Share

Bab 171

Author: Clarissa
Mata bundar Tiffany yang jernih langsung berbinar. Dia menatap Garry dengan membelalak. "Kak, benar juga katamu! Selama ini, suamiku selalu berobat sama Charles dan pakai pengobatan barat. Mungkin saja pengobatan tradisional bisa ada harapan!"

Melihat wajahnya yang gembira, Garry tersenyum. "Aku cuma kasih saran, nggak berarti pengobatan tradisional bisa nyembuhin. Tapi mungkin kamu bisa bawa suamimu untuk mencobanya, siapa tahu bisa berhasil?"

Tiffany buru-buru mengangguk. "Oke! Kalau begitu, apa Kak Garry bisa beri aku alamat tabib itu? Biar aku bisa bawa suamiku ke sana!"

"Di sebuah gunung di dekat desa kita." Setelah berpikir sejenak, Garry melanjutkan, "Tapi, Tiff. Kusarankan sebaiknya kamu bawa suamimu ke sana dengan alasan untuk berlibur, sekalian berobat di tabib tua itu."

Tiffany mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

Garry mulai meyakinkan Tiffany dengan lembut, "Pertama-tama, tabib tua itu ada hubungan keluarga denganku. Suamimu selalu merasa waswas padaku. Kalau kamu kasih tahu dul
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Tiffany PIN PIN BO nih...jadi sebel deh...gampang banget terpengaruh omongannya Gerry...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 172 & 173

    Bahkan kepala pelayan yang berdiri di samping juga mulai mengantuk mendengarkan cerita Tiffany yang sepertinya tak akan berakhir. Mereka tidak kenal seorang pun di desa itu dan jelas tak ada yang peduli, bukan?Namun, Sean tetap mendengarkan dengan sabar sambil mengelus kepala Tiffany dengan lembut. Sesekali, dia bahkan bertanya dengan penasaran, "Lalu, apa Wenny akhirnya menikah?" atau "Apa anak pamanmu juga bisa manjat pohon?" Bahkan, dia sampai bertanya tentang usia nenek di desa yang sering diceritakan Tiffany.Rika dan Genta tak habis pikir. Apakah ini benar-benar tuan mereka? Sean yang biasanya terlalu cuek bahkan untuk mendengar gosip seputar saudaranya, kini duduk tenang mendengarkan cerita sehari-hari dari desa Tiffany?Memang benar, cinta bisa membuat orang kehilangan nalar sepenuhnya ....Tiffany yang berbaring di pangkuan Sean terus bercerita hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Sean menunduk dan membelai rambutnya yang hitam sambil tersenyum lembut. Lalu, dia mendong

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 174

    "Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" Bagaimanapun, Rika adalah pelayan yang sudah bekerja selama bertahun-tahun di sini. Begitu melihat telepon Sean, dia langsung memahami maksudnya.Tiffany mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Aku ingin makan mie ...."Sambil bicara, dia mendongak melihat Sean sekilas. "Ya, tiga porsi mie."Rika yang berada di lantai bawah terkejut. Tiga porsi?"Nyonya, aku sangat paham dengan nafsu makan Tuan. Selelah apa pun, dia nggak akan makan dua porsi mie."Tiffany menggenggam erat telepon itu dengan wajah tersipu. "Itu ... aku yang mau makan dua porsi."Rika terdiam.Setengah jam kemudian, Rika mengantarkan tiga mangkuk mie kuah ke lantai atas. Sean menghabiskan jatahnya dalam sekejap. Setelah itu, Sofyan datang memberitahunya bahwa ada masalah di perusahaan yang harus ditanganinya, sehingga Sean langsung bergegas ke ruang kerja setelah selesai makan.Sementara itu, Tiffany bersantai di jendela dan mendengarkan musik sambil menikmati mangkuk kedua mie. Tiba-ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 175

    Ucapan Julie membuat Tiffany ragu sejenak. Dia tertawa, lalu menimpali, "Aku tetap memilih untuk percaya sama Kak Garry. Bagaimanapun, suamiku berjasa terhadap Kak Garry. Kalaupun Kak Garry nggak suka sama dia, setidaknya dia nggak akan celakain suamiku."Julie mencibir. "Semoga saja dia memang sebaik yang kamu bilang ...."Setelah mengobrol sejenak, Julie baru mengakhiri panggilan itu karena masih ada urusan mendadak yang harus diurusnya. Tiffany pun menyimpan kembali ponselnya.Meski telah banyak "berolahraga" dengan Sean tadi pagi, energi Tiffany menjadi penuh lagi setelah menghabiskan dua mangkuk mie. Saking bersemangatnya, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menghabiskan energi ini.Tiffany keluar dari kamar tidur. Dia samar-samar mendengar suara Sean dan Sofyan sedang berbincang di ruang kerja. Sepertinya memang banyak urusan perusahaan yang harus ditangani Sean.Karena tidak ingin mengganggu Sean dan merasa sedikit bosan, Tiffany memutuskan untuk turun ke lantai baw

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 176

    Mark seketika basah kuyup. Ini sungguh di luar dugaannya. Selama bertahun-tahun di luar negeri, Mark selalu dijunjung tinggi oleh orang-orang ke mana pun dia pergi. Alhasil, saat bertamu ke rumah teman baiknya, dia disiram oleh pelayan menggunakan selang air!Mark mengernyit karena jengkel. Dia bertanya, "Memangnya aku kelihatannya baik-baik saja?"Tiffany merapatkan bibir sambil mengamati Mark yang basah kuyup. Sepertinya tidak baik-baik saja ...."Ada baju ganti di mobilku," kata Mark sambil melirik Tiffany dengan jengkel. Dia menyerahkan kunci mobilnya kepada Tiffany, lalu memerintahkan, "Ambilkan."Untungnya, Mark memiliki kebiasaan untuk menyimpan pakaian ganti di mobil karena sering melakukan perjalanan bisnis mendadak pada sebelumnya."Oh," sahut Tiffany sambil mengambil kunci mobil. Dia pergi mencari di kursi belakang mobil. Benar saja, dia menemukan satu set pakaian pria, lengkap dengan dalaman dan luaran.Tiffany berlari kecil sepanjang jalan untuk membawakan pakaian itu pad

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 177

    Mark duduk di ruang tamu Keluarga Tanuwijaya. Dia minum teh sambil bertanya, "Di mana istrimu?"Sean mengernyit saat menjawab, "Mungkin sedang kuliah."Saat makan mi barusan, Sofyan memberitahukan sepertinya ada kendala di Elupa sehingga Sean pergi ke ruang kerja. Sean benar-benar melupakan Tiffany. Akan tetapi, Tiffany seharusnya pergi ke kampus. Selain bersekolah dan belajar mandiri, Tiffany sepertinya tidak punya hiburan lain."Oh, ternyata masih kuliah," kata Mark.Mark sengaja melemparkan tatapan meledek pada Sean dan berkata, "Nggak nyangka Sean yang sudah jomblo bertahun-tahun ternyata suka yang muda?"Sean menyeringai sambil menuang segelas teh dan menyeruputnya. Dia menjawab, "Seingatku, aku sudah bilang ini. Meledek bos, potong setengah gaji.""Aku nggak peduli dengan gaji darimu ini," kata Mark sambil tersenyum. Lalu, dia merenggangkan pinggang.Mark berkata lagi, "Tapi kali ini kamu panggil aku pulang dengan cara begini agar kamu dan istrimu bisa bermain beberapa hari ke d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 178

    Sean menjawab sambil tersenyum, "Ya. Ke mana saja kamu? Kenapa basah kuyup?"Baru pada saat itu, Tiffany sadar bahwa dirinya basah kuyup. Pakaiannya yang basah juga membasahi pakaian Sean karena pelukannya.Tiffany buru-buru mundur dan tersenyum canggung. Dia menjelaskan, "Aku nggak ada kesibukan, jadi aku pergi ke halaman dan siram tanaman. Selangnya pecah tadi, tapi sudah kuperbaiki. Aku jadi basah semua ...."Tiffany merapatkan bibir. Lalu, dia berujar, "Aku ganti pakaian dulu, sebentar saja!"Setelah itu, Tiffany berlari ke lantai atas. Sepuluh menit kemudian, Tiffany yang sudah berganti pakaian berlari menuruni tangga. Tiffany mengembalikan seragam tukang kebun ke ruang istirahat pekerja, lalu kembali ke ruang tamu dan sekali lagi melempar diri ke dalam pelukan Sean."Sudah!" seru Tiffany. Tiffany sudah berganti pakaian kering, tetapi pakaian Sean basah. Tiffany merapatkan bibir dan berkata, "Sayang, maaf. Gimana kalau kamu ganti baju juga?""Nggak usah, begini juga boleh," jawab

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 179

    Sean terkekeh-kekeh. Matanya yang tertutup kain hitam tertuju pada perut Tiffany yang datar. Dia berkata, "Aku justru ingin banget kasih Nenek hadiah ini, tapi benihnya baru ditanam kurang dari sebulan. Belum waktunya bertunas."Seketika, wajah dan telinga Tiffany memerah. Sean menambahkan, "Hanya bisa kasih hadiah biasa dulu untuk Nenek."Sean tersenyum puas melihat wajah Tiffany yang tersipu kemerahan. Dia berujar, "Dorong aku pergi makan. Kita pikirkan hadiahnya habis makan, oke?"Tiffany mengangguk dan menyahut, "Oke!"Sean tidak ingkar janji. Usai makan malam, Sean benar-benar membawa Tiffany ke mal untuk membeli hadiah. Dalam perjalanan, masih ada sedikit kekhawatiran di hati Tiffany.Sean tidak bisa melihat. Saat berkeliling di mal, Sean hanya bisa mendengar suara dan meraba-raba. Hari ini adalah hari Minggu. Jika mal terlalu ramai, walau Sean punya pendengaran yang sangat tajam, itu tidak ada gunanya ....Namun, sesampainya di mal, Tiffany baru sadar ... tidak ada orang? Mal ya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 180

    Tangan Sean yang memeluk Tiffany berangsur-angsur mengerat. Dia berkata, "Sebenarnya, yang penting hidupmu sendiri dijalani dengan baik."Tiffany menggelengkan kepala dan membantah, "Itu terlalu egois. Paman, Bibi, dan Nenek sudah besarkan aku. Aku harus rawat mereka dan beri kehidupan yang lebih baik pada mereka!"Tiffany melanjutkan, "Aku belum punya kemampuan besar sekarang, tapi kalau aku sudah jadi dokter hebat nanti, aku bisa menghidupi mereka!"Sean menatap wajah mungil Tiffany dan mengembuskan napas. Jika bukan karena Tiffany, anak orang kaya seperti Sean tidak akan pernah memahami betapa sukarnya kehidupan orang miskin.Belum pernah Sean bertemu dengan orang seperti Tiffany. Tiffany begitu gigih, mencintai kehidupan dan seluruh dunia. Sementara itu, kehidupan Sean dalam 13 tahun terakhir hanya dipenuhi kesepian dan kebencian.Sean membenci ketidakpedulian Keluarga Tanuwijaya terhadapnya. Sean membenci dirinya karena tidak bisa membunuh musuhnya. Sean membenci dunia ini yang te

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status