Share

Merasa Sedih

"Baju saya mana Mel?" tanya Pak Alvin setelah keluar dari kamar mandi. Nada bicaranya tidak sedatar kemarin saat marah sama aku. Walau seharusnya aku yang marah kerena kelakuan kekanak-kanakkannya. Bagaimana tidak kesal, saat aku besoknya akan middle tes dan harus fokus belajar tanpa gangguan, dia malah bertelponan hingga larut malam sama siapa lagi, jika bukan Wati!

Nih peristiwa ngeselinnya pas waktu itu.

"Pak, tolong, ingat waktu. Biarkan saya tenang belajar," ucapku mendekat ke arahnya yang lagi senderan di ranjang. Dia itu lagi teleponan sama Wati, tau! keseeel sumpah.

"Itu urusan kamu ya Mel. Kamu belajar ya silakan, saya disini telponan, kamu nggak berhak larang-larang," katanya seperti tak suka aku tegur. Kok dia jadi egois begini ya Allah.

"Setidaknya Pak, jangan keras-keras kalau ngomong. Saya keganggu!" kataku lalu mengambil bantal, untuk menjadi senderanku di sofa.

"Memangnya saya juga nggak keganggu kalau pas lagi belajar, kamu cekikikan sama temenmu itu malam-malam huh?"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status