika-cipiki dengan mertuanya. "Maaf ya Ma, kemarin Atisha nggak bisa ikut sama Mas Raf buat jemput Mama di bandara," ucap Atisha sambil meringis, keduanya melewati ruang tamu, lalu berhenti di ruang keluarga. "Nggak papa, oh iyya suami kamu dimana?" Raisa dan Atisha duduk di sofa depan tv. "Tadi sih lagi mandi Ma, sebentar ya Ma, Atisha bikin minum dulu. Sekalian memanggil mas Raffan." Raisha mengangguk sambil menatap punggung menantunya, sedikit kecewa saat perut menantunya masih datar, padahal selama beberapa bulan di luar negeri, ia berharap bisa menggendong cucu setelah kembali ke tanah air. "Kok nggak bilang mau kesini? Raffan bisa jemput mama tadi sepulang kerja kalau tau mama mau kesini." Pria itu mencium punggung tangan Raisa lalu duduk di sampingnya. "Mama cuma mampir kok, ini mau langsung ke Bandung ke rumah tante kamu. Pernikahan Narendra Selasa mendatang, kamu datang kan?" "Iya, lusa deh Raffan sama Atis

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28

Bab terbaru

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Delapan

    Saat membuka mata dan mengerjap, Atisha mendapati suaminya tersenyum lembut padanya. Pria itu menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya. "Mas." Atisha menatap lekat suaminya, kembali mengingat percakapan mereka sebelum ia jatuh tertidur. Ia Lalu menghembuskan napas dan memeluk sang suami mencari posisi nyaman. "Kok udah bangun sih, padahal tidur baru tiga puluh menit." Rayyan mengangkat tangannya yang bebas dan melirik jam tangannya. "Nggak nyaman yah tidurnya? Pindah di kasur aja yuk." Ajak Rayyan, Atisha hanya menggeleng."Udah jam berapa?" "Jam lima lewat." Rayyan mendekap hangat istrinya, pipinya menempel di kepala istrinya. Pria itu memejamkan mata sambil tersenyum tak dapat membendung keharuannya dengan kemajuan pesat dalam hubungan mereka setelah sekian lama. Mengungkapkan hal yang selama ini mereka pendam bertahun-tahun memang tidak mudah, bagai mengangkat bongkahan batu yang telah lama tertimbun. Namun sepadan dengan kelegaan yang kini mereka hirup ber

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Tujuh

    "Kamu nggak ngerti, kamu nggak ingat sama aku yang pernah ngejar-ngejar kamu saat SMA." Atisha menatap suaminya dengan serius, ia sama sekali tak tahu maksud suaminya."Kamu mah, dulu hanya melihat Jerome. Mengabaikan cowok lain yang sedang berusaha dekat sama kamu, padahal aku baru tahu suka dan cinta sama cewek itu apa, kompleks banget karena langsung mengecap sakitnya patah hati..." Rayyan berucap sambil menyentuh pelipisnya, tampak menerawang. Ternyata pengalaman buruk itu masih membuat hatinya meradang kala mengingatnya."Aku cowok yang pernah berkompetisi dengan kamu di salah-satu olimpiade mewakili SMA Gantara. Kamu ingat nggak? Cowok yang selalu berusaha ngedeketin kamu, nungguin kamu setiap pulang sekolah bahkan nekat nerobos masuk di sekolah kamu demi bisa kenal dekat dengan kamu, tapi selalu di cuekin dan kamu anggap nggak kasat mata. Terakhir di taman depan perpustakaan umum, waktu itu aku coba deketin kamu lagi dan jujur tentang perasaan aku, tapi malah nggak digubris pad

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Enam

    "Asha, kok udah bangun jam segini?" Tanya Raisa saat menatap siapa yang berada di depan pintu kamarnya menjelang subuh seperti ini, Asha berdiri di depan pintu kamarnya mendongak menatap wajah sang nenek dengan sorot berkaca-kaca sambil memeluk boneka koala kesayangannya."Cucu Oma kenapa, jam segini kok sudah bangun?" Mendengar pertanyaan keheranan Omanya membuat gadis kecil itu menitihkan air matanya."Mami nggak ada," lirihnya dengan bibir bergetar, Raisa segera menggendong cucunya yang langsung terisak di dekapannya. "Didinya Asha juga belum pulang ya?" Tanya Raisa yang dijawab Asha dengan gelengan kepala, semalam putranya itu belum pulang saat ia masuk kamar dan tertidur. "Asha jangan nangis. Sayang..." Raisa berujar khawatir saat cucunya menangis sesegukan. Selama ini, cucu kesayangannya itu jarang menangis seperti ini, ia lalu menoleh kearah Ghifari yang masih tertidur."Memang maminya kemana?" Tanyanya mengelus lembut punggung cucunya. Ia benar-benar bingung saat tiba-tiba cu

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Lima

    Atisha ditemani dua orang koas baru di stase obgyn yang tengah mengobrol dengannya mendiskusikan kondisi pasien kepadanya, teramat serius sampai tidak melihat dokter Kikan yang hendak ke poli, berpapasan dengannya andai perempuan itu tidak menyapanya lebih dulu. "Selamat pagi." "Pagi, dokter Kikan..." jawab Atisha dengan senyum ramah. "Udah lepas jaga kan, papanya Asha di depan nungguin tuh," ujarnya, sambil tersenyum."Oh iya dok, makasih infonya yah. Padahal tadi mau sarapan bareng mereka dulu di kafetaria sebelum balik. Maaf, lain kali ya..." Atisha menoleh pada dua dokter muda di sisinya. "Iyya dok, nggak papa," jawabnya berbarengan. Atisha lalu pamit sebelum meninggalkan mereka. Rayyan menjemputnya adalah suatu hal yang langka sebenarnya, jadi ia tak ingin membuat pria itu menungguinya terlalu lama."Hai," Rayyan tersenyum kearah Atisha yang menghampirinya. Perempuan itu menghela nafas lirih, sebelum balas tersenyum. "Assalamualaikum," ucapannya sebelum meraih punggung tangan

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Empat

    Malam harinya, pemuda itu baru pulang kerja saat mendapati apartemennya diterobos oleh seseorang. Pria itu menggeleng, melihat sosok yang sedang terpaku dalam cahaya remang-remang, penerangan ruang tamunya hanya bersumber dari TV. Bahkan seluruh penjuru ruangan lain apartemen itu, masih gelap. "Kenapa lagi Lo?" Tanya Bram mendapati Rayyan duduk termenung, menyalakan tv sambil melamun. Rayyan hanya menggeleng sambil menghembuskan nafas jengah."Apa nggak capek hidup kayak gini? Yah, gue tau Lo bahagia punya putri cantik dan menggemaskan, tapi kebahagiaan itu nggak cukup. Lo berubah drastis dan nggak lagi main cewek karena Lo takut karma berlaku. Bagaimanapun Lo punya anak cewek juga. Tapi tetap aja, Lo butuh sosok perempuan yang bisa melengkapi hidup Lo, dan gue tebak istri Lo bukan orangnya. Mending Lo nikah lagi deh Ray, jangan ngekang diri Lo sekeras ini." Bram berujar sambil meletakkan tas kerjanya, lalu duduk di samping teman karibnya melirik Rayyan dengan prihatin. Meski Rayyan t

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Tiga

    Pagi hari, Atisha sibuk di dapur menyiapkan bekal untuk sang putri yang sudah masuk PAUD. Sementara Bibi menyiapkan sarapan. Tidak lama kemudian setelah makanan tersaji di meja, serta bekal Asha yang telah di tata menarik, putrinya muncul dengan seragam yang sudah rapi melekat di tubuh mungilnya, disusul dengan pengasuhnya yang membawa bando lalu memasangkannya pada Ashana. “Mami…” gadis itu berlari sambil merentangkan tangan kearahnya. “Sayang.” Atisha segera melepaskan apronnya sebelum meraih tubuh mungil sang putri dan menggendongnya. “Sarapan dulu nak,” Atisha mendudukkan putrinya di depan meja makan. “Gabung disini aja Ver,” ucap Atisha saat pengasuh Asha memilih masuk ke dalam. Perempuan itu tidak menyuapi Asha, karena sejak kecil Asha memang di didik untuk dibiasakan mandiri mulai dari hal kecil seperti makan sendiri tanpa di suapi, merapikan tempat tidur, merapikan barang-barangnya setelah belajar maupun bermain dan selalu diajarkan untuk meminta tolong jika dihadapkan deng

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Dua

    Malam harinya, Rayyan ikut membaringkan tubuhnya di sisi sang istri, meski Atisha lebih banyak diam setelah mengikuti persidangan hari ini, serta sore harinya ia malah menyerahkan kado terakhir dari Raffan padanya. Rayyan masih merutuki dirinya akan hal itu, saat istrinya justru semakin uring-uringan, makan seadanya dan lebih memilih bungkam. Ia bahkan hanya mendengar suara istrinya kala bersenandung lirih saat menidurkan putri mereka sebelum meletakkannya di boks bayi setengah jam lalu. Rayyan memperhatikan istrinya yang sibuk menatap plafon kamarnya. Pria itu dapat merasakan kekalutan istrinya saat ini. Perlahan ia menepis jarak, lalu memeluk istrinya dalam diam. Sesekali ia mengecup puncak kepala perempuan itu sambil berbisik lembut, mencoba menyalurkan ketenangan. "Jangan sedih Mami Asha." Atisha menoleh, menatapnya dengan nanar."Ray, bisa nggak kamu kembali saja ke kamar kamu?" Pinta Atisha, saat Rayyan masih memeluknya."Hmm..." Rayyan hanya bergumam, mengabaikan protes istr

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Satu

    Ia tak pernah menyangka akan berada disini, ikut dalam proses peradilan yang membuatnya terus merutuki kejahatan yang telah merenggut nyawa almarhum suaminya, manusia yang begitu ia kasihi melebihi dirinya sendiri. Atisha duduk di hadapan majelis hakim, disebelah kanan meja hakim ia dapat melirik beberapa jaksa penuntut umum, namun disebelah kiri Atisha sama sekali tidak sudi melirik sedikit pun terdakwa dan penasehat hukumnya. Ia tak ingin lagi melihat wajah laki-laki keji itu. "Saudari Atisha Namira, apa benar anda pernah menjalin hubungan pacaran dengan terdakwa?" Tanya salah seorang hakim perempuan dihadapannya."Benar... dulu saat awal hingga akhir masa SMA. Dan hubungan itu berakhir sejak kami memutuskan kuliah di tempat yang berbeda, saya di Jakarta dan dia di Inggris," jika ada penyesalan terbesarnya, itu adalah kenyataan ini. Ia benar-benar malu mengakuinya."Bagaimana intensitas komunikasi anda dengan terdakwa setelah itu?" "Tidak ada komunikasi sama sekali hingga menjelang

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh

    "Atisha mana Bi," Tanya Rayyan pada wanita setengah baya yang berdiri di sisi tempat tidur bayinya. Rayyan melonggarkan dasi dan menatap putrinya yang tengah terlelap."Si neng lagi keluar Pak, sudah setengah jam lalu." perempuan itu menatap jam dinding. Rayyan mengernyit sebelum mengerjap, menghentikan aktivitas melepas dasinya."Kemana? Naik apa?" "Kurang tau si neng kemana, tapi perginya naik motor. Neng Tisha pergi setelah baca surat itu." Rayyan meraih selembar surat yang dimaksud di atas nakas, surat panggilan saksi pada persidangan kasus Jerome untuk pekan depan. Tiba-tiba kekhawatirannya mencuat di dada. Segera pria itu menghubungi sang istri namun handphone perempuan itu malah tertinggal di atas tempat tidur."Haikal, Lo ngawasin istri gue kan. Dimana Atisha sekarang?" Rayyan menelpon sambil berjalan keluar dengan tergesa-gesa."Sorry Bos, anak buah gue tadi lengah. Nggak memperhatikan kalau istri si bos keluar, sekarang say—." "Gue gaji kalian bukan untuk bilang sorry, bego

DMCA.com Protection Status