Mata bundar Tiffany yang jernih langsung berbinar. Dia menatap Garry dengan membelalak. "Kak, benar juga katamu! Selama ini, suamiku selalu berobat sama Charles dan pakai pengobatan barat. Mungkin saja pengobatan tradisional bisa ada harapan!"Melihat wajahnya yang gembira, Garry tersenyum. "Aku cuma kasih saran, nggak berarti pengobatan tradisional bisa nyembuhin. Tapi mungkin kamu bisa bawa suamimu untuk mencobanya, siapa tahu bisa berhasil?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Oke! Kalau begitu, apa Kak Garry bisa beri aku alamat tabib itu? Biar aku bisa bawa suamiku ke sana!""Di sebuah gunung di dekat desa kita." Setelah berpikir sejenak, Garry melanjutkan, "Tapi, Tiff. Kusarankan sebaiknya kamu bawa suamimu ke sana dengan alasan untuk berlibur, sekalian berobat di tabib tua itu."Tiffany mengerutkan alisnya. "Kenapa?"Garry mulai meyakinkan Tiffany dengan lembut, "Pertama-tama, tabib tua itu ada hubungan keluarga denganku. Suamimu selalu merasa waswas padaku. Kalau kamu kasih tahu dul
Bahkan kepala pelayan yang berdiri di samping juga mulai mengantuk mendengarkan cerita Tiffany yang sepertinya tak akan berakhir. Mereka tidak kenal seorang pun di desa itu dan jelas tak ada yang peduli, bukan?Namun, Sean tetap mendengarkan dengan sabar sambil mengelus kepala Tiffany dengan lembut. Sesekali, dia bahkan bertanya dengan penasaran, "Lalu, apa Wenny akhirnya menikah?" atau "Apa anak pamanmu juga bisa manjat pohon?" Bahkan, dia sampai bertanya tentang usia nenek di desa yang sering diceritakan Tiffany.Rika dan Genta tak habis pikir. Apakah ini benar-benar tuan mereka? Sean yang biasanya terlalu cuek bahkan untuk mendengar gosip seputar saudaranya, kini duduk tenang mendengarkan cerita sehari-hari dari desa Tiffany?Memang benar, cinta bisa membuat orang kehilangan nalar sepenuhnya ....Tiffany yang berbaring di pangkuan Sean terus bercerita hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Sean menunduk dan membelai rambutnya yang hitam sambil tersenyum lembut. Lalu, dia mendong
"Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" Bagaimanapun, Rika adalah pelayan yang sudah bekerja selama bertahun-tahun di sini. Begitu melihat telepon Sean, dia langsung memahami maksudnya.Tiffany mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Aku ingin makan mie ...."Sambil bicara, dia mendongak melihat Sean sekilas. "Ya, tiga porsi mie."Rika yang berada di lantai bawah terkejut. Tiga porsi?"Nyonya, aku sangat paham dengan nafsu makan Tuan. Selelah apa pun, dia nggak akan makan dua porsi mie."Tiffany menggenggam erat telepon itu dengan wajah tersipu. "Itu ... aku yang mau makan dua porsi."Rika terdiam.Setengah jam kemudian, Rika mengantarkan tiga mangkuk mie kuah ke lantai atas. Sean menghabiskan jatahnya dalam sekejap. Setelah itu, Sofyan datang memberitahunya bahwa ada masalah di perusahaan yang harus ditanganinya, sehingga Sean langsung bergegas ke ruang kerja setelah selesai makan.Sementara itu, Tiffany bersantai di jendela dan mendengarkan musik sambil menikmati mangkuk kedua mie. Tiba-ti
Ucapan Julie membuat Tiffany ragu sejenak. Dia tertawa, lalu menimpali, "Aku tetap memilih untuk percaya sama Kak Garry. Bagaimanapun, suamiku berjasa terhadap Kak Garry. Kalaupun Kak Garry nggak suka sama dia, setidaknya dia nggak akan celakain suamiku."Julie mencibir. "Semoga saja dia memang sebaik yang kamu bilang ...."Setelah mengobrol sejenak, Julie baru mengakhiri panggilan itu karena masih ada urusan mendadak yang harus diurusnya. Tiffany pun menyimpan kembali ponselnya.Meski telah banyak "berolahraga" dengan Sean tadi pagi, energi Tiffany menjadi penuh lagi setelah menghabiskan dua mangkuk mie. Saking bersemangatnya, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menghabiskan energi ini.Tiffany keluar dari kamar tidur. Dia samar-samar mendengar suara Sean dan Sofyan sedang berbincang di ruang kerja. Sepertinya memang banyak urusan perusahaan yang harus ditangani Sean.Karena tidak ingin mengganggu Sean dan merasa sedikit bosan, Tiffany memutuskan untuk turun ke lantai baw
Mark seketika basah kuyup. Ini sungguh di luar dugaannya. Selama bertahun-tahun di luar negeri, Mark selalu dijunjung tinggi oleh orang-orang ke mana pun dia pergi. Alhasil, saat bertamu ke rumah teman baiknya, dia disiram oleh pelayan menggunakan selang air!Mark mengernyit karena jengkel. Dia bertanya, "Memangnya aku kelihatannya baik-baik saja?"Tiffany merapatkan bibir sambil mengamati Mark yang basah kuyup. Sepertinya tidak baik-baik saja ...."Ada baju ganti di mobilku," kata Mark sambil melirik Tiffany dengan jengkel. Dia menyerahkan kunci mobilnya kepada Tiffany, lalu memerintahkan, "Ambilkan."Untungnya, Mark memiliki kebiasaan untuk menyimpan pakaian ganti di mobil karena sering melakukan perjalanan bisnis mendadak pada sebelumnya."Oh," sahut Tiffany sambil mengambil kunci mobil. Dia pergi mencari di kursi belakang mobil. Benar saja, dia menemukan satu set pakaian pria, lengkap dengan dalaman dan luaran.Tiffany berlari kecil sepanjang jalan untuk membawakan pakaian itu pad
Mark duduk di ruang tamu Keluarga Tanuwijaya. Dia minum teh sambil bertanya, "Di mana istrimu?"Sean mengernyit saat menjawab, "Mungkin sedang kuliah."Saat makan mi barusan, Sofyan memberitahukan sepertinya ada kendala di Elupa sehingga Sean pergi ke ruang kerja. Sean benar-benar melupakan Tiffany. Akan tetapi, Tiffany seharusnya pergi ke kampus. Selain bersekolah dan belajar mandiri, Tiffany sepertinya tidak punya hiburan lain."Oh, ternyata masih kuliah," kata Mark.Mark sengaja melemparkan tatapan meledek pada Sean dan berkata, "Nggak nyangka Sean yang sudah jomblo bertahun-tahun ternyata suka yang muda?"Sean menyeringai sambil menuang segelas teh dan menyeruputnya. Dia menjawab, "Seingatku, aku sudah bilang ini. Meledek bos, potong setengah gaji.""Aku nggak peduli dengan gaji darimu ini," kata Mark sambil tersenyum. Lalu, dia merenggangkan pinggang.Mark berkata lagi, "Tapi kali ini kamu panggil aku pulang dengan cara begini agar kamu dan istrimu bisa bermain beberapa hari ke d
Sean menjawab sambil tersenyum, "Ya. Ke mana saja kamu? Kenapa basah kuyup?"Baru pada saat itu, Tiffany sadar bahwa dirinya basah kuyup. Pakaiannya yang basah juga membasahi pakaian Sean karena pelukannya.Tiffany buru-buru mundur dan tersenyum canggung. Dia menjelaskan, "Aku nggak ada kesibukan, jadi aku pergi ke halaman dan siram tanaman. Selangnya pecah tadi, tapi sudah kuperbaiki. Aku jadi basah semua ...."Tiffany merapatkan bibir. Lalu, dia berujar, "Aku ganti pakaian dulu, sebentar saja!"Setelah itu, Tiffany berlari ke lantai atas. Sepuluh menit kemudian, Tiffany yang sudah berganti pakaian berlari menuruni tangga. Tiffany mengembalikan seragam tukang kebun ke ruang istirahat pekerja, lalu kembali ke ruang tamu dan sekali lagi melempar diri ke dalam pelukan Sean."Sudah!" seru Tiffany. Tiffany sudah berganti pakaian kering, tetapi pakaian Sean basah. Tiffany merapatkan bibir dan berkata, "Sayang, maaf. Gimana kalau kamu ganti baju juga?""Nggak usah, begini juga boleh," jawab
Sean terkekeh-kekeh. Matanya yang tertutup kain hitam tertuju pada perut Tiffany yang datar. Dia berkata, "Aku justru ingin banget kasih Nenek hadiah ini, tapi benihnya baru ditanam kurang dari sebulan. Belum waktunya bertunas."Seketika, wajah dan telinga Tiffany memerah. Sean menambahkan, "Hanya bisa kasih hadiah biasa dulu untuk Nenek."Sean tersenyum puas melihat wajah Tiffany yang tersipu kemerahan. Dia berujar, "Dorong aku pergi makan. Kita pikirkan hadiahnya habis makan, oke?"Tiffany mengangguk dan menyahut, "Oke!"Sean tidak ingkar janji. Usai makan malam, Sean benar-benar membawa Tiffany ke mal untuk membeli hadiah. Dalam perjalanan, masih ada sedikit kekhawatiran di hati Tiffany.Sean tidak bisa melihat. Saat berkeliling di mal, Sean hanya bisa mendengar suara dan meraba-raba. Hari ini adalah hari Minggu. Jika mal terlalu ramai, walau Sean punya pendengaran yang sangat tajam, itu tidak ada gunanya ....Namun, sesampainya di mal, Tiffany baru sadar ... tidak ada orang? Mal ya
"Kenapa bicara begitu di atas panggung?" tanya Sean. Setelah pertunjukan berakhir, Sean menyuruh Sofyan untuk membawa pergi kostum kelinci itu.Ucapan di atas panggung tadi sama sekali tidak dipersiapkan sebelumnya. Sean sekalipun tidak menyangka istrinya yang bodoh ini akan mengatakan hal seperti itu.Tiffany tidak menyinggung siapa pun. Bahkan, Cathy yang selalu mengejek dan menyindirnya juga dipujinya.Tiffany mengelap keringatnya dengan tisu, lalu tersenyum dan menjawab, "Entahlah. Aku tiba-tiba kepikiran dan langsung mengucapkannya."Setelah mengganti pakaian, Tiffany menerima es krim yang disodorkan Sean. Sambil makan, dia meneruskan, "Entah kenapa, aku merasa Kakek sangat akrab denganku. Kalau lihat dia, aku langsung teringat nenekku. Makanya, aku bisa langsung mengatakan apa pun kepadanya.""Masa?" Sean memicingkan matanya."Ya." Tiffany mengangguk. "Sebenarnya aku paling canggung di depan orang asing atau yang nggak akrab denganku.""Sayang, coba kamu pikirkan. Aku bisa bicara
"Nanti aku akan belajar dari mereka. Setelah tarianku sudah bagus, aku akan menari lagi untukmu.""Oke, oke!" Derek bertepuk tangan dengan penuh semangat. "Kalau begitu, biarkan mereka mengajarimu nanti."Derek memicingkan matanya dan tiba-tiba bertanya, "Kalau begitu, kamu paling suka pertunjukan siapa?"Tiffany sontak termangu. Pertanyaan ini bisa membuatnya menyinggung orang. Namun, dia sama sekali tidak takut.Lagi pula, Tiffany memiliki ingatan yang sangat baik. Selama bertahun-tahun tinggal di desa, dia bisa membuat hampir semua orang tua menyukainya juga bukan tanpa alasan.Tiffany tersenyum. "Semuanya dong. Pertunjukan tari Latin tadi sangat lancar dan lincah. Kalau tubuhku sebagus Bu Willow, aku pasti mau belajar darinya!"Perkataan ini langsung membuat Willow yang merasa kesal menjadi tersenyum lebar."Tari Samba dari Bu Zevincy membuatku merasakan keindahan budaya asing. Sayangnya, aku nggak punya bakat olahraga. Gerakanku nggak bakal bisa selancar Bu Zevincy. Kalau menerima
Ucapan Derek membuat ekspresi Jayla sontak berubah. Dia mengernyit dan hendak berdiri untuk membantah, tetapi Cathy sudah berbicara dengan tenang, "Aku yang sudah salah paham pada Bu Tiffany.""Bu Tiffany bilang ingin menari untuk Kakek. Aku pikir sangat mencanggungkan kalau Bu Tiffany cuma menari untuk Kakek. Soalnya di sini ada banyak orang. Makanya, aku menyiapkan panggung sebagai hiburan untuk semua orang.""Siapa sangka, ternyata Bu Tiffany cuma ingin menari di ruang tamu untuk dilihat Kakek. Dia nggak bermaksud untuk mengajak orang lain."Sebenarnya tidak ada masalah dari perkataan ini, tetapi para wanita merasa kurang nyaman mendengarnya. Benar, ada begitu banyak tamu wanita di sini. Kenapa hanya Tiffany yang bisa menari di ruang tamu? Apa Tiffany ingin menyanjung Derek? Atas dasar apa dia punya hak istimewa?Bronson mengerutkan keningnya. Dia sudah hidup bertahun-tahun bersama Cathy sehingga tahu betul sifatnya. Cathy menyiapkan panggung ini jelas karena tidak suka melihat Tiff
Bronson mengangguk. "Pasti capek pakai kostum boneka seperti ini. Kelihatannya dia membuat persiapan dengan serius."Penonton di bawah panggung pun tertawa. Sementara itu, melalui lubang kecil di kostum bonekanya, Tiffany bisa melihat Sean memberi jempol padanya. Hal ini membuatnya makin bersemangat.Setelah selesai, Tiffany yang ada di dalam kostum boneka itu berkeringat deras. Penonton di bawah panggung juga tertawa sampai keringat mereka bercucuran. Suasana di atas dan di bawah panggung sangat meriah."Terima kasih, semuanya." Napas Tiffany terengah-engah. "Kalau begitu, aku turun dulu.""Tunggu!" Jayla bangkit dan bertanya melalui mikrofon dengan lantang, "Apa kamu bisa melepaskan penutup kepalamu?""Kalau kamu nggak melepaskannya, gimana kami bisa tahu kamu itu pria atau wanita? Jangan-jangan kamu bukan Tiffany?"Wajah Tiffany basah karena keringat. Rambutnya menempel di dahi. Penampilannya pasti terlihat sangat berantakan.Tiffany menggigit bibirnya sebelum menyahut, "Aku sudah b
Setelah Jayla selesai menari, giliran beberapa wanita lain yang tampil. Ada yang menari Latin, ada yang menari Samba, dan ada juga yang memainkan biola.Tiffany gugup hingga betisnya bergetar. Ini ... mereka semua sangat hebat! Di hadapan mereka, dia hanya seorang amatir .... Dia tidak punya keterampilan apa pun!Tidak lama kemudian, giliran Cathy. Lampu panggung padam. Kemudian, muncul kabut tebal dan seberkas cahaya sorot.Cathy muncul dengan mengenakan pakaian tradisional. Dia mengayunkan lengannya dan menari dengan anggun.Tiffany terpana. Tarian ini bahkan jauh lebih indah daripada tarian Julie. Dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Hatinya dilanda rasa gugup dan putus asa. Kali ini, dia akan malu besar ....Setelah Cathy selesai menari, terdengar tepuk tangan meriah dari penonton. Bronson memuji, "Tarian Cathy semakin bagus saja, bahkan lebih memukau daripada ...."Bronson terdiam sejenak dan tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Orang-orang di sekitar mulai berdiskusi."Tarian
Tangan Tiffany yang menggenggam sumpit sontak membeku. Mampuslah .... Dia sudah tahu dirinya tidak mungkin lolos begitu saja!Derek tersenyum sambil membelai janggutnya. "Sepertinya memang ada hal seperti itu, 'kan?"Cathy tersenyum tipis. "Kemarin aku bersikap lancang kepadamu. Setelah merenungkan kesalahanku, aku memutuskan untuk menebusnya. Jadi, aku membangun panggung kecil di halaman belakang supaya semua orang bisa menikmatinya."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Sementara itu, Derek tertawa terbahak-bahak. "Cathy, kamu perhatian sekali.""Seingatku, Cathy seorang penari yang hebat, 'kan?" Jayla bangkit dan tersenyum. "Sebagian besar wanita di sini juga sangat berbakat dalam bidang seni. Kami datang kemari untuk berteman, tapi rasanya nggak ada cara untuk mempererat hubungan."Jayla menatap Derek dengan mata berbinar-binar. "Karena sudah ada panggung, gimana kalau semua orang membuat pertunjukan untuk menghiburmu dan semua orang yang ada di sini? Dengan begini, kita semua bisa sem
Setelah sarapan, Tiffany mulai merasa cemas. Dia bilang dia akan menari untuk Derek dan itu hanya sebuah candaan yang dipelajarinya dari Julie.Dulu setiap kali kaki Julie sakit, Tiffany selalu menanyakan kabarnya. Lambat laun, Julie pun merasa terganggu dan akan bilang, "Aku baik-baik saja lho! Percaya nggak kalau besok aku bisa menari di depanmu?"Dulu ibu Julie adalah seorang penari. Jadi, ketika Julie masih kecil, ayahnya mengirimnya ke sekolah tari dan dia belajar menari selama bertahun-tahun.Makanya, kalimat "percaya nggak kalau besok aku bisa menari di depanmu" menjadi kalimat yang sering dilontarkan Julie.Tadi Tiffany hanya ingin membuat Derek senang, jadi tidak sengaja mengatakan kalimat seperti itu. Namun, faktanya dia tidak bisa menari ....Setelah kembali ke kamar, Tiffany berguling-guling di ranjangnya dengan cemas. "Aku sudah salah ... mampuslah aku. Seharusnya aku bilang akan melafalkan puisi kuno. Aku sangat jago menghafal!"Tiffany masih berguling tanpa henti. "Selai
"Kelinci yang terpojok juga bisa menggigit orang. Sepertinya peribahasa ini memang benar." Xavier menopang kepalanya dan tersenyum tipis sambil menatap Tiffany. Semakin dilihat, dia semakin merasa Tiffany sangat imut.Sementara itu, wajah Cathy tampak masam."Kamu terus mengatakan Keluarga Japardi menjunjung aturan." Sean tersenyum dingin, menuangkan air untuk Tiffany. "Tapi, apa Keluarga Japardi nggak mengajarimu untuk menilai sesuatu dari berbagai sisi? Setiap orang punya dua kaki. Bukankah itu pengetahuan umum?"Cathy menggertakkan giginya dengan geram. Bronson juga merasa sangat malu. Dia mengernyit dan menegur, "Cathy, minta maaf pada Bu Tiffany!"Cathy menarik napas dalam-dalam, lalu menggigit bibirnya dengan enggan. Kemudian, dia melirik Tiffany dan berujar, "Maafkan aku. Aku nggak seharusnya mengira kamu nggak terluka cuma karena kamu sengaja menyembunyikan satu kakimu. Aku sudah salah."Ini adalah permintaan maaf yang paling serius yang diterima Tiffany sejak memasuki rumah Ke
Tidak lama kemudian, pelayan tadi kembali bersama Cedric, dokter pribadi Keluarga Japardi.Cedric membawa kotak obatnya, lalu berjongkok untuk memeriksa kaki Tiffany. Dia berkata dengan alis berkerut, "Kakinya sudah bengkak sampai seperti ini. Siapa pun bisa lihat kalau kakinya terkilir, untuk apa kalian butuh aku untuk mengonfirmasinya?"Ruang makan langsung heboh. Bagaimanapun, ini adalah tempat untuk makan. Tiffany tidak mungkin menunjukkan pergelangan kakinya yang bengkak di depan umum. Semua orang juga tidak enak hati untuk mendekat dan melihat kakinya.Namun, Cathy dan Jayla yang berada di dekat sana pasti bisa melihatnya dengan jelas. Orang-orang mulai berkomentar.Cedric sudah mengonfirmasinya. Jadi, apa kedua gadis itu benar-benar tidak melihat pergelangan kaki Tiffany yang bengkak atau apakah mereka hanya berpura-pura tidak melihatnya?"Cederamu lumayan serius. Aku akan memberimu salep, jangan lupa oleskan sendiri nanti," ujar Cedric pada Tiffany.Usai berkata begitu, Cedric