Share

2. Pria Misterius

Auteur: Cheezyweeze
last update Dernière mise à jour: 2025-01-12 22:54:26

Anggara Agni, seorang sukarelawan yang tak hanya cantik, tetapi juga pintar memainkan alat musik gitar dan biola. Di samping suaranya sangat bagus, penampilan gadis itu tampak sempurna, terkecuali matanya yang memiliki sedikit kekurangan. Mata Agni begitu teduh, membuat perasaan siapa pun terlena dan terkagum-kagum pada keindahan mata cantiknya. Namun, saat mereka melihatnya berjalan dengan menggunakan tongkat sambil meraba-raba, kekaguman itu lantas berubah menjadi tatap penghinaan.

"Aku mau bayar sarapanku," ujar Agni sambil merogoh saku untuk mengambil beberapa lembar uang. "Ini uangnya," lanjut Agni sembari memberikan uang dengan nominal yang cukup besar. Setelah kasir menerima uang dari Agni dan gadis itu masih berdiri menunggu di depan kasir dengan memberikan senyum manisnya padahal tatapannya kosong.

"Tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini!" pekik kasir tersebut.

"Aku menunggu kembalian uangku tadi," sambung Agni.

"Tidak ada uang kembalian. Uangmu pas!" elaknya.

"Tidak mungkin. Aku sangat teliti dalam mengingat uang. Mohon berikan uang kembaliannya, uang dengan nominal segitu sangat berharga untukku."

Tak ingin disalahkan, kasir itu ngotot tidak akan memberikan uang kembalian itu pada Agni. "Jadi kau menduhku tidak jujur? Apa kau bisa membuktikan ucapanmu itu?"

"Bu-bukan begitu. Aku tidak bermak------"

PLAAAKK!!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi halus Agni. Akibat tamparan dari karyawan kasir tersebut membuat Agni terjatuh terduduk di lantai dengan bibir berdarah. Semua atensi pengunjung kedai itu tertuju pada Agni. Gadis itu menahan rasa nyeri dan sakit dengan posisi masih duduk di lantai. Tanpa ada rasa penyesalan, si kasir itu kembali ke tempatnya dengan wajah cuek.

Dari arah lain seorang pelanggan mendekati sang kasir. "Aku mau bayar sarapanku," ujarnya. Pelanggan itu memberikan nominal uang yang sama seperti Agni tadi.

"Ini kembaliannya, tuan."

"Kembalian? Kenapa kau memberiku uang kembalian?" cerca pria itu.

"Karena nominal uang yang kau berikan padaku lebih banyak dari harga sarapannya," jelasnya.

"Lalu kenapa kau tidak memberikan uang kembalian pada gadis itu?"

"Uang yang dia berikan padaku jumlahnya pas," elak petugas kasir itu.

"Pas katamu? Setidaknya aku masih punya mata yang normal untuk melihat jumlah uang yang gadis itu berikan padamu. Tolong, jangan berbuat curang, dengan alasan gadis itu tidak bisa membuktikan ucapannya karena gadis itu buta."

Penuturan dan penjelasan pria itu membuat petugas kasir bingung dan malu. Dia langsung memberikan jumlah uang kembalian yang seharusnya diterima oleh Agni.

"Ini uang kembalian mu. Cepat pergi dari sini!" usirnya.

"Hanya itu? Bahkan kau juga sudah menamparnya. Apakah kau tidak ingin minta maaf padanya?" Pria itu mengingatkan kembali kesalahan kasir itu.

Dengan diikuti rasa malu. Akhirnya sang kasir itu meminta maaf pada Agni. "Maafkan aku. Aku hanya lupa berapa uang yang kau berikan padaku," elaknya. Kasir itu masih menuruti gengsinya.

"Tidak masalah. Aku yang seharusnya berterima kasih karena kau sudah jujur padaku." Agni tersenyum manis.

Sang kasir itu tidak bisa menyembunyikan kegugupannya dan rasa malu yang dia terima karena banyaknya pelanggan yang perhatiannya terpusat kepadanya. Termasuk pria itu, tatapan yang membongkar dan mematahkan kebohongan serta sikap arogannya yang semena-mena. Pria itu memiliki tatapan mata yang tajam dan tenang, membuat semua orang yang melihatnya takut. Seusai memastikan Agni mendapatkan hak uang kembalian. Pria misterius itu segera pergi dari kedai itu. Agni yang sadar akan suara langkah kakinya, bergegas keluar untuk mengejar pria itu.

"Tuan, tunggu!' Agni memanggilnya dan berjalan tak tentu arah hanya mengandalkan insting pendengaran untuk mencari pria itu. "Tuan, apakah kau masih ada di sekitar sini? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu." Agni justru terlihat frustrasi.

Pria itu terus melangkahkan kakinya dengar telinga yang samar-samar mendengarkan suara Agni. Bukannya berhenti, tapi justru pria itu mempercepatkan langkahnya dan disambut oleh beberapa pria bersetelan jas hitam dengan badan besar.

"Tuan, polisi ada di sekitar sini. Ayo, kita pergi." Insting pengawal pria itu sangat kuat dan hebat alam mendeteksi keberadaan polisi. Sebuah mobil hitam menghampirinya dan dia segera masuk ke dalam mobil.

"Sial! Kita kehilangan jejak Yosua lagi," kata seorang polisi yang menggerutu ketika sampai di kedai.

"Pergerakan dia benar-benar cepat dan sulit untuk dikejar!"

"Iptu Reynar, apakah anda masih ingin terus menyembunyikan wajah seorang Yosua Aksara sebagai buronan? Kita sudah mencarinya selama lima tahun dan kita selalu gagal menangkapnya. Itu karena wajahnya tidak diketahui oleh publik. Hal itu membuat Yosua dengan mudah dan seenaknya berkeliaran di luar sana."

"Dia sangat meremehkan kepolisian. Dia selalu bermain-main dengan kita. Kita seperti mainan yang dipontang-pantingkan oleh si Yosua," protes salah seorang polisi.

"Menangkapnya tidak segampang yang kalian pikirkan. Jika dia tidak cerdik dan licik, kita pasti sudah menangkapnya sejak dulu." Reynar diam sesaat. "Aku yakin pasti ada cara yang jitu untuk menangkap kepala mafia itu secepatnya."

Keyakinan itu selalu dipatenkan oleh Inspektur Satu Reynar Prasada yang diberi kewenangan khusus untuk mengusut tuntas kasus Yosua Aksara, akan tetapi selama menangani kasus itu hasilnya selalu nihil. Memang tidak mudah untuk menangkap seorang Yosua yang menjadi buronan selama tujuh tahun.

Perlu diakui cara menghilang dalam sekejap seperti dia punya ilmu sihir yang dalam waktu satu detik bisa cling menghilang tanpa jejak. Hal itu membuat polisi semakin kewalahan, padahal jumlah mereka sangat banyak dan hanya melawan satu orang saja.

Kasus yang cukup lama dan belum sama sekali terpecahkan, malah justru kasus baru yang berhubungan dengan mafia yang bernama Yosua Aksara banyak bermunculan. Kasus ini sempat ditutup tiga tahun yang silam karena tidak bisa menangkap Yosua, tapi pihak polisi masih belum ingin menyerah dan mereka berkerja secara diam-diam untuk menyelesaikan kasus besar tersebut. Bahkan jika polisi tidak bisa menyelesaikannya, maka agen rahasia yang akan turun tangan.

***

Yosua Aksara selain terkenal sebagai bandar narkoba, dia juga adalah penipu handal, dan juga pembunuh sadis yang kerap menghilangkan nyawa lawannya tanpa ampun untuk memperkuat kekuasaannya. Dibalik sorot matanya yang tajam, Yosua menyimpan luka di masa lampau.

Nama Yosua sangat disegani dan ditakuti, terlebih lagi reputasinya sebagai buronan yang licik dan sulit ditangkap. Kekerasan hati dan sorot mata yang menakutkan itu rupanya bisa runtuh juga saat menatap seorang gadis buta di kedai tadi. Sebenarnya Yosua sangat alergi dengan wanita.

Bagi Yosua wanita itu hanya akan memperlambat ruang geraknya, akan tetapi dia sendiri juga punya asisten atau tangan kanan dan parahnya lagi asistennya itu seorang wanita, tapi entah kenapa Yosua merasakan hal lain pada gadis buta itu.

"Tuan ...," panggil salah seorang pengawalnya, lalu berbisik di telinga Yosua.

"Apa!" Yosua berdiri dari tempat duduknya dan mengepalkan kedua tangannya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Dimanja Sang Penguasa   3. Anak-Anak Jalanan

    Tujuh tahun kehilangan penglihatan membuat Agni hidup dalam kegelapan, akan tetapi dia tidak merasakan frustrasi dalam menjalani hidup yang keras. Agni adalah wanita yang hebat, dia selalu tersenyum walaupun semua orang tahu derita yang dia alami sangat menyakitkan. Dia hanya mengandalkan tongkat dan insting pendengaran serta penciuman. Walaupun hidup sendiri, tapi banyak orang yang peduli padanya. Sebut saja Reynar.Reynar juga membantu mengembangkan bakat Agni dalam bermain biola, gitar, bernyanyi, hingga pernah memenangkan kontes biola. Reynar jugalah yang membayar lunas biaya sewa rumah tinggal Agni. Sedangkan Agni tidak tahu apa alasan Reynar membayar lunas sewa rumahnya. Yang jelas bagi Agni, Reynar sangat berjasa dalam hidup Agni.Sedangkan Nyonya Leikha, ibunda Reynar juga tidak protes ataupun keberatan. Wanita paruh baya itu juga selalu mendukung Agni. Dia termasuk wanita tua yang cerewet menasehati untuk tetap bertahan hidup di tengah keras dan kejamnya dunia ini. Meskipun

    Dernière mise à jour : 2025-01-14
  • Dimanja Sang Penguasa   4. Buronan Polisi

    Keempat anak buah pria bertato itu mengejar anak jalanan yang tadi melempari bosnya dengan batu. Sebuah balok kayu digunakan keempat anak buah si pria bertato untuk menyabet anak-anak yang memberontak. Sebagian anak lari menghindar, sebagian lagi masih kekeh dan berusaha menolong Agni."Cepat pergi! Jangan hiraukan aku!" Tangis Agni pecah saat mendengar rintihan dan tangisan serta teriakan kesakitan dari beberapa anak-anak jalanan.Meskipun dipukuli ada satu orang anak yang berusaha terus memberontak. Anak itu membawa sebuah batu besar, lalu dihantamkan nya dengan kuat ke arah orang yang tengah mengganggu Agni.Batu itu mengarah tepat di kepala si pria dan mengeluarkan darah."Brengsek! Anak sialan! Pukul anak itu sampai mati!" perintah pria itu."Jangan ... jangan sakiti dia. Aku mohon ...." Suara Agni bergetar saat mendengar teriakan dan rintihan anak jalanan yang paling tua. Anak itulah yang selalu menjadi garda terdepan untuk melindungi Agni."Kak Agni, maafkan aku ...," ucapnya l

    Dernière mise à jour : 2025-01-16
  • Dimanja Sang Penguasa   5. Bau Aroma Parfum

    Hari itu Agni masih dalam suasana berkabung. Kehilangan orang-orang tercinta yang ada di sekitar membuatnya merasakan kesunyian dan kesendirian. Meskipun begitu, Agni sudah mulai bisa tersenyum kembali. Dia benar-benar wanita tangguh yang mampu bertahan dalam kemalangan yang terus menimpanya.Walaupun dia sudah mulai bangkit untuk melanjutkan hidupnya, dia tetap merindukan anak-anak jalanan yang selalu diam-diam mengikutinya di belakang. Mereka yang selalu diam-diam melindungi dan menjaga Agni dari jauh. Hari itu saat Agni sedang berjalan perlahan masuk ke dalam sebuah gang. Agni mendengar suara sepatu yang mendekatinya. Hal itu membuatnya sangat khawatir. Terlihat dengan cara dia menggenggam erat tongkat yang sedang dia pegang."Bau wangi ini?" guman Agni mulai mengendus bau wangi parfum yang tidak asing baginya dan membuatnya semakin curiga, "Tuan yang baik hati, apakah kau ada di sini?" Agni tersenyum manis dengan pandangan kosong. "Kau menyebutku apa tadi?""Tuan yang baik hati.

    Dernière mise à jour : 2025-01-17
  • Dimanja Sang Penguasa   6. Alergi pada Wanita?

    Malam semakin larut. Kemudian Agni diantar Yosua pulang, "Aku pamit pulang." "Baiklah, hati-hati di jalan," sahut Agni tersenyum sambil melambaikan tangannya entah ke arah mana Agni melambaikannya, tapi Yosua sangat memaklumi. Pria itu berjalan pergi meninggalkan rumah Agni, tapi dari kejauhan Yosua kembali menoleh dan menatap Agni yang masih berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan kosongnya. Yosua mengamati Agni dengan seksama sebelum akhirnya wanita itu memperlihatkan kesedihannya dengan air mata yang jatuh di pipinya. Hal itu membuat Yosua terkejut dan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Bertepatan dengan itu, ada seorang pemuda yang lewat di sekitar sana dan terlihat terkejut saat melihat kehadiran Yosua di rumah susun tersebut. "Yo-Yosua Ak-sara ...." Suara itu terdengar gugup dan takut. Merasa terganggu dengan pemuda tadi, Yosua segera menarik leher pemuda tersebut dan mematahkan lehernya. Yosua melakukan hal itu tanpa basa-basi. KREEEKK! "Aaargh!" "Siapa itu? Ada ap

    Dernière mise à jour : 2025-03-06
  • Dimanja Sang Penguasa   7. Pesona Yosua Aksara

    Yosua menatap tajam pada Clara. Pria itu paham apa yang dimaksud dengan gadis yang sedang berdiri di depannya. Namun, hal itu sepertinya membuat Yosua tidak berkutik. Kenapa?Sang mafia itu memang tidak begitu suka dekat dengan wanita. Dia selalu menjaga jarak dengan wanita, tapi hal itu tidak berlaku pada Agni."Ah, sial!" umpat Yosua pelan. Justru Yosua terjebak dengan kata-katanya sendiri. "Kenapa juga harus mabuk sih!" Menyalahkan diri sendiri."Bagaimana?" tanya Clara penasaran karena dari tadi tidak ada jawaban dari Yosua. "Apa ucapan anda yang tadi masih berlaku?" lanjutnya memancing Yosua."Aahh!" Yosua memegang kepalanya dan memberi isyarat. Bukan karena akting atau apa, tapi memang dia sering merasakan sakit kepala setelah banyak minum alkohol.Beberapa pengawal mendekati sang tuan untuk menenangkannya. Setelah beberapa menit barulah beberapa anak buahnya menyuruh Clara untuk berdiri agak menjauh dari tempat Yosua.Sejujurnya Clara juga tidak ingin dipermainkan dan malam itu

    Dernière mise à jour : 2025-03-07
  • Dimanja Sang Penguasa   8. German Shepherds

    Agni pun menanyakan soal kedatangan Reynar yang terlalu pagi. Tidak biasanya polisi muda itu datang ke rumah di jam 6 pagi. Paling pagi sekitar jam 7-an. Hal itu mengundang rasa heran pada diri Agni. "Hmm ... sebenarnya tidak ada kabar apapun. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu," "Sesuatu? Apa soal donor mata?" tebak Agni. "Soal donor mata." Reynar menatap Agni yang pandangannya kosong menerawang ke depan. "Belum ada yang cocok dengan matamu. Mungkin akan butuh waktu lama untuk mencari yang cocok, tapi jika sudah menemukan yang cocok, dokter akan segera mengabariku," lanjut Reynar menjelaskan. Agni menarik napas panjang dan tangannya mencoba meraih cangkir yang ada di atas nakas. Melihat hal itu, Reynar bergerak untuk membantu mengambil cangkir dan menyerahkan pada Agni. Reynar menegangkan cangkir itu ke tangan Agni, "Terima kasih, Rey. Maaf, aku terus merepotkan mu." Agni menenggak teh hangat itu pelan-pelan karena masih sedikit panas. "Bagaimana?" tanya Reynar.

    Dernière mise à jour : 2025-03-09
  • Dimanja Sang Penguasa   9. Menjadi Sandera

    Kehadiran Leo dalam hidup Agni amat sangat membantu dalam kesehariannya. Anjing yang akrab disapa Leo itu tampak sangat nyaman dengan majikan barunya yaitu Agni. Walaupun Agni tidak tahu siapa yang sengaja meninggalkannya di depan rumahnya, akan tetapi menurut Agni, dia tidak meninggalkan anjing tersebut dengan sengaja. Buktinya anjing itu memakai kalung yang ada huruf Braille-nya. Pastilah orang yang meninggalkan anjing tersebut mengetahui jika yang tinggal di rumah itu seorang tuna netra. Bahkan dia juga meninggalkan segala perlengkapan untuk sang anjing, termasuk persediaan makanan dan vitamin. "Apakah Reynar yang meninggalkan anjing ini———ah, tidak-tidak. Tadi pagi dia tidak mengatakan apapun tentang anjing. Dia hanya membahas masalah donor mata atau mungkin Aksa? Aku rasa itu juga tidak mungkin, karena aku dan dia belum begitu kenal." Agni terdiam sesaat. "Ah, tidak mungkin keduanya. Hmm ... mungkin lebih baik aku akan menanyakan secara langsung jika bertemu dengan mereka ber

    Dernière mise à jour : 2025-03-15
  • Dimanja Sang Penguasa   10. Mencuri Satu Ciuman

    Agni merasakan napasnya yang tak beraturan. Dadanya begitu sangat sesak. Wanita itu terlihat sangat kelelahan karena terus dipaksa lari dalam keadaan mata yang tidak bisa melihat. Tentunya hal itu tidak mudah bagi Agni. Yosua yang melihat Agni mulai kelelahan, lalu membawa wanita muda itu masuk ke ruang gelap di sela-sela yang sempit untuk bersembunyi. Agni sedikit memberontak dan hal itu membuat Yosua tidak bisa fokus. "Aku mohon, lepaskan aku!" Berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman tangannya. "Sssttt ...." Yosua membungkam bibir Agni agar tidak bersuara. "Cari di sebelah sana!" pinta Reynar yang begitu yakin jika Yosua bersembunyi di tempat itu. Agni yang mendengarkan suara Reynar seketika berusaha untuk berteriak. "Tolo——," pekik Agni yang bibirnya masih terbungkam. Hal itu langsung membuat Yosua panik. Seketika pria tampan itu membungkam bibir Agni dengan cara yang lebih ekstetik.

    Dernière mise à jour : 2025-03-16

Latest chapter

  • Dimanja Sang Penguasa   37. Penyesalan Yosua

    Sementara pihak polisi termasuk Reynar dan Cakra sedang mengevakuasi jasad Bhanu, sedangkan Yosua yang membawa Agni ke rumah sakit.Agni masih di bawah pengaruh obat tidur, dia baru bangun setelah 2 jam kejadian mengerikan tadi berlangsung. Matanya terbuka perlahan, Dia terlihat bingung mendengar suara perawat yang lalu lalang di sekitar sana."Agni, kau sudah bangun?" Yosua tersenyum saat melihat wanitanya sadar. Pria itu langsung menggenggam erat tangan Agni, akan tetapi dilepas begitu saja."Kau membawaku ke sini?""Iya,"Agni pun membuka selimut yang membalut tubuhnya, akan tetapi dia baru sadar jika ada selang infus di tangannya."Agni, aku akan menyerahkan diri kepada polisi atas kejadian di masa silam," ujar Yosua lirih. Obrolan pembukaan itu membuat Agni terdiam seketika dengan pandangan mata yang kosong. "Aku sudah sadar itu sudah lama, akan tetapi aku memilih diam karena takut kehilanganmu. Aku benar-benar seorang pecundang," lanjutnya sambil menunduk menunjukkan rasa penyes

  • Dimanja Sang Penguasa   36. Bhanu Telah Tewas

    Agni ternyata diculik oleh Anya untuk dibawa pada Bhanu. Dua orang itu memang punya dendam tersendiri pada Agni, padahal dia adalah wanita tunanetra. Rupanya Bhanu dendam karena Agni pernah melukai matanya. Sedangkan Anya dendam karena faktor cemburu. Sungguh ironis."Rupanya rasa cintamu pada si bodoh itu membuatmu menjadi seorang psikopat," cicit Bhanu."Aku yakin, kau bahkan lebih sadis dariku," bantah Anya sambil tersenyum.Sebelum mengeksekusi Agni, keduanya pun sempat melakukan hubungan badan singkat selama 15 menit di ruangan tempat Agni di sekap. Keduanya pun terlihat menikmatinya hubungan intim itu, sebelum berpesta untuk menyiksa lalu membunuh korbannya. Sementara sepanjang berhubungan intim, Bhanu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Agni yang terlihat sangat cantik di bawah cahaya lampu. Hal itu sungguh membuat Anya terlihat kesal dan jengkel.Rupanya meskipun dendam, Bhanu masih memiliki hasrat untuk memiliki wanit

  • Dimanja Sang Penguasa   35. Mereka Bekerja Sama

    Di rumah, Reynar telah menyiapkan makan malam khusus berdua dengan Agni. Sementara sang Ibu sepertinya masih marah lantaran pertengkarannya kemarin hingga memutuskan tetap dalam kamar seharian. Mereka pun bertegur sapa di saat hal penting, tapi tetap saja Reynar yang merasa bersalah.Sudah ada hiasan bunga, hidangan untuk makan malam, dan beberapa lilin sebagai penyambut jika Agni pulang. Namun, di jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam masih belum juga ada tanda-tanda Agni pulang ke rumah. "Ke mana Agni pergi? Sudah malam begini kenapa belum pulang juga?" gumam Reynar. Dia pun menunggu sambil menarik ulur layar ponselnya hingga dia mendapatkan notifikasi Breaking News berita kebakaran di atas gedung. Awalnya Reynar biasa saja, akan tetapi setelah melihat satu gambar jepretan dari CCTV pun dia langsung terperanjat dari duduknya."Itu seperti———"Dia pun segera mengambil jaket kulitnya lalu mengambil kunci motor dan juga helm.Dari rumah dia tanc

  • Dimanja Sang Penguasa   34. Jebakan dan Penculikan

    Segala upaya telah dilakukan oleh Reynar untuk mencegah pertemuan diantara keduanya, tapi apa daya jika ada campur tangan dari Cakra. Cakra Prawira-lah yang bertindak saat itu.Lewat tulisan tangan dari Cakra, orang yang telah mengirimkan surat kepada Yosua. Akhirnya jadwal pertemuan itu dilaksanakan. Sementara itu, Cakra juga sedang baik telah membuat Reynar sangat sibuk di kantor kepolisian akhir-akhir ini dengan kasus baru.Agni kini telah mengandung hampir 4 bulan. Dia kini dia telah dapat merasakan janin di dalam perutnya menendang-nendang dan bergerak di dalam sana. Perutnya pun telah mulai membuncit, sudah bisa ditebak bahwa dia adalah wanita yang tengah berbadan dua. Walaupun tidak terlalu besar, tapi itu sudah terlihat sangat jelas.Pertemuan itu pun akhirnya tiba.Mereka bertemu di atas gedung di mana Agni dituntun oleh seorang wanita dan dia pun duduk di kursi yang telah disediakan. Pandangannya kosong, dia hanya diam merasaka

  • Dimanja Sang Penguasa   33. Rencana Pertemuan

    Agni mengangguk dengan air mata  terus mengalir membasahi pipinya. Dia pun mulai berjalan pelan untuk meninggalkan tempat itu, tapi niatnya tertahan tatkala dia merasakan tangan seseorang menghadang langkahnya."Tetap di sini! Kau tidak boleh pergi kemana-mana," kata Reynar dengan suara lirih.Reynar yang secara tiba-tiba muncul membuat bingung dan terbengong. Pria itu pun menuntun Agni pergi ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih menangis tersedu-sedu di tempat tadi.Di dalam kamar, Reynar langsung meminta Agni untuk duduk dan menenangkan dirinya yang ketakutan. "Agni, Tolong jangan dengarkan Ibuku. Dia hanya sembarangan bicara," ujar Reynar lirih di telinganya."Tidak. Aku cukup paham jika dia memang tidak menyukai kehadiranku," jawab Agni dengan nada bergetar."Bukan begitu permasalahannya, aku akan menasihatinya untuk menjaga sikapnya. Tolong jangan masukkan ke hati apapun yang tadi beliau bicarakan," lanjutnya sambil menepuk pun

  • Dimanja Sang Penguasa   32. Kecewa Berat

    Reynar dan Cakra saling pandang, tapi pandangan dari kedua pria itu berbeda makna. Yang satu mengisyaratkan makna menawarkan kerjasama. Sedangkan pria yang satunya mengisyaratkan makna bahwa dia punya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada lawan bicaranya."Aku masih belum mengerti dengan semua fakta ini, kau bisa tahu segalanya tentang Agni?""Sistem IT dari tahun ke tahun sudah semakin berkembang, Tuan Reynar. Aku memantau Agni dengan sangat baik,"Reynar masih tetap tidak bisa percaya akan hal itu. Lantas dia segera pergi membawa Leo bersama dengannya. Meski begitu, setidaknya Cakra telah memiliki partner baru untuk membongkar mafia besar yang selama ini berkeliaran dengan bebas.Tidak butuh waktu lama, Reynar telah tiba di rumah. Dia langsung disambut oleh Nyonya Leikha yang sedang membantu Agni memakaikan gaun cantik di tubuh wanita tunanetra itu."Putraku sudah pulang?" sambut Nyonya Leikha. Sementara tatapan Reynar masih te

  • Dimanja Sang Penguasa   31. Agen Rahasia

    Esok paginya, Agni bangun pagi sekali. Karena dia masih belum hapal sela di rumah itu, beberapa kali Agni sering tersandung dan jatuh."Kau tidak apa-apa kan, Nak?" tanya Nyonya Leikha dengan sikapnya yang ramah dan hangat, Agni langsung dibawa duduk di ruang tamu olehnya."Duduklah di sini, aku akan siapkan sarapan untukmu,""Biar aku bantu,""Tidak perlu, kau duduk saja di sini. Sebentar lagi juga beres dan Reynar pun juga akan segera bangun," lanjut Nyonya Leikha sambil tersenyum.Rasanya tidak nyaman hanya duduk berdiam diri dan pemilik rumah sibuk pagi itu. Namun, apa daya Agni hanya seorang wanita tunanetra yang tidak bisa berbuat banyak. 15 menit setelahnya itu terlihat Reynar sudah bangun. Dia berjalan terguyung-huyung dari kamarnya menuju ruang makan."Bu, mana makananku? " tanya Reynar dengan nada yang terdengar manja. Hal itu membuat Agni tersenyum gemas karena selama ini Reynar Prasada yang dia kenal adalah

  • Dimanja Sang Penguasa   30. Konflik Batin

    Akibat tertangkapnya anak buah Bhanu, kini tim kepolisian dan mata-mata semakin menyebar. Namun, di sisi lain ada rasa rindu dalam hati Yosua yang semakin tidak tertahankan untuk segera menemui wanitanya."Jangan---jangan pergi!" tolak Anya yang mencegah kepergian tuannya."Minggir! Aku sudah dua hari di Indonesia dan aku tidak bisa menahan lagi untuk menemui Agni.""Tapi, keadaan di luar sana sangat berbahaya. Polisi pasti sedang siaga terlebih lagi posisi Bhanu sedang menjadi buronan sekarang," lanjut Anya sambil membentangkan kedua tangannya di depan pintu."Kau lupa, aku ini Yosua, bukan Bhanu! Apakah kau meragukan kemampuanku untuk menghindar?" tanya Yosua dengan nada sinis. Dia pun menarik tangan Anya dan menyingkirkan wanita itu dengan mudah.Seperti yang diharapkan Yosua, dia pun pergi dari tempat persembunyiannya dengan mobil mewah yang dikendarai anak buahnya.Sesampainya di rumah sakit, Yosua yang mendapatkan informasi

  • Dimanja Sang Penguasa   29. Perasaan Hati Reynar

    "Aaaaarrggh!" teriak Bhanu. Mengeluh dan mengerang kesakitan. Darah segar mengalir membasahi tubuh Agni. Bhanu yang masih tetap tegar bertarung di titik darah penghabisan itu pun merampas gunting dari tangan Agni. Pria itu menancapkan gunting tersebut ke arah kepala, beruntung Agni berhasil menghindar dan gunting yang dipegangnya kembali menancap ke kasur.Pergulatan itu semakin sengit, Bhanu kembali menarik gunting itu dan hendak melakukan penusukan kembali. Namun, nahasnya di waktu bersamaan timah panas melayang mengenai tangan Bhanu di mana saat itu dia memegang gunting. Melihat ada penyerangan pria itu segera berlari keluar dari kegelapan meninggalkan Agni dalam ketidakberdayaan.Agni terdiam. Napasnya tidak beraturan, seketika dia melihat bayang-bayang wajah Ayah, Ibu, dan kakaknya Arsan dalam benaknya. Dia bersyukur saat itu lepas dari maut, meski dia tetap menjadi wanita lemah karena keadaan.Pria tidak dikenal itu pun kembali menyembunyik

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status