Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan tenang, "Kalau aku nggak punya undangan, satpam di luar nggak mungkin membiarkanku masuk. Untuk apa kamu repot-repot mencari masalah denganku?"Jayla memutar bola matanya dengan kesal. "Siapa tahu? Mungkin satpam di luar terpesona padamu, makanya memberi pengecualian untukmu. Sebagai putri Keluarga Japardi, masa Cathy nggak punya hak untuk melihat undanganmu?"Suara mereka tidak pelan, jadi orang-orang di sekitar mulai bergosip."Jangan-jangan wanita ini benaran nggak punya undangan?""Memalukan sekali. Nggak punya undangan kok berani masuk?""Padahal Tuan Tua sayang sekali sama dia. Dia nggak seharusnya nggak punya etika begini ...."Semakin banyak yang berbisik dengan nada kesal, Cathy dan Jayla pun merasa semakin bangga.Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menyusun kalimat. "Bukan aku nggak mau menunjukkan undangannya. Tapi, kenapa Bu Cathy agresif sekali? Apa kamu ingin menantang Keluarga Tanuwijaya?"Cathy mengern
Di bawah pimpinan Jayla, hampir semua orang di aula tertawa mengejek Tiffany."Tiffany, bagaimanapun juga kamu ini istri Sean. Kalau kamu benar-benar ingin masuk ke aula pesta ini, mintalah tolong pada Cathy. Cathy pasti akan memberimu undangan, demi menghargai Sean.""Kenapa harus cara yang begitu ceroboh untuk meniru? Kamu nggak malu, ya?"Semakin lama Jayla berbicara, dia merasa semakin puas dan bersemangat. Sejak awal, dia memang tidak suka melihat Tiffany!Pria tampan dengan kecerdasan tinggi dan kekayaan melimpah seperti Sean itu sulit ditemukan!Jayla dan Cathy sudah berteman bertahun-tahun. Saat Cathy mewakili Keluarga Japardi untuk membagikan undangan, dia bahkan mengatakan bahwa Sean adalah satu-satunya pria lajang paling berharga yang hadir di pesta hari ini.Oleh karena itu, mereka berdua bahkan sepakat untuk bersaing secara adil setelah Sean tiba. Namun, Sean malah membawa istrinya langsung!Tidak masalah jika mereka berdua tidak bisa mendapatkan Sean. Namun, bahkan Derek
Jayla mendengus dingin dan langsung mengulurkan tangan untuk mendorong Tiffany. "Berpura-pura meniru tulisan Keluarga Japardi, memalsukan undangan untuk menyelinap ke pesta ini. Kalau Keluarga Japardi tahu, kamu nggak akan bisa lepas dari hukuman!""Cepat keluar sendiri!""Jangan sampai kami panggil satpam!"Tiffany tetap berdiri teguh di tempatnya. "Aku nggak bersalah, kenapa aku harus keluar?""Dasar keras kepala!" Jayla menggertakkan giginya. "Kamu nggak bersalah, ya?""Cathy!"Cathy menyipitkan mata, lalu mengangkat tangan memanggil keamanan sambil mengambil undangan yang diberikan Tiffany kepadanya. Dia bersiap untuk merobeknya. Akan lebih baik jika tidak ada bukti yang tersisa!Namun, dia tidak menyangka, begitu dia baru saja merobek sudut undangan itu, sosok Tiffany dalam gaun putih langsung menerjang ke arahnya.Tiffany menjatuhkan Cathy ke lantai, merebut kembali undangan itu ke dalam pelukannya. "Kalau undangan ini memang aku palsukan, kenapa Bu Cathy perlu merobeknya? Lebih
Jayla hampir tidak bisa berdiri. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dengan wajah bingung, dia bertanya, "Tuan Tua, a ... apa Anda bilang?""Aku adalah Derek," jawab Derek dengan tenang.Meskipun usianya sudah lanjut, semangat Derek masih sangat baik. Dengan sekilas pandangan tajam, dia membuat lutut Jayla terasa lemas.Dengan suara dingin, Derek berkata, "Tadi aku di lantai dua. Apa yang kalian katakan dan lakukan, aku melihat semuanya dengan sangat jelas."Setelah berkata demikian, dia mengulurkan tangan dan mengambil undangan yang ada di pelukan Tiffany. Undangan itu sudah dirobek di salah satu sudutnya. Dia melihatnya sekilas dengan tenang."Tulisan yang disebut Jayla sebagai tulisan yang jelek dan mirip tulisan anak SD ini adalah tulisan tanganku sendiri," katanya dengan nada datar.Jayla benar-benar tidak bisa berdiri lagi. Jika bukan karena seseorang di belakangnya menopang, dia pasti sudah jatuh terduduk seperti Cathy yang kini berlutut di lantai.Dia menggigi
"Coba tebak apa kata gadis itu?""Gadis ini bilang, tanpa aturan, nggak akan ada keteraturan. Kalau nggak punya undangan, maka dia nggak akan masuk. Dia nggak mau melanggar aturan Keluarga Japardi.""Melihat gadis ini begitu keras kepala dan berpegang teguh pada prinsipnya, jadi aku langsung mengambil undangan kosong, menuliskan undangan itu dengan tanganku sendiri, dan memintanya untuk datang malam ini."Saat Derek berkata demikian, Bronson mengerutkan alisnya dan melirik Tiffany sekilas. Ada sedikit rasa kagum yang terlihat di matanya."Sayangnya, undangan yang kutulis sendiri malah dianggap palsu sama putrimu dan Jayla. Mereka bahkan ingin mengusir Tiffany keluar."Derek menggelengkan kepalanya dengan lelah. "Menurutmu, kalau orang yang kuundang secara pribadi diusir hari ini, mau taruh di mana mukaku ini?"Setelah Derek berkata sejauh ini, semua orang yang hadir mulai mengerti situasinya. Jika masih tidak bisa memahaminya, berarti mereka benar-benar bodoh.Bronson mengerutkan alisn
"Kakek ... lagi bercanda, 'kan?"Dengan wajah yang masih terlihat jelas bekas tamparan besar, Cathy merangkak mendekati Derek sambil menangis. Dia memegang ujung jubah Derek dengan penuh putus asa. "Kakek pasti lagi bercanda, 'kan?""Bagaimana mungkin ... bagaimana mungkin aku bukan bagian dari Keluarga Japardi? Sejak kecil, aku adalah bagian dari keluarga ini ...."Derek hanya mendengus dingin, lalu perlahan memegang tangan Cathy yang mencengkeram pakaiannya. Dengan tenang, dia membuka jemari Cathy satu per satu dari jubahnya."Kamu bukan," ujarnya dengan nada tajam.Cathy langsung panik sepenuhnya. Dia berbalik menatap Bronson, matanya penuh harap. "Ayah, aku ...."Wajah Bronson menunjukkan ketidaktegasan, tetapi akhirnya dia menghela napas panjang. "Apa yang dikatakan kakekmu ... itu benar."Seluruh ruangan seketika terkesiap. Derek menatap Bronson sejenak, kemudian berkata, "Sudah waktunya untuk mengumumkannya."Bronson mengangguk perlahan. Dia menarik napas panjang, lalu berjalan
"Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia
Tiffany bertanya dengan heran, "Kalau aku keluar, kamu bisa mandi sendirian?"Bukannya pria ini tidak bisa melihat apa pun? Sean tidak berbicara, tetapi suasana menjadi makin menegangkan.Tiffany bisa merasakan kemarahan Sean. Dia melepaskan handuk gosoknya, lalu berucap sebelum pergi, "Kalau begitu, kamu hati-hati ya. Panggil aku kalau butuh bantuan."Setelah keluar dari kamar mandi, Tiffany tampak gelisah dan terus memandang ke arah kamar mandi. Bagaimana kalau Sean terjatuh dan mati di dalam sana? Mereka baru menikah. Tiffany tidak ingin menjadi janda.Ketika Tiffany sedang mencemaskan Sean, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata sahabatnya, Julie, mengirimnya sebuah video. Judul video itu adalah materi pelajaran.Materi pelajaran? Tiffany mengkliknya dengan heran sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Ujian masih lama. Untuk apa mengirimnya materi pelajaran sekarang?'"Um ... ah ... hm ...." Begitu video diputar, terlihat seorang wanita bersandar di atas tubuh seorang pria ....Wajah
"Kakek ... lagi bercanda, 'kan?"Dengan wajah yang masih terlihat jelas bekas tamparan besar, Cathy merangkak mendekati Derek sambil menangis. Dia memegang ujung jubah Derek dengan penuh putus asa. "Kakek pasti lagi bercanda, 'kan?""Bagaimana mungkin ... bagaimana mungkin aku bukan bagian dari Keluarga Japardi? Sejak kecil, aku adalah bagian dari keluarga ini ...."Derek hanya mendengus dingin, lalu perlahan memegang tangan Cathy yang mencengkeram pakaiannya. Dengan tenang, dia membuka jemari Cathy satu per satu dari jubahnya."Kamu bukan," ujarnya dengan nada tajam.Cathy langsung panik sepenuhnya. Dia berbalik menatap Bronson, matanya penuh harap. "Ayah, aku ...."Wajah Bronson menunjukkan ketidaktegasan, tetapi akhirnya dia menghela napas panjang. "Apa yang dikatakan kakekmu ... itu benar."Seluruh ruangan seketika terkesiap. Derek menatap Bronson sejenak, kemudian berkata, "Sudah waktunya untuk mengumumkannya."Bronson mengangguk perlahan. Dia menarik napas panjang, lalu berjalan
"Coba tebak apa kata gadis itu?""Gadis ini bilang, tanpa aturan, nggak akan ada keteraturan. Kalau nggak punya undangan, maka dia nggak akan masuk. Dia nggak mau melanggar aturan Keluarga Japardi.""Melihat gadis ini begitu keras kepala dan berpegang teguh pada prinsipnya, jadi aku langsung mengambil undangan kosong, menuliskan undangan itu dengan tanganku sendiri, dan memintanya untuk datang malam ini."Saat Derek berkata demikian, Bronson mengerutkan alisnya dan melirik Tiffany sekilas. Ada sedikit rasa kagum yang terlihat di matanya."Sayangnya, undangan yang kutulis sendiri malah dianggap palsu sama putrimu dan Jayla. Mereka bahkan ingin mengusir Tiffany keluar."Derek menggelengkan kepalanya dengan lelah. "Menurutmu, kalau orang yang kuundang secara pribadi diusir hari ini, mau taruh di mana mukaku ini?"Setelah Derek berkata sejauh ini, semua orang yang hadir mulai mengerti situasinya. Jika masih tidak bisa memahaminya, berarti mereka benar-benar bodoh.Bronson mengerutkan alisn
Jayla hampir tidak bisa berdiri. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dengan wajah bingung, dia bertanya, "Tuan Tua, a ... apa Anda bilang?""Aku adalah Derek," jawab Derek dengan tenang.Meskipun usianya sudah lanjut, semangat Derek masih sangat baik. Dengan sekilas pandangan tajam, dia membuat lutut Jayla terasa lemas.Dengan suara dingin, Derek berkata, "Tadi aku di lantai dua. Apa yang kalian katakan dan lakukan, aku melihat semuanya dengan sangat jelas."Setelah berkata demikian, dia mengulurkan tangan dan mengambil undangan yang ada di pelukan Tiffany. Undangan itu sudah dirobek di salah satu sudutnya. Dia melihatnya sekilas dengan tenang."Tulisan yang disebut Jayla sebagai tulisan yang jelek dan mirip tulisan anak SD ini adalah tulisan tanganku sendiri," katanya dengan nada datar.Jayla benar-benar tidak bisa berdiri lagi. Jika bukan karena seseorang di belakangnya menopang, dia pasti sudah jatuh terduduk seperti Cathy yang kini berlutut di lantai.Dia menggigi
Jayla mendengus dingin dan langsung mengulurkan tangan untuk mendorong Tiffany. "Berpura-pura meniru tulisan Keluarga Japardi, memalsukan undangan untuk menyelinap ke pesta ini. Kalau Keluarga Japardi tahu, kamu nggak akan bisa lepas dari hukuman!""Cepat keluar sendiri!""Jangan sampai kami panggil satpam!"Tiffany tetap berdiri teguh di tempatnya. "Aku nggak bersalah, kenapa aku harus keluar?""Dasar keras kepala!" Jayla menggertakkan giginya. "Kamu nggak bersalah, ya?""Cathy!"Cathy menyipitkan mata, lalu mengangkat tangan memanggil keamanan sambil mengambil undangan yang diberikan Tiffany kepadanya. Dia bersiap untuk merobeknya. Akan lebih baik jika tidak ada bukti yang tersisa!Namun, dia tidak menyangka, begitu dia baru saja merobek sudut undangan itu, sosok Tiffany dalam gaun putih langsung menerjang ke arahnya.Tiffany menjatuhkan Cathy ke lantai, merebut kembali undangan itu ke dalam pelukannya. "Kalau undangan ini memang aku palsukan, kenapa Bu Cathy perlu merobeknya? Lebih
Di bawah pimpinan Jayla, hampir semua orang di aula tertawa mengejek Tiffany."Tiffany, bagaimanapun juga kamu ini istri Sean. Kalau kamu benar-benar ingin masuk ke aula pesta ini, mintalah tolong pada Cathy. Cathy pasti akan memberimu undangan, demi menghargai Sean.""Kenapa harus cara yang begitu ceroboh untuk meniru? Kamu nggak malu, ya?"Semakin lama Jayla berbicara, dia merasa semakin puas dan bersemangat. Sejak awal, dia memang tidak suka melihat Tiffany!Pria tampan dengan kecerdasan tinggi dan kekayaan melimpah seperti Sean itu sulit ditemukan!Jayla dan Cathy sudah berteman bertahun-tahun. Saat Cathy mewakili Keluarga Japardi untuk membagikan undangan, dia bahkan mengatakan bahwa Sean adalah satu-satunya pria lajang paling berharga yang hadir di pesta hari ini.Oleh karena itu, mereka berdua bahkan sepakat untuk bersaing secara adil setelah Sean tiba. Namun, Sean malah membawa istrinya langsung!Tidak masalah jika mereka berdua tidak bisa mendapatkan Sean. Namun, bahkan Derek
Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan tenang, "Kalau aku nggak punya undangan, satpam di luar nggak mungkin membiarkanku masuk. Untuk apa kamu repot-repot mencari masalah denganku?"Jayla memutar bola matanya dengan kesal. "Siapa tahu? Mungkin satpam di luar terpesona padamu, makanya memberi pengecualian untukmu. Sebagai putri Keluarga Japardi, masa Cathy nggak punya hak untuk melihat undanganmu?"Suara mereka tidak pelan, jadi orang-orang di sekitar mulai bergosip."Jangan-jangan wanita ini benaran nggak punya undangan?""Memalukan sekali. Nggak punya undangan kok berani masuk?""Padahal Tuan Tua sayang sekali sama dia. Dia nggak seharusnya nggak punya etika begini ...."Semakin banyak yang berbisik dengan nada kesal, Cathy dan Jayla pun merasa semakin bangga.Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menyusun kalimat. "Bukan aku nggak mau menunjukkan undangannya. Tapi, kenapa Bu Cathy agresif sekali? Apa kamu ingin menantang Keluarga Tanuwijaya?"Cathy mengern
Tiffany merasa agak kesal. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri dan menatap Cathy tanpa rasa takut. "Bu Cathy, aku nggak ngerti kenapa asal-usulku yang dari desa ini begitu mengganggumu.""Aku rasa asal-usulku nggak perlu dibahas terus. Setiap orang punya cara hidup masing-masing. Di matamu, orang desa memang kampungan. Tapi di desa kami, banyak orang yang ramah dan baik. Jarang ada yang sepertimu yang selalu mencari peluang untuk menghina orang."Selama ini, Tiffany selalu diam atau berpura-pura bodoh setiap kali Cathy mengejeknya. Namun, kali ini Tiffany melawan dengan tegas.Apalagi, hari ini adalah pesta ulang tahun Bronson, kepala Keluarga Japardi. Karena perkataan ini, orang-orang di sekitar pun menoleh dan berbisik.Cathy merasa malu dan hendak menjawab. Namun, Jayla segera menghampiri dan berbisik, "Kulihat Sean pergi ke halaman belakang. Sepertinya dia nggak akan kembali begitu cepat. Gimana kalau kita ...."Cathy tertawa sinis, lalu mendongak menatap Tiffany dengan tat
Yang bisa dilakukan Tiffany hanya bisa membuatkan Sean sepiring ikan asam pedas setelah dia sibuk seharian.Tiffany tak kuasa menghela napas. "Aku nggak berguna sekali ya ...."Menurut status dan penampilan Sean, seharusnya istrinya adalah wanita yang sangat hebat. Jika Sean tidak berpura-pura sakit dulu, Sean tidak mungkin menikahi Tiffany. Tiffany yang terlalu beruntung karena mendapatkan Sean.Beberapa saat kemudian, tangan Sean bergerak. Saat berikutnya, tangannya yang satu lagi memegang kepala Tiffany. "Kamu mikirin apa sih?"Suara Sean terdengar rendah dan agak lelah, tetapi dipenuhi kasih sayang. "Kamu cukup menemaniku. Sudah kubilang, kamu nggak perlu melakukan apa-apa. Cukup ada di sisiku. Aku sudah sangat bersyukur."Sean tersenyum tipis dan meneruskan, "Sayang, aku capek. Temenin aku tidur ya?"Tiffany menatapnya, lalu mengangguk dengan serius. "Oke!"Sean jarang sekali menggunakan suara menggoda seperti itu untuk memanggilnya sayang. Sean lebih sering memanggil namanya. Han
Tiffany dan Chaplin menonton drama seharian di rumah Keluarga Japardi.Malam harinya, Sean akhirnya kembali. Karena dia pulang terlambat, pesta makan malam di rumah Keluarga Japardi sudah selesai.Jadi, Tiffany memutuskan untuk mencari pelayan dan melewati pintu belakang. Dia membeli ikan dengan uangnya, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan Sean ikan asam pedas.Setelah Sean pulang, Tiffany menyajikan ikan asam pedas yang masih berasap ke kamar mereka."Sayang, pasti kamu belum makan, 'kan?" Tiffany tersenyum lebar sambil menyerahkan sendok kepadanya. "Aku sudah lama nggak masakin kamu."Sean yang seharian sibuk dengan laporan keuangan lantas tersenyum tipis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan lembut. "Kamu memang istri yang perhatian banget."Tiffany tertawa kecil. Wajahnya agak merah. "Aku istrimu, kamu suamiku. Sudah kewajibanku masak untukmu."Sean tersenyum, lalu mengambil sendok dan mulai makan. Rasa asam pedas yang menyatu dengan ikan yang lembut langsung mengenyahkan rasa lelah