Share

Bab 244

Author: Clarissa
Di antara dua ruangan itu, terdapat sebuah pintu rahasia. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa dua lukisan kuno di dinding tersebut sebenarnya adalah pintu tersembunyi.

Untuk memastikan Tiffany dan Sean bisa melihat dengan jelas, Edwin bahkan dengan sengaja memasang kamera tersembunyi di ruang tamu.

Saat ini, Tiffany duduk di atas ranjang sambil memandangi layar komputer di hadapannya. Garry terlihat jelas di layar. Di wajahnya, tidak ada sedikit pun rasa penyesalan atau permintaan maaf.

Edwin yang duduk di kursi berkata dengan santai, "Garry, aku rasa aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Kamu diterima di sini karena punya hubungan sama Pak Sean. Tapi sekarang, setelah melakukan hal yang merugikan Pak Sean, tentu saja kamu nggak bisa tetap bekerja di sini."

"Aku bahkan sudah menggandakan gajimu. Aku nggak tahu apa lagi yang membuatmu nggak puas. Bisa-bisanya kamu menghasut orang-orang ke depan lembaga penelitian untuk bikin keributan," tambah Edwin.

Garry tersenyum tipis
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Garry...kau sungguh menjijikkan...enteng banget klu ngomong...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 245

    Tiffany tanpa sadar mundur selangkah. Garry yang berada di hadapannya tidak berbeda dari orang gila. Tatapannya kepadanya penuh dengan kegilaan, haus darah, dan obsesi yang sama persis seperti cara pandang pria tidak waras di desanya.Dari belakang, Sean menarik Tiffany ke dalam pelukannya. Melihat pria itu keluar, mata Garry berkilat dengan kebencian yang tajam. Dia terkekeh sebelum berujar, "Matamu ini nggak jelek, kenapa harus pura-pura buta sih?"Sean juga tersenyum. Dia membalas, "Bukannya kamu juga sangat pandai menghalalkan segala cara? Kenapa malah repot-repot berpura-pura jadi orang benar?"Kata-kata itu membuat Garry terdiam selama beberapa saat. Akhirnya, dia mendengus kesal dan menatap Sean dengan kebencian yang membara.Garry membalas, "Bagaimanapun, aku nggak pernah sekejam dirimu. Kamu pakai uang untuk memaksa Tiffany nikah denganmu, bahkan mau dia melahirkan anak untukmu!"Makin lama berbicara, suara Garry makin dipenuhi amarah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Hanya karena

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 246

    "Orang miskin seperti kalian memang menarik," ucap Sean yang meletakkan lengannya di bahu Tiffany dengan gerakan santai dan elegan. Senyuman di sudut bibirnya dingin dan membawa sedikit ejekan.Sean menambahkan, "Ketika Tiffany lagi dalam kesulitan dan sangat membutuhkan bantuan, kamu malah menghindar. Bahkan untuk sekadar memberikan dukungan atau kata-kata yang tulus, kamu juga nggak bersedia.""Tapi setelah aku bantu dia melewati masa-masa sulit itu, kamu muncul dan menuduhku memaksanya menikah denganku demi uang," ujar Sean."Kamu bilang aku nggak bersaing secara adil denganmu. Kenapa kamu bisa punya nyali untuk bilang seperti itu? Seingatku kamu pernah membeli sebuah mobil, 'kan? Berapa harganya? 1,2 miliar. Sementara biaya untuk mengobati nenek Tiffany juga kebetulan 1,2 miliar," lanjut Sean.Wajah Garry perlahan memucat. Di sisi lain, Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Hatinya bergetar hebat. Dia masih mengingat mobil itu dengan jelas.Saat itu, Tiffany bekerja di panti jompo

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 247

    Buku catatan yang dipeluk erat oleh Mimi jatuh ke lantai. Dia buru-buru berjongkok untuk memungut buku catatannya, lalu berjalan cepat ke arah Tiffany dan Sean sambil terus membungkuk dan memberi hormat.Mimi berucap, "Maaf, aku benar-benar nggak tahu kalau kenyataannya seperti ini." Dia memejamkan matanya, lalu mengentakkan kaki dengan keras sambil menambahkan, "Aku ... aku cuma mengagumi Garry. Apa pun yang dia katakan, aku langsung percaya. Aku nggak sangka ....""Anggap saja aku dibutakan. Aku akan segera mengunggah pernyataan klarifikasi di X untuk membuktikan bahwa semua itu adalah kebohongan!" seru Mimi.Setelah itu, Mimi menatap Tiffany dengan mata yang sedikit memerah. Dia memohon, "Nona Tiffany, tolong jangan marah padaku. Maafkan aku ya. Aku benar-benar ...."Melihat ekspresi Mimi yang cemas, sedih, dan penuh penyesalan, Tiffany mengernyit dalam diam. Dia teringat pada dirinya sendiri.Ketika pertama kali menyadari siapa sebenarnya Garry, perasaannya juga serupa. Tiba-tiba,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 248

    Wajah Tiffany langsung memerah. Dia membalas, "Siapa yang cemburu? Aku nggak cemburu kok!""Tapi ...." Sean mengangkat alisnya dengan tenang, lalu berbicara, "Sudah saatnya suruh dia sadar."Tiffany bertanya karena bingung, "Dia mengalami kecelakaan dan koma sampai sekarang. Bukannya katanya dokter juga nggak bisa berbuat apa-apa?"Sean memejamkan mata sambil memberi tahu, "Itu bohong. Dia nggak mengalami kecelakaan dan dia juga nggak koma. Itu semua cuma atas perintahku."Tiffany sangat terkejut mendengarnya. Sean menjelaskan, "Hanya dengan dia mengalami kecelakaan, Mark punya alasan yang sah untuk kembali dan bantu mengelola perusahaanku. Setelah dia menangani perusahaan, aku punya waktu untuk menemanimu ke Desa Maheswari."Tiffany terdiam sejenak dan mencoba memahami keterkaitan semua ini. Setelah beberapa lama, dia akhirnya menyadari hubungan di baliknya.Kemudian, Tiffany mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang pernah ditanyakan oleh Sofyan, "Valerie sehat-sehat saja, tapi ka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 249

    Tangan Tiffany yang memegang ponsel sedikit bergetar. Sejauh apa seseorang bisa bertindak tidak tahu malu seperti ini?Garry memotong semua kalimat ancaman Sean terhadap dirinya dan mengunggahnya ke internet. Netizen yang sebelumnya hanya mengecam Tiffany dan Mark, kini mulai menyeret nama Sean ke dalam pusaran hinaan mereka.Bahkan, beberapa sukarelawan yang mengaku dipukul pada sore itu menyatakan bahwa di perjalanan pulang dari lembaga penelitian, mereka diserang oleh seseorang. Itu pasti ulah Mark atau Sean!Saat Sean selesai mengurus masalah pekerjaan dan kembali ke sofa, Tiffany menyerahkan ponselnya dengan wajah khawatir. Dia bertanya, "Sayang, apa yang harus kita lakukan?"Sean melirik sekilas ke ponsel itu, lalu membalas, "Belum waktunya."Tiffany menatapnya dengan bingung. Dia bertanya lagi, "Belum waktunya apa?"Pria itu memeluknya ke dalam dekapannya dan mencium keningnya. Dia menjelaskan, "Maksudku, situasinya belum mencapai titik puncaknya. Aku bukan tipe orang yang suka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 250

    Kalau Sean sendiri tidak bisa tidur, apa haknya meminta dia harus bisa tidur? Lengan lembut Tiffany melingkar di pinggang Sean. Mata pria itu seketika menjadi gelap. Dia menahan dorongan dalam dirinya, lalu dengan lembut memindahkan lengan Tiffany.Sean memberi tahu, "Ya, aku akan menemanimu." Usai berkata demikian, dia berbaring di sampingnya dan menariknya ke dalam pelukan.Aroma segar dari tubuh pria itu memenuhi hidung Tiffany, sementara suara napasnya yang teratur terdengar di telinganya. Bukannya mengantuk, Tiffany malah makin tidak bisa tidur. Dia terus bergerak di pelukannya"Diamlah," pinta pria itu dengan suara rendah sambil mengerutkan alis.Tiffany menggembungkan pipi, lalu membalas dengan sedih, "Aku nggak bisa tidur.""Tutup matamu, nanti juga tertidur," ucap Sean.Tiffany memejamkan mata, tapi setelah itu berbicara dengan nada manja, "Aku sudah tutup mata, tapi tetap nggak bisa tidur."Sean tertawa, lalu menunduk untuk mencium bibirnya. Dia memberi tahu, "Ayo yang nurut,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 251

    Tiffany mengganti saluran televisi dan menyaksikan berita tentang Garry hingga selesai. dengan saksama. Ternyata, sebuah perusahaan bernama Grup Lukman menganggap Garry sebagai sosok yang penuh idealisme dan sangat berintegritas. Oleh karena itu, mereka berniat mendanainya untuk mendirikan sebuah klinik pribadi.Tiffany tertawa kecil. Idealisme? Integritas? Benarkah?Tepat pada saat itu, Julie menelepon. "Tiffany, kamu sudah lihat beritanya? Huh, Garry sudah buat banyak kekacauan, kalian nggak pernah menggubrisnya. Sekarang dia malah mau dirikan klinik pribadi!"Tiffany mengernyitkan alisnya. "Aku baru lihat. Aku lagi dalam perjalanan ke rumahmu. Kita bahas nanti, aku benar-benar kesal!""Baiklah."Setelah menutup telepon dari Julie, Tiffany meregangkan tubuhnya dan meminta Rika untuk membawakannya minyak angin.Belakangan ini dia terlalu banyak tidur. Namun, dengan ulah Garry yang semakin tidak tahu malu sekarang, dia tidak mungkin hanya berdiam diri."Sudah kuselidiki. Pemilik Grup L

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 252

    Tiffany tidak boleh lagi membuat Sean repot. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia menatap Julie sekilas. "Bisa nggak kita tangani sendiri masalah ini?"Setelah bicara, Tiffany merasa bahwa mereka berdua mungkin tidak akan cukup matang untuk menangani masalah ini sendirian. Karena itu, dia menelepon Mark untuk meminta bantuan.Bagaimanapun, urusan ini juga ada kaitannya dengan Mark. Selain itu, Mark lebih tua dari mereka berdua dan memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam dunia bisnis. Pandangannya pasti lebih strategis dibandingkan mereka."Kita nggak punya pilihan selain menghadiri konferensi pers itu," ujar Mark dengan nada santai sambil menyipitkan matanya. "Kebetulan aku juga mau cari kesempatan untuk klarifikasi hubunganku denganmu. Konferensi pers ini adalah panggung yang sempurna."Julie tampak agak khawatir. "Apa kita nggak perlu kasih tahu Sean soal ini?"Tiffany terdiam sejenak, teringat pada pesan Sean sebelumnya. Mereka adalah keluarga yang paling dekat di dunia ini. Apa

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 617

    Zion menggigit bibirnya dan melirik Tiffany sejenak, lalu melihat ke arah Sean sebelum akhirnya mengusap tangannya dengan gugup. Tubuhnya menyusut di sofa saat berkata, "Aku ... waktu mabuk, aku cuma bilang terus terang sama dia.""Terus terang?"Terus terang apaan! Apakah "terus terangnya" menurutnya adalah memberi tahu Quinn bahwa dia dulu menanggung kesalahan Tiffany?Saat insiden itu terjadi, Tiffany bahkan masih berada di Elupa untuk terapi rehabilitasi dan menahan rasa sakit luar biasa akibat luka bakarnya. Mana mungkin dia bisa menyusun rencana operasi untuk Quinn?Tiffany bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri saat itu, apalagi mengurus operasi orang lain! Dan dia masih berani bilang itu "kebenaran"?"Ya."Zion menghela napas panjang, lalu mengangkat tatapannya yang masih jernih ke arah Tiffany. "Dok Tiff, aku nggak ingin menyembunyikan apa pun darimu. Aku tahu kamu nggak pernah ingin mengakui ini, tapi ...."Dia kembali melirik Sean sebelum melanjutkan, "Tampaknya pria ini

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 616

    Kenapa bisa ...."Ada apa?" tanya Zion Ketika melihat Sean tidak berbicara.Sean menatap Zion dengan tajam. "Tangan Dok Tiff .... apakah cedera itu mengenai otot dan tulangnya?"Zion tampak agak terkejut. Dia teringat pernah melihat laporan medis Tiffany yang tergeletak di atas meja suatu hari."Bisa dibilang begitu." Dia mengepalkan bibirnya sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi yang paling parah adalah, tangannya pernah mengalami luka bakar yang sangat serius."Sean terdiam sejenak, ekspresinya berubah. "Luka bakar?"Saat dia hendak bertanya lebih lanjut, pintu klinik tiba-tiba terbuka. Seorang wanita melangkah masuk dengan tenang. Dengan mengenakan mantel merah panjang dan sepatu bot hitam, kehadirannya seketika menarik perhatian.Zion hampir menjatuhkan gelas air yang dipegangnya. Dengan gugup, dia langsung bangkit berdiri dari sofa dan matanya terpaku pada Tiffany. "Dok ... Dok Tiff ...."Tiffany mengangguk ringan ke arahnya, langkahnya tenang saat dia memasuki ruangan. Sebelumnya, d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 615

    Sean mengangkat pandangannya dan menatap Zion dengan tenang. Pria itu mengenakan jas putih dokter, tubuhnya tampak kurus, tetapi wajahnya tidak terlihat licik sama sekali.Dengan senyum santai, Zion bertanya, "Anda wartawan?"Sean mengangguk. "Bisa dibilang begitu.""Tapi menurutku bukan."Zion tersenyum tipis. Tatapannya yang jernih menyapu wajah Sean yang tegas dan berkarakter dingin. "Wartawan nggak punya aura seperti Anda."Sean tersenyum. "Aku punya aura seperti apa?""Elegan, dingin, tidak peduli pada banyak hal di dunia ini, tetapi sangat fokus pada tujuan Anda. Kalau sudah menentukan target, Anda akan mengerahkan segalanya untuk mencapainya."Setelah berkata demikian, dia berbalik untuk menuangkan segelas air, lalu meletakkannya di depan Sean. "Benar nggak apa yang kubilang?"Sean menatapnya dengan lebih dalam. Ada sedikit kilasan kekaguman dalam matanya. "Kalau kamu sudah tahu aku bukan wartawan, kenapa nggak langsung mengusirku?""Karena aku merasa Anda mungkin adalah teman D

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 614

    "Sekarang dia sudah bisa melakukan operasi sendiri. Aku juga merasa senang untuknya." Zion menghela napas berat dan berkata, "Guru, jangan khawatir. Aku nggak akan bilang apa pun."Dari balik pintu kaca buram, Sean bisa melihat seorang pria berjas putih berdiri dengan postur sedikit membungkuk. "Aku benar-benar minta maaf soal Quinn. Aku nggak pernah membahas insiden malapraktik itu di depannya. Tapi sebulan yang lalu ... aku mabuk ....""Tapi keesokan harinya, aku sudah peringatkan dia untuk jangan menyebarkan apa pun. Aku benar-benar nggak tahu dia akan pergi ke Kota Kintan dan ... memfitnah Tiffany di depan begitu banyak orang.""Zion, kamu anak yang baik." Wanita yang duduk di sofa menghela napas pelan. "Apa yang terjadi waktu itu bukan salahmu, tapi kamu tetap memilih menanggung semuanya sendirian.""Tiffany sebenarnya nggak pantas menerima kebaikanmu. Baik dua tahun lalu maupun sekarang, dia nggak pernah mengakui bahwa instruksi itu datang langsung darinya.""Guru," sahut Zion sa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 613

    Keesokan harinya, setelah mengantar Arlo dan Arlene ke taman kanak-kanak, Tiffany langsung mengemudikan mobilnya menuju kota tempat tinggal Zion sesuai alamat yang diberikan Morgan.Dari pusat kota yang ramai, dia melewati pinggiran kota, masuk ke jalan tol, lalu berbelok ke jalan pedesaan yang semakin sepi.Sepanjang perjalanan, sebuah Land Rover hitam terus mengikutinya dari belakang. Dari kaca spion, Tiffany bisa melihat dengan jelas bahwa mobil itu memiliki pelat nomor dari Kota Aven.Orang dari Kota Aven.Tiffany bahkan tidak perlu berpikir lama untuk tahu siapa yang ada di dalam mobil itu. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri lagi. Tiffany memasang earphone bluetooth dan langsung menelepon Sean. "Kamu ngikutin aku?"Pria di ujung telepon terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab, "Kamu sadar ya?"Tiffany terdiam.Mengikuti seseorang secara terang-terangan dengan Land Rover yang mencolok baik dari segi ukuran maupun model, bukankah itu memang sengaja ingin ketahuan?"Aku cuma mau

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 612

    Tiffany sangat memahami Sean. Dia tidak mungkin berbicara dengan nada seperti itu kepada seorang pria. Kalau perempuan .... Satu-satunya wanita yang paling dekat dengannya, Sanny, masih dirawat di Rumah Sakit Kintan.Tiffany merasa sedikit jengkel. Dia mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Julie meliriknya sekilas, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya memilih diam.Setelah beberapa saat, dia menepuk bahu Tiffany pelan. "Aku sudah cari tahu. Dalam lima tahun terakhir, dia memang nggak pernah dekat sama wanita mana pun.""Tapi ... wanita yang mengincarnya sih nggak sedikit.""Tenang saja."Tiffany mengangguk, tapi beberapa detik kemudian, dia menyadari ada yang janggal. "Kenapa aku harus tenang?" Dia bahkan belum berniat untuk kembali bersama Sean."Cepat atau lambat," sahut Julie.Dia menghela napas panjang sebelum menambahkan, "Lagian, setelah kalian bersama lagi, masih ada satu hal yang harus kalian selesaikan."Tiffany mengernyit. "Apa itu?""Nanti juga kamu akan tahu."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 611

    Tiffany kembali ke rumah sakit dan mendapati Julie sudah menunggunya di kantor dengan tangan bersedekap."Aku sudah lihat beritanya," ucap Julie.Dengan jas putih yang membalut tubuh tinggi semampainya, Julie bersandar di kursi sambil menatap Tiffany dengan sorot mata dingin. "Cuma pergi ngajar sebentar saja bisa bikin heboh begini."Tanpa perlu ditanyakan sekalipun, Tiffany sudah bisa memahami apa yang sedang dibicarakan Julie.Tiffany berjalan ke mejanya dengan tenang dan duduk, "Masalah tentang Zion sudah kuselidiki dan kujelaskan semuanya dua tahun lalu. Aku nggak perlu takut."Julie mengangkat alis dan menatapnya dengan sorot mata yang tetap tenang. "Kamu kira aku lagi membicarakan tentang Zion?""Soal itu sudah lama diselesaikan. Tim investigasi rumah sakit melakukan penyelidikan menyeluruh waktu itu. Apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang?""Ini yang kubicarakan!" Julie mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto.Di dalamnya, Tiffany tampak memeluk sebuket besar mawar m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 610

    "Turun dari mobil." Tiffany mengernyit. "Sekarang sudah jam 3 sore. Aku harus ke rumah sakit untuk absen. Nanti sore harus menjemput anak di sekolah."Sean menggigit bibirnya, memasang ekspresi keras kepala. "Aku harus melindungimu. Jadi, ke mana pun kamu pergi, aku akan ikut."Tiffany mendengus. "Melindungiku? Apa kamu juga mempelajarinya dari novel?"Wanita itu menoleh, menatap Sean dengan sorot mata penuh ejekan. "Lemah sekali, yang suka membaca novel romansa itu aku yang lima tahun lalu. Sekarang aku cuma suka membaca jurnal medis."Sean mengangguk. "Kalau begitu, lain kali aku akan meneliti jurnal medis."Tiffany termangu sesaat. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menekan tombol pintu mobil. "Aku nggak peduli apa yang ingin kamu teliti. Tapi, sekarang aku butuh kamu turun dari mobil."Sean mengernyit menatap Tiffany lekat-lekat. "Dok Tiff, kamu harus tahu satu hal, aku ini punya kebiasaan buruk. Aku orangnya cukup pemberontak. Kalau kamu menyuruhku turun, justru aku nggak akan tu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 609

    "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Ketika kalimat itu diucapkan dengan suara rendah oleh Sean, hati Tiffany tak kuasa bergetar. Baik lima tahun yang lalu maupun sekarang, kalimat ini selalu membawa kehangatan aneh setiap kali mendengar Sean mengatakannya.Terutama di saat seperti ini. Mereka telah terpisah selama lima tahun penuh. Lima tahun sudah cukup untuk mengubah banyak hal, cukup lama untuk membuat seseorang menjadi pribadi yang benar-benar berbeda.Namun, setelah bertemu lagi dan di saat dirinya difitnah, Sean masih bisa duduk dengan tenang di kursi belakang mobilnya dan berkata, "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Perasaan dan ketulusan seperti ini membuatnya tersentuh. Tiffany menarik napas dalam-dalam. Senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. "Kalau begitu, terima kasih, Pak Sean.""Sama-sama, Dok Tiff." Sean menyandarkan kedua lengannya di belakang kepala. "Tapi, kulihat tadi ada beberapa mahasiswa yang mengambil foto di kelas. Aku rasa masalah ini nggak ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status