Share

Bujuk Rayu

Author: Chokolate_21
last update Last Updated: 2023-06-14 19:35:50

Sejak kejadian semalam Mila dan Waldi masih saling diam, meskipun ke duanya sudah melewati sarapan bersama, tapi tetap saja masih ada rasa dingin di antara mereka berdua. 

“Aku tau kamu masih marah sama aku,” kata Waldi, mencoba memecah keheningan yang terjadi di antara mereka berdua. Waldi tidak mau terus seperti ini, ia ingin bisa lebih dekat dengan Mila agar bisa menebus kesalahannya karena sudah membawa Mila masuk ke dalam masalahnya. 

“Sampai detik ini aku nggak paham sama cara berpikir kamu,” kata Mila, masih terdengar dingin. Rasa kecewa tentu saja ada di dalam hati Mila, sebab ia harus membuang jauh cita-citanya hanya karena masuk ke dalam masalah orang lain. Sampai detik  ini Mila masih bertanya-tanya, kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga takdir hidupnya bisa rumit seperti sekarang. 

“Kalau kita tidak mencoba dekat bagaimana bisa memahami pola pikir masing-masing?” Waldi menggeser sedikit posisi duduknya agar lebih dekat dengan Mila. Namun, justru Mila yang menjauh tidak mau didekati. 

Waldi menghela napas kasar, ada rasa kecewa karena Mila menjauhinya.

“Apa kita tidak coba untuk lebih mengenal satu sama lain?” usul Waldi. 

“Aku ke belakang dulu mau cuci piring.” Mila beranjak dari tempat duduknya membawa piring kotor bekas sarapan pagi tadi. 

Lagi-lagi Waldi hanya bisa menghela napasnya kasar. Mila benar-benar belum ingin berdamai. Usaha Waldi tidak sampai disitu saja, lelaki itu menyusul Mila ke dapur berdalih ingin membantu Mila mencuci piring. 

“Biar aku bantu.” Waldi mengambil alih spons cuci piring dari genggaman Mila. Mila memberikan tatapan peringatan, namun Waldi tidak mempedulikan. 

“Sampai kapan kamu membawaku ke dalam masalahmu? Aku juga manusia yang punya batas kesabaran.” Raut wajah Mila tidak teduh seperti biasanya yang ada hanyalah kekecewaan yang begitu mendalam. Mila tidak bisa hidup di dalam lingkungan yang memang tidak bisa menerimanya. 

“Mila, biarkan aku menyelesaikan masalah ini sendirian. Aku juga sedang berusaha agar tidak melibatkan kamu dalam masalah ini.”

Mila menggelengkan kepalanya. “Tidak melibatkan aku dalam masalahmu? Kamu sadar tidak dari awal kamu sudah membawaku ke dalam masalahmu padahal aku tidak tahu apa masalah yang sebenarnya.” 

“Mila, aku mohon tetap lah berada di sisiku. Saat ini aku sedang berusaha untuk keluar dari paksaan Mama.”

“Bagaimana kamu bisa keluar dari paksaan Mama kalau kamu saja tidak bisa mengambil keputusan yang tepat.”

“Keputuan tepat apa yang kamu maksud?”

“Lepaskan aku jika kamu lebih memilih perempuan itu. Hatiku tidak semulia itu mengizinkan kamu menikah lagi.” setiap kata yang terucap dari bibir Mila penuh ketegasan. Mila bukan perempuan bodoh yang bisa dimanfaatkan begitu saja, Mila adalah perempuan berpendidikan yang tahu di mana letak harga dirinya. Mila tidak akan pernah bisa terima jika suaminya mempunyai dua istri, meskipun ia tahu islam memperbolehkan poligami. 

Mendengar perkataan Mila membuat Waldi diam seribu bahasa. Kata-kata itu yang sebenarnya membuat Waldi takut, ia tahu Mila juga punya batas kesabaran dan Waldi sedang berusaha membuktikan bahwa ia bisa mengambil keputusan yang tepat tanpa berpisah dengan Mila. 

“Mila, tolong beri aku kesempatan.” Waldi memohon agar tidak ditinggalkan. 

“Buktikan! Jangan banyak janji apa lagi sumpah.” Kemudian Mila melenggang pergi. Wanita itu memutuskan untuk masuk ke kamar, mengurung diri agar tidak ada satu orang pun yang bisa mengganggunya. 

Sementara Waldi menyelesaikan cuci piringnya dan membereskan dapur serta menyusun kembali bahan makanan yang ada di dalam kulkas sehingga terlihat lebih rapi dari sebelumnya. 

***

Setelah selesai shalat isya Mila tetap duduk sila di atas sajadahnya. Gadis itu menengadahkan tangannya di hadapan Allah dengan air mata yang mengalir di ke dua pipinya sambil memanjatkan doa supaya dirinya diberikan kelapangan hati dan juga kesabaran yang luas. Mila hanya manusia biasa yang sering merasa lelah ketika menghadapi kesulitan duniawi dan sekarang ia merasa lelah. 

“Ya Allah, aku tahu ini semua sudah takdir yang Engkau tuliskan untukku. Engkau memberiku ujian ini karena Engkau tahu aku mampu melewatinya. Ya Allah, berikanlah aku hati yang lapang untuk memaafkan orang-orang yang membenciku. Aku tidak mau ada dendam karena aku tahu Engkau tidak menyukai orang pendendam. Aamiin.”

Setelah selesai berdoa Mila pun melepaskan mukenanya, setelah itu ia berniat untuk langsung istirahat, namun suara ketukan pintu membuat Mila mengurungkan niatnya. 

“Siapa?” Mila bertanya terlebih dahulu untuk memastikan sebelum akhirnya membuka pintu. 

“Ini aku, Waldi.” 

Mila buru-buru memakai kerudungnya sebelum membuka pintu kamar. Ia tahu membuka kerudung di depan Waldi sebenarnya sudah boleh, tapi Mila belum siap. 

“Sebentar.”

Mila pun membuka pintu kamar dengan wajah datar seperti biasa. Mila masih merasa kecewa karena Waldi membawanya ke dalam masalah. Waldi juga sudah menghancurkan mimpinya untuk melanjutkan kuliah S-2. 

“Makan malam sudah siap,” kata Waldi, dengan suara pelan. 

“Aku tidak lapar, kamu saja yang makan.”

“Ada Umi dan Abi di depan.”

Wajah Mila langsung terlihat perubahannya. Bagaimana bisa umi dan abinya datang ke rumah tanpa memberitahu dirinya? Atau jangan-jangan ….

“Tadi aku yang mengundang mereka untuk datang ke sini,” jelas Waldi. 

Dugaan Mila benar, ternyata Waldi yang sudah memberi tahu keberadaan rumah mereka. Yang Mila tidak suka dari Waldi, lelaki itu suka sekali mengambil keputusan tanpa berdiskusi. 

“Kenapa kamu tidak tanyakan dulu kepadaku? bagaimana jika nanti Umi dan Abi tahu masalah kita?”

“Aku laki-laki sejati yang tidak akan pernah kabur dari masalah. Aku akan menjelaskan kepada mereka dan meyakinkan mereka bahwa aku bisa menjaga putrinya.” Dengan mantap dan percaya diri Waldi mengucapkannya. 

“Jangan terlalu percaya diri, Abi tidak semudah itu dibujuk apa lagi kalau sudah menyangkut putrinya yang disakiti oleh lelaki terlebih suaminya sendiri. Jika Abi tahu sudah pasti Abi akan membawaku keluar dari rumah ini.” Mila tahu bagaimana sifat abinya. 

Waldi menggeleng tegas. “Tidak, tidak akan aku biarkan Abi membawamu keluar dari rumah ini, Mila! Aku akan tunjukkan kepada mereka bahwa aku ini bisa menjaga putrinya dengan baik.”

“Buktikan!” kemudian Mila melenggang pergi untuk menemui Umi dan juga Abinya. 

Yalina dan Adra tersenyum ketika melihat putri kesayangannya datang dengan raut wajah bahagia. Yalina langsung memeluk dan mencium putrinya, begitu juga dengan Adra. 

“Umi dan Abi datang tidak bilang sama Mila dulu,” kata Mila, dengan raut wajah merajuk lucu. 

Yalina dan Adra terkekeh pelan melihat wajah imut putrinya yang selama ini mereka rindukan. 

“Sengaja kami hanya memberi tahu Waldi karena kami ingin memberikan kejutan untuk kamu,” jelas Yalina. 

“Syukurlah setelah menikah dengan Waldi kamu dibawa ke rumah yang sangat layak menurut Umi dan Abi. Setelah kamu menikah, jujur saja kami tidak tenang selalu memikirkan bagaimana tempat tinggal kamu dan masih banyak hal lain,” kata Adra. Sudah wajar terjadi orang tua mempunyai rasa khawatir berlebih terhadap putrinya, terlebih lagi menyangkut masalah rumah dan fasilitas. 

“Umi dan Abi tidak perlu khawatir, sebisa mungkin saya akan memberikan kenyamanan untuk Mila.” Waldi menyahut dari belakang. Lelaki itu membawakan beberapa cangkir teh untuk mertuanya, untuk dirinya, dan juga untuk Mila supaya bisa menjadi teman ngobrol yang santai. 

Pertemuan itu berlangsung dengan baik, tidak ada perdebatan atau pembahasan yang membuat Mila tidak nyaman. Setelah Yalina dan Adra pamit pulang, Mila langsung masuk ke kamar untuk istirahat.

Related chapters

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Hasutan Zoya

    Mila memutuskan keluar sebentar untuk menghilangkan beban pikirannya. Mila berada di salah satu café yang letaknya tidak jauh dari perumahan di mana ia tinggal. Mila merasa sepi setelah menikah dengan Waldi ada saja masalah yang harus dia hadapi. Menyendiri adalah cara terbaik agar Mila merasa lebih baik. “Mila.”Suara itu membuat Mila langsung menoleh ke belakang untuk mencari sumber suara. Setelah melihat sosoknya Mila pun langsung tersenyum dan mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di mejanya.“Kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya Kevin karena lelaki itu tahu rumah Mila cukup jauh dari perumahan itu. “Sekarang aku tinggal di sini,” jawab Mila. “Wah, kebetulan sekali rumahku juga tidak jauh dari sini,” kata Kevin. “Benarkah?” tanya Mila guat senyum mulai terlihat di wajahnya. Mila dan Kevin pun berbincang ringan dan sesekali tertawa membahas masa kuliah mereka. Setidaknya pertemuan Mila dengan Kevin bisa membuat hati gadis itu sedikit membaik. “Suamimu tidak ikut?” tanya Kevin

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Debat

    Tiga hari sebelum pernikahan Waldi dan Zoya. Hubungan antara Waldi dan Mila semakin renggang, apa lagi semenjak Irana datang ke rumah dan menginginkan pernikahan itu dipercepat. Mila tidak melihat upaya Waldi membantah, lelaki itu nurut saja seperti tidak punya pendirian. Mila kesal sekaligus jengkel karena sudah dibawa ke dalam masalah Waldi. “Mila.” Waldi menahan Mila ketika gadis itu hendak pergi ketika dirinya ingin menghampiri. Wajah Waldi terlihat sedih karena beberapa hari ini Mila selalu menghindar darinya. “Duduk lah dulu, ada yang mau aku bicarakan,” kata Waldi, dengan lembut. Mila yang awalnya ingin pergi menghindar pun mengurungkan niatnya. Gadis itu kembali duduk di tempat semula menunggu Waldi berbicara. “Beberapa hari ini aku lihat kamu menghindar dari aku, apa yang salah?” tanya Waldi tatapannya memperlihatkan kesedihan yang selama ini Waldi pendam. “Kamu masih bertanya?” bukannya menjawab justru Mila melayangkan pertanyaan. Apakah lelaki itu tidak ada sedikit ra

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Semakin Takut

    Sejak pagi tadi sampai malam seperti ini Waldi masih berada di dalam kamar karena masih sering mengeluh kepalanya sakit. Makan malam kali ini cukup berbeda, yang biasanya makan di meja makan tapi kali ini Mila membawa makan malam ke kamar Waldi sesuai dengan perintah lelaki itu. Selama Mila berada di dapur untuk menyiapkan makan malam Waldi merenung di dalam kamar. Lelaki itu masih memikirkan mimpi yang ia alami selama tidur tadi. Mimpi yang begitu nyata seolah-olah akan terjadi dalam waktu dekat. Apa lagi pada saat mertuanya marah ketika mengetahui putri semata wayangnya akan dimadu. Waldi menggelengkan kepalanya kuat-kuat untuk menghilangkan mimpi itu dari pikirannya. “Kenapa?” Suara dari arah pintu kamar membuat Waldi menoleh. Senyum lelaki itu langsung muncul ketika melihat Mila masuk ke kamar membawa nampan yang sudah terisi dengan makanan. “Nggak papa,” jawab Waldi masih dengan senyum yang sama. lelaki itu sedikit menggeser duduknya agar Mila bisa duduk di sampingnya, namun

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Ketakutan Yang Terjadi

    Waldi kembali merasakan takut yang persis seperti di dalam mimpinya kemarin, namun kali ini benar-benar nyata. Sekarang Adra sedang duduk tepat di depan Waldi dengan mata merah. Sudah hampir sepuluh menit tidak ada percakapan di antara ke duanya, Waldi hanya bisa menunduk mempersiapkan diri untuk mendapatkan amukan dari Adra. “Jelaskan apa yang sedang Abi pegang ini, Waldi!” perintah Adra, sambil melemparkan selembaran kertas undangan yang sengaja dibawa dari rumah. Mila yang juga ikut duduk di ruang tamu pun hanya bisa diam melihat kemarahan sang abi. Selama Mila hidup, ia tidak pernah melihat abinya semarah ini. Karena Adra memang dikenal sebagai sosok laki-laki yang lemah lembut terhadap perempuan. “Apa yang Abi baca memang benar, itu nama saya dan perempuan yang dipilihkan oleh orang tua saya untuk saya,” jelas Waldi, dengan suara bergetar. “Lalu kamu ingin menikah untuk yang ke dua kalinya? Bagaimana dengan putriku?” Adra masih berusaha untuk sabar karena ia tidak ingin marah

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Menentang

    “Waldi, apa kamu sudah gila?! Apa yang merasukimu sampai-sampai merusak undangan sebanyak ini?” Irana berteriak histeris melihat ratusan lembar undangan yang sudah terkoyak tidak berdaya di atas lantai keramik yang dingin. Mendengar jeritan sang mama, Waldi hanya melirik sekilas tanpa minat. Waldi benar-benar lelah dengan segala paksaan yang dialami setiap harinya. “Sudah berkal-kali Waldi katakan, Waldi tidak mau menikah dengan perempuan itu Ma!” kali ini Waldi berani membantah, untuk ke dua kalinya setelah lelaki itu pergi dari rumah. Masalah ancaman sang mama akan bunuh diri sudah tidak ia pedulikan lagi, demi kebahagiaan dan juga masa depan ada di tangannya sendiri. “Kamu sudah berani melawan Mama?!” Ke dua mata Irana melotot penuh emosi mendengar ucapan Waldi beberapa detik yang lalu. “Mama nggak mau tahu pokoknya kamu harus menikah dengan Zoya!” Irana memang sosok perempuan yang keinginannya tidak bisa dibantah. Waldi berdiri dari tempatnya duduk, lelaki itu berjalan pelan

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Kebodohan Waldi

    Keesokan paginya. Waldi mengerjabkan matanya ketika ia merasakan ada sesuatu yang besar menimpa tubuhnya. Terakhir Waldi mengingat dirinya sedang berada di bar untuk pertama kalinya dan untuk pertama kalinya juga Waldi merasakan mabuk. Waldi memutuskan minum-minuman haram itu karena ia merasa tertekan dan stres yang yang sudah menumpuk cukup lama ditambah lagi kepergian Mila membuatnya semakin tidak karuan. Waldi melihat ada sebuah tangan mungil yang memegang handuk kecil berwarna putih. Lelaki itu semakin bertanya-tanya siapa sosok itu dan mengapa ia bisa bersama dengan sosok itu. Waldi langsung bersitighfar di dalam hati, semalam Waldi benar-benar tidak ingat apa yang sudah dilakukan. Tatapan mata Waldi jatuh pada sebuah kerudung yang menjuntai, lelaki itu memberanikan diri untuk melihat siapa sosok berhijab yang sedang berada di atasnya. “Mila.” Ke dua mata Waldi melotot ketika melihat Mila tidur di atas tubuhnya. Waldi mencoba untuk tidak banyak gerak karena ditakutkan Mila ak

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Kembalinya Kepercayaan

    Setelah selesai sarapan, Waldi dipanggil Adra ke depan, tepatnya di ruang tamu untuk bicara empat mata. “Bagaimana, apakah kamu sudah bisa memutuskan?” tanya Adra langsung pada intinya karena lelaki itu tidak mau berbelit-belit dalam masalah ini sebab kebahagiaan sang putri perlu dipertanyakan jika Waldi tetap berusaha ingin bersama Mila. “Sudah Abi, hanya saja Mama saya masih bersikeras untuk melangsungkan pernikahan itu,” kata Waldi, masih tetap tidak berani menatap mata sang mertua karena di sana terdapat tatapan tajam seperti busur panah yang siap membidik lawannya. Adra menganggukkan kepalanya paham, namun tetap saja Adra masih ragu dengan Waldi. “Semalam kamu kenapa?” tanya Adra. “Mabuk tidak menyelesaikan masalah, Waldi. Saya sempat meragukan kamu dalam urusan akhlak dan agama, tapi untung saja Umumu meyakinkan Abi,” sambung Adra berbicara tentang keraguannya terhadap Waldi. “Maafkan saya, Abi. Sungguh, demi Allah, yang semalam itu adalah pengalaman pertama dan terakhir sa

    Last Updated : 2023-06-14
  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 13

    Hari di mana seharusnya pernikahan itu terjadi.Pagi tadi Waldi sudah kembali ke rumahnya, seperti dugaannya rumahnya penuh dengan orang. Zoya juga sudah rapi memakai gaun pengantin beserta dengan riasannya.“Dari mana saja kamu Waldi, kenapa baru datang semua orang sudah menunggu kamu di dalam.” Irana menghampiri sang putra dengan raut wajah marah. Irana malu karena sudah membuat para tamu undangan menunggu. Acara yang sudah dibatalkan Waldi ternyata tetap tidak mempan.“Waldi sudah bilang tidak mau menikah dengan Zoya, Mah. Kenapa Mama masih memaksa? Jika Mama tetap memaksa kenapa tidak Maa sendiri saja yang menikah dengan Zoya? Waldi lelah Mah terus menerus dipaksa seperti ini,” kata Waldi, yang sudah lelah dengan semua tingkah sang mama yang sangat pemaksa. Waldi tidak peduli di sana banyak orang, justru malah disengaja supaya semua orang tahu yang sebenarnya.Banyak bisik-bisik tidak enak terdengar sampai ke telinga Irana, wanita itu sangat malu dan seperti tidak ada muka di hada

    Last Updated : 2023-07-15

Latest chapter

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 85

    “Kevin, lo kebiasaan banget sih taro handuk sembarangan kaya gini.” Pagi-pagi sekali rumah yang biasa sepi sekarang selalu dihiasi oleh teriakan melengking Zoya dengan permasalahan yang sama. setelah mandi Kevin kebiasaan menaruh handuk selalu di atas kasur sehingga membuat kasurnya basah.“Kenapa sih, sayang? Masih pagi ini marah-marah terus,” kata Kevin, berjalan sampai menghampiri Zoya seperti tidak ada dosa lelaki itu.“Udah berkali-kali aku bilang, handuk jangan taruh di kasur, nanti basah jadi jamuran.” Zoya berjalan ke kamar mandi untuk menaruh handuk itu pada tempatnya.“Marah-marah nih, nanti makin cantik gimana? Jangan-jangan kamu udah mau PMS ya, makanya moodnya naik turun gini?” Kevin menarik Zoya untuk duduk di pangkuannya. Masih dengan wajah yang ditekuk Zoya tidak mau menatap lelaki di depannya.“Wajahnya kok masih cemberut gitu sih, sayang?” Kevin mencoba membujuk Zoya supaya mau menatapnya, tapi hasilnya tetap gagal karena Zoya masih marah sama Kevin.“Lagian, harus b

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 84

    Sebeluma akhirnya Mila memutuskan untuk menemui Waldi, ada banyak pertimbanga yang harus ia pikirkan. Setelah shalat dan berdoa meminta petunjuk kepada Allah, entah mengapa pikiran Mila langsung tertuju pada Waldi.“Aku ingin di posisi ini lebih lama sebelum kita ada di sidang perceraian besok,” kata Waldi, saat berada di dalam dekapan Mila yang selama ini ia rindukan. Waldi menangis di sana, ia tidak bisa menahan air matanya mengingat kebodohannya sampai membuat calon anak mereka tiada.Mila hanya diam. Tangan kanannya yang lembut dan mungil it uterus mengusap punggung suaminya yang lebar. Lagi-lagi Mila ingat besok adalah hari perceraian mereka. Keputusan terakhir sebelum berpisah secara agama dan negara.“Maafkan aku,” kata Waldi, lelaki itu tetap terus meminta maaf kepada Mila atas kesalahannya kemarin. Waldi sadar kesalahannya itu tidak bisa dimaafkan, tapi ia masih tetap berharap ada ruang kesempatan untuk dirinya memperbaiki semuanya.Mendengar kata maaf yang keluar dari mulut

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 83

    Satu bulan telah berlalu, kondisi Mila yang semakin membaik setiap harinya membuat Yalina dan Adra senang dengan perkembangan itu. Sejak pulang dari rumah sakit, Mila sudah kembali tinggal bersama orang tuanya, sementara Waldi tinggal di rumah sendiri. Selama satu bulan itu Mila tidak tahu bagaimana kondisi Waldi dan tidak mau tahu juga. Rasa sakitnya masih terasa mendalam sampai saat ini.“Mila, besok adalah putusan sidang perceraian kalian. Apakah kamu yakin dengan keputusan ini?” tanya Adra kepada sang putri untuk mendapatkan jawaban sekali lagi yang lebih meyakinkan. Mila tetap memutuskan untuk berpisah dengan Waldi, karena ia merasa sudah tidak ada yang bisa diperbaiki lagi.“Mila yakin, Abi. Mila tahu, perceraian tidak diajarkan dalam agama kita, tapi jika terus dipaksa bersama maka Mila yang terus mendapatkan dosa,” jelas Mila. Keputusan yang tidak bisa diganggu gugat lagi.“Apakah kamu tahu bagaimana kondisi Waldi selama satu bulan terakhir ini?” tanya Adra lagi.Mila menggele

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 82

    Pagi-pagi sekali ke dua orang tua Kevin berkunjung ke rumah, sebenarnya mereka berdua ingin berangkat ke kantor karena arah yang sama jadi mampir lebih dulu ke rumah anak mereka.“Wah, wah, ada apa gerangan ini kok pagi-pagi udah keramas aja, barengan lagi,” celetuk Heros pada saat melihat Zoya dan Kevin rambutnya sama-sama basah.Mendengar ucapan papa mertuanya membuat ke dua pipi Zoya merah merona karena malu.“Papa ini seperti tidak pernah merasakan jadi pengantin baru saja,” kata Anya, sambil menyenggol pelan siku sang suami.“Sepertinya sebentar lagi kita akan menimang cucu, Mah,” kata Heros, penuh semangat.“Apa sih, Pah,” ujar Kevin, meminta ke dua orang tuanya untuk berhenti menggodanya.Kevin tidak tahan melihat ke dua pipi Zoya yang sudah merah, ingin rasanya Kevin menangkup ke dua pipi itu menggunakan tangan besarnya lalu memberi sedikit cubitan. Namun, sayangnya ke dua orang tua mereka masih ada di sana.“Mama sama Papa tumben main ke sini nggak bilang-bilang dulu?” tanya

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 81

    Malam ini untuk pertama kalinya Zoya dan Kevin menempati kamar utama yang sudah sejak lama Kevin siapkan untuk istrinya nanti. Kamar yang menjadi saksi pergulatan panas mereka tadi siang yang akhirnya membawa ke duanya pada hubungan rumah tangga yang semakin erat.“Vin, lampunya nggak akan lo matiin, ‘kan?” tanya Zoya wajahnya penuh rasa takut terakhir kali lampu kamar dimatikan saat tidur, paginya Zoya demam sampai di bawa ke rumah sakit.“Kalau pakai lampu tidur aja gimana?” tanya Kevin.Zoya nampak berpikir lalu pada akhirnya mengangguk. “Boleh. Tapi lo tidurnya jangan jauh-jauh dari gue ya, gue takut gelap.”Kevin terkekeh pelan. “Dengan senang hati aku akan memberikan pelukan hangat, sayang.”“Ih, aku kamu? Kok gue geli ya dengerinya,” kata Zoya wajahnya terlihat tidak nyaman dengan panggilan baru itu. Wajar saja Zoya belum terbiasa, karena memang keseharian mereka hanya memanggil lo dan gue.“Loh, kenapa harus geli? Kita kan sudah suami istri, emang kamu nggak mau kehidupan rum

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 80

    Keluarga Waldi dan Mila sudah sampai di rumah sakit, ketika diberi tahu Mila mengalami kecelakaan tentunya mereka syok berat bahkan Yalina sempat tidak sadarkan diri di rumah. “Kamu keterlaluan, Waldi!” Jeff murka setelah Waldi menjelaskan semuanya. Menurut Jeff, apa yang dilakukan Waldi memang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia.Jeff memutuskan untuk duduk supaya emosinya reda dari pada ia menjadi pusat perhatian karena membuat keributan di rumah sakit.“Setelah anakku keluar dari rumah sakit, ceraikan dia!” perintah Adra. Lelaki itu juga naik pitam karena cinta putri semata wayangnya dikhianati oleh Waldi. Waldi yang sebelumnya sudah mendapatkan restu dari keluarga, tapi dengan mudahnya mengkhianati begitu saja.“Abi, Waldi mohon beri satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Semua yang kalian dengar tidak seperti yang kalian kira,” kata Waldi, lelaki itu mencoba untuk meluruskan masalah, tapi semuanya sudah terlanjur berantakan.“Apa lagi yang mau kamu perbaiki, Wa

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 79

    Sekarang Kevin dan Zoya sudah berada di rumah sendiri. Akhirnya bisa lepas dari pertanyaan ‘kapan punya momongan?’ dari orang tuanya sendiri. Jika mendengar pertanyaan yang sama lagi dari orang tuanya, Zoya ingin menenggelamkan diri saja di sungai Amazon.“Woy, lagi ngelamun in apa?” tanya Kevin yang tiba-tiba saja membawa banyak cemilan di tangannya.“Ih, apa itu? Gue mau dong.” Zoya menatap penuh minat jajanan di tangan Kevin.“Dih, ambil sendiri lah,” kata Kevin, sambil menyembunyikan jajanan yang ia bawa tadi.“Nggak usah pelit sama istri sendiri.” Zoya merebut paksa jajanan yang ada di tangan Kevin. Raut wajah kemenangan Zoya langsung terpancar jelas.“Malah ngalah mengalah aja lo baru sadar udah punya suami. Tapi lo lupa tugas sebagai istri itu apa aja,” kata Kevin, sambil membersihkan sisa-sisa micin di tangannya.“Bodo.” Lalu Zoya meninggalkan Kevin dan tidak lupa membawa jajanan yang sudah berhasil ia rampas tadi.Kevin yang ditinggalkan begitu saja pun merasa kesal dan marah

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 78

    “Halo.”Mila begitu tenang mengangkat telepon, meskipun itu dari seorang perempuan yang sudah menghancurkan keluarga kecilnya.“Maaf, ini siapa ya?” tanya seseorang di seberang sana.“Saya istrinya,” jawab Mila, nada bicaranya masih terdengar tenang.“Saya ingin bicara sama Pak Waldi, apakah beliau ada?”“Siapa?” tanya Waldi tanpa suara hanya melalui gerakan mulutnya.Tanpa menjawab, Mila langsung memberikan ponsel itu kepada Waldi supaya lelaki itu bisa tahu sendiri. Saat Waldi hendak pergi, Mila menahan meminta lelaki itu berbicara di depannya. Waldi tidak punya pilihan sekali menuruti keinginan Mila.“Iya, kenapa, Sonya?” tanya Waldi nadanya sangat ramah sekali.Mendengar nada bicara Waldi kepada perempuan itu membuat Mila tersenyum sinis. Meskipun hati Mila teramat sakit, tapi ia mencoba untuk menjadi perempuan yang tenang.“Apa, kran kamar mandi di apartemen kamu rusak?”“Sewa saja orang untuk membetulkannya,” kata Mila, pelan.“Em, saya tidak bisa ke sana sekarang, karena masih

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 77

    Keesokan paginya, tepatnya pada jam setengah enam subuh, Zoya nyaris berteriak saat melihat Kevin sedang melaksanakan sholat subuh. Zoya pikir Kevin adalah sosok hantu yang sedang berdiri, sebab penerangan yang remang-remang membuatnya hampir salah sangka.“Udah bangun?” tanya Kevin sambil melipat kembali sajadah yang baru saja ia pakai shalat subuh. Setelah itu Kevin melepas peci dan juga baju koko. Dari mana lelaki itu mendapat baju koko?“Baju koko siapa yang lo pake?” tanya Zoya dengan suara serak.“Bajunya Papa,” jawab Kevin.Zoya menganggukkan kepalanya lalu kembali memejamkan mata ingin melanjutkan tidur.“Kenapa lo nggak bangunin gue buat shalat?” tanya Zoya dengan mata terpejam.“Gue nggak mau maksa lo. Gue tau lo belum terbiasa,” jawab Kevin, santai.Zoya merasa malu, karena selama ini memang jarang sekali shalat, bahkan dalam satu tahun bisa dihitung pakai jari.“Lain kali ajarin gue shalat, gue juga pengen belajar bisa shalat lima waktu dalam satu hari,” kata Zoya.“Lo ngg

DMCA.com Protection Status