Share

Bab 179

Penulis: Clarissa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 18:00:00
Sean terkekeh-kekeh. Matanya yang tertutup kain hitam tertuju pada perut Tiffany yang datar. Dia berkata, "Aku justru ingin banget kasih Nenek hadiah ini, tapi benihnya baru ditanam kurang dari sebulan. Belum waktunya bertunas."

Seketika, wajah dan telinga Tiffany memerah. Sean menambahkan, "Hanya bisa kasih hadiah biasa dulu untuk Nenek."

Sean tersenyum puas melihat wajah Tiffany yang tersipu kemerahan. Dia berujar, "Dorong aku pergi makan. Kita pikirkan hadiahnya habis makan, oke?"

Tiffany mengangguk dan menyahut, "Oke!"

Sean tidak ingkar janji. Usai makan malam, Sean benar-benar membawa Tiffany ke mal untuk membeli hadiah. Dalam perjalanan, masih ada sedikit kekhawatiran di hati Tiffany.

Sean tidak bisa melihat. Saat berkeliling di mal, Sean hanya bisa mendengar suara dan meraba-raba. Hari ini adalah hari Minggu. Jika mal terlalu ramai, walau Sean punya pendengaran yang sangat tajam, itu tidak ada gunanya ....

Namun, sesampainya di mal, Tiffany baru sadar ... tidak ada orang? Mal ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 180

    Tangan Sean yang memeluk Tiffany berangsur-angsur mengerat. Dia berkata, "Sebenarnya, yang penting hidupmu sendiri dijalani dengan baik."Tiffany menggelengkan kepala dan membantah, "Itu terlalu egois. Paman, Bibi, dan Nenek sudah besarkan aku. Aku harus rawat mereka dan beri kehidupan yang lebih baik pada mereka!"Tiffany melanjutkan, "Aku belum punya kemampuan besar sekarang, tapi kalau aku sudah jadi dokter hebat nanti, aku bisa menghidupi mereka!"Sean menatap wajah mungil Tiffany dan mengembuskan napas. Jika bukan karena Tiffany, anak orang kaya seperti Sean tidak akan pernah memahami betapa sukarnya kehidupan orang miskin.Belum pernah Sean bertemu dengan orang seperti Tiffany. Tiffany begitu gigih, mencintai kehidupan dan seluruh dunia. Sementara itu, kehidupan Sean dalam 13 tahun terakhir hanya dipenuhi kesepian dan kebencian.Sean membenci ketidakpedulian Keluarga Tanuwijaya terhadapnya. Sean membenci dirinya karena tidak bisa membunuh musuhnya. Sean membenci dunia ini yang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 181

    Sean terbangun karena ditelepon oleh Mark. Dia menjawab telepon dengan mata terpejam. Dia bertanya, "Ada apa?""Sean, apa maksudmu?" bentak Mark dengan marah. "Aku suruh kamu kirimkan pelayan wanita paling muda di rumahmu. Kenapa kamu kirim Kak Rika?""Mungkin karena Kak Rika memang yang paling muda," jawab Sean sambil menguap. Dia tidak tahu-menahu soal umur pelayan di rumahnya."Omong kosong!" teriak Mark dengan galak di telepon. "Kemarin aku jelas lihat ada satu yang lebih muda lagi di rumahmu!""Seberapa muda?" tanya Sean. Dia turun dari ranjang dan pergi mandi. "Aku nggak ingat ada pelayan muda di rumahku.""Ada!" teriak Mark dengan marah. "Yang aku lihat di halaman kemarin, yang siram tanaman itu! Dia muda dan cantik, lugu, dan imut banget! Aku mau yang itu!"Sean mengernyit. Wanita yang muda, cantik, lugu, dan imut. Sean teringat akan gadis kemarin yang melempar diri ke dalam pelukannya dalam keadaan basah."Deskripsimu benar." Sean membuang air kumur. "Tapi dia bukan pelayan."

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 182

    Tiffany berjanji, "Sayang, jangan khawatir. Aku pasti akan jauh-jauh kalau ketemu dia lagi!"Sean tertawa dengan suara rendah. Dia berkata, "Oke."Usai sarapan, Tiffany mulai mengemas barang-barang yang akan dibawa pulang ke kampung halaman. Hadiah untuk keluarganya memenuhi satu mobil."Aku ikut," kata Chaplin yang sudah melihat Tiffany untuk waktu yang lama dari pintu.Tiffany tidak bisa menahan senyum ketika mendengar suara pemuda yang lantang itu. Dia berucap, "Kamu boleh ikut kalau nggak keberatan kampungku miskin!"Lebih banyak orang lebih ramai! Selain itu, ada banyak kamar di rumah paman, pasti muat! Oleh karena itu, pemuda berpakaian biru itu kembali ke kamar dengan girang untuk mengemas barang.Setelah barang-barang selesai dikemas, Tiffany mendorong Sean untuk naik ke mobil. Begitu mobil berjalan, Tiffany bahkan bersenandung karena girang.Mungkin karena kampung halamannya terpencil, lagu yang disenandungkan oleh Tiffany adalah lagu tren puluhan tahun yang lalu. Chaplin yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 183

    Tiffany mengenal wanita itu. Dia adalah Wenda yang berasal dari desa yang sama dengannya. Saat mengungkit kampung halamannya pada Sean dua hari lalu, Tiffany sudah memberitahukan bahwa dia dan Wenda tidak akur sejak kecil. Wenda selalu ingin menjatuhkannya di setiap kesempatan yang ada.Untungnya, Tiffany diterima di Universitas Srinen karena nilai ujian nasionalnya yang tinggi. Sementara itu, Wenda tidak diterima di universitas mana pun. Setelah lulus SMA, Wenda langsung pulang ke rumah dan menikah dengan jodoh kencan buta. Sejak itu, dunia Tiffany menjadi jauh lebih tenang. Namun, Tiffany tidak menyangka ketika dia bisa bertemu dengan Wenda ketika dia mendadak membawa Sean keluar dari mobil untuk pergi makan. Benar-benar kebetulan.Pada saat ini, Wenda yang memakai gaun ibu hamil berjalan menuju Tiffany dengan sikap dingin. Sambil berjalan, Wenda mencibir dan mengejek, "Beberapa hari lalu, keluargaku bilang Tiffany nikah dengan orang lumpuh setelah masuk kuliah."Wenda menyindir, "L

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 184

    Tiffany melanjutkan, "Kalau kamu kebanyakan tenaga, rawat janin dalam kandunganmu saja. Nggak usah cari masalah di mana-mana, oke?"Kemarahan Tiffany sudah memuncak. Akan tetapi, Wenda tidak menyerah. Wenda memprovokasi, "Kenapa? Kamu mau pukul aku? Coba saja! Aku ini ibu hamil. Memangnya kamu bisa tanggung konsekuensinya?" Tiffany menarik napas dalam-dalam. Dia menggertakkan gigi dan mencibir, lalu berkata, "Kamu yang minta."Plak! Tiffany langsung menampar Wenda dengan keras. Tiffany berseru, "Aku tampar wajahmu. Kamu nggak bisa bilang janin dalam kandunganmu tersakiti, 'kan? Aku kuliah jurusan kedokteran. Kamu nggak bisa tipu aku."Wenda terbengong karena tamparan itu. Sama sekali tak terpikir olehnya ... Tiffany yang dulunya pasrah dia ejek dan marahi, yang hanya fokus belajar akhirnya melawan! Bahkan berani menamparnya!Tiffany mendongakkan kepala dan memelototi Wenda dengan ekspresi mata dingin. Dia mengangkat tangan untuk menampar lagi. Wenda mundur secara refleks. Seorang pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 185

    Sean memicingkan mata. Orang lain berpikir dia tidak bisa melihat. Pada kenyataannya, dia dapat melihat gerakan semua orang dengan jelas dari balik kain hitam. Sean menarik Tiffany ke dalam pelukan untuk melindunginya. Dia berkata, "Ternyata warga desa terpencil memang biadab. Kalian semua punya orang tua dan anak, tapi kalian mengintimidasi kami. Kalian nggak takut karma?"Detik berikutnya, terdengar bunyi guntur nyaring dari langit yang mendung dari tadi, seolah-olah menjawab omongan Sean. Orang yang penakut tidak berani bergerak. Orang yang berani tetap mendekat ke arah Tiffany dan Sean. Akan tetapi, mereka hanya mengelilingi, tidak berani benar-benar memukul Sean. Suami Wenda yang bertubuh kekar pun dipelintir tangannya hingga terkilir."Hajar mereka! Aku traktir kalian minum nanti!" teriak Wenda. Dia memegang pergelangan tangan suaminya yang terkilir dan menangis karena sakit hati! Suaminya yang selalu mengintimidasi orang lain. Kapan suaminya pernah dikalahkan? Hajar! Harus ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 186

    Melihat rombongan itu memasuki kedai mi, bos buru-buru menyambut dengan antusias. Dia memuji, "Nak, kamu benar-benar hebat!"Bos mengambilkan buku menu untuk Tiffany dan berujar, "Suaminya Wenda sudah lama menjadi tiran di kota ini. Nggak nyangka akhirnya ketemu lawan tangguh juga!"Tiffany sering makan di kedai mi itu saat duduk di bangku SMA. Dia cukup akrab dengan bos. Sambil memesan makanan, Tiffany mengernyit dan menjawab, "Benaran?""Iya." Bos mengembuskan napas dan melanjutkan, "Wenda hamil. Beberapa waktu lalu, mereka bikin acara dan minta setiap keluarga pergi ke acara. Sebenarnya, bukan karena kami dekat, tapi minta kami kasih uang."Tiffany tercengang, lalu bertanya, "Bos pergi nggak?"Bos mengembuskan napas lagi. Dia menjawab, "Kalau berani nggak pergi, mampus nanti. Lebih baik kayak kamu, pergi dari kota ini. Dunia di luar lebih baik. Rumah makanku ini juga nggak tahu bisa bertahan sampai kapan ...."Setelah Tiffany memesan makanan, bos pergi ke dapur. Entah mengapa, Tiffa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 187

    Indira melirik Sean yang berada di kejauhan. Ekspresi wajahnya agak suram. Dia merendahkan suara dan berkata, "Belakangan ini, Santo yang tinggal di sebelah bertengkar dengan pamanmu. Dia setiap hari bergosip di desa. Dia bilang pamanmu nggak berguna sampai harus nikahkan kamu dengan orang lumpuh baru bisa obati penyakit nenekmu."Indira menatap pada Tiffany dengan ekspresi menegur. Dia bertanya, "Kenapa kamu nggak kabari dulu sebelum kamu pulang? Orang-orang di desa tertawakan keluarga kita dalam beberapa hari terakhir. Akhir-akhir ini, pamanmu juga diam di rumah saja karena itu. Kamu malah bawa Pak Sean pulang sekarang. Mau tambah masalah?"Santo adalah ayahnya Wenda. Mendengar omongan Indira, Tiffany akhirnya paham mengapa Wenda sengaja mencari masalah dengannya di kota barusan. Ternyata karena konflik antara Santo dan pamannya.Tiffany merapatkan bibir dan bertanya, "Gimana ini ...."Tiffany terlalu girang karena Sean bisa meluangkan waktu untuk menemaninya. Dia sama sekali tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 345

    Setelah mendengar penjelasan Sean, Tiffany baru mengerti dia sudah terjebak dalam permainan Derek. Dia cemberut dan mengeluh, "Para pebisnis ini terlalu licik."Tiffany menggesekkan kepalanya ke pelukan Sean dengan ekspresi sedih. "Sayang, apa tadi aku salah bicara?"Sikap Tiffany yang manja membuat Sean menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia pun mengangkat tangannya dan mengelus kepala Tiffany dengan lembut. "Ini juga bukan salahmu. Meskipun kamu nggak bicara, arti dari perkataan Derek pun tetap sama. Bedanya hanya ada yang mengiakan atau nggak saja."Tiffany cemberut karena hatinya masih terasa tidak nyaman. "Kalau begitu, kelak aku nggak akan sembarangan bicara lagi. Orang-orang kaya ini terlalu menakutkan."Sean tersenyum dan mencium bibir Tiffany yang lembut. "Aku juga orang kaya, apa aku menakutkan?"Saat mengatakan itu, tatapan mata Sean makin menggoda dan berbahaya. Tiffany yang ketakutan melihat tatapannya seperti itu segera bangkit dari pelukannya dan melangkah mundur s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 344

    "Bagaimana pendapat Pak Bronson tentang dirinya?" tanya Sean.Mendengar perkataan itu, tatapan Bronson langsung menjadi tajam.Namun, Derek yang berada di samping Bronson hanya tersenyum ramah. "Jangan emosi."Setelah mengatakan itu, Derek tersenyum pada Sean. "Aku yang meminta Cathy untuk mengundangmu menghadiri pesta ulang tahun Bronson kali ini. Sebenarnya masalah ini juga bukannya nggak ada jalan keluarnya. Beberapa hari lagi, kami akan mengumumkan sebuah rahasia Keluarga Japardi yang sudah kami simpan selama bertahun-tahun di pesta ulang tahun Bronson.""Siapa pun yang bisa membantu kami memecahkan rahasia ini, berarti sudah sangat membantu Keluarga Japardi. Kami akan memberikan hak istimewa pada orang itu untuk memerintah Keluarga Japardi melakukan satu hal yang kami mampu."Derek yang rambutnya sudah memutih semua itu mengelus janggutnya dan tersenyum pada Tiffany dan Sean, lalu melanjutkan, "Keluarga Japardi punya prinsip sendiri, uang dan relasi nggak bisa membuat kami melangg

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 343

    Tiffany langsung tertegun sejenak saat ditanya tentang ibunya. Dia menatap Bronson dengan ekspresi bingung, "Kamu bertanya ... tentang ibuku?"Sean menerima cangkir teh yang dihidangkan pelayan, lalu tersenyum pada Bronson. "Pak Bronson, istriku ini yatim piatu. Dia dibesarkan oleh paman dan bibinya sejak kecil, dia nggak punya orang tua."Bronson langsung tertegun dan ekspresinya terlihat canggung. "Kalau begitu ... maaf, aku sudah terlalu lancang."Mendengar perkataan Bronson, Derek pun mengamati Tiffany dari atas ke bawah sambil mengelus janggutnya. "Hm. Memang sangat mirip."Tatapan dari kedua pria itu membuat Tiffany merasa tidak nyaman, tetapi dia hanya bisa menundukkan kepala dan tidak berani berbicara.Sean menganggukkan kepalanya sedikit dan tersenyum. "Apa yang Pak Derek katakan, aku nggak terlalu paham.""Nggak apa-apa. Haha."Derek tersenyum dan berkata, "Istrimu sangat mirip dengan seseorang yang pernah ada di Keluarga Japardi, jadi Bronson baru lancang menanyakan tentang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 342

    Tiffany yang memang sudah merasa malu, wajahnya makin memerah dan panas saat mendengar Sean memanggilnya dengan suara yang begitu memikat. Dia pun menundukkan kepala dengan malu-malu dan berkata dengan suara yang lembut, "Sayang ....""Hm ...."Sean mengernyitkan alis, lalu menyerahkan handuk pada Tiffany. "Kamu pergi memperbaikinya di kamar mandi."Tiffany langsung tertegun sejenak. Melihat ekspresi Sean yang agak aneh, dia langsung merasa ada yang tidak beres. Dia pun menatap Sean dengan ragu dan bertanya, "Sayang, kamu nggak ... membuatku terlihat sangat jelek, 'kan?"Sean menggelengkan kepalanya. "Nggak jelek."Bagi Sean, Tiffany adalah bidadarinya. Seperti apa pun penampilan Tiffany, dia tidak merasa Tiffany jelek.Tiffany mengambil handuk itu dan masuk ke kamar mandi. "Argh! Sean!"Mendengar suara Tiffany yang histeris dari kamar mandi, Sean berdeham pelan dan membuka pintu kamar. "Coba tanyakan apa ada pelayan di rumah Keluarga Japardi yang ahli dalam merias wajah."...."Kamu s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 341

    Tiffany tertegun sejenak, lalu segera mengerti. Dia biasanya memang hanya suka mengenakan celana jin dan kaus putih, tetapi sekarang dia sedang berada di luar. Dia datang untuk menemani Sean pesta keluarga bangsawan, pakaiannya tentu saja tidak boleh terlalu santai. Jika tidak, dia pasti akan menerima ejekan seperti yang dilakukan Cathy tadi.Dia menuangkan semua isi koper itu keluar dengan cemberut. Pakaiannya terlihat indah, jelas merupakan merek internasional yang dirancang dengan sangat cermat. Gaunnya juga cantik dan sepatunya berkilauan, tetapi hak sepatunya tidak terlalu tinggi. Kelihatan jelas, Sean juga menyadari dia jarang memakai sepatu hak tinggi.Namun, saat melihat tumpukan parfum dan kosmetik itu, Tiffany merasa ragu. Dia tidak berdandan. Dia menatap Sean dengan ekspresi meringis. "Aku agak menyesal nggak mengajak Kak Rika ke sini."Saat bepergian sebelumnya, Tiffany sudah berkata akan mengajak Rika jika mereka bepergian lagi. Sebelum datang berangkat ke sini, dia memang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 340

    Tiffany mengangguk, lalu turun dari mobil. Di luar mobil, suasananya sangat berbeda.Tiffany tidak menyangka, di tanah asing ini, dia bisa melihat bangunan yang begitu klasik dan penuh nuansa kuno. Bangunannya besar dan megah, seperti istana kuno, bahkan bisa dibilang seperti kastil. Gunung buatan, aliran sungai kecil, halaman, lorong berukir, dan taman yang hijau.Tiffany sampai curiga dia salah tempat. Tempat ini ... bukan lokasi syuting? Jika bukan karena orang-orang yang mengenakan setelan jas berlalu-lalang di dalam bangunan, dia pasti mengira dirinya telah melakukan perjalanan waktu!Seperti mengetahui pemikiran Tiffany, pelayan Keluarga Japardi mulai memberi penjelasan sambil memimpin jalan, "Tuan tua kami sangat menyukai benda-benda bergaya klasik, jadi tuan besar kami membangun rumah seperti ini untuknya."Tiffany terpana melihat semuanya, lalu berkata dengan takjub, "Tuan Besar Keluarga Japardi sangat berbakti ya?""Tentu saja!" Pelayan itu tersenyum lebar dan melanjutkan, "T

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 339

    Sean menjulurkan tangan dan berjabat tangan dengan Cathy dengan ringan. "Halo.""Mobil kami di sana." Cathy menunjuk menunjuk ke mobil di belakangnya dengan anggun. Kemudian, dia berbalik dan memimpin jalan.Karena Chaplin dan Sofyan yang membawa koper agak lambat, Sean berbalik untuk membantu mereka. Jadi, Cathy berjalan di depan bersama Tiffany.Cathy tidak menyembunyikan kebenciannya kepada Tiffany. "Bisnis Pak Sean di Elupa begitu besar. Aku kira orang sukses seperti dia akan lebih mengikuti kata hati.""Tapi, ternyata Pak Sean sama seperti orang lain. Demi kepentingannya sendiri, dia memilih untuk bersama wanita sepertimu."Kemudian, Cathy memandang Tiffany dengan sinis dari atas hingga bawah. "Di kota kalian, kamu seharusnya termasuk sosok sosialita, 'kan? Kenapa pakaiannya begitu sembarangan?"Tiffany merasa bingung. Dia mengernyit dan bertanya, "Sosialita?""Ya." Cathy tersenyum dingin. "Kamu sangat kurus dan nggak punya daya tarik. Kamu bisa menikahi pria seperti Pak Sean past

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 338

    Tiffany terkejut, lalu mendongak menatap Sean. "Dia bilang, kamu beli banyak. Banyak apa?"Sean meletakkan satu tangan di depan mulut, lalu batuk dengan pelan. "Waktunya berangkat."Tiffany menatapnya dengan curiga. Kemudian, dia menoleh menatap Rika yang masih mengemas barang.Rika menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa dia tidak tahu apa-apa. Sean merasa agak canggung dan melirik Rika. "Aku panggil Pak Sofyan dulu untuk angkat koper."Setelah itu, Sean bergegas berbalik dan pergi. Tiffany hanya bisa merenung. Apa pria ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya?....Sebelum berangkat, Tiffany memeriksa jarak dari Kota Aven ke Kota Idali di peta. Menurut perkiraannya, mereka seharusnya akan transit di Kota Sleba.Namun, Sean malah membawanya melalui jalur VIP dan naik pesawat pribadi. Ini pertama kalinya Tiffany naik pesawat, bahkan pesawat pribadi.Di dalam pesawat, Tiffany tidak bisa menutupi rasa senangnya. Dia mengenakan sabuk pengaman dengan kencang, lalu duduk di kursi sambil

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 337

    Sebelum pergi ke Elupa, Tiffany menghadiri kelas dulu. Dia ingin meminta maaf kepada dosennya. Setengah bulan lalu, dia mengambil cuti karena kondisinya yang tidak sehat. Sekarang, dia harus mengambil cuti lagi selama satu minggu tiga hari.Dosen tidak terkejut lagi. "Tiffany, biar kuingatkan ya. Setelah cuti sepuluh hari ini, kamu akan langsung menghadapi ujian akhir. Semester lalu, kamu mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran. Kalau nilaimu turun kali ini, aku nggak bisa memaafkanmu lho!"Tiffany yang merasa malu hanya bisa tersenyum kepada dosennya."Ya, aku tahu.""Jangan cuma tahu!" Dosen meliriknya dengan tatapan tajam. "Jangan lupa bawa buku pelajaran supaya kamu bisa belajar!"Tiffany mengangguk serius dan mengingat semua nasihat dosennya. Setelah pulang dan mengemas barang, Tiffany pun memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam koper dengan patuh.Rika sampai heran melihatnya. "Nyonya, kamu ke Elupa untuk berlibur, 'kan? Kenapa ...." Kenapa harus bawa buku pelajaran? Apa n

DMCA.com Protection Status