Home / Lainnya / Dimanja Sang Penguasa / 6. Alergi pada Wanita?

Share

6. Alergi pada Wanita?

Author: Cheezyweeze
last update Huling Na-update: 2025-03-06 19:33:17

Malam semakin larut. Kemudian Agni diantar Yosua pulang, "Aku pamit pulang."

"Baiklah, hati-hati di jalan," sahut Agni tersenyum sambil melambaikan tangannya entah ke arah mana Agni melambaikannya, tapi Yosua sangat memaklumi. Pria itu berjalan pergi meninggalkan rumah Agni, tapi dari kejauhan Yosua kembali menoleh dan menatap Agni yang masih berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan kosongnya. Yosua mengamati Agni dengan seksama sebelum akhirnya wanita itu memperlihatkan kesedihannya dengan air mata yang jatuh di pipinya. Hal itu membuat Yosua terkejut dan tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Bertepatan dengan itu, ada seorang pemuda yang lewat di sekitar sana dan terlihat terkejut saat melihat kehadiran Yosua di rumah susun tersebut.

"Yo-Yosua Ak-sara ...." Suara itu terdengar gugup dan takut.

Merasa terganggu dengan pemuda tadi, Yosua segera menarik leher pemuda tersebut dan mematahkan lehernya. Yosua melakukan hal itu tanpa basa-basi.

KREEEKK!

"Aaargh!"

"Siapa itu? Ada apa?" Agni terlihat panik dan mencoba mencari keberadaan suara pria di sekitarnya. Yosua dengan santainya membuang tubuh pemuda itu dari lantai dua dengan bebas. Membunuh orang dengan sadisnya dan sangat santai. Hal itu sudah biasa dia lakukan kapanpun jika dia mau. Tindakan yang paling kejam untuk seorang Yosua.

Keesokan harinya, polisi telah berdatangan di TKP untuk mengevakuasi korban pembunuhan di rusun tempat tinggal Agni dan nyatanya wanita itu sama sekali tidak mendengar kejadian yang terjadi di sana. Agni tidak tahu jika ada pembunuhan di rusun tersebut. Pagi itu, dia bangun tidur, lalu mandi dan menyisir rambutnya dengan pelan. Awalnya dia agak terganggu dengan suara berisik dari bawah, tapi dia tidak menghiraukannya.

***

Hari-hari dilewati Yosua sama halnya seperti hari biasanya, tapi ada yang sedikit lain yang dirasakan oleh pria tampan itu. Dia selalu teringat dengan Agni. Entah kenapa bayangan wanita buta itu selalu terngiang-ngiang di dalam pikirannya.

"Apakah aku sudah sembuh?" pikirnya. Memang ada yang beda, tapi Yosua baru sadar akhir-akhir itu setelah beberapa kali bertemu dengan wanita itu, "Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," lanjutnya dengan tersenyum smirk.

Malam harinya Yosua mampir ke salah satu bar ternama di kota. Ya, dia tampaknya sedang ingin bersenang-senang. Dia menatap gelas anggur merah yang berada di depannya. Gemerlap lampu diskotik menambah gairah suasana malam itu.

Di dalam diskotik, Yosua tetap dalam pengamanan para pengawalnya yang menyebar di mana-mana. Sudah gelas yang kesekian kali Yosua tenggak dan dia sudah kembali bersiap untuk memanggil pelayan.

"Tuan, sudah cukup. Anda bisa mabuk berat jika terlalu banyak minum."

Yosua menoleh menatapnya, kedua pipi pria itu mulai memerah. "Apa katamu, mabuk berat? Hahaha ... tidak ada dalam kamus Yosua Aksara mabuk berat. Pelayan!" teriak Yosua.

Seorang pelayan laki-laki berlari menghampirinya. Yosua dengan mata terpejam dengan sedikit senyum membuka matanya dan menatap pelayan itu. Pria itu menarik kerah bajunya dan berbisik. "Beri aku sebotol anggur merah!"

"Baik, tuan." Pelayan itu bergegas pergi dari sana. Namun, langkahnya dicegah oleh pengawal Yosua. Pelayan laki-laki yang masih sangat muda. Mendapatkan dirinya dicegat oleh dua orang pengawal dengan tubuh kekar, tubuhnya gemetaran. Justru dia berpikir apakah kesalahan yang baru dia lakukan.

"Berikan dia Sparkling Rose saja. Dia sudah terlalu mabuk. Ini uang untukmu," kata pria dengan setelan jas hitam. Rasa lega membuatnya tenang, dia hanya menganggukkan kepalanya.

Namun ternyata stok Sparkling Rose habis. Pelayan itu kembali berlari menghampiri pengawal Yosua. Hal itu membuat Yosua terus menerus berteriak meminta minumannya.

"Tuan, maaf. Sparkling Rose habis," ujarnya melaporkan.

Pengawal itu menatap Yosua dan sedikit berpikir. "Wild Idol?" sambungnya.

Pelayan itu mengangguk dan kembali berlari ke tavern. Selang dua menit dia kembali membawa sebotol Wild Idol. Dia menuangkan Wild Idol ke dalam gelas Yosua. Pria itu kembali menarik kerah baju pelayan laki-laki tersebut.

"Kenapa kau begitu sangat lama? Tenggorokan ku sudah sangat kering. Ini untukmu----" Yosua memberikan tips pada pelayan itu dan menyuruhnya pergi untuk kembali bekerja.

Dalam keadaan setengah mabuk, Yosua tetap dalam pantauan para pengawalnya. Tempat itu termasuk aman karena bar tersebut sering menjadi tongkrongan para mafia untuk sekedar minum-minum atau bermain dengan j*l*ng bayaran.

"Kenapa minuman ini rasanya tidak sama dengan minuman yang sebelumnya?" cicit Yosua.

Namun, Yosua sama sekali tidak menghiraukannya. Dia menenggak langsung habis minuman yang ada di tangannya dan dia menyandarkan kepalanya pada dinding. Beberapa pengawal mendekatinya dan menawarkan pada bosnya itu untuk pulang ke markas, akan tetapi Yosua masih ingin bersenang-senang di bar itu. Dia merasa lelah karena seharian dia harus main petak umpet dengan polisi sehingga dia merasa jika malam hari adalah waktu untuk bersantai dan bersenang-senang.

"Tuan, apa perlu aku membooking wanita yang paling cantik di bar ini?" tawarnya.

Yosua menegakkan kepalanya, membuka matanya, dan menatap pengawalnya. "Apa kau punya ide yang lebih brilian? Adakah wanita itu di sini?"

Pengawal itu diam sejenak seperti sedang berpikir. Memang semua wanita di bar itu tidak ada yang menarik. Semua sudah pernah dirasakan. Lantas pengawal itu menjauh dari Yosua dan Yosua kembali menyandarkan kepalanya karena merasa kepalanya berdenyut begitu cepat.

Selang beberapa menit seorang wanita melangkah mendekati meja Yosua. Namun, para pengawalnya menghadang.

"Aku hanya ingin mengajak bos kalian bersenang-senang. Apakah tidak boleh?" Tangannya meraba dada salah satu pengawal Yosua. Namun, tangan itu langsung ditepis oleh pria kekar tersebut.

"Aku belum pernah melihatmu di sini," katanya.

Seorang wanita mendekati mereka dengan tersenyum genit untuk mencairkan suasana. Dia berjalan memutar sembari tangannya meraba tubuh sang pengawal. "Clara ini adalah anak baru di bar ini. Dia masih ting-ting."

Kedua pengawal itu saling pandang dan kembali menatap gadis yang berdiri di depannya. Tiba-tiba badan kedua pengawal itu bergeser ke arah samping kanan dan kiri karena dorongan kedua tangan Yosua.

Yosua tersenyum smirk menatap Clara, lalu beralih menatap sang mami. "Kau yakin dia anak baru?" Melangkah gontai mendekati Clara. Mendekatkan wajahnya pada leher gadis tersebut dan menghirup bau tubuh gadis itu. Tiba-tiba Yosua segera menarik kepalanya menjauh dari gadis itu. Ada yang salah dengan tubuhnya dan para pengawalnya segera menarik tubuh tuannya. Merasa tubuhnya sangat berat, Yosua meminta para pengawalnya untuk melepaskan tangan mereka.

"Hahaha ... Tuan Yosua, anda tidak perlu meragukan dia. Aku jamin Clara bisa memuaskan anda malam ini," ucapnya yakin.

Sepertinya kesadaran Yosua sudah mulai pulih, dia membalikkan badannya dan menatap sang mami, "Apa jaminannya jika dia masih perawan?"

"Aku bisa membuktikannya jika aku masih perawan. Apa perlu aku tidur bersamamu malam ini, Tuan Yosua?" sela Clara menantang bos mafia itu.

Yosua mengalihkan atensinya dan tertuju pada Clara. Dia melangkah mendekati Clara sehingga gadis itu melangkah mundur beberapa langkah ke belakang.

"Kenapa? Kau takut padaku?" tanya Yosua. Clara menggelengkan kepalanya. "Kau yakin?" lanjutnya melangkah selangkah mendekat. Yosua menatap kedua mata Clara dengan intens. "Akan ku bayar mahal jika kau masih perawan."

"Sepertinya tuan-lah yang takut padaku." Clara menatap Yosua dengan tersenyum dan wanita muda itu terlihat seperti tertarik dengan pada tantangan Yosua.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Dimanja Sang Penguasa   7. Pesona Yosua Aksara

    Yosua menatap tajam pada Clara. Pria itu paham apa yang dimaksud dengan gadis yang sedang berdiri di depannya. Namun, hal itu sepertinya membuat Yosua tidak berkutik. Kenapa?Sang mafia itu memang tidak begitu suka dekat dengan wanita. Dia selalu menjaga jarak dengan wanita, tapi hal itu tidak berlaku pada Agni."Ah, sial!" umpat Yosua pelan. Justru Yosua terjebak dengan kata-katanya sendiri. "Kenapa juga harus mabuk sih!" Menyalahkan diri sendiri."Bagaimana?" tanya Clara penasaran karena dari tadi tidak ada jawaban dari Yosua. "Apa ucapan anda yang tadi masih berlaku?" lanjutnya memancing Yosua."Aahh!" Yosua memegang kepalanya dan memberi isyarat. Bukan karena akting atau apa, tapi memang dia sering merasakan sakit kepala setelah banyak minum alkohol.Beberapa pengawal mendekati sang tuan untuk menenangkannya. Setelah beberapa menit barulah beberapa anak buahnya menyuruh Clara untuk berdiri agak menjauh dari tempat Yosua.Sejujurnya Clara juga tidak ingin dipermainkan dan malam itu

    Huling Na-update : 2025-03-07
  • Dimanja Sang Penguasa   8. German Shepherds

    Agni pun menanyakan soal kedatangan Reynar yang terlalu pagi. Tidak biasanya polisi muda itu datang ke rumah di jam 6 pagi. Paling pagi sekitar jam 7-an. Hal itu mengundang rasa heran pada diri Agni. "Hmm ... sebenarnya tidak ada kabar apapun. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu," "Sesuatu? Apa soal donor mata?" tebak Agni. "Soal donor mata." Reynar menatap Agni yang pandangannya kosong menerawang ke depan. "Belum ada yang cocok dengan matamu. Mungkin akan butuh waktu lama untuk mencari yang cocok, tapi jika sudah menemukan yang cocok, dokter akan segera mengabariku," lanjut Reynar menjelaskan. Agni menarik napas panjang dan tangannya mencoba meraih cangkir yang ada di atas nakas. Melihat hal itu, Reynar bergerak untuk membantu mengambil cangkir dan menyerahkan pada Agni. Reynar menegangkan cangkir itu ke tangan Agni, "Terima kasih, Rey. Maaf, aku terus merepotkan mu." Agni menenggak teh hangat itu pelan-pelan karena masih sedikit panas. "Bagaimana?" tanya Reynar.

    Huling Na-update : 2025-03-09
  • Dimanja Sang Penguasa   9. Menjadi Sandera

    Kehadiran Leo dalam hidup Agni amat sangat membantu dalam kesehariannya. Anjing yang akrab disapa Leo itu tampak sangat nyaman dengan majikan barunya yaitu Agni. Walaupun Agni tidak tahu siapa yang sengaja meninggalkannya di depan rumahnya, akan tetapi menurut Agni, dia tidak meninggalkan anjing tersebut dengan sengaja. Buktinya anjing itu memakai kalung yang ada huruf Braille-nya. Pastilah orang yang meninggalkan anjing tersebut mengetahui jika yang tinggal di rumah itu seorang tuna netra. Bahkan dia juga meninggalkan segala perlengkapan untuk sang anjing, termasuk persediaan makanan dan vitamin. "Apakah Reynar yang meninggalkan anjing ini———ah, tidak-tidak. Tadi pagi dia tidak mengatakan apapun tentang anjing. Dia hanya membahas masalah donor mata atau mungkin Aksa? Aku rasa itu juga tidak mungkin, karena aku dan dia belum begitu kenal." Agni terdiam sesaat. "Ah, tidak mungkin keduanya. Hmm ... mungkin lebih baik aku akan menanyakan secara langsung jika bertemu dengan mereka ber

    Huling Na-update : 2025-03-15
  • Dimanja Sang Penguasa   10. Mencuri Satu Ciuman

    Agni merasakan napasnya yang tak beraturan. Dadanya begitu sangat sesak. Wanita itu terlihat sangat kelelahan karena terus dipaksa lari dalam keadaan mata yang tidak bisa melihat. Tentunya hal itu tidak mudah bagi Agni. Yosua yang melihat Agni mulai kelelahan, lalu membawa wanita muda itu masuk ke ruang gelap di sela-sela yang sempit untuk bersembunyi. Agni sedikit memberontak dan hal itu membuat Yosua tidak bisa fokus. "Aku mohon, lepaskan aku!" Berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman tangannya. "Sssttt ...." Yosua membungkam bibir Agni agar tidak bersuara. "Cari di sebelah sana!" pinta Reynar yang begitu yakin jika Yosua bersembunyi di tempat itu. Agni yang mendengarkan suara Reynar seketika berusaha untuk berteriak. "Tolo——," pekik Agni yang bibirnya masih terbungkam. Hal itu langsung membuat Yosua panik. Seketika pria tampan itu membungkam bibir Agni dengan cara yang lebih ekstetik.

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Dimanja Sang Penguasa   11. Menjinakkan Leo

    "Si-siapa!?" teriak Agni dengan nada bergetar."Aku———Reynar!" Agni merasa lega saat mengetahui siapa yang ada di balik pintu tersebut. Perlahan Agni bangkit dari duduknya dan melangkah pelan menuju pintu."Kau tidak apa-apa, kan?" tanyanya sambil memegang kedua bahu Agni dengan kedua tangannya saat pintu itu terbuka. Reynar begitu mengkhawatirkan Agni karena ketika kejadian itu, dia menjadi sandera si mafia licik agar bisa melarikan diri."Aku tidak apa-apa, Rey," kata Agni."Ah, syukurlah." Reynar menundukkan kepalanya sambil posisi kedua tangannya masih memegang bahu Agni."Rey, kau sudah makan?" tanya Agni mencairkan suasana yang terkesan tegang. Reynar mengangkat kepalanya dan menggeleng walaupun dia tahu jika Agni tidak bisa melihat gelengan kepalanya. "Rey ...," panggilnya."Aku belum makan, tapi aku bawakan martabak untukmu. Bagaimana jika kita makan bersama?" ajak Reynar yang memang sudah kelaparan.Ag

    Huling Na-update : 2025-03-17
  • Dimanja Sang Penguasa   12. Siapa Dia?

    Tap ... Tap ... Tap ...."B-berhenti!" teriak Agni.Teriakan dari Agni tidak dihiraukan oleh pria tersebut. Dia terus melangkah hingga berada di sisi kanan Agni yang sedang merangkak mencari tongkatnya.Pria itu jongkok di samping Agni yang terlihat ketakutan dan gemetaran. "Apa aku menakutimu, nona?" Tangannya terulur memegang tangan kanan Agni, akan tetapi karena terkejut wanita itu menarik tangannya. Si pria tersenyum dengan mengeluarkan sedikit suara. "Nona, kau sungguh terlihat takut? Aku bukan orang jahat dan aku hanya ingin menyerahkan tongkat ini padamu." Tangan itu kembali terulur dan memegang kan tongkat itu pada tangan kanan Agni.Agni sedikit terlonjak karena sentuhan itu. "Te-terima kasih," ucap Agni lirih."Tidak masalah. Hmm ... dan apa ini juga anjingmu? Dia begitu sangat lucu dan penurut,""A-apa———anjing? Penurut?" Agni seperti merasa ada yang aneh. Agni buru-buru menggenggam erat tongkat yang dia pegang dan segera berdiri dengan tatapan kosong ke depan.Pria tersebu

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Dimanja Sang Penguasa   13. Bunga Krisan

    Masih menjadi teka-teki bagi Agni, siapa pria itu sebenarnya?Kenapa dia bisa tahu tentang Leo?Ataukah dia salah satu teman dari Aksa?Bahkan dia seperti selalu berada di sekitar Agni sejak terakhir dia bertemu dengan Aksa dan saat itulah Agni belum pernah lagi bertemu Aksa.Yang membuat heran dia begitu mudahnya kenal dengan Leo dan cepat akrab juga.Hal yang membuat Agni semakin penasaran pada pria tersebut. Bahkan hari itu dia membeli bunga 3 tangkai. Mungkin dia akan mengunjungi makan saudaranya yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat Agni jualan.Setidaknya Agni berharap jika pria itu bukan pria jahat. Jika memang pria itu berniat jahat pada dirinya tentunya dia tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada.Setelah dibeli oleh pris tadi bunganya tersisa tiga tangkai. Wanita itu memutuskan untuk tidak menjualnya lagi karena dia sudah ada rencana mengunjungi sebuah tempat dengan membawa tiga tangkai bunga itu."Leo, sepertinya hari ini cukup sampai di sini. Mari, kita pergi dari

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Dimanja Sang Penguasa   14. Kegelapan yang Menyiksa

    Hari terus berlalu dan Agni mulai diliputi rasa rindu yang membelenggu sejak beberapa hari setelah kejadian malam itu, dia tak kunjung bertemu dengan Yosua. Dan hari itu senyum Agni kembali lebar. Dia lebih bahagia dari hari-hari biasanya. "Selamat pagi anak-anak," "Selamat pagi juga, Kak Agni," balas mereka. "Hari ini Kak Agni ingin memberi nasihat hidup yang mungkin akan berguna untuk kalian kedepannya." Semua anak didik Agni yang merupakan anak jalanan duduk dengan tertib untuk mendengarkan curahan hati Agni. Semua menyimak dengan cukup antusias dan tidak sabar untuk mendengarkan nasihat-nasihat yang akan diberikan Agni untuk mereka semua. "Meski kalian kini hidup dengan masa depan yang tidak jelas, tapi percayalah——kadang Tuhan memang sengaja memberi cobaan yang sulit guna menguji umatnya. Kalian tidak boleh marah dengan takdir yang sekarang ini tengah kalian jalani atau marah dengan keadaan. Sebab seperti apapun penderitaan kalian atau apapun yang kalian rasakan saat

    Huling Na-update : 2025-03-22

Pinakabagong kabanata

  • Dimanja Sang Penguasa   37. Penyesalan Yosua

    Sementara pihak polisi termasuk Reynar dan Cakra sedang mengevakuasi jasad Bhanu, sedangkan Yosua yang membawa Agni ke rumah sakit.Agni masih di bawah pengaruh obat tidur, dia baru bangun setelah 2 jam kejadian mengerikan tadi berlangsung. Matanya terbuka perlahan, Dia terlihat bingung mendengar suara perawat yang lalu lalang di sekitar sana."Agni, kau sudah bangun?" Yosua tersenyum saat melihat wanitanya sadar. Pria itu langsung menggenggam erat tangan Agni, akan tetapi dilepas begitu saja."Kau membawaku ke sini?""Iya,"Agni pun membuka selimut yang membalut tubuhnya, akan tetapi dia baru sadar jika ada selang infus di tangannya."Agni, aku akan menyerahkan diri kepada polisi atas kejadian di masa silam," ujar Yosua lirih. Obrolan pembukaan itu membuat Agni terdiam seketika dengan pandangan mata yang kosong. "Aku sudah sadar itu sudah lama, akan tetapi aku memilih diam karena takut kehilanganmu. Aku benar-benar seorang pecundang," lanjutnya sambil menunduk menunjukkan rasa penyes

  • Dimanja Sang Penguasa   36. Bhanu Telah Tewas

    Agni ternyata diculik oleh Anya untuk dibawa pada Bhanu. Dua orang itu memang punya dendam tersendiri pada Agni, padahal dia adalah wanita tunanetra. Rupanya Bhanu dendam karena Agni pernah melukai matanya. Sedangkan Anya dendam karena faktor cemburu. Sungguh ironis."Rupanya rasa cintamu pada si bodoh itu membuatmu menjadi seorang psikopat," cicit Bhanu."Aku yakin, kau bahkan lebih sadis dariku," bantah Anya sambil tersenyum.Sebelum mengeksekusi Agni, keduanya pun sempat melakukan hubungan badan singkat selama 15 menit di ruangan tempat Agni di sekap. Keduanya pun terlihat menikmatinya hubungan intim itu, sebelum berpesta untuk menyiksa lalu membunuh korbannya. Sementara sepanjang berhubungan intim, Bhanu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Agni yang terlihat sangat cantik di bawah cahaya lampu. Hal itu sungguh membuat Anya terlihat kesal dan jengkel.Rupanya meskipun dendam, Bhanu masih memiliki hasrat untuk memiliki wanit

  • Dimanja Sang Penguasa   35. Mereka Bekerja Sama

    Di rumah, Reynar telah menyiapkan makan malam khusus berdua dengan Agni. Sementara sang Ibu sepertinya masih marah lantaran pertengkarannya kemarin hingga memutuskan tetap dalam kamar seharian. Mereka pun bertegur sapa di saat hal penting, tapi tetap saja Reynar yang merasa bersalah.Sudah ada hiasan bunga, hidangan untuk makan malam, dan beberapa lilin sebagai penyambut jika Agni pulang. Namun, di jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam masih belum juga ada tanda-tanda Agni pulang ke rumah. "Ke mana Agni pergi? Sudah malam begini kenapa belum pulang juga?" gumam Reynar. Dia pun menunggu sambil menarik ulur layar ponselnya hingga dia mendapatkan notifikasi Breaking News berita kebakaran di atas gedung. Awalnya Reynar biasa saja, akan tetapi setelah melihat satu gambar jepretan dari CCTV pun dia langsung terperanjat dari duduknya."Itu seperti———"Dia pun segera mengambil jaket kulitnya lalu mengambil kunci motor dan juga helm.Dari rumah dia tanc

  • Dimanja Sang Penguasa   34. Jebakan dan Penculikan

    Segala upaya telah dilakukan oleh Reynar untuk mencegah pertemuan diantara keduanya, tapi apa daya jika ada campur tangan dari Cakra. Cakra Prawira-lah yang bertindak saat itu.Lewat tulisan tangan dari Cakra, orang yang telah mengirimkan surat kepada Yosua. Akhirnya jadwal pertemuan itu dilaksanakan. Sementara itu, Cakra juga sedang baik telah membuat Reynar sangat sibuk di kantor kepolisian akhir-akhir ini dengan kasus baru.Agni kini telah mengandung hampir 4 bulan. Dia kini dia telah dapat merasakan janin di dalam perutnya menendang-nendang dan bergerak di dalam sana. Perutnya pun telah mulai membuncit, sudah bisa ditebak bahwa dia adalah wanita yang tengah berbadan dua. Walaupun tidak terlalu besar, tapi itu sudah terlihat sangat jelas.Pertemuan itu pun akhirnya tiba.Mereka bertemu di atas gedung di mana Agni dituntun oleh seorang wanita dan dia pun duduk di kursi yang telah disediakan. Pandangannya kosong, dia hanya diam merasaka

  • Dimanja Sang Penguasa   33. Rencana Pertemuan

    Agni mengangguk dengan air mata  terus mengalir membasahi pipinya. Dia pun mulai berjalan pelan untuk meninggalkan tempat itu, tapi niatnya tertahan tatkala dia merasakan tangan seseorang menghadang langkahnya."Tetap di sini! Kau tidak boleh pergi kemana-mana," kata Reynar dengan suara lirih.Reynar yang secara tiba-tiba muncul membuat bingung dan terbengong. Pria itu pun menuntun Agni pergi ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih menangis tersedu-sedu di tempat tadi.Di dalam kamar, Reynar langsung meminta Agni untuk duduk dan menenangkan dirinya yang ketakutan. "Agni, Tolong jangan dengarkan Ibuku. Dia hanya sembarangan bicara," ujar Reynar lirih di telinganya."Tidak. Aku cukup paham jika dia memang tidak menyukai kehadiranku," jawab Agni dengan nada bergetar."Bukan begitu permasalahannya, aku akan menasihatinya untuk menjaga sikapnya. Tolong jangan masukkan ke hati apapun yang tadi beliau bicarakan," lanjutnya sambil menepuk pun

  • Dimanja Sang Penguasa   32. Kecewa Berat

    Reynar dan Cakra saling pandang, tapi pandangan dari kedua pria itu berbeda makna. Yang satu mengisyaratkan makna menawarkan kerjasama. Sedangkan pria yang satunya mengisyaratkan makna bahwa dia punya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada lawan bicaranya."Aku masih belum mengerti dengan semua fakta ini, kau bisa tahu segalanya tentang Agni?""Sistem IT dari tahun ke tahun sudah semakin berkembang, Tuan Reynar. Aku memantau Agni dengan sangat baik,"Reynar masih tetap tidak bisa percaya akan hal itu. Lantas dia segera pergi membawa Leo bersama dengannya. Meski begitu, setidaknya Cakra telah memiliki partner baru untuk membongkar mafia besar yang selama ini berkeliaran dengan bebas.Tidak butuh waktu lama, Reynar telah tiba di rumah. Dia langsung disambut oleh Nyonya Leikha yang sedang membantu Agni memakaikan gaun cantik di tubuh wanita tunanetra itu."Putraku sudah pulang?" sambut Nyonya Leikha. Sementara tatapan Reynar masih te

  • Dimanja Sang Penguasa   31. Agen Rahasia

    Esok paginya, Agni bangun pagi sekali. Karena dia masih belum hapal sela di rumah itu, beberapa kali Agni sering tersandung dan jatuh."Kau tidak apa-apa kan, Nak?" tanya Nyonya Leikha dengan sikapnya yang ramah dan hangat, Agni langsung dibawa duduk di ruang tamu olehnya."Duduklah di sini, aku akan siapkan sarapan untukmu,""Biar aku bantu,""Tidak perlu, kau duduk saja di sini. Sebentar lagi juga beres dan Reynar pun juga akan segera bangun," lanjut Nyonya Leikha sambil tersenyum.Rasanya tidak nyaman hanya duduk berdiam diri dan pemilik rumah sibuk pagi itu. Namun, apa daya Agni hanya seorang wanita tunanetra yang tidak bisa berbuat banyak. 15 menit setelahnya itu terlihat Reynar sudah bangun. Dia berjalan terguyung-huyung dari kamarnya menuju ruang makan."Bu, mana makananku? " tanya Reynar dengan nada yang terdengar manja. Hal itu membuat Agni tersenyum gemas karena selama ini Reynar Prasada yang dia kenal adalah

  • Dimanja Sang Penguasa   30. Konflik Batin

    Akibat tertangkapnya anak buah Bhanu, kini tim kepolisian dan mata-mata semakin menyebar. Namun, di sisi lain ada rasa rindu dalam hati Yosua yang semakin tidak tertahankan untuk segera menemui wanitanya."Jangan---jangan pergi!" tolak Anya yang mencegah kepergian tuannya."Minggir! Aku sudah dua hari di Indonesia dan aku tidak bisa menahan lagi untuk menemui Agni.""Tapi, keadaan di luar sana sangat berbahaya. Polisi pasti sedang siaga terlebih lagi posisi Bhanu sedang menjadi buronan sekarang," lanjut Anya sambil membentangkan kedua tangannya di depan pintu."Kau lupa, aku ini Yosua, bukan Bhanu! Apakah kau meragukan kemampuanku untuk menghindar?" tanya Yosua dengan nada sinis. Dia pun menarik tangan Anya dan menyingkirkan wanita itu dengan mudah.Seperti yang diharapkan Yosua, dia pun pergi dari tempat persembunyiannya dengan mobil mewah yang dikendarai anak buahnya.Sesampainya di rumah sakit, Yosua yang mendapatkan informasi

  • Dimanja Sang Penguasa   29. Perasaan Hati Reynar

    "Aaaaarrggh!" teriak Bhanu. Mengeluh dan mengerang kesakitan. Darah segar mengalir membasahi tubuh Agni. Bhanu yang masih tetap tegar bertarung di titik darah penghabisan itu pun merampas gunting dari tangan Agni. Pria itu menancapkan gunting tersebut ke arah kepala, beruntung Agni berhasil menghindar dan gunting yang dipegangnya kembali menancap ke kasur.Pergulatan itu semakin sengit, Bhanu kembali menarik gunting itu dan hendak melakukan penusukan kembali. Namun, nahasnya di waktu bersamaan timah panas melayang mengenai tangan Bhanu di mana saat itu dia memegang gunting. Melihat ada penyerangan pria itu segera berlari keluar dari kegelapan meninggalkan Agni dalam ketidakberdayaan.Agni terdiam. Napasnya tidak beraturan, seketika dia melihat bayang-bayang wajah Ayah, Ibu, dan kakaknya Arsan dalam benaknya. Dia bersyukur saat itu lepas dari maut, meski dia tetap menjadi wanita lemah karena keadaan.Pria tidak dikenal itu pun kembali menyembunyik

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status