Share

005

Author: Novisi
last update Last Updated: 2024-05-07 10:47:47

Sepekan dilewati Cempaka dengan rasa sedih mengingat Bima, ia tidak konsentrasi saat berjualan, alhasil saat memberi kembalian kadang kurang seringkali berlebih.

"Selisih lagi?" tanya Cakrawati malam hari saat Saras dan Bima telah tertidur.

Cempaka mengangguk pasrah.

"Pembelinya tidak beritahu kalau dikasih kelebihan," sesalnya. Cempaka berdiri mengambil segelas air lalu meminumnya dan kembali duduk di bangku dekat dapur.

"Ya, pelangganmu banyakan anak-anak. Mereka senanglah kalau dikasih kelebihan."

Cempaka mengangguk lagi usai meneguk air dari dalam gelas.

"Ikhlaskan."

"Ya, Bu," sahut Cempaka sembari mengemasi catatan penjualan beserta uang hasil jerih payahnya hari ini.

"Pekan depan Bima mulai kemoterapi, Bu. Bima harus dalam keadaan fit menjalaninya."

"Ibu akan temani Bima," usul Cakrawati membuat Cempaka terdiam. Dirinya sebagai ibu juga ingin hadir menemani Bima, hanya saja tuntutan hidup tidak memberinya kesempatan.

"Sejak Bang Haris berpulang, roda hidupku rasanya sulit berputar ke atas, hanya di bawah terus. Kadang aku merasa tidak mampu menjalaninya."

Perlahan air mata turun membasahi pipi Cempaka.

Cakrawati mendekat duduk di samping Cempaka.

"Jalan hidup tak ada yang tahu, Cempaka. Siapa yang menyangka akan seberat ini?"

Cakrawati mengusap punggung putri tunggalnya.

"Terimalah tawaran Danendra. Setidaknya untuk Bima. Kalau hanya mengandalkan diri sendiri, ibu khawatir kamu akan kelelahan. Di usia senja ini, ibu tidak bisa berbuat banyak buat keluarga kita."

Kini Cakrawati menjadi bersedih mendengar kalimatnya sendiri.

"Mungkin terdengar egois, ibu seperti menjerumuskan kamu ke pernikahan yang kamu mungkin tidak inginkan. Tapi, pikirkanlah Bima, selama pengobatan butuh perhatian dan biaya banyak, di samping asuransi pemerintah yang membantu, Cempaka."

Cempaka terisak membayangkan keadaan hidupnya bila berumah tangga dengan seseorang yang telah dianggap menghilangkan nyawa suaminya.

"Tapi, aku sulit menerima Danendra menjadi suami, Bu," lirih Cempaka.

Cakrawati tidak memberi tanggapan selain mengusap kepala hingga punggung Cempaka. Sejenak keheningan menyelimuti, Cakrawati melihat jam dinding telah menunjuk angka sepuluh.

"Semua tergantung kesiapan kamu, ibu hanya memberi masukan. Sekarang kita sebaiknya tidur, besok kamu harus bekerja dan ibu juga mengurus rumah."

Entah angin apa yang datang, lusanya Bima mengalami kenaikan suhu tubuh di saat Cempaka berdagang dan Saras sekolah.

Cakrawati cukup panik lantaran merasa tidak berhasil menjaga kesehatan Bima.

"Cempaka, aduh, Bima demam 38 derajat. Ibu harus bagaimana?"

"Sudah dikompres, Bu?"

"Sudah."

"Ibu tenang, ya. Aku segera pulang."

Cempaka terpaksa membawa pulang semua barang dagangannya, meskipun jam dagang belum usai. Berjalan cepat menuju rumah kontrakan kecil mereka.

Cempaka tiba dan langsung memeriksa putranya. Sebelumnya, Cakrawati tidak berani memberikan obat karena kondisi Bima berbeda.

Cempaka mengambil ponselnya lalu ia menghubungi seseorang yang bisa membantunya.

"Suhu tubuh Bima berapa?" tanya Danendra.

"38 derajat."

"Apa ada tanda-tanda seperti muntah darah, kejang, gemetar kedinginan, sesak napas, ruam kulit?" Danendra menanyakan satu per satu yang ditanggapi dengan kata tidak oleh Cempaka.

"Oke, nanti Bima bisa kamu berikan obat demam sesuai dosis yang tertera. Kamu catat suhu tubuhnya per dua jam, catat juga gejala yang mengiringi."

Cempaka mengiyakan arahan Danendra.

"Tambahan, pastikan Bima tidak kekurangan cairan dan kompres tubuhnya. Hubungi lagi kalau ada keraguan. Apa jelas?"

Cempaka mengangguk tanpa bersuara.

"Cempaka?" panggil Danendra lagi.

"Ya... ya, jelas. Aku akan memberi obat penurun panas."

"Aku ada praktik sampai sore. Paling setelah kerja, aku akan datang ke sana."

Mendadak hati Cempaka menghangat mendengar itu, merasa Bima di tangan yang tepat, sekalipun ada tarikan ketidaksetujuan dalam dirinya.

Cempaka melakukan sebagaimana yang diarahkan oleh Danendra. Makan dan minum Bima bersedia, termasuk meminum obat.

Hanya saja yang membuat Cempaka sedih ialah sewaktu Bima meminta ingin kembali bermain dan bersekolah bersama teman-temannya.

"Tunggu kamu sembuh, ya, Nak. Nanti kita tanyakan juga pada om Dane bagaimana baiknya, ya."

Bima anak yang penurut pada Cempaka, ia setuju begitu mendengar nama Danendra disebut ibunya.

Per dua jam Cempaka mencatat suhu tubuh putranya, termasuk saat Bima terlelap akibat efek obat.

Hingga malam menjelang, Cempaka bisa bertenang hati, suhu tubuh Bima mulai mengalami penurunan.

Saras yang bingung melihat adiknya yang selalu sakit, setia menunggui Bima dan membantu Cempaka untuk hal-hal kecil seperti mengambil gelas dan sendok dari dapur.

"Saras, ayo kota ke kamar, Uti mau periksa agenda tugas sekolah kamu," ajak Cakrawati. Saras juga lebih penurut semenjak adiknya dirawat. Dirinya seolah-olah mengerti kalau dengan menjadi penurut akan membantu ibu dan neneknya.

Ketukan di pintu depan menjadi perhatian Cempaka. Ia keluar untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang malam-malam.

Cempaka terkesiap dengan kedatangan Danendra, ia sempat lupa bila pria itu telah janji akan datang ke kontrakan mereka.

"Silakan masuk."

Danendra melangkah sembari bertanya, "Bagaimana keadaan Bima?"

"Demamnya sudah turun, suhu kembali normal ke 37,3 derajat. Sekarang lagi tidur di kamar," ungkap Cempaka lalu menyuruh Danendra duduk di bangku kayu ruang tamu.

"Makasih, ya, kamu sudah membantu."

Kalimat lirih itu terdengar asing di pendengaran Danendra, ia sampai tersenyum canggung karena menganggap ini sebagai peristiwa langka.

"Sudah tugasku sebagai seorang dokter," ucap Danendra.

Cempaka menipiskan bibirnya sambil mengangguk.

"Sebenarnya tidak perlu datang kemari, pasti merepotkan. Mana lagi kamu pasti lelah selesai kerja," ujar Cempaka berempati.

"Sudah janji bakal datang." Danendra terus menanggapi Cempaka. "Tak perlu sungkan."

Cempaka berdiri menuju ke dapur, ia membuatkan kopi untuk Danendra.

Pria itu menyeruput kopi pahit panas favoritnya, wajar Cempaka tahu kesukaan Danendra lantaran semasa Haris hidup, Danendra kerap datang menemui kakak sepupunya.

Dan, ini kopi pertama setelah setahun ia tidak mencicipi kopi enak buatan Cempaka.

"Bima demam dari pukul berapa?" Akhirnya, Danendra mengangkat topik lain lantaran Cempaka memilih diam seperti orang kehabisan kata.

"Sebelum pukul 12 siang."

Danendra menaruh cangkir kopinya, pandangannya tertuju pada kotak bening berisi dagangan Cempaka yang masih tampak penuh.

"Berhenti jualan tadi?"

Cempaka mengangguk saja, tanpa suara. Mengingat pemasukan yang menurun sejak Bima sakit, bisa membuatnya menangis di hadapan Danendra.

"Bagaimana tawaranku?" Danendra menyinggung hal yang pernah diucapkan tempo hari. "Menjadi istriku, jadi Saras dan Bima, sama Ibu dan kamu, bisa dalam tanggung jawabku."

Benar saja, pertanyaan itu membuat pelupuk Cempaka digenangi air mata. Bagaimana prosesnya, datang perasaan rendah diri dalam dirinya.

Ia teringat akan perkataan ibunya, kalau membutuhkan bantuan orang lain. Dan, tak ada alasan kuat bila Danendra membantu melalui sumbangan lepas tanpa pernikahan.

"Kamu sudah beristri."

"Itu bukan urusan kamu. Sekarang hanya tinggal menjawab, ya atau tidak."

Menghela napas panjang agar air mata tak serta merta turut seraya memori akan Haris yang indah dan kebutuhan mendesak anak-anaknya, Cempaka menyeru dalam batin 'maafkan aku Bang Haris, kamu pasti kecewa sama aku'.

"Ya, aku bersedia jadi istri kamu."

Related chapters

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   006

    "Mama senang dengar kamu bakal menikahi Cempaka. Lama mama tidak jumpa Cempaka," ujar Qonita, ibunda Danendra, melalui sambungan telepon.Danendra bergeming, ia hanya melapor apa yang baru saja terjadi."Dibanding istri kamu itu, Cempaka lebih baik. Dia selalu memakai alasan konflik dengan mertua untuk berpisah dengan kamu, padahal mama sekedar mengingatkan kalau kamu itu dokter dengan tugas seabrek," lanjut Qonita menyinggung persoalan Natali."Ma, tidak perlu kita bahas soal Natali.""Mama angkat soal istri kamu itu, supaya mata kamu terbuka Dane. Dia menginginkan berpisah dari kamu, kamu bilang sekarang dia sudah punya pasangan lain. Lihat, mama tidak salah menilai."Danendra menyugar rambutnya. Malam ini ia lelah sekali usai dari rumah Cempaka langsung menghubungi Qonita. "Mau di mana pernikahan dilangsungkan? Balikpapan, tempat mama, atau Bekasi?" Qonita mulai merasa Danendra tidak nyaman lantaran membahas soal Natali, maka ia menanyakan perihal pernikahan."Bekasi saja, Ma. Bim

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   007

    Cempaka tersenyum sembari mengangguk. Cempaka pun salut pada kinerja Danendra dalam menangani Bima."Mantan Dane dulu tidak mengerti itu, keberatan kalau Dane terus bekerja, dibilangnya tidak dapat perhatian. Dibilangnya lagi, mama yang menghasut Dane." Secara kebetulan, sejak mereka berkenalan, Cempaka telah memanggil mama pada Qonita.Lukito mencolek istrinya, ia segan menegur dengan kata pada Qonita yang berani menceritakan tentang masa lalu anaknya. ***Pernikahan Danendra dan Cempaka digelar terbatas, hanya keluarga yang menghadiri pernikahan mereka. Qonita dan Lukito pun tidak berlama-lama di Bekasi lantaran bisnis yang tak bisa ditinggal lama. Malam hari pernikahan, mereka putuskan untuk kembali ke Balikpapan. "Dalam kamar ini ada dua ranjang terpisah untuk kita masing-masing. Jangan biarkan ibu atau anak-anak masuk ke dalam."Pandangan Cempaka menyapu kamar besar milik Danendra. Cukup mengagetkan bagi Cempaka ternyata Danendra telah menyediakan ranjang terpisah bagi mereka.

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   008

    Mereka makan dengan lahap, terutama Bima dan Saras yang sedang tahap pertumbuhan. Danendra menitipkan pesan pada asistennya, Saidah, agar menyediakan makanan sehat di rumahnya."Makananya enak?" tanya Cempaka. "Ya, Ma. Makanan yang luar biasa," puji Saras."Tadi uti memasak bersama bik Saidah," ungkap Cakrawati. "Kamu mau nambah?" Anggukan Saras menjadi jawaban."Danendra seorang dokter anak, dia memesan bahan makanan yang menyehatkan di rumah," ungkap Cempaka, teringat pada pesan pria itu agar percaya pada Saidah sebagai juru masak di rumah."Cempaka, kamu masih panggil nak Dane dengan sebutan nama?"Cempaka yang sedang mengunyah hanya memberi anggukan."Ibu rasa kamu harus punya panggilan khusus, tidak menyebut nama suami."Kunyahan Cempaka memelan hingga berhenti, ia merasa kesulitan menelan, kerongkongan seolah-olah terisi penuh.Cempaka meraih segelas air lalu meneguknya."Saras dan Bima tadi memanggil Om Dane dengan sebutan Bapak," lapor Bima dari bangku seberang meja.Cempaka

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   009

    "Ganti pakaian Saras di mobil, aku keluar." Danendra memberi sepasang pakaian milik Saras yang sengaja dibawanya dari rumah, menjauh dari mobil.Cempaka menurut tanpa menggerutu lagi. Setelah berpikir jernih dalam perjalanan menuju parkiran mobil, Cempaka merasa Danendra ada benarnya.Namun, ia masih kurang suka dengan cara penyampaian Danendra yang cenderung menghakimi.Danendra mengajak Saras dan Cempaka ke restoran untuk makan malam. Di perjalanan tadi, tidak ada suara Cempaka dan Danendra, kecuali Saras yang bernyanyi mengikuti lagu anak di dalam mobil.Saras menikmati makan malam, sesekali Danendra mengajak Saras bicara, tetapi tidak terhadap Cempaka.Dengan suasana hati seperti itu, nafsu makan Cempaka menurun. Ia meletakkan garpu dan sendok di piring yang masih berisi.Namun, apa yang diharapkannya? Danendra bersikap sebagai seorang suami?Cempaka mengernyih mendapati pikirannya yang tidak sehat. Melunjak! tegur Cempaka pada diri sendiri."Mama, kenapa? Sudah selesai makan?" Ce

    Last Updated : 2024-05-14
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   010

    Suasana pagi di meja makan diiringi tawa bahagia Saras dan Bima."Saras, mulai besok kamu akan diantar jemput sopir, namanya Pak Heru," sela Danendra yang sedang menikmati sarapan."Apa mama ikut mengantarkan?" tanya Saras. "Tidak. Apa Saras keberatan?" Danendra balik bertanya.Saras menggeleng, hanya saja parasnya datar. Cakrawati dapat menerjemahkan raut lain pada cucunya. "Biar Uti yang temanin Saras, yah. Mama bersama Bima." Cakrawati berusaha memberi penjelasan.Paras Saras yang awalnya gembira menjadi sayu. "Sesekali mama akan mengantarkan Saras, kok. Mama menemani Bima. Berbagi tugas," hibur Cempaka. Proses sarapan terhenti sebentar.Saras tersenyum, ia teringat pada pesan Cempaka tentang penyakit yang diderita Bima bisa ditanyakan pada Danendra. "Pak, aku mau bertanya, boleh?" tanya Saras antusias dibalas anggukan Danendra. "Kanker itu apa, sih? Aku tanya ke mama, mama bilang tanya ke Bapak."Danendra melirik tajam Cempaka yang meringis mendengar pengakuan putri pertamany

    Last Updated : 2024-05-15
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   011

    "Aku tidak ingin kamu terlalu jauh turut campur pada hidup anak-anakku. Kamu harus punya batasan dengan mengomunikasikannya padaku."Mendengar penolakan beruntun dari Cempaka membuat Danendra sulit mengerti cara istrinya berpikir."Apa sepicik itu pikiran kamu?"Danendra berpaling badan ke arah Cempaka."Pernikahan ini terjadi karena ada mereka, aku bertanggung jawab membantu anak dari kakak sepupuku yang telah tiada. Lagipula, aku seorang dokter jadi tahu Bima masih bisa dapat hak pendidikan."Cempaka bergeming bersamaan Danendra menarik handle dalam pintu mobil."Sebaiknya kamu keluar," ucap Danendra mendorong pintu sedannya.Diliriknya Danendra yang telah duduk menatap jauh ke arah depan, enggan menoleh pada Cempaka. "Nanti malam apa pun yang mau didiskusikan, aku punya waktu."Perlahan Cempaka keluar dari dalam mobil, tanpa permisi Danendra memacu kendaraan keluar dari halaman kediamannya.Helaan napas dalam sekalian pertanyaan apakah dirinya keterlaluan terhadap Danendra mencuat

    Last Updated : 2024-05-15
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   012

    Sekalipun demikian, Danendra tidak berniat untuk mencicipi masakan Cempaka. Danendra telah kenyang karena makan di luar.Danendra memasuki kamarnya yang gelap gulita, hanya ada berkas cahaya rembulan yang masuk dari sela jendela.Danendra menyalakan lampu remang agar kakinya tidak menabrak apa pun saat berjalan. Ia melihat gerak Cempaka yang sepertinya terganggu dengan cahaya remang itu.Ia mengamati Cempaka yang mulai duduk menyapu pandangan."Sudah pulang?" "Ya."Danendra menaruh tas kerjanya, melangkah ke arah lemari.Merasa jawaban pendek Danendra sebagai tanda pria itu tidak ingin terlibat percakapan, Cempaka memutuskan untuk tidur kembali.Usai membasuh tubuh, Danendra beristirahat pula. Tidak ada obrolan penting yang dilakukan sepasang suami istri itu.Pagi hari, Cempaka terbangun. Janji Danendra untuk membicarakan masalah pendidikan Bima semalam berlalu begitu saja. Ia paham kesibukan Danendra menyita waktu.Cempaka menyeru pada dirinya, perhatian Danendra begitu baik pada an

    Last Updated : 2024-05-15
  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   013

    Melangkah keluar ruang kerja Danendra, Cempaka berjalan menuju dapur. Ia membuang kopi pahit yang tadi disuguhkan pada suaminya.Berat rasa hatinya saat ini, selain masalah penyakit Bima, Cempaka juga merasa menjadi istri terpaksa di kediaman megah Danendra. Sembari mencuci cangkir, ucapan Danendra terngiang-ngiang di pendengaran Cempaka.Isakan kecil keluar dari bibir Cempaka yang bergetar. Sesekali ia mengusap air mata dengan baju di lengannya."Mengapa harus menangis, sih?" tegurnya pada diri sendiri.Selesai itu, Cempaka mengelap tangan, ia merasa enggan untuk kembali ke kamar."Akan sampai kapan umur Bima dan pernikahan ini?" Cempaka menatap ke atas untuk menghentikan derai air matanya, ia memilih duduk di bangku yang ada di dapur, mengangkat kaki dan memeluknya."Bang Haris," lirihnya.Danendra tidak fokus melanjutkan kerja, dahaga menyentuh kerongkongan. Begitu bergerak ke dapur, Danendra mendengar isakan pelan, tak lain dari istrinya.Nama Haris yang keluar dari bibir Cempaka

    Last Updated : 2024-05-16

Latest chapter

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   105

    Sepekan berlalu, Danendra rutin setiap hari mengirimkan buket bunga mawar untuk istrinya. Sayangnya, ia terus menemukan buket cantik itu di tong sampah belakang rumah.Danendra tahu benar kalau istrinya sangat menyukai mawar.Ada perasaan tersinggung muncul di awal, Danendra memahami bila ia patut mendapat perlakuan seperti itu dari Cempaka.Ini hari kedelapan, masih berlangsung demikian. Selain itu, Danendra berusaha mengajak Cempaka untuk berdialog berdua, makan malam, sampai jalan-jalan bersama, Cempaka kekeh menolak."Apalagi yang harus aku lakukan? Waktu semakin mendekat," lirihnya usai praktek di poliklinik.Danendra tetap bekerja secara profesional, sekalipun pikirannya tertuju pada Cempaka.[Sudah makan?]Danendra mengirim pesan pada Cempaka. Hanya centang dua biru tanpa ada balasan.Danendra menggaruk-garuk kepala, menepuki wajah, sampai menggosok matanya, saking bingung menghadapi istrinya."Memang cukup saja satu istri, sakit kepala kalau ada masalah seperti ini."***"Sara

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   104

    Hubungan Danendra dan Cempaka tidak berangsur membaik, hal paling ditakutkan Danendra malah terjadi lebih cepat."Kita bisa mengurus perceraian lebih cepat." Cempaka duduk di seberang meja kerja Danendra di rumahnya.Jantung Danendra terasa sesak, seperti akan berhenti berdetak. Wajahnya seperti dihantam benda berat.Kehilangan Cempaka?"Cempaka, aku mohon jangan lakukan ini." Danendra akan mengupayakan apa pun untuk rumah tangganya kali ini."Mau kamu apa? Kamu mau mengikat aku di pernikahan yang tidak bahagia ini. Kamu hanya mau membalas kebaikan Haris dan itu sudah cukup, Dane!"Napas Cempaka tersengal mengatakannya. Danendra masih ingin menahannya lebih lama?Dasar tidak berperasaan!"Aku akan mengikat kamu seumur hidup, Cempaka."Ingin rasanya Cempaka memberi Danendra pukulan supaya pria itu sadar kalau semakin lama bersamanya, Cempaka bisa-bisa mati berdiri atau kemungkinan gila.Namun, badannya yang lebih kecil tidak akan ada artinya bila ia melakukan kekerasan fisik pada Danen

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   103

    Dahlia menemui Danendra di rumah sakit, mereka duduk di taman yang sedang tidak banyak orang. "Aku mohon kamu mau menemui Natali." "Aku akan menceraikannya setelah anak itu lahir lalu mengasuhnya bersama Cempaka." Rahang Dahlia mengatup kuat. Dia semakin yakin cinta Danendra pada Natali sudah sirna seiring terkuak kebenaran. "Apa kamu yakin Cempaka akan menerima anak itu?" Natali tidak setuju, tetapi dia pun tidak bisa berbuat banyak. "Untuk terakhir kali aku menemui Natali, setelah itu jangan kamu datang lagi atas suruhan Natali!" "Aku tidak disuruh Natali atau siapapun, hanya demi kemanusiaan." Danendra berdecak lalu tertawa seolah-olah ada yang membuat kelucuan. Cempaka keluar dari persembunyiannya, ia mencuri dengar percakapan antara Danendra dan Dahlia. Keinginan untuk menemui suami pudar, Cempaka memiliki rencana lain. *** "Dane, kamu masih bersedia menemui aku?" Danendra memenuhi keinginan Dahlia untuk menemui Natali. Danendra duduk berseberangan dengan N

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   102

    Sebulan berlalu sejak kejadian Cempaka meminta cerai, tinggal tiga bulan lagi. Hubungan antara Cempaka dan Danendra semakin renggang. "Mengapa akhir-akhir ini kamu sering keluar rumah?""Memangnya kenapa? Bik Saidah mengadu?" tanya Cempaka tanpa memandang suaminya. Dia sibuk dengan banyak kertas di tangannya."Kamu buka toko baru?""Kamu membuntutiku?""Kalau tidak seperti itu, kamu tidak pernah mau cerita. Sudah berapa lama?""Bukan urusan kamu." Cempaka berdiri memandang suaminya. "Kamu urusi saja istri kamu yang mau melahirkan itu, bukannya sebentar lagi?"Danendra menghela napas."Jangan mengalihkan pembicaraan. Oh, ya, perlu aku ingatkan keinginan bercerai kamu tidak akan pernah terkabul." Danendra pergi begitu saja dari kamar ke ruang makan. Beberapa minggu belakangan, Danendra sering pulang lebih awal dari rumah sakit.Cempaka terduduk kembali, gilirannya mendengkus karena Danendra memutuskan secara sepihak nasibnya di masa mendatang. ***Usai praktek di poliklinik, Danendra

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   101

    "Natali, sudahi kebodohan ini!" ujar Dahlia. Baru kali ini perkataan Dahlia serasa tajam di pendengaran Natali."Keluarga Danendra sulit ditumbangkan, lihat papamu, malahan masuk penjara demi aksi balas dendamnya. Apa kamu mau berakhir seperti itu? Cukup menjadi orang jahat, fokuslah sekarang pada anakmu!"Dahlia rasanya tidak sabar lagi menghadapi sahabat karibnya yang terlihat konyol."Tapi... tapi... aku mencintainya, Dahlia," isaknya duduk di kursi."Apa aku bilang! Dulu kamu menikah dengannya tanpa cinta, hanya untuk membalas dendam. Danendra sangat mencintai kamu. Sekarang giliran kamu mencintainya, pria itu sudah tak punya lagi hati untuk kamu. Sadar, Natali!!"Natali semakin terisak, ia merasa menyesal dengan sikapnya di masa lalu sehingga membuat cinta Danendra luntur padanya."Tapi, aku mau berusaha untuk mendapatkan Danendra lagi, Dahlia," ucapnya dibarengi gelengan dari Dahlia."Sadar Natali kesalahan kamu itu banyak, jangan sampai Danendra tahu rahasia kelam kamu, tiba wa

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   100

    Cempaka membaca pesan Danendra, ia mengerti mengapa suaminya tidak pulang, tanpa dijelaskan secara rinci.Helaan napas Cempaka menandakan kekecewaan dibanding marah. Kecewa pada Danendra yang tidak menganggap perhatiannya selama menjadi istri Danendra. Baru saja Danendra pulih dari sakit dan yang merawat adalah Cempaka.Setelah sehat, pria itu malah pergi ke istrinya yang lain.Cempaka melangkahkan kaki ke kamar anak-anaknya. Ia melihat betapa nyaman dan tentram keadaan kedua buah hatinya.Berbeda saat ia masih menjadi istri Haris, harus mengirit segala pengeluaran untuk bertahan hidup."Bagaimana nanti?" Pikiran Cempaka malah diselubungi kekhawatiran.Namun, sesaat saja, ia teringat pada mertuanya yang penuh perhatian pada kedua anaknya. Cempaka mengusap secara bergantian rambut Saras dan adiknya.Cempaka tersenyum. "Mama harus selesaikan ini sampai akhir, kalian menjadi kekuatan mama," bisiknya lebih untuk dirinya sendiri.Ia melangkahkan kaki keluar, melihat jam di ponsel menunjukk

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   099

    Setelah istirahat beberapa hari, Danendra beraktivitas seperti biasa di rumah sakit tempatnya bekerja.Sewaktu berjalan menuju ruang praktek, tidak sengaja berpapasan dengan Natali yang tampak murung."Kamu kenapa tidak bilang mau periksa?" tanya Danendra merasa tidak enak hati.Natali diam saja sembari menatap suaminya. Dengan kesal Natali berjalan begitu saja meninggalkan Danendra. Pria itu mengejarnya lalu menangkap lengan Natali."Mengapa menangis?"Danendra tahu kalau istrinya sedang tidak baik-baik saja. Ia menyentuh tangan Natali untuk memberi penguatan. "Bayinya ada masalah. Beratnya lebih kecil daripada yang seharusnya," ucap Natali lalu melepaskan tangan dari Danendra. "Itu semua karena kamu!" teriak Natali pada Danendra, ia menunjuk-nunjuk suaminya. "Kamu tidak pernah memperhatikan aku selama kehamilan!"Natali menangis, Danendra merasa tidak enak dengan Natali dan lingkungan sekitar yang berisi banyak pasien."Tenanglah, Natali, mari kita pergi dari sini." Danendra meng

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   098

    Siang itu Cempaka berniat keluar rumah. ia menitipkan putranya pada Saidah. Bertepatan Danendra keluar kamar, tubuhnya mulai pulih."Kamu mau ke mana?" Dia mengamati pakaian Cempaka yang rapi dari bawah kaki hingga kepala.Cempaka tertegun sejenak. "Mau ketemu teman."Kening Danendra mengerut, tidak biasanya Cempaka pergi tanpa izin darinya."Siapa?""Kamu tidak kenal," jawab Cempaka lalu melangkah ke arah pintu.Danendra menyusul lalu menghambat lengan Cempaka."Laki-laki atau perempuan?"Cempaka diam saja tanpa reaksi berarti. "Aku bertanya, Cempaka?"Mendengar namanya disebut, Cempaka tersadar kalau suaminya menuntut jawaban."Laki-laki."Tatapan Danendra penuh tanya, tetapi Cempaka bersikap seolah-olah tak ada masalah."Aku pergi dulu."Danendra tidak menahan kepergian istrinya. Namun, rasa penasaran membuatnya bertanya-tanya siapa gerangan yang ditemui oleh istrinya. Dia mengintip dari celah gorden, melihat Cempaka pergi dengan taksi berwarna kuning. ***Danendra uring-uringan

  • Dimadu Adik Sepupu Suamiku   097

    Cempaka ingin mengalahkan rasa kasihan dengan kekesalan dan kekecewaan pada suaminya. Namun, melihat keadaan Danendra tidak baik-baik saja, hatinya pun luluh."Terima kasih sudah mau mengurusku," ucap Danendra usai disuapi makan dan minum obat pereda demam. Danendra telah meminta izin tidak masuk kerja pada pihak rumah sakit sehingga dia bisa beristirahat. "Hm," jawab Cempaka pendek dengan paras datar lalu perempuan itu pergi membawa piring kotor keluar kamar."Cempaka," Panggil Danendra membuat langkahnya terhenti sewaktu akan membuka pintu kamar."Aku minta maaf soal semalam."Tarikan napas pelan menandakan Cempaka teringat akan reaksi Danendra sewaktu ia mengungkap kalau anak dalam kandungan Natali bukanlah anak pria itu. Rasanya sesak dada Cempaka, tetapi ia tak mau ambil pusing lagi.Cempaka pergi keluar kamar tanpa kata. Danendra menyenderkan punggung ke kepala ranjang, diamnya Cempaka menyisakan perasaan bersalah dalam diri pria itu.***"Ya, tolong bagaimana pun caranya info

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status