Share

004

Author: Novisi
last update Last Updated: 2024-05-07 10:47:20

Setelah mendapat perawatan medis, Bima diperbolehkan kembali pulang sembari menunggu jadwal kemoterapi.

Setelah Cempaka dagang, ia langsung ke rumah sakit untuk membenahi barang pribadi Bima.

"Kemoterapi ini pengobatan utama, ada obat antikanker yang akan dimasukkan melalui pembuluh darah, otot, bahkan diminum. Dengan terapi ini obat akan menjangkau seluruh tubuh, Cempaka," jelas Danendra kala pria itu berkunjung ke kamar rawat.

Cempaka tahu kalau kemoterapi punya efek samping yang tidak main-main.

Ia memandang iba pada anaknya, Bima, yang tengah memainkan robot-robotan dari Danendra di ranjangnya. Setitik air mata jatuh membasahi pipi Cempaka yang langsung diusapnya.

Cempaka tidak mau sampai ketahuan Bima bila menangis. Bima butuh semangat kuat untuk hidup darinya sebagai ibu.

"Kita pulang dulu, ya, Sayang, hari ini," ucap Cempaka mendekati Bima.

"Asyiknya... Aku sudah bosan di sini, Ma, mau bermain bersama kakak juga sudah rindu pada teman sekolah," sahut Bima antusias dengan binar mata menunjukkan kegembiraan.

Cempaka tersenyum lalu mengusap kepala Bima dengan penuh rasa sayang. Ia pun merindukan Saras.

Selama di rumah sakit, komunikasinya pada Saras sangatlah singkat, sekalipun mereka bertemu di rumah. Baginya, pasti Saras bingung mendapati ibunya bolak balik le rumah sakit.

Cempaka memutuskan belum memberitahu Saras mengenai penyakit yang diderita adiknya, mencari waktu yang tepat, itulah makanya Cempaka hanya mengatakan sabar pada Saras saat bocah perempuan itu ingin bermanja pada ibunya.

Sewaktu Cempaka berbenah, pintu kamar rawat terbuka. Sempat berpikir perawat yang masuk, rupanya sosok dokter yang selama ini merawat Bima datang.

Cempaka sigap mendekati Danendra.

"Em, apa ada lagi yang mau disampaikan?" Cempaka tidak ingin percakapan berat mereka akan diserap oleh Bima seperti sanggahannya pada sang ibu tempo hari tentang Danendra.

Jalan Danendra yang tertutup membuat pria itu berhenti sejenak lalu memandang penampilan Cempaka. Ada kantung di bawah mata Cempaka, sekelilingnya menghitam.

Danendra menduga Cempaka pasti kelelahan membagi waktu untuk bekerja sekaligus merawat Bima.

Danendra bergeser mengambil langkah mendekati ranjang Bima.

"Sudah siap pulang, Bima?" tanya Danendra yang dianggap Cempaka sebagai basa-basi.

"Sudah, Om," jawab Bima ceria.

"Tidak jumpa om lagi, dong?"

Cempaka memutar bola mata dan menipiskan bibir mendengar percakapan yang tak penting yang dikeluarkan Danendra pada Bima, menurut Cempaka.

"Om bisa datang main ke rumah," saran Bima yang membuat Cempaka menggaruk kepala.

"Wah, om senang sekali diundang main ke rumah. Siang ini om anterin pulang, ya," tawar Danendra yang dihadiahi pelototan dari Cempaka.

Baik Danendra maupun Bima tidak mengetahui ekspresi berlebih Cempaka lantaran ia berada di belakang tubuh Danendra sehingga menutupi Bima melihat ibunya.

"Senang... senang...," sahut Bima mengangkat robotnya tinggi-tinggi.

Cempaka mengembuskan napas melalui mulut, ia tidak bisa menyela percakapan dua lelaki beda usia itu. Dengan pasrah Cempaka menerima ide mereka berdua.

"Semua barang sudah beres?" tanya Danendra menoleh ke belakang.

"Kamu bukannya ada praktek?" Cempaka masih berusaha agar Danendra berubah pikiran di saat terakhir.

Danendra tersenyum. "Dari mana kamu tahu aku ada jadwal praktek?"

Cempaka kelabakan menjawab, ia tahu dari informasi yang dicari dari media sosial resmi milik rumah sakit.

"Hari ini aku praktek sore, masih bisa antarkan kalian pulang," lanjut Danendra.

Harusnya Cempaka sudah curiga dari awal atas niat Danendra. Pria itu datang tanpa busana rutin yang dipakai saat berkunjung ke kamar rawat inap.

Saat ini pria itu memakai kemeja dan celana biasa layaknya orang bekerja, tanpa jas putih dan stetoskop.

Ketiga orang itu keluar dari rumah sakit, Danendra melajukan kendaraan roda empat di jalanan Bekasi yang cukup padat.

Kurang lebih tiga puluh menit akhirnya mereka pun tiba di rumah.

Cakrawati dan Saras menyambut kedatangan Bima dengan paras riang gembira.

"Selamat datang kembali di rumah, Bima," sambut Saras dengan gerakan layaknya keramahan petugas hotel.

Mereka tertawa melihat aksi yang disuguhkan oleh Saras kepada Bima.

"Selamat datang juga, Om." Saras menyalami Danendra dengan sopan, pria itu membalas dengan mengusap kepala Saras.

Danendra pun dipersilakan Cakrawati masuk yang ditanggapi baik oleh pria itu dengan membuka sepatu.

Cempaka melihat gerak tubuh Danendra dengan embusan napas panjang seakan-akan ia keberatan dengan itu.

Hanya saja, Cempaka tak bisa berbuat banyak karena keluarganya menyukai Danendra.

Cakrawati mengajak kedua cucunya untuk masuk. Saras dan Bima menurut. Namun, panggilan Danendra menghentikan langkah mereka.

Danendra keluar rumah, ia pergi ke mobil lalu mengambil sesuatu dan menyerahkan pada Saras dan Bima dua kantong kertas berisikan mainan.

Keduanya melonjak senang sampai-sampai Cakrawati khawatir dengan kesehatan Bima.

"Tidak apa-apa, Bu, Bima tidak serapuh gelas kaca," tegur Danendra pada Cakrawati yang sigap melarang Bima bergerak.

Kedua bocah itu masuk untuk membuka mainan baru yang dihadiahi oleh Danendra ditemani sang nenek.

"Kamu tidak perlu repot-repot membawakan anak-anak mainan," ucap Cempaka dengan paras dingin, tatapannya masih tertuju ke arah anak-anaknya pergi.

Danendra menoleh pada Cempaka setelah dirinya duduk di bangku yang berbeda dengan Cempaka.

Hela napas Danendra didengar oleh Cempaka, ia pun memandang ke arah Danendra.

"Apa tidak lebih mudah mengatakan 'terima kasih'?" tanya Danendra yang dianggap Cempaka menyindir dirinya.

Ia bukan tidak ingin berterima kasih, hanya saja Cempaka khawatir hadiah itu akan berdampak buruk pada anak-anaknya, yakni ketagihan hadiah.

"Aku tidak pernah biasakan mereka dengan banyak hadiah, banyak mainan. Hidup harus selaras dengan keadaan," sanggah Cempaka.

"Kalau kamu tidak ingin memberi, aku rasa tidak masalah. Demikian denganku, kalau mau memberi, jangan menjadi masalah besar, Cempaka."

Cempaka ingin mendebat ucapan Danendra, kedatangan Cakrawati dengan nampan berisi air minum dan makanan ringan membuat Cempaka mengurungkan niat.

"Diminum, ya, Nak Dane. Hanya air putih." Danendra mengangguk menerima gelas yang disodorkan Cakrawati.

"Air putih terbaik untuk kesehatan, Bu." Danendra meneguk sebanyak dua kali.

"Apa Nak Dane sudah makan siang, ketepatan ibu masak cukup banyak siang ini. Kalau bisa, makan di sini," tawar Cakrawati membuat ekspresi Cempaka berubah dengan bola mata membesar dan mulut terbuka layaknya orang terkejut mendengar berita.

"Wah, pas, Bu. Saya memang lapar. Sempat pagi tadi mendengar omelan keluarga pasien jadi membuat lebih cepat lapar," sambut Danendra tersenyum sambil memegang perutnya.

Cempaka tahu persis siapa keluarga pasien yang dimaksud.

Cakrawati bergeser ke dapur, tinggallah Danendra dengan Cempaka yang siap memuntahkan sanggahan lainnya.

"Cempaka, belajarlah lebih ramah seperti ibu dan anak-anak. Aku rasa tidak ada ruginya hidup dengan sikap ramah."

Sewaktu Danendra berdiri untuk melangkah, Cempaka yang terbakar dengan teguran Danendra langsung menarik lengan kemeja pria itu.

"Jangan mempermainkan ibu dan anak-anakku, Dane. Aku bisa menduga kamu punya rencana di balik ini semua."

Danendra menarik tangannya ke atas lalu memperbaiki lengan kemejanya.

"Kalau pun ada rencana yang pasti tidak akan merugikan siapa pun."

Danendra berlalu dari hadapan Cempaka, perut pria itu semakin lapar dengan terlibat perdebatan tak kunjung usai dengan Cempaka.

Related chapters

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   005

    Sepekan dilewati Cempaka dengan rasa sedih mengingat Bima, ia tidak konsentrasi saat berjualan, alhasil saat memberi kembalian kadang kurang seringkali berlebih."Selisih lagi?" tanya Cakrawati malam hari saat Saras dan Bima telah tertidur.Cempaka mengangguk pasrah."Pembelinya tidak beritahu kalau dikasih kelebihan," sesalnya. Cempaka berdiri mengambil segelas air lalu meminumnya dan kembali duduk di bangku dekat dapur."Ya, pelangganmu banyakan anak-anak. Mereka senanglah kalau dikasih kelebihan."Cempaka mengangguk lagi usai meneguk air dari dalam gelas."Ikhlaskan.""Ya, Bu," sahut Cempaka sembari mengemasi catatan penjualan beserta uang hasil jerih payahnya hari ini."Pekan depan Bima mulai kemoterapi, Bu. Bima harus dalam keadaan fit menjalaninya.""Ibu akan temani Bima," usul Cakrawati membuat Cempaka terdiam. Dirinya sebagai ibu juga ingin hadir menemani Bima, hanya saja tuntutan hidup tidak memberinya kesempatan."Sejak Bang Haris berpulang, roda hidupku rasanya sulit berput

    Last Updated : 2024-05-07
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   006

    "Mama senang dengar kamu bakal menikahi Cempaka. Lama mama tidak jumpa Cempaka," ujar Qonita, ibunda Danendra, melalui sambungan telepon.Danendra bergeming, ia hanya melapor apa yang baru saja terjadi."Dibanding istri kamu itu, Cempaka lebih baik. Dia selalu memakai alasan konflik dengan mertua untuk berpisah dengan kamu, padahal mama sekedar mengingatkan kalau kamu itu dokter dengan tugas seabrek," lanjut Qonita menyinggung persoalan Natali."Ma, tidak perlu kita bahas soal Natali.""Mama angkat soal istri kamu itu, supaya mata kamu terbuka Dane. Dia menginginkan berpisah dari kamu, kamu bilang sekarang dia sudah punya pasangan lain. Lihat, mama tidak salah menilai."Danendra menyugar rambutnya. Malam ini ia lelah sekali usai dari rumah Cempaka langsung menghubungi Qonita. "Mau di mana pernikahan dilangsungkan? Balikpapan, tempat mama, atau Bekasi?" Qonita mulai merasa Danendra tidak nyaman lantaran membahas soal Natali, maka ia menanyakan perihal pernikahan."Bekasi saja, Ma. Bim

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   007

    Cempaka tersenyum sembari mengangguk. Cempaka pun salut pada kinerja Danendra dalam menangani Bima."Mantan Dane dulu tidak mengerti itu, keberatan kalau Dane terus bekerja, dibilangnya tidak dapat perhatian. Dibilangnya lagi, mama yang menghasut Dane." Secara kebetulan, sejak mereka berkenalan, Cempaka telah memanggil mama pada Qonita.Lukito mencolek istrinya, ia segan menegur dengan kata pada Qonita yang berani menceritakan tentang masa lalu anaknya. ***Pernikahan Danendra dan Cempaka digelar terbatas, hanya keluarga yang menghadiri pernikahan mereka. Qonita dan Lukito pun tidak berlama-lama di Bekasi lantaran bisnis yang tak bisa ditinggal lama. Malam hari pernikahan, mereka putuskan untuk kembali ke Balikpapan. "Dalam kamar ini ada dua ranjang terpisah untuk kita masing-masing. Jangan biarkan ibu atau anak-anak masuk ke dalam."Pandangan Cempaka menyapu kamar besar milik Danendra. Cukup mengagetkan bagi Cempaka ternyata Danendra telah menyediakan ranjang terpisah bagi mereka.

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   008

    Mereka makan dengan lahap, terutama Bima dan Saras yang sedang tahap pertumbuhan. Danendra menitipkan pesan pada asistennya, Saidah, agar menyediakan makanan sehat di rumahnya."Makananya enak?" tanya Cempaka. "Ya, Ma. Makanan yang luar biasa," puji Saras."Tadi uti memasak bersama bik Saidah," ungkap Cakrawati. "Kamu mau nambah?" Anggukan Saras menjadi jawaban."Danendra seorang dokter anak, dia memesan bahan makanan yang menyehatkan di rumah," ungkap Cempaka, teringat pada pesan pria itu agar percaya pada Saidah sebagai juru masak di rumah."Cempaka, kamu masih panggil nak Dane dengan sebutan nama?"Cempaka yang sedang mengunyah hanya memberi anggukan."Ibu rasa kamu harus punya panggilan khusus, tidak menyebut nama suami."Kunyahan Cempaka memelan hingga berhenti, ia merasa kesulitan menelan, kerongkongan seolah-olah terisi penuh.Cempaka meraih segelas air lalu meneguknya."Saras dan Bima tadi memanggil Om Dane dengan sebutan Bapak," lapor Bima dari bangku seberang meja.Cempaka

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   009

    "Ganti pakaian Saras di mobil, aku keluar." Danendra memberi sepasang pakaian milik Saras yang sengaja dibawanya dari rumah, menjauh dari mobil.Cempaka menurut tanpa menggerutu lagi. Setelah berpikir jernih dalam perjalanan menuju parkiran mobil, Cempaka merasa Danendra ada benarnya.Namun, ia masih kurang suka dengan cara penyampaian Danendra yang cenderung menghakimi.Danendra mengajak Saras dan Cempaka ke restoran untuk makan malam. Di perjalanan tadi, tidak ada suara Cempaka dan Danendra, kecuali Saras yang bernyanyi mengikuti lagu anak di dalam mobil.Saras menikmati makan malam, sesekali Danendra mengajak Saras bicara, tetapi tidak terhadap Cempaka.Dengan suasana hati seperti itu, nafsu makan Cempaka menurun. Ia meletakkan garpu dan sendok di piring yang masih berisi.Namun, apa yang diharapkannya? Danendra bersikap sebagai seorang suami?Cempaka mengernyih mendapati pikirannya yang tidak sehat. Melunjak! tegur Cempaka pada diri sendiri."Mama, kenapa? Sudah selesai makan?" Ce

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   010

    Suasana pagi di meja makan diiringi tawa bahagia Saras dan Bima."Saras, mulai besok kamu akan diantar jemput sopir, namanya Pak Heru," sela Danendra yang sedang menikmati sarapan."Apa mama ikut mengantarkan?" tanya Saras. "Tidak. Apa Saras keberatan?" Danendra balik bertanya.Saras menggeleng, hanya saja parasnya datar. Cakrawati dapat menerjemahkan raut lain pada cucunya. "Biar Uti yang temanin Saras, yah. Mama bersama Bima." Cakrawati berusaha memberi penjelasan.Paras Saras yang awalnya gembira menjadi sayu. "Sesekali mama akan mengantarkan Saras, kok. Mama menemani Bima. Berbagi tugas," hibur Cempaka. Proses sarapan terhenti sebentar.Saras tersenyum, ia teringat pada pesan Cempaka tentang penyakit yang diderita Bima bisa ditanyakan pada Danendra. "Pak, aku mau bertanya, boleh?" tanya Saras antusias dibalas anggukan Danendra. "Kanker itu apa, sih? Aku tanya ke mama, mama bilang tanya ke Bapak."Danendra melirik tajam Cempaka yang meringis mendengar pengakuan putri pertamany

    Last Updated : 2024-05-15
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   011

    "Aku tidak ingin kamu terlalu jauh turut campur pada hidup anak-anakku. Kamu harus punya batasan dengan mengomunikasikannya padaku."Mendengar penolakan beruntun dari Cempaka membuat Danendra sulit mengerti cara istrinya berpikir."Apa sepicik itu pikiran kamu?"Danendra berpaling badan ke arah Cempaka."Pernikahan ini terjadi karena ada mereka, aku bertanggung jawab membantu anak dari kakak sepupuku yang telah tiada. Lagipula, aku seorang dokter jadi tahu Bima masih bisa dapat hak pendidikan."Cempaka bergeming bersamaan Danendra menarik handle dalam pintu mobil."Sebaiknya kamu keluar," ucap Danendra mendorong pintu sedannya.Diliriknya Danendra yang telah duduk menatap jauh ke arah depan, enggan menoleh pada Cempaka. "Nanti malam apa pun yang mau didiskusikan, aku punya waktu."Perlahan Cempaka keluar dari dalam mobil, tanpa permisi Danendra memacu kendaraan keluar dari halaman kediamannya.Helaan napas dalam sekalian pertanyaan apakah dirinya keterlaluan terhadap Danendra mencuat

    Last Updated : 2024-05-15
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   012

    Sekalipun demikian, Danendra tidak berniat untuk mencicipi masakan Cempaka. Danendra telah kenyang karena makan di luar.Danendra memasuki kamarnya yang gelap gulita, hanya ada berkas cahaya rembulan yang masuk dari sela jendela.Danendra menyalakan lampu remang agar kakinya tidak menabrak apa pun saat berjalan. Ia melihat gerak Cempaka yang sepertinya terganggu dengan cahaya remang itu.Ia mengamati Cempaka yang mulai duduk menyapu pandangan."Sudah pulang?" "Ya."Danendra menaruh tas kerjanya, melangkah ke arah lemari.Merasa jawaban pendek Danendra sebagai tanda pria itu tidak ingin terlibat percakapan, Cempaka memutuskan untuk tidur kembali.Usai membasuh tubuh, Danendra beristirahat pula. Tidak ada obrolan penting yang dilakukan sepasang suami istri itu.Pagi hari, Cempaka terbangun. Janji Danendra untuk membicarakan masalah pendidikan Bima semalam berlalu begitu saja. Ia paham kesibukan Danendra menyita waktu.Cempaka menyeru pada dirinya, perhatian Danendra begitu baik pada an

    Last Updated : 2024-05-15

Latest chapter

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   105

    Sepekan berlalu, Danendra rutin setiap hari mengirimkan buket bunga mawar untuk istrinya. Sayangnya, ia terus menemukan buket cantik itu di tong sampah belakang rumah.Danendra tahu benar kalau istrinya sangat menyukai mawar.Ada perasaan tersinggung muncul di awal, Danendra memahami bila ia patut mendapat perlakuan seperti itu dari Cempaka.Ini hari kedelapan, masih berlangsung demikian. Selain itu, Danendra berusaha mengajak Cempaka untuk berdialog berdua, makan malam, sampai jalan-jalan bersama, Cempaka kekeh menolak."Apalagi yang harus aku lakukan? Waktu semakin mendekat," lirihnya usai praktek di poliklinik.Danendra tetap bekerja secara profesional, sekalipun pikirannya tertuju pada Cempaka.[Sudah makan?]Danendra mengirim pesan pada Cempaka. Hanya centang dua biru tanpa ada balasan.Danendra menggaruk-garuk kepala, menepuki wajah, sampai menggosok matanya, saking bingung menghadapi istrinya."Memang cukup saja satu istri, sakit kepala kalau ada masalah seperti ini."***"Sara

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   104

    Hubungan Danendra dan Cempaka tidak berangsur membaik, hal paling ditakutkan Danendra malah terjadi lebih cepat."Kita bisa mengurus perceraian lebih cepat." Cempaka duduk di seberang meja kerja Danendra di rumahnya.Jantung Danendra terasa sesak, seperti akan berhenti berdetak. Wajahnya seperti dihantam benda berat.Kehilangan Cempaka?"Cempaka, aku mohon jangan lakukan ini." Danendra akan mengupayakan apa pun untuk rumah tangganya kali ini."Mau kamu apa? Kamu mau mengikat aku di pernikahan yang tidak bahagia ini. Kamu hanya mau membalas kebaikan Haris dan itu sudah cukup, Dane!"Napas Cempaka tersengal mengatakannya. Danendra masih ingin menahannya lebih lama?Dasar tidak berperasaan!"Aku akan mengikat kamu seumur hidup, Cempaka."Ingin rasanya Cempaka memberi Danendra pukulan supaya pria itu sadar kalau semakin lama bersamanya, Cempaka bisa-bisa mati berdiri atau kemungkinan gila.Namun, badannya yang lebih kecil tidak akan ada artinya bila ia melakukan kekerasan fisik pada Danen

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   103

    Dahlia menemui Danendra di rumah sakit, mereka duduk di taman yang sedang tidak banyak orang. "Aku mohon kamu mau menemui Natali." "Aku akan menceraikannya setelah anak itu lahir lalu mengasuhnya bersama Cempaka." Rahang Dahlia mengatup kuat. Dia semakin yakin cinta Danendra pada Natali sudah sirna seiring terkuak kebenaran. "Apa kamu yakin Cempaka akan menerima anak itu?" Natali tidak setuju, tetapi dia pun tidak bisa berbuat banyak. "Untuk terakhir kali aku menemui Natali, setelah itu jangan kamu datang lagi atas suruhan Natali!" "Aku tidak disuruh Natali atau siapapun, hanya demi kemanusiaan." Danendra berdecak lalu tertawa seolah-olah ada yang membuat kelucuan. Cempaka keluar dari persembunyiannya, ia mencuri dengar percakapan antara Danendra dan Dahlia. Keinginan untuk menemui suami pudar, Cempaka memiliki rencana lain. *** "Dane, kamu masih bersedia menemui aku?" Danendra memenuhi keinginan Dahlia untuk menemui Natali. Danendra duduk berseberangan dengan N

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   102

    Sebulan berlalu sejak kejadian Cempaka meminta cerai, tinggal tiga bulan lagi. Hubungan antara Cempaka dan Danendra semakin renggang. "Mengapa akhir-akhir ini kamu sering keluar rumah?""Memangnya kenapa? Bik Saidah mengadu?" tanya Cempaka tanpa memandang suaminya. Dia sibuk dengan banyak kertas di tangannya."Kamu buka toko baru?""Kamu membuntutiku?""Kalau tidak seperti itu, kamu tidak pernah mau cerita. Sudah berapa lama?""Bukan urusan kamu." Cempaka berdiri memandang suaminya. "Kamu urusi saja istri kamu yang mau melahirkan itu, bukannya sebentar lagi?"Danendra menghela napas."Jangan mengalihkan pembicaraan. Oh, ya, perlu aku ingatkan keinginan bercerai kamu tidak akan pernah terkabul." Danendra pergi begitu saja dari kamar ke ruang makan. Beberapa minggu belakangan, Danendra sering pulang lebih awal dari rumah sakit.Cempaka terduduk kembali, gilirannya mendengkus karena Danendra memutuskan secara sepihak nasibnya di masa mendatang. ***Usai praktek di poliklinik, Danendra

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   101

    "Natali, sudahi kebodohan ini!" ujar Dahlia. Baru kali ini perkataan Dahlia serasa tajam di pendengaran Natali."Keluarga Danendra sulit ditumbangkan, lihat papamu, malahan masuk penjara demi aksi balas dendamnya. Apa kamu mau berakhir seperti itu? Cukup menjadi orang jahat, fokuslah sekarang pada anakmu!"Dahlia rasanya tidak sabar lagi menghadapi sahabat karibnya yang terlihat konyol."Tapi... tapi... aku mencintainya, Dahlia," isaknya duduk di kursi."Apa aku bilang! Dulu kamu menikah dengannya tanpa cinta, hanya untuk membalas dendam. Danendra sangat mencintai kamu. Sekarang giliran kamu mencintainya, pria itu sudah tak punya lagi hati untuk kamu. Sadar, Natali!!"Natali semakin terisak, ia merasa menyesal dengan sikapnya di masa lalu sehingga membuat cinta Danendra luntur padanya."Tapi, aku mau berusaha untuk mendapatkan Danendra lagi, Dahlia," ucapnya dibarengi gelengan dari Dahlia."Sadar Natali kesalahan kamu itu banyak, jangan sampai Danendra tahu rahasia kelam kamu, tiba wa

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   100

    Cempaka membaca pesan Danendra, ia mengerti mengapa suaminya tidak pulang, tanpa dijelaskan secara rinci.Helaan napas Cempaka menandakan kekecewaan dibanding marah. Kecewa pada Danendra yang tidak menganggap perhatiannya selama menjadi istri Danendra. Baru saja Danendra pulih dari sakit dan yang merawat adalah Cempaka.Setelah sehat, pria itu malah pergi ke istrinya yang lain.Cempaka melangkahkan kaki ke kamar anak-anaknya. Ia melihat betapa nyaman dan tentram keadaan kedua buah hatinya.Berbeda saat ia masih menjadi istri Haris, harus mengirit segala pengeluaran untuk bertahan hidup."Bagaimana nanti?" Pikiran Cempaka malah diselubungi kekhawatiran.Namun, sesaat saja, ia teringat pada mertuanya yang penuh perhatian pada kedua anaknya. Cempaka mengusap secara bergantian rambut Saras dan adiknya.Cempaka tersenyum. "Mama harus selesaikan ini sampai akhir, kalian menjadi kekuatan mama," bisiknya lebih untuk dirinya sendiri.Ia melangkahkan kaki keluar, melihat jam di ponsel menunjukk

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   099

    Setelah istirahat beberapa hari, Danendra beraktivitas seperti biasa di rumah sakit tempatnya bekerja.Sewaktu berjalan menuju ruang praktek, tidak sengaja berpapasan dengan Natali yang tampak murung."Kamu kenapa tidak bilang mau periksa?" tanya Danendra merasa tidak enak hati.Natali diam saja sembari menatap suaminya. Dengan kesal Natali berjalan begitu saja meninggalkan Danendra. Pria itu mengejarnya lalu menangkap lengan Natali."Mengapa menangis?"Danendra tahu kalau istrinya sedang tidak baik-baik saja. Ia menyentuh tangan Natali untuk memberi penguatan. "Bayinya ada masalah. Beratnya lebih kecil daripada yang seharusnya," ucap Natali lalu melepaskan tangan dari Danendra. "Itu semua karena kamu!" teriak Natali pada Danendra, ia menunjuk-nunjuk suaminya. "Kamu tidak pernah memperhatikan aku selama kehamilan!"Natali menangis, Danendra merasa tidak enak dengan Natali dan lingkungan sekitar yang berisi banyak pasien."Tenanglah, Natali, mari kita pergi dari sini." Danendra meng

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   098

    Siang itu Cempaka berniat keluar rumah. ia menitipkan putranya pada Saidah. Bertepatan Danendra keluar kamar, tubuhnya mulai pulih."Kamu mau ke mana?" Dia mengamati pakaian Cempaka yang rapi dari bawah kaki hingga kepala.Cempaka tertegun sejenak. "Mau ketemu teman."Kening Danendra mengerut, tidak biasanya Cempaka pergi tanpa izin darinya."Siapa?""Kamu tidak kenal," jawab Cempaka lalu melangkah ke arah pintu.Danendra menyusul lalu menghambat lengan Cempaka."Laki-laki atau perempuan?"Cempaka diam saja tanpa reaksi berarti. "Aku bertanya, Cempaka?"Mendengar namanya disebut, Cempaka tersadar kalau suaminya menuntut jawaban."Laki-laki."Tatapan Danendra penuh tanya, tetapi Cempaka bersikap seolah-olah tak ada masalah."Aku pergi dulu."Danendra tidak menahan kepergian istrinya. Namun, rasa penasaran membuatnya bertanya-tanya siapa gerangan yang ditemui oleh istrinya. Dia mengintip dari celah gorden, melihat Cempaka pergi dengan taksi berwarna kuning. ***Danendra uring-uringan

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   097

    Cempaka ingin mengalahkan rasa kasihan dengan kekesalan dan kekecewaan pada suaminya. Namun, melihat keadaan Danendra tidak baik-baik saja, hatinya pun luluh."Terima kasih sudah mau mengurusku," ucap Danendra usai disuapi makan dan minum obat pereda demam. Danendra telah meminta izin tidak masuk kerja pada pihak rumah sakit sehingga dia bisa beristirahat. "Hm," jawab Cempaka pendek dengan paras datar lalu perempuan itu pergi membawa piring kotor keluar kamar."Cempaka," Panggil Danendra membuat langkahnya terhenti sewaktu akan membuka pintu kamar."Aku minta maaf soal semalam."Tarikan napas pelan menandakan Cempaka teringat akan reaksi Danendra sewaktu ia mengungkap kalau anak dalam kandungan Natali bukanlah anak pria itu. Rasanya sesak dada Cempaka, tetapi ia tak mau ambil pusing lagi.Cempaka pergi keluar kamar tanpa kata. Danendra menyenderkan punggung ke kepala ranjang, diamnya Cempaka menyisakan perasaan bersalah dalam diri pria itu.***"Ya, tolong bagaimana pun caranya info

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status