Share

Bab 172 & 173

Author: Clarissa
Bahkan kepala pelayan yang berdiri di samping juga mulai mengantuk mendengarkan cerita Tiffany yang sepertinya tak akan berakhir. Mereka tidak kenal seorang pun di desa itu dan jelas tak ada yang peduli, bukan?

Namun, Sean tetap mendengarkan dengan sabar sambil mengelus kepala Tiffany dengan lembut. Sesekali, dia bahkan bertanya dengan penasaran, "Lalu, apa Wenny akhirnya menikah?" atau "Apa anak pamanmu juga bisa manjat pohon?" Bahkan, dia sampai bertanya tentang usia nenek di desa yang sering diceritakan Tiffany.

Rika dan Genta tak habis pikir. Apakah ini benar-benar tuan mereka? Sean yang biasanya terlalu cuek bahkan untuk mendengar gosip seputar saudaranya, kini duduk tenang mendengarkan cerita sehari-hari dari desa Tiffany?

Memang benar, cinta bisa membuat orang kehilangan nalar sepenuhnya ....

Tiffany yang berbaring di pangkuan Sean terus bercerita hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Sean menunduk dan membelai rambutnya yang hitam sambil tersenyum lembut. Lalu, dia mendong
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
...mang main berapa ronde tif???Sampek lemes gitu.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 174

    "Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" Bagaimanapun, Rika adalah pelayan yang sudah bekerja selama bertahun-tahun di sini. Begitu melihat telepon Sean, dia langsung memahami maksudnya.Tiffany mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Aku ingin makan mie ...."Sambil bicara, dia mendongak melihat Sean sekilas. "Ya, tiga porsi mie."Rika yang berada di lantai bawah terkejut. Tiga porsi?"Nyonya, aku sangat paham dengan nafsu makan Tuan. Selelah apa pun, dia nggak akan makan dua porsi mie."Tiffany menggenggam erat telepon itu dengan wajah tersipu. "Itu ... aku yang mau makan dua porsi."Rika terdiam.Setengah jam kemudian, Rika mengantarkan tiga mangkuk mie kuah ke lantai atas. Sean menghabiskan jatahnya dalam sekejap. Setelah itu, Sofyan datang memberitahunya bahwa ada masalah di perusahaan yang harus ditanganinya, sehingga Sean langsung bergegas ke ruang kerja setelah selesai makan.Sementara itu, Tiffany bersantai di jendela dan mendengarkan musik sambil menikmati mangkuk kedua mie. Tiba-ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 175

    Ucapan Julie membuat Tiffany ragu sejenak. Dia tertawa, lalu menimpali, "Aku tetap memilih untuk percaya sama Kak Garry. Bagaimanapun, suamiku berjasa terhadap Kak Garry. Kalaupun Kak Garry nggak suka sama dia, setidaknya dia nggak akan celakain suamiku."Julie mencibir. "Semoga saja dia memang sebaik yang kamu bilang ...."Setelah mengobrol sejenak, Julie baru mengakhiri panggilan itu karena masih ada urusan mendadak yang harus diurusnya. Tiffany pun menyimpan kembali ponselnya.Meski telah banyak "berolahraga" dengan Sean tadi pagi, energi Tiffany menjadi penuh lagi setelah menghabiskan dua mangkuk mie. Saking bersemangatnya, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menghabiskan energi ini.Tiffany keluar dari kamar tidur. Dia samar-samar mendengar suara Sean dan Sofyan sedang berbincang di ruang kerja. Sepertinya memang banyak urusan perusahaan yang harus ditangani Sean.Karena tidak ingin mengganggu Sean dan merasa sedikit bosan, Tiffany memutuskan untuk turun ke lantai baw

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 176

    Mark seketika basah kuyup. Ini sungguh di luar dugaannya. Selama bertahun-tahun di luar negeri, Mark selalu dijunjung tinggi oleh orang-orang ke mana pun dia pergi. Alhasil, saat bertamu ke rumah teman baiknya, dia disiram oleh pelayan menggunakan selang air!Mark mengernyit karena jengkel. Dia bertanya, "Memangnya aku kelihatannya baik-baik saja?"Tiffany merapatkan bibir sambil mengamati Mark yang basah kuyup. Sepertinya tidak baik-baik saja ...."Ada baju ganti di mobilku," kata Mark sambil melirik Tiffany dengan jengkel. Dia menyerahkan kunci mobilnya kepada Tiffany, lalu memerintahkan, "Ambilkan."Untungnya, Mark memiliki kebiasaan untuk menyimpan pakaian ganti di mobil karena sering melakukan perjalanan bisnis mendadak pada sebelumnya."Oh," sahut Tiffany sambil mengambil kunci mobil. Dia pergi mencari di kursi belakang mobil. Benar saja, dia menemukan satu set pakaian pria, lengkap dengan dalaman dan luaran.Tiffany berlari kecil sepanjang jalan untuk membawakan pakaian itu pad

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 177

    Mark duduk di ruang tamu Keluarga Tanuwijaya. Dia minum teh sambil bertanya, "Di mana istrimu?"Sean mengernyit saat menjawab, "Mungkin sedang kuliah."Saat makan mi barusan, Sofyan memberitahukan sepertinya ada kendala di Elupa sehingga Sean pergi ke ruang kerja. Sean benar-benar melupakan Tiffany. Akan tetapi, Tiffany seharusnya pergi ke kampus. Selain bersekolah dan belajar mandiri, Tiffany sepertinya tidak punya hiburan lain."Oh, ternyata masih kuliah," kata Mark.Mark sengaja melemparkan tatapan meledek pada Sean dan berkata, "Nggak nyangka Sean yang sudah jomblo bertahun-tahun ternyata suka yang muda?"Sean menyeringai sambil menuang segelas teh dan menyeruputnya. Dia menjawab, "Seingatku, aku sudah bilang ini. Meledek bos, potong setengah gaji.""Aku nggak peduli dengan gaji darimu ini," kata Mark sambil tersenyum. Lalu, dia merenggangkan pinggang.Mark berkata lagi, "Tapi kali ini kamu panggil aku pulang dengan cara begini agar kamu dan istrimu bisa bermain beberapa hari ke d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 178

    Sean menjawab sambil tersenyum, "Ya. Ke mana saja kamu? Kenapa basah kuyup?"Baru pada saat itu, Tiffany sadar bahwa dirinya basah kuyup. Pakaiannya yang basah juga membasahi pakaian Sean karena pelukannya.Tiffany buru-buru mundur dan tersenyum canggung. Dia menjelaskan, "Aku nggak ada kesibukan, jadi aku pergi ke halaman dan siram tanaman. Selangnya pecah tadi, tapi sudah kuperbaiki. Aku jadi basah semua ...."Tiffany merapatkan bibir. Lalu, dia berujar, "Aku ganti pakaian dulu, sebentar saja!"Setelah itu, Tiffany berlari ke lantai atas. Sepuluh menit kemudian, Tiffany yang sudah berganti pakaian berlari menuruni tangga. Tiffany mengembalikan seragam tukang kebun ke ruang istirahat pekerja, lalu kembali ke ruang tamu dan sekali lagi melempar diri ke dalam pelukan Sean."Sudah!" seru Tiffany. Tiffany sudah berganti pakaian kering, tetapi pakaian Sean basah. Tiffany merapatkan bibir dan berkata, "Sayang, maaf. Gimana kalau kamu ganti baju juga?""Nggak usah, begini juga boleh," jawab

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 179

    Sean terkekeh-kekeh. Matanya yang tertutup kain hitam tertuju pada perut Tiffany yang datar. Dia berkata, "Aku justru ingin banget kasih Nenek hadiah ini, tapi benihnya baru ditanam kurang dari sebulan. Belum waktunya bertunas."Seketika, wajah dan telinga Tiffany memerah. Sean menambahkan, "Hanya bisa kasih hadiah biasa dulu untuk Nenek."Sean tersenyum puas melihat wajah Tiffany yang tersipu kemerahan. Dia berujar, "Dorong aku pergi makan. Kita pikirkan hadiahnya habis makan, oke?"Tiffany mengangguk dan menyahut, "Oke!"Sean tidak ingkar janji. Usai makan malam, Sean benar-benar membawa Tiffany ke mal untuk membeli hadiah. Dalam perjalanan, masih ada sedikit kekhawatiran di hati Tiffany.Sean tidak bisa melihat. Saat berkeliling di mal, Sean hanya bisa mendengar suara dan meraba-raba. Hari ini adalah hari Minggu. Jika mal terlalu ramai, walau Sean punya pendengaran yang sangat tajam, itu tidak ada gunanya ....Namun, sesampainya di mal, Tiffany baru sadar ... tidak ada orang? Mal ya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 180

    Tangan Sean yang memeluk Tiffany berangsur-angsur mengerat. Dia berkata, "Sebenarnya, yang penting hidupmu sendiri dijalani dengan baik."Tiffany menggelengkan kepala dan membantah, "Itu terlalu egois. Paman, Bibi, dan Nenek sudah besarkan aku. Aku harus rawat mereka dan beri kehidupan yang lebih baik pada mereka!"Tiffany melanjutkan, "Aku belum punya kemampuan besar sekarang, tapi kalau aku sudah jadi dokter hebat nanti, aku bisa menghidupi mereka!"Sean menatap wajah mungil Tiffany dan mengembuskan napas. Jika bukan karena Tiffany, anak orang kaya seperti Sean tidak akan pernah memahami betapa sukarnya kehidupan orang miskin.Belum pernah Sean bertemu dengan orang seperti Tiffany. Tiffany begitu gigih, mencintai kehidupan dan seluruh dunia. Sementara itu, kehidupan Sean dalam 13 tahun terakhir hanya dipenuhi kesepian dan kebencian.Sean membenci ketidakpedulian Keluarga Tanuwijaya terhadapnya. Sean membenci dirinya karena tidak bisa membunuh musuhnya. Sean membenci dunia ini yang te

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 181

    Sean terbangun karena ditelepon oleh Mark. Dia menjawab telepon dengan mata terpejam. Dia bertanya, "Ada apa?""Sean, apa maksudmu?" bentak Mark dengan marah. "Aku suruh kamu kirimkan pelayan wanita paling muda di rumahmu. Kenapa kamu kirim Kak Rika?""Mungkin karena Kak Rika memang yang paling muda," jawab Sean sambil menguap. Dia tidak tahu-menahu soal umur pelayan di rumahnya."Omong kosong!" teriak Mark dengan galak di telepon. "Kemarin aku jelas lihat ada satu yang lebih muda lagi di rumahmu!""Seberapa muda?" tanya Sean. Dia turun dari ranjang dan pergi mandi. "Aku nggak ingat ada pelayan muda di rumahku.""Ada!" teriak Mark dengan marah. "Yang aku lihat di halaman kemarin, yang siram tanaman itu! Dia muda dan cantik, lugu, dan imut banget! Aku mau yang itu!"Sean mengernyit. Wanita yang muda, cantik, lugu, dan imut. Sean teringat akan gadis kemarin yang melempar diri ke dalam pelukannya dalam keadaan basah."Deskripsimu benar." Sean membuang air kumur. "Tapi dia bukan pelayan."

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 609

    "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Ketika kalimat itu diucapkan dengan suara rendah oleh Sean, hati Tiffany tak kuasa bergetar. Baik lima tahun yang lalu maupun sekarang, kalimat ini selalu membawa kehangatan aneh setiap kali mendengar Sean mengatakannya.Terutama di saat seperti ini. Mereka telah terpisah selama lima tahun penuh. Lima tahun sudah cukup untuk mengubah banyak hal, cukup lama untuk membuat seseorang menjadi pribadi yang benar-benar berbeda.Namun, setelah bertemu lagi dan di saat dirinya difitnah, Sean masih bisa duduk dengan tenang di kursi belakang mobilnya dan berkata, "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Perasaan dan ketulusan seperti ini membuatnya tersentuh. Tiffany menarik napas dalam-dalam. Senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. "Kalau begitu, terima kasih, Pak Sean.""Sama-sama, Dok Tiff." Sean menyandarkan kedua lengannya di belakang kepala. "Tapi, kulihat tadi ada beberapa mahasiswa yang mengambil foto di kelas. Aku rasa masalah ini nggak ak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 608

    "Malam ini aku masih ingin makan pangsit buatanmu."Tiffany memutar matanya. "Nggak mood buat."Dia benar-benar tidak mengerti kenapa tiba-tiba muncul seseorang yang ingin memperjuangkan keadilan untuk Zion, seolah-olah dia adalah orang jahat di sini.Cedera tangan Tiffany sangat parah dulu. Setiap beberapa waktu, dia harus pergi ke Elupa untuk menjalani perawatan.Suatu kali, saat dia sedang dalam perjalanan untuk berobat, rumah sakit menerima pasien dengan kondisi medis yang sangat kompleks.Tanpa mengabari Tiffany, Zion merasa kondisi pasien sangat mirip dengan salah satu kasus yang pernah dia tangani bersama Tiffany sebelumnya.Demi membuktikan kemampuannya, dia nekat mengajukan diri untuk menangani operasi, bahkan berbohong kepada rumah sakit bahwa rencana operasinya adalah hasil arahan Tiffany.Saat itu, kondisi pasien cukup mendesak. Karena pihak rumah sakit tidak dapat menghubungi Tiffany, mereka pun memercayai Zion.Akibatnya, terjadi insiden medis yang cukup besar. Jika bukan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 607

    Quinn tertegun sejenak, baru menyadari bahwa Sean sedang menyindirnya dengan kata-katanya sendiri. Wajahnya langsung memerah karena marah. "Aku hanya nggak tahan melihat ini terjadi!""Kalau begitu, ada satu pertanyaan." Sean tersenyum tipis. "Bahkan kamu, seorang mahasiswa biasa, bisa nggak tahan dan tahu soal 'kebenaran' ini. Tapi anehnya, rahasia sebesar ini bisa tersembunyi begitu dalam, sampai-sampai seluruh dunia medis Kota Kintan nggak mengetahuinya dan butuh mahasiswa sepertimu menegakkan keadilan?"Wajah Quinn langsung pucat pasi. Dia menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Tiffany sudah melangkah naik ke podium dengan ekspresi tenang. Hanya alisnya yang berkerut sedikit."Tentang insiden malapraktik Zion, aku jarang membicarakannya. Dia adalah murid pertamaku dan dulu adalah rekan terbaikku. Saat insiden itu terjadi, aku benar-benar sedih dan terpukul.""Aku nggak ingin orang lain menghakimi dirinya dan aku juga memahami perasaannya saat itu. Tapi, dia mema

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 606

    Semakin berbicara, Quinn semakin emosi. Hingga akhirnya, dia langsung menangis tersedu-sedu.Dia menepis tangan satpam yang menahannya, suaranya penuh dengan isak tangis. "Tiffany! Jangan kira aku nggak tahu rahasiamu! Kamu punya dua anak! Kamu juga punya seorang suami!""Tapi, pria yang selalu ada di sisimu ini sudah mengejarmu sejak lama! Kamu bukan hanya tidak menolaknya, tapi bahkan pernah masuk hotel bersamanya!"Setelah berkata demikian, Quinn langsung menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. Di foto itu, terlihat Tiffany sedang membantu Sean masuk ke hotel setelah makan malam di restoran. Saat itu, Sean mengalami sakit perut karena makan makanan yang terlalu pedas.Karena sudut pengambilan gambar, foto itu tampak seperti Tiffany tersenyum bahagia sambil menggandeng lengan Sean dengan mesra.Foto itu ditambah dengan tuduhan yang dilontarkan Quinn, membuat seluruh kelas langsung gempar!Di Kota Kintan, Tiffany adalah ahli bedah jantung nomor satu. Dia adalah sosok yang dihormati da

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 605

    Menghadapi tuduhan tak berdasar dari Quinn, Tiffany tersenyum dingin. Tak ada lagi kelembutan di matanya seperti sebelumnya.Tiffany tahu bahwa bersikap terlalu baik hanya akan membuat seseorang dimanfaatkan dan dirugikan.Dia menatap Quinn dengan tatapan dingin. "Aku bermain dengan banyak orang? Aku bahkan nggak ingat aku pernah 'bermain' denganmu. Apa aku perlu membuktikan dengan fakta bahwa aku sudah punya anak untuk memberitahumu aku ini bukan lesbian?"Kata-kata Tiffany membuat seluruh ruangan kelas tiba-tiba sunyi. Sesaat kemudian, para mahasiswa mulai tertawa terbahak-bahak.Quinn tertegun, mungkin dia tidak menyangka Tiffany akan menanggapinya dengan kalimat seperti itu.Namun, dia segera tersenyum sinis, menatap Tiffany dengan dingin. "Akhirnya kamu menunjukkan sisi aslimu. Aku sudah berkali-kali bilang pada Kak Zion kalau kamu ini munafik, tapi dia nggak percaya!""Sekarang akhirnya kamu memperlihatkan wajah aslimu, 'kan? Kamu sama sekali nggak baik, nggak manis, dan cuma wan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 604

    Namun, tak pernah sekali pun Xavier mengirimkan mawar, apalagi buket sebesar ini.Selain itu, sejak setahun yang lalu, setelah Tiffany meminta Xavier untuk tidak lagi mengirimkan bunga, dia memang tidak pernah lagi menerima bunga dari Xavier."Bu, ini dari suamimu ya?" Seorang mahasiswi di barisan terdepan tersenyum menatap Tiffany. "Kamu beruntung sekali!"Tiffany tertawa dengan canggung. Karena dia memiliki dua anak, banyak orang sering bertanya tentang ayah dari anak-anaknya.Akhirnya, Tiffany dan Xavier sepakat bahwa di depan orang lain, mereka akan mengaku sebagai pasangan suami istri. Dengan begitu, Tiffany bisa menolak para pria yang mencoba mendekati, sekaligus menghindari pertanyaan tentang mengapa dia menjadi ibu tunggal.Jadi, di mata banyak orang, Xavier memang adalah suaminya. Hanya beberapa orang yang tahu bahwa hubungan mereka sebenarnya lebih seperti saudara."Cih." Mahasiswi yang tadi bertanya, Quinn, tersenyum mencela. Di tengah kerumunan yang merasa iri terhadap Tiff

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 603

    Sore itu, Tiffany memiliki kelas di Universitas Kedokteran Kintan. Seperti biasa, dia mempersiapkan materi sesuai dengan kebiasaan mahasiswa dan memulai kelas tepat pukul 2 siang.Sebagai dokter bedah jantung terbaik di Kota Kintan, Tiffany sangat percaya diri bahwa dia bisa memberikan materi dengan baik.Namun, di kelas sore itu, dia bertemu dengan seorang mahasiswi yang sengaja mencari gara-gara. "Bu."Saat sesi tanya jawab, seorang mahasiswi berdiri dan menatap Tiffany. "Apakah semua penyakit jantung bisa disembuhkan?"Tiffany mengangguk. "Secara teori, kalau jantungnya nggak hancur total, dengan kemajuan medis saat ini, semua penyakit jantung dapat diobati."Mahasiswi itu menyipitkan matanya. "Tapi, kalau sejak awal sebuah jantung sudah rusak, apakah jantung itu bisa diperbaiki dengan keahlianmu?"Tiffany segera menyadari bahwa yang dimaksud oleh mahasiswi itu bukan "jantung" yang sedang dibahas dalam kelas.Namun, dia tetap tersenyum lembut. "Nggak ada jantung yang sejak awal rusa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 602

    Tiffany mengernyit, keluarga Sanny?"Maksudmu Conan?" Dia mengerutkan kening dan hendak membuka data rawat inap Sanny. "Kenapa? Perlu menghubungi keluarganya untuk pembayaran? Kenapa nggak langsung ke bangsalnya saja?""Bukan, bukan!" Suster muda itu buru-buru menggeleng, wajahnya memerah karena gugup.Suster lain tersenyum penuh arti ke arah Tiffany. "Kami bukan membicarakan suaminya! Tapi ... adiknya. Kudengar adiknya masih lajang lho!"Tiffany tertegun. "Adiknya?" Sean?"Ya." Para suster mulai saling mendorong dengan wajah memerah. "Dia ganteng banget!""Kudengar dia juga kaya raya. Uang itu nomor dua, yang penting itu wajahnya! Apalagi, auranya begitu luar biasa. Setiap gerak-geriknya buat orang jatuh hati ...."Setelah bergosip panjang lebar, mereka akhirnya memandang Tiffany dengan penuh harapan. "Dok Tiff, kamu 'kan sudah nikah. Kamu pasti nggak ngerti perasaan kami para jomblo saat melihat pria berkualitas tinggi ....""Kami sudah berdiskusi lama dan akhirnya memutuskan untuk m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 601

    "Karena aku bukan bagian dari Keluarga Tanuwijaya. Aku tahu kapan harus bersikap profesional."Tiffany tersenyum menatap Conan dengan tatapan sedingin es. "Jangan berpikir terlalu jauh. Aku bersedia mengoperasi Sanny bukan karena ingin berdamai dengan Keluarga Tanuwijaya, juga bukan karena aku memilih untuk memaafkan.""Pertama, aku adalah seorang dokter dan dia adalah pasien. Tugas seorang dokter adalah merawat pasien. Karena kalian datang ke rumah sakit kami, sudah menjadi kewajibanku untuk memberikan yang terbaik.""Kedua, penyakitnya hampir sama dengan yang dialami ibuku dulu. Aku mengoperasinya karena penyakit ini sangat langka dan aku telah meneliti kasus ini selama hampir lima tahun. Aku butuh praktik."Setelah mengatakannya, Tiffany mendongak menatap Conan. "Masih ada pertanyaan?"Conan membuka mulutnya, tetapi tidak bisa berbicara. Sesaat kemudian, dia menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu, karena penyakit istriku sama seperti yang dialami ibumu, ke depannya ...."Tiffany m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status