Share

4. Buronan Polisi

Auteur: Cheezyweeze
last update Dernière mise à jour: 2025-01-16 16:13:03

Keempat anak buah pria bertato itu mengejar anak jalanan yang tadi melempari bosnya dengan batu. Sebuah balok kayu digunakan keempat anak buah si pria bertato untuk menyabet anak-anak yang memberontak. Sebagian anak lari menghindar, sebagian lagi masih kekeh dan berusaha menolong Agni.

"Cepat pergi! Jangan hiraukan aku!" Tangis Agni pecah saat mendengar rintihan dan tangisan serta teriakan kesakitan dari beberapa anak-anak jalanan.

Meskipun dipukuli ada satu orang anak yang berusaha terus memberontak. Anak itu membawa sebuah batu besar, lalu dihantamkan nya dengan kuat ke arah orang yang tengah mengganggu Agni.

Batu itu mengarah tepat di kepala si pria dan mengeluarkan darah.

"Brengsek! Anak sialan! Pukul anak itu sampai mati!" perintah pria itu.

"Jangan ... jangan sakiti dia. Aku mohon ...." Suara Agni bergetar saat mendengar teriakan dan rintihan anak jalanan yang paling tua. Anak itulah yang selalu menjadi garda terdepan untuk melindungi Agni.

"Kak Agni, maafkan aku ...," ucapnya lirih. Anak itu dipukuli secara brutal oleh anak buah si preman tersebut hingga tidak bersuara. Kepalanya remuk karena pukulan terakhir dan sebagai tanda akhir dari napasnya.

"Tidaak!" teriak Agni saat mengetahui anak itu sudah tewas. Seketika Agni berlutut dengan tangis yang semakin memuncak. Agni berusaha merangkak untuk mencari letak keberadaan tubuh yang sudah tidak bernyawa itu. Namun, aksinya dihadang oleh pria bertato dan menarik bajunya hingga robek.

"Benalu dan parasit sudah tidak ada, sayang. Sekarang waktunya bagi kita untuk bersenang-senang!" Pria bertato yang kemungkinan ketua dari preman tersebut berusaha melucuti pakaian yang dikenakan Agni. Gadis buta itu berusaha menepis dan menolak untuk menghalangi tangan si pria bertato.

Door!! Doorr!! Dooorr!!

Tiga buah peluru timah panas melesat ke arah pria bertato itu. Dua peluru bersarang di dadanya dan satu peluru besarang di kepalanya. Aksi bejat pria brengsek itu terhenti. Dengan kedua mata masih melotot, pria itu jatuh terkapar dan langsung tewas di tempat. Saat mengetahui sang ketua telat mati di tempat, keempat anak buah pria itu segera lari menyelamatkan diri karena ketakutan mengetahui kedatangan orang-orang yang memegang senjata api di sekitar sana.

"Aku ingin mereka berempat mati dan bawa kepala mereka padaku!" ucap salah seorang pria di antara mereka yang merupakan pentolan kelompok tersebut.

Mendengar perintah sang ketua, beberapa anak buah menganggukkan kepala dan langsung berlari mengejar keempat preman itu. Di sisi lain, Agni dengan tangis yang cukup pilu masih mencoba meraba dan mencari jasad anak jalanan yang berusaha menolongnya tadi. Agni tidak sadar jika seorang pria dengan tatapan tajam mematikan sedang memperhatikannya.

Agni terus memanggil namanya hanya untuk memastikan apakah anak itu masih hidup atau tidak. Suara tangis Agni yang begitu pilu dan menyayat hati membuat pria berwajah tegas menghela napas, "Anak itu sudah tewas," ucapnya yang sedari tadi memperhatikan gadis buta yang berparas cantik dengan banyak bercak darah di wajahnya. 

Agni seketika terdiam dengan kenyataan yang harus dia terima, akan tetapi tiba-tiba tangisnya memecahkan suasana yang beberapa saat hening. Dengan sangat frustrasi Agni terus mencari jasadnya hingga beberapa saat Agni telah menemukan jasad anak tersebut. Kepalanya remuk dan badannya penuh dengan luka serta bau amis darah.

Saat anak buahnya datang membawa empat kepala preman itu pada tuannya. Sang tuan menggerakkan tangan kanannya, "Tinggalkan kami berdua dan taruh kepala itu di tanah!" pinta pria itu.

"Tapi, Tuan Yosua——ini sangat berbahaya jika anda berlama-lama di sini," ucapnya lirih seorang anak buahnya. Pria itu melirik tajam pada anak buahnya. Melihat respons dari sang tuan, semua anak buahnya menunduk patuh dan segera pergi meninggalkannya bersama dengan gadis buta itu.

Pria itu melangkah pelan dan perlahan menghampiri Agni yang sedang menangis tersedu di sisi jasad seorang anak. Pria itu mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku jasnya untuk menghapus air matanya

"Andai anda tidak datang terlambat, pasti dia masih hidup dan aku masih bisa mendengarkan suaranya," ujar Agni sembari menyentuh tangan halus yang saat itu hendak menghapus air matanya. Sentuhan tangan Agni membuat pria itu diam seasaat, dia mencoba merasakan luka yan sedang dirasakan gadis itu, "Aku berhutang budi untuk kedua kalinya padamu, tuan. Terima kasih," ucap Agni lirih. Meraba dan menggenggam erat tangan pria itu. Sentuhan halus tangan milik Yosua Aksara terpana dan diam memperhatikan Agni yang sedang bersedih.

"Aku minta maaf, karena terlambat datang," ujarnya dengan nada lembut. 

Saat momen sedang syahdu bercampur sedih, ada suara langkah kaki yang mendekati tempat tersebut. Insting pria tersebut sangat peka dan dengan reflek pria itu melepaskan genggaman tangan Agni dan segera berlari pergi meninggalkannya tanpa pamit. Agni yang bingung dan kaget mencoba meraba tempat di sekitarnya, walaupun dia sadar jika pria itu sudah pergi jauh.

"Sial! Kita kehilangan jejaknya lagi. Cepat cari Yosua di sekitar sini. Pasti dia belum pergi jauh dari tempat ini," seru seorang pria dengan senjata api di genggamannya. Melihat Agni ada di tempat kejadian, dia langsung mengintrogasinya, "Agni, apa yang kau lakukan di sini? Apa yang baru saja terjadi? Bisa kau berikan keterangan padaku dengan jelas!"

"Bagaimana bisa kau menanyai wanita buta sepertiku? Aku hanya tahu anak ini telah terbunuh dan pelaku pembunuhnya yang juga hampir memperkosaku telah ditembak oleh pria yang tidak kukenal," jelas Agni dengan tenang tapi suara sedikit bergetar.

"Tuan Reynar, aku menemukan empat mayat tanpa kepala di sekitar sana," kecoh seorang petugas kepolisian.

"Tidak perlu diragukan lagi jika si brengsek itu masih suka bermain-main dengan polisi!" Reynar mengepalkan kedua telapak tangannya.

Reynar pun menyuruh anak buahnya untuk membereskan tempat kejadian perkara dan mengurus beberapa mayat untuk segera dikubur. Agni duduk di mobil Reynar dengan wajah yang cukup nelangsa dan hati yang begitu sakit mengingat orang-orang yang dia sayangi telah pergi meniggalkannya. Reynar hanya melirik Agni dan berniat mengantar Agni pulang setelah itu dia akan melanjutkan tugasnya sebagai polisi.

Setelah sampai di rumah, Agni menolak untuk diantarkan ke dalam rumah oleh Reynar. Entah kenapa dia sepertinya sedang kesal dengan Reynar. Agni tidak mengucapkan sepatah kata apapun sejak dalam perjalanan dan sampai ke rumah.

"Tidak perlu mengantarku sampai ke dalam rumah. Aku bisa berjalan sendiri ke sana," tolak Agni yang menepis tangan Reynar. Reynar hanya menghela napas dan tetap berdiri di sana untuk memantau Agni dan memastikan jika dia sudah masuk ke dalam rumahnya. Barulah dia bisa bernapas lega dan kembali ke kantor.

Saat hendak masuk ke dalam mobilnya, Reynar mendongakkan kepalanya dan menatap jendela rumah Agni. Sesaat lampu menyala menandakan si pemilik rumah tersebut sudah masuk ke dalam rumah. Reynar pun masuk ke dalam mobil dan kembali ke markas.

Beberapa kali Reynar menarik napas dan mengembuskan dengan kasar. Reynar seperti sedang menahan amarah yang sudah memuncak hingga akhirnya dia menepikan mobilnya dan berteriak kencang serta memukul setir mobilnya beberapa kali.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Dimanja Sang Penguasa   5. Bau Aroma Parfum

    Hari itu Agni masih dalam suasana berkabung. Kehilangan orang-orang tercinta yang ada di sekitar membuatnya merasakan kesunyian dan kesendirian. Meskipun begitu, Agni sudah mulai bisa tersenyum kembali. Dia benar-benar wanita tangguh yang mampu bertahan dalam kemalangan yang terus menimpanya.Walaupun dia sudah mulai bangkit untuk melanjutkan hidupnya, dia tetap merindukan anak-anak jalanan yang selalu diam-diam mengikutinya di belakang. Mereka yang selalu diam-diam melindungi dan menjaga Agni dari jauh. Hari itu saat Agni sedang berjalan perlahan masuk ke dalam sebuah gang. Agni mendengar suara sepatu yang mendekatinya. Hal itu membuatnya sangat khawatir. Terlihat dengan cara dia menggenggam erat tongkat yang sedang dia pegang."Bau wangi ini?" guman Agni mulai mengendus bau wangi parfum yang tidak asing baginya dan membuatnya semakin curiga, "Tuan yang baik hati, apakah kau ada di sini?" Agni tersenyum manis dengan pandangan kosong. "Kau menyebutku apa tadi?""Tuan yang baik hati.

    Dernière mise à jour : 2025-01-17
  • Dimanja Sang Penguasa   6. Alergi pada Wanita?

    Malam semakin larut. Kemudian Agni diantar Yosua pulang, "Aku pamit pulang." "Baiklah, hati-hati di jalan," sahut Agni tersenyum sambil melambaikan tangannya entah ke arah mana Agni melambaikannya, tapi Yosua sangat memaklumi. Pria itu berjalan pergi meninggalkan rumah Agni, tapi dari kejauhan Yosua kembali menoleh dan menatap Agni yang masih berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan kosongnya. Yosua mengamati Agni dengan seksama sebelum akhirnya wanita itu memperlihatkan kesedihannya dengan air mata yang jatuh di pipinya. Hal itu membuat Yosua terkejut dan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Bertepatan dengan itu, ada seorang pemuda yang lewat di sekitar sana dan terlihat terkejut saat melihat kehadiran Yosua di rumah susun tersebut. "Yo-Yosua Ak-sara ...." Suara itu terdengar gugup dan takut. Merasa terganggu dengan pemuda tadi, Yosua segera menarik leher pemuda tersebut dan mematahkan lehernya. Yosua melakukan hal itu tanpa basa-basi. KREEEKK! "Aaargh!" "Siapa itu? Ada ap

    Dernière mise à jour : 2025-03-06
  • Dimanja Sang Penguasa   7. Pesona Yosua Aksara

    Yosua menatap tajam pada Clara. Pria itu paham apa yang dimaksud dengan gadis yang sedang berdiri di depannya. Namun, hal itu sepertinya membuat Yosua tidak berkutik. Kenapa?Sang mafia itu memang tidak begitu suka dekat dengan wanita. Dia selalu menjaga jarak dengan wanita, tapi hal itu tidak berlaku pada Agni."Ah, sial!" umpat Yosua pelan. Justru Yosua terjebak dengan kata-katanya sendiri. "Kenapa juga harus mabuk sih!" Menyalahkan diri sendiri."Bagaimana?" tanya Clara penasaran karena dari tadi tidak ada jawaban dari Yosua. "Apa ucapan anda yang tadi masih berlaku?" lanjutnya memancing Yosua."Aahh!" Yosua memegang kepalanya dan memberi isyarat. Bukan karena akting atau apa, tapi memang dia sering merasakan sakit kepala setelah banyak minum alkohol.Beberapa pengawal mendekati sang tuan untuk menenangkannya. Setelah beberapa menit barulah beberapa anak buahnya menyuruh Clara untuk berdiri agak menjauh dari tempat Yosua.Sejujurnya Clara juga tidak ingin dipermainkan dan malam itu

    Dernière mise à jour : 2025-03-07
  • Dimanja Sang Penguasa   8. German Shepherds

    Agni pun menanyakan soal kedatangan Reynar yang terlalu pagi. Tidak biasanya polisi muda itu datang ke rumah di jam 6 pagi. Paling pagi sekitar jam 7-an. Hal itu mengundang rasa heran pada diri Agni. "Hmm ... sebenarnya tidak ada kabar apapun. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu," "Sesuatu? Apa soal donor mata?" tebak Agni. "Soal donor mata." Reynar menatap Agni yang pandangannya kosong menerawang ke depan. "Belum ada yang cocok dengan matamu. Mungkin akan butuh waktu lama untuk mencari yang cocok, tapi jika sudah menemukan yang cocok, dokter akan segera mengabariku," lanjut Reynar menjelaskan. Agni menarik napas panjang dan tangannya mencoba meraih cangkir yang ada di atas nakas. Melihat hal itu, Reynar bergerak untuk membantu mengambil cangkir dan menyerahkan pada Agni. Reynar menegangkan cangkir itu ke tangan Agni, "Terima kasih, Rey. Maaf, aku terus merepotkan mu." Agni menenggak teh hangat itu pelan-pelan karena masih sedikit panas. "Bagaimana?" tanya Reynar.

    Dernière mise à jour : 2025-03-09
  • Dimanja Sang Penguasa   9. Menjadi Sandera

    Kehadiran Leo dalam hidup Agni amat sangat membantu dalam kesehariannya. Anjing yang akrab disapa Leo itu tampak sangat nyaman dengan majikan barunya yaitu Agni. Walaupun Agni tidak tahu siapa yang sengaja meninggalkannya di depan rumahnya, akan tetapi menurut Agni, dia tidak meninggalkan anjing tersebut dengan sengaja. Buktinya anjing itu memakai kalung yang ada huruf Braille-nya. Pastilah orang yang meninggalkan anjing tersebut mengetahui jika yang tinggal di rumah itu seorang tuna netra. Bahkan dia juga meninggalkan segala perlengkapan untuk sang anjing, termasuk persediaan makanan dan vitamin. "Apakah Reynar yang meninggalkan anjing ini———ah, tidak-tidak. Tadi pagi dia tidak mengatakan apapun tentang anjing. Dia hanya membahas masalah donor mata atau mungkin Aksa? Aku rasa itu juga tidak mungkin, karena aku dan dia belum begitu kenal." Agni terdiam sesaat. "Ah, tidak mungkin keduanya. Hmm ... mungkin lebih baik aku akan menanyakan secara langsung jika bertemu dengan mereka ber

    Dernière mise à jour : 2025-03-15
  • Dimanja Sang Penguasa   10. Mencuri Satu Ciuman

    Agni merasakan napasnya yang tak beraturan. Dadanya begitu sangat sesak. Wanita itu terlihat sangat kelelahan karena terus dipaksa lari dalam keadaan mata yang tidak bisa melihat. Tentunya hal itu tidak mudah bagi Agni. Yosua yang melihat Agni mulai kelelahan, lalu membawa wanita muda itu masuk ke ruang gelap di sela-sela yang sempit untuk bersembunyi. Agni sedikit memberontak dan hal itu membuat Yosua tidak bisa fokus. "Aku mohon, lepaskan aku!" Berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman tangannya. "Sssttt ...." Yosua membungkam bibir Agni agar tidak bersuara. "Cari di sebelah sana!" pinta Reynar yang begitu yakin jika Yosua bersembunyi di tempat itu. Agni yang mendengarkan suara Reynar seketika berusaha untuk berteriak. "Tolo——," pekik Agni yang bibirnya masih terbungkam. Hal itu langsung membuat Yosua panik. Seketika pria tampan itu membungkam bibir Agni dengan cara yang lebih ekstetik.

    Dernière mise à jour : 2025-03-16
  • Dimanja Sang Penguasa   11. Menjinakkan Leo

    "Si-siapa!?" teriak Agni dengan nada bergetar."Aku———Reynar!" Agni merasa lega saat mengetahui siapa yang ada di balik pintu tersebut. Perlahan Agni bangkit dari duduknya dan melangkah pelan menuju pintu."Kau tidak apa-apa, kan?" tanyanya sambil memegang kedua bahu Agni dengan kedua tangannya saat pintu itu terbuka. Reynar begitu mengkhawatirkan Agni karena ketika kejadian itu, dia menjadi sandera si mafia licik agar bisa melarikan diri."Aku tidak apa-apa, Rey," kata Agni."Ah, syukurlah." Reynar menundukkan kepalanya sambil posisi kedua tangannya masih memegang bahu Agni."Rey, kau sudah makan?" tanya Agni mencairkan suasana yang terkesan tegang. Reynar mengangkat kepalanya dan menggeleng walaupun dia tahu jika Agni tidak bisa melihat gelengan kepalanya. "Rey ...," panggilnya."Aku belum makan, tapi aku bawakan martabak untukmu. Bagaimana jika kita makan bersama?" ajak Reynar yang memang sudah kelaparan.Ag

    Dernière mise à jour : 2025-03-17
  • Dimanja Sang Penguasa   12. Siapa Dia?

    Tap ... Tap ... Tap ...."B-berhenti!" teriak Agni.Teriakan dari Agni tidak dihiraukan oleh pria tersebut. Dia terus melangkah hingga berada di sisi kanan Agni yang sedang merangkak mencari tongkatnya.Pria itu jongkok di samping Agni yang terlihat ketakutan dan gemetaran. "Apa aku menakutimu, nona?" Tangannya terulur memegang tangan kanan Agni, akan tetapi karena terkejut wanita itu menarik tangannya. Si pria tersenyum dengan mengeluarkan sedikit suara. "Nona, kau sungguh terlihat takut? Aku bukan orang jahat dan aku hanya ingin menyerahkan tongkat ini padamu." Tangan itu kembali terulur dan memegang kan tongkat itu pada tangan kanan Agni.Agni sedikit terlonjak karena sentuhan itu. "Te-terima kasih," ucap Agni lirih."Tidak masalah. Hmm ... dan apa ini juga anjingmu? Dia begitu sangat lucu dan penurut,""A-apa———anjing? Penurut?" Agni seperti merasa ada yang aneh. Agni buru-buru menggenggam erat tongkat yang dia pegang dan segera berdiri dengan tatapan kosong ke depan.Pria tersebu

    Dernière mise à jour : 2025-03-19

Latest chapter

  • Dimanja Sang Penguasa   37. Penyesalan Yosua

    Sementara pihak polisi termasuk Reynar dan Cakra sedang mengevakuasi jasad Bhanu, sedangkan Yosua yang membawa Agni ke rumah sakit.Agni masih di bawah pengaruh obat tidur, dia baru bangun setelah 2 jam kejadian mengerikan tadi berlangsung. Matanya terbuka perlahan, Dia terlihat bingung mendengar suara perawat yang lalu lalang di sekitar sana."Agni, kau sudah bangun?" Yosua tersenyum saat melihat wanitanya sadar. Pria itu langsung menggenggam erat tangan Agni, akan tetapi dilepas begitu saja."Kau membawaku ke sini?""Iya,"Agni pun membuka selimut yang membalut tubuhnya, akan tetapi dia baru sadar jika ada selang infus di tangannya."Agni, aku akan menyerahkan diri kepada polisi atas kejadian di masa silam," ujar Yosua lirih. Obrolan pembukaan itu membuat Agni terdiam seketika dengan pandangan mata yang kosong. "Aku sudah sadar itu sudah lama, akan tetapi aku memilih diam karena takut kehilanganmu. Aku benar-benar seorang pecundang," lanjutnya sambil menunduk menunjukkan rasa penyes

  • Dimanja Sang Penguasa   36. Bhanu Telah Tewas

    Agni ternyata diculik oleh Anya untuk dibawa pada Bhanu. Dua orang itu memang punya dendam tersendiri pada Agni, padahal dia adalah wanita tunanetra. Rupanya Bhanu dendam karena Agni pernah melukai matanya. Sedangkan Anya dendam karena faktor cemburu. Sungguh ironis."Rupanya rasa cintamu pada si bodoh itu membuatmu menjadi seorang psikopat," cicit Bhanu."Aku yakin, kau bahkan lebih sadis dariku," bantah Anya sambil tersenyum.Sebelum mengeksekusi Agni, keduanya pun sempat melakukan hubungan badan singkat selama 15 menit di ruangan tempat Agni di sekap. Keduanya pun terlihat menikmatinya hubungan intim itu, sebelum berpesta untuk menyiksa lalu membunuh korbannya. Sementara sepanjang berhubungan intim, Bhanu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Agni yang terlihat sangat cantik di bawah cahaya lampu. Hal itu sungguh membuat Anya terlihat kesal dan jengkel.Rupanya meskipun dendam, Bhanu masih memiliki hasrat untuk memiliki wanit

  • Dimanja Sang Penguasa   35. Mereka Bekerja Sama

    Di rumah, Reynar telah menyiapkan makan malam khusus berdua dengan Agni. Sementara sang Ibu sepertinya masih marah lantaran pertengkarannya kemarin hingga memutuskan tetap dalam kamar seharian. Mereka pun bertegur sapa di saat hal penting, tapi tetap saja Reynar yang merasa bersalah.Sudah ada hiasan bunga, hidangan untuk makan malam, dan beberapa lilin sebagai penyambut jika Agni pulang. Namun, di jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam masih belum juga ada tanda-tanda Agni pulang ke rumah. "Ke mana Agni pergi? Sudah malam begini kenapa belum pulang juga?" gumam Reynar. Dia pun menunggu sambil menarik ulur layar ponselnya hingga dia mendapatkan notifikasi Breaking News berita kebakaran di atas gedung. Awalnya Reynar biasa saja, akan tetapi setelah melihat satu gambar jepretan dari CCTV pun dia langsung terperanjat dari duduknya."Itu seperti———"Dia pun segera mengambil jaket kulitnya lalu mengambil kunci motor dan juga helm.Dari rumah dia tanc

  • Dimanja Sang Penguasa   34. Jebakan dan Penculikan

    Segala upaya telah dilakukan oleh Reynar untuk mencegah pertemuan diantara keduanya, tapi apa daya jika ada campur tangan dari Cakra. Cakra Prawira-lah yang bertindak saat itu.Lewat tulisan tangan dari Cakra, orang yang telah mengirimkan surat kepada Yosua. Akhirnya jadwal pertemuan itu dilaksanakan. Sementara itu, Cakra juga sedang baik telah membuat Reynar sangat sibuk di kantor kepolisian akhir-akhir ini dengan kasus baru.Agni kini telah mengandung hampir 4 bulan. Dia kini dia telah dapat merasakan janin di dalam perutnya menendang-nendang dan bergerak di dalam sana. Perutnya pun telah mulai membuncit, sudah bisa ditebak bahwa dia adalah wanita yang tengah berbadan dua. Walaupun tidak terlalu besar, tapi itu sudah terlihat sangat jelas.Pertemuan itu pun akhirnya tiba.Mereka bertemu di atas gedung di mana Agni dituntun oleh seorang wanita dan dia pun duduk di kursi yang telah disediakan. Pandangannya kosong, dia hanya diam merasaka

  • Dimanja Sang Penguasa   33. Rencana Pertemuan

    Agni mengangguk dengan air mata  terus mengalir membasahi pipinya. Dia pun mulai berjalan pelan untuk meninggalkan tempat itu, tapi niatnya tertahan tatkala dia merasakan tangan seseorang menghadang langkahnya."Tetap di sini! Kau tidak boleh pergi kemana-mana," kata Reynar dengan suara lirih.Reynar yang secara tiba-tiba muncul membuat bingung dan terbengong. Pria itu pun menuntun Agni pergi ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih menangis tersedu-sedu di tempat tadi.Di dalam kamar, Reynar langsung meminta Agni untuk duduk dan menenangkan dirinya yang ketakutan. "Agni, Tolong jangan dengarkan Ibuku. Dia hanya sembarangan bicara," ujar Reynar lirih di telinganya."Tidak. Aku cukup paham jika dia memang tidak menyukai kehadiranku," jawab Agni dengan nada bergetar."Bukan begitu permasalahannya, aku akan menasihatinya untuk menjaga sikapnya. Tolong jangan masukkan ke hati apapun yang tadi beliau bicarakan," lanjutnya sambil menepuk pun

  • Dimanja Sang Penguasa   32. Kecewa Berat

    Reynar dan Cakra saling pandang, tapi pandangan dari kedua pria itu berbeda makna. Yang satu mengisyaratkan makna menawarkan kerjasama. Sedangkan pria yang satunya mengisyaratkan makna bahwa dia punya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada lawan bicaranya."Aku masih belum mengerti dengan semua fakta ini, kau bisa tahu segalanya tentang Agni?""Sistem IT dari tahun ke tahun sudah semakin berkembang, Tuan Reynar. Aku memantau Agni dengan sangat baik,"Reynar masih tetap tidak bisa percaya akan hal itu. Lantas dia segera pergi membawa Leo bersama dengannya. Meski begitu, setidaknya Cakra telah memiliki partner baru untuk membongkar mafia besar yang selama ini berkeliaran dengan bebas.Tidak butuh waktu lama, Reynar telah tiba di rumah. Dia langsung disambut oleh Nyonya Leikha yang sedang membantu Agni memakaikan gaun cantik di tubuh wanita tunanetra itu."Putraku sudah pulang?" sambut Nyonya Leikha. Sementara tatapan Reynar masih te

  • Dimanja Sang Penguasa   31. Agen Rahasia

    Esok paginya, Agni bangun pagi sekali. Karena dia masih belum hapal sela di rumah itu, beberapa kali Agni sering tersandung dan jatuh."Kau tidak apa-apa kan, Nak?" tanya Nyonya Leikha dengan sikapnya yang ramah dan hangat, Agni langsung dibawa duduk di ruang tamu olehnya."Duduklah di sini, aku akan siapkan sarapan untukmu,""Biar aku bantu,""Tidak perlu, kau duduk saja di sini. Sebentar lagi juga beres dan Reynar pun juga akan segera bangun," lanjut Nyonya Leikha sambil tersenyum.Rasanya tidak nyaman hanya duduk berdiam diri dan pemilik rumah sibuk pagi itu. Namun, apa daya Agni hanya seorang wanita tunanetra yang tidak bisa berbuat banyak. 15 menit setelahnya itu terlihat Reynar sudah bangun. Dia berjalan terguyung-huyung dari kamarnya menuju ruang makan."Bu, mana makananku? " tanya Reynar dengan nada yang terdengar manja. Hal itu membuat Agni tersenyum gemas karena selama ini Reynar Prasada yang dia kenal adalah

  • Dimanja Sang Penguasa   30. Konflik Batin

    Akibat tertangkapnya anak buah Bhanu, kini tim kepolisian dan mata-mata semakin menyebar. Namun, di sisi lain ada rasa rindu dalam hati Yosua yang semakin tidak tertahankan untuk segera menemui wanitanya."Jangan---jangan pergi!" tolak Anya yang mencegah kepergian tuannya."Minggir! Aku sudah dua hari di Indonesia dan aku tidak bisa menahan lagi untuk menemui Agni.""Tapi, keadaan di luar sana sangat berbahaya. Polisi pasti sedang siaga terlebih lagi posisi Bhanu sedang menjadi buronan sekarang," lanjut Anya sambil membentangkan kedua tangannya di depan pintu."Kau lupa, aku ini Yosua, bukan Bhanu! Apakah kau meragukan kemampuanku untuk menghindar?" tanya Yosua dengan nada sinis. Dia pun menarik tangan Anya dan menyingkirkan wanita itu dengan mudah.Seperti yang diharapkan Yosua, dia pun pergi dari tempat persembunyiannya dengan mobil mewah yang dikendarai anak buahnya.Sesampainya di rumah sakit, Yosua yang mendapatkan informasi

  • Dimanja Sang Penguasa   29. Perasaan Hati Reynar

    "Aaaaarrggh!" teriak Bhanu. Mengeluh dan mengerang kesakitan. Darah segar mengalir membasahi tubuh Agni. Bhanu yang masih tetap tegar bertarung di titik darah penghabisan itu pun merampas gunting dari tangan Agni. Pria itu menancapkan gunting tersebut ke arah kepala, beruntung Agni berhasil menghindar dan gunting yang dipegangnya kembali menancap ke kasur.Pergulatan itu semakin sengit, Bhanu kembali menarik gunting itu dan hendak melakukan penusukan kembali. Namun, nahasnya di waktu bersamaan timah panas melayang mengenai tangan Bhanu di mana saat itu dia memegang gunting. Melihat ada penyerangan pria itu segera berlari keluar dari kegelapan meninggalkan Agni dalam ketidakberdayaan.Agni terdiam. Napasnya tidak beraturan, seketika dia melihat bayang-bayang wajah Ayah, Ibu, dan kakaknya Arsan dalam benaknya. Dia bersyukur saat itu lepas dari maut, meski dia tetap menjadi wanita lemah karena keadaan.Pria tidak dikenal itu pun kembali menyembunyik

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status