Shayla langsung melotot kan matanya. Dia masih belum percaya dengan apa yang dia lihat itu, laki laki tampan yang di kagumi nya dari setahun lalu kini berjalan di hadapan Shayla bahkan menuju ke arahnya.
Langkah demi langkah kaki laki laki itu berhasil membuat detak jantung Shayla berdegup kencang. Dia bahkan menganga karena saking terkejutnya.
[Sesempurna inikah ciptaan engkau Ya Allah. Laki-laki yang sangat aku idam-idamkan kini sedang berjalan dengan begitu gagahnya di hadapan hamba. Hamba sangat mencintai dia] batin Shayla.
Langkah kaki itu semakin lama semakin dekat hingga membuat Shayla menutup mata karena takut untuk menatap kedua bola matanya. Pada saat laki-laki itu sudah sampai di meja tempat Shayla, tiba-tiba seseorang yang berada di belakang Shayla memanggil nama Laki-laki itu.
"Yogi, sini." ucap nya.
Laki-laki bernama Yogi itu tersenyum lalu menghampiri perempuan tua di belakang Shayla.
"Ada apa nenek meminta Yogi untuk ke sini? Apa ada sesuatu?" tanyanya dengan suara lembut.
Shayla langsung membuka matanya. Dia mengira Yogi menghampiri dirinya namun itu hanya khayalan nya saja. Shayla langsung menghembuskan nafas kesal, ia menoleh sedikit ke arah belakang.
"Wah! Tampan sekali," seru Shayla gemas.
BUK!
Seorang perempuan berbadan tinggi langsing itu menaruh buku di atas meja dengan sangat kasar. Shayla terperejat langsung memutar lehernya ke depan. Mengerutkan dahinya pada wanita itu.
"Ini buku kamu." Perempuan itu langsung duduk di hadapan Shayla. "Maaf aku telat ya? Tadi aku kejebak macet."
"Ih! Bikin kaget saja." Shayla langsung merasa geram dengan sahabatnya itu.
"Kenapa bisa kaget? Memangnya kamu dari tadi melamun?" tanya sahabat Shayla yang bernama Wulandari itu.
"Iya enggak sih tapi coba liat orang di belakang aku," pinta Shayla.
Wulan langsung melihat orang yang dimaksud oleh Shayla tersebut. Ekspresi wajah Wulan yang terkejut semakin membuat Shayla gemas.
"Bagaimana? Itu kan?" Shayla mulai gemas sendiri.
"Itukan orang yang kamu kagumi Shayla?" tanya Wulan untuk memastikannya lagi.
Shayla mengangguk mantap. Dia menaruh jari telunjuk di bibirnya. "Ssttt! Jangan keras keras ngomongnya nanti ketahuan dia," ucap Shayla.
"Ya maaf, aku kan terkejut gitu lihat dia ada di belakang kamu, Eeh! Dia liat ke sini mungkin dia tau kalau kita ngomongin dia," ujar Wulan berhasil membuat Shayla panik.
"Serius kamu?"
Wulan mengangguk lalu langsung menunduk karena Yogi mulai menatapi mereka berdua. Shayla sangat panik, dia takut laki-laki yang dia kagumi mengetahui itu.
"Untung aku gak menghadap ke dia jadinya aku gak begitu malu banget seperti ini! Hn, sesusah inikah menjadi pengagum rahasianya? Capek, diem diem terus," keluh Shayla.
"Itulah takdir! Makanya jangan pernah berkhayal untuk bisa hidup bahagia selamanya dengan dia bahkan mengimpikan menikah dengannya, hahaha sangat mustahil sekali Shayla! Kamu menatap kedua bola matanya saja takut," tutur Wulan.
Shayla langsung memonyongkan bibirnya. Ucapan Wulan juga ada benarnya, dia tidak boleh bermimpi yang terlalu tinggi agar tidak nyesek di akhir.
"Semua orang akan bermimpi seperti itu! Kamu juga kan begitu kalau saat nonton drama Korea yang ada Lee Min Ho nya, sampai sampai mau menikah dengannya juga kan? Jadi sama aku juga begitu, tetapi kita kan gak tau nanti kalau benar dia adalah jodoh aku bagaimana?"
Wulan langsung menaik turunkan kedua bahunya sebagai pertanda bahwa dia tidak tahu.
"Entah! aku gak bisa meramal takdir," kata Wulan.
Tiba tiba wanita tua yang duduk di hadapan Yogi bagun. Dia bertepuk tangan, meminta perhatian sebentar kepada semua pengunjung cafe tersebut.
"Maaf mengganggu waktu kalian semua. Namun saya di sini ingin mengadakan sayembara untuk para wanita-wanita yang masih belum menikah di sini," ucap nya.
Semua orang yang berada di dalam cafe sontak bingung dengan itu, termasuk Shayla dan Wulan. Nenek tua itu pun langsung menjadi pusat perhatian banyak orang.
"Sayembara apaan ini nenek tua?!" gerutu Wulan.
"Sstttt! Diem dengerin dulu sapa tau dapat uang kan lumayan untuk tambahan bayar uang kosan," sangkal nya.
Shayla lalu memperhatikan lagi ke arah si nenek tua tadi, sesekali Shayla mencuri pandang ke Yogi yang diam di tempat duduknya dengan ekspresi wajah kesal.
[Ganteng banget sih,] seru Shayla dalam hati dengan tersenyum bahagia.
Yogi yang menyadari bahwa dirinya sedang di pandangi langsung menoleh ke arah meja di sebelahnya. Berhasil membuat Shayla panik dan langsung berpura-pura memerhatikan si nenek tua itu lagi.
[Astaghfirullah kelihatan kan aku tadi diem diem mandangin dia, bodoh banget aku,] batin Shayla.
"Jadi begini saya di sini ingin mengadakan sayembara untuk mencarikan seorang istri untuk cucu kesayangan saya,"
Yogi langsung bangun dari duduknya.
"Nenek! Sudahlah jangan mengada ngada dan untuk semua pengunjung, saya pribadi mengucapkan maaf karena sayembara ini hanya bohongan saja," sahut Yogi.
"Tidak! Sayembara ini adalah nyata dan bagi siapa pun yang bersedia menikah dengan cucu saya, akan saya kasih uang berapapun yang orang tersebut minta," tegas sang nenek.
"Nenek!!" Yogi mulai marah.
Semuanya langsung berbisik bisik satu sama lain. Mereka sekarang sedang membicarakan si nenek tua yang kaya raya itu.
"Kamu harus ikut sayembara ini Shayla, lumayan kan dapat uang untuk tambahan bayar uang kosan sama ke wujudnya mimpi kamu untuk menikah dengan Yogi, kapan lagi coba dapat kesempatan yang seperti ini."
"Sstttt! Jangan ngawur kalau aku benar menikah dengannya bagaimana dengan Emak Abah di kampung?" tanya Shayla.
"Udahlah jangan di pikirin dulu mereka yang di sana, kita susun rencana terlebih dahulu kan lumayan kamu dapet uang banyak sama suami ganteng yang sudah lama kamu kagumi, iya kan?" Wulan memainkan alisnya. "Bagaimana? Mau gak, kesempatan gak akan dateng dua kali loh."
Shayla menatap Wulan yang antusias sekali karena sudah mendengar kata uang.
"Ah gak tau, aku bingung," Shayla memegangi kepalanya yang mendadak puyeng. "TAPI MASALAHNYA YOGI INI YANG AKU SUKA!!"
Shayla langsung menutup mulutnya itu. Dia tidak sadar dengan teriakan tadi, sekarang dia ikut kaget kenapa bisa dirinya berteriak seperti itu di hadapan semuanya hingga semua orang menatap dirinya.
Wulan langsung tersenyum senang. Mungkin dengan teriakan tanpa di sengaja itulah yang akan membawa uang banyak untuknya dan juga Shayla.
"A-ah tidak bukan maksud saya seperti itu. Jadi saya, saya membaca cerita yang tokoh di dalam nya bernama Yogi! Maaf mengganggu waktu kalian semua." Shayla langsung menutup wajahnya menggunakan buku yang berada di atas meja.
Wulan bangun dari duduknya. Dia memberitahu kepada si nenek tua itu di depan semua pengunjung cafe bahwasanya Shayla mengagumi cucu si nenek hingga sampai detik ini juga.
"Nyonya! Teman saya ini sebenarnya suka dari dulu dengan cucu anda. Namun dia malu untuk mengatakannya sebab dia hanya anak dari seorang petani di kampung. Dia juga pernah mengimpikan menikah dengan cucu anda," tutur Wulan.
Shayla merasa malu dengan itu. Dia langsung menundukkan kepala untuk menutupi rasa malunya. Sekarang dia menjadi sorotan semua orang yang berada di sana.
Yogi menatap sinis Shayla. Sebenarnya dia tidak mau hadir di tempat ini kalau bukan karena keterpaksaan. Dia di paksa oleh sang nenek untuk makan siang namun ujung-ujungnya dia akan di jadikan sebagai bahan untuk sayembara neneknya saja.
[Memalukan sekali nenek! Bisa bisanya dia mengadakan sayembara gila seperti ini di tempat ramai seperti ini,] gerutu Yogi di dalam hati.
"Sampai kapanpun saya tidak akan pernah menikah dengan orang yang terpilih di sayembara ini! Saya sudah mempunyai kekasih, maaf!" ucap Yogi dengan sangat bijaksana nya.
"Ternyata yogi sudah punya kekasih," gumam Wulan.
Shayla langsung menghembuskan nafas lesu. Ternyata laki-laki yang dia idam idamkan selama ini telah mempunyai kekasih.
"Tapi nenek tidak suka dengan kekasih kamu Yogi, Nenek tidak suka dengan orang yang berpenampilan tidak tertutup bahkan tidak menutup auratnya," bantah cepat sang nenek.
Yogi menarik nafasnya dalam dalam lalu ia hembuskan. Dia berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Nenek Farah butuh waktu untuk itu! Aku yakin sekali bahwa Farah akan menutup auratnya seperti yang nenek mau," ujar Yogi.
"Waktu sampai kapan? Nenek sudah menunggu hingga empat bulan namun tetap tidak ada perubahan dengan penampilan kekasih kamu itu! Tetap sama seperti sebelum sebelumnya berpenampilan seksi yang memperlihatkan auratnya!" pekik sang Nenek.
"Yogi tetap tidak mau, kalau Yogi tau nenek meminta aku ke sini hanya untuk sayembara gila ini aku lebih baik tidak datang, hanya buat malu seperti ini!"
Nenek tua itu menatap wajah tampan sang cucu. Dia kecewa dengan penuturan Yogi tadi sebenarnya dia hanya ingin melihat Yogi menikah sebelum dia meninggal.
"Ayolah Nenek! Yogi sudah besar Yogi tau mana yang baik untuk Yogi jadi jangan mengatur Yogi," rengek nya.
"Nenek akan turuti kemauan kamu tapi jangan salahkan nenek jika warisan almarhum Ayah kamu hilang dan tidak sepersen pun kamu dapat,"
Nenek kembali duduk di tempatnya.
"Tapi Nek? Kalau aku tidak dapat warisan itu terus siapa yang akan mendapatkan warisannya? Bukannya aku adalah cucu satu satunya nenek?"
"Menikahi wanita yang mengagumi kamu itu atau tidak mendapatkan warisan sepersen pun dari warisan almarhum Ayah kamu? Kamu tinggal pilih."
"Aku tidak mau memilih," jawab Yogi langsung.
"Kamu harus memilih apapun alasannya," bentak si nenek.
Suasana di dalam cafe langsung mendadak hening semuanya menyaksikan itu. Yogi langsung mengepalkan kedua tangannya, dia sudah merasa malu di saksikan banyak orang serta di paksa untuk menikah dengan orang yang tidak di kenali nya sama sekali.
"Bagaimana Yogi?" tanya si Nenek.
Wulan penasaran dengan pilihan Yogi, ia sudah tidak sabar untuk itu. Sementara Shayla hanya diam menyaksikannya.
[Aku gak mau menikah dengan wanita yang tidak aku cintai ini! Aku tidak suka dengannya yang jelek kumuh bahkan tidak berkelas sama sekali untuk bersanding dengan aku, si Tuan muda Andirja! namun jika aku menolak aku akan kehilangan warisan, bagaimana ini?,] batin Yogi.
"Baiklah, aku pilih yang nenek mau! Aku akan menikahi wanita ini hanya demi nenek bukan karena cinta atau pun rasa suka." Yogi menekan kata akhirnya sambil menatap sinis ke arah Shayla.
[Akan aku pastikan pernikahan ini tidak akan berjalan lama karena aku tidak akan bisa mencintainya bahkan menganggapnya sebagai istriku! Dia hanya istri di depan nenek saja bukan di depan semua orang,] ucap Yogi seraya bersumpah di dalam hati.
"Nyonya Arumi Reisy Hussein Andirja, wow berarti Andirja ini marga keluarganya dong,"Wulan membolak-balikkan kartu nama yang di berikan oleh nenek tua tadi pagi."Terima saja pernikahan itu lagian kan Yogi sudah mau menikahi kamu jadi kamu itu jangan sok jual mahal gitu! Bukannya mimpi mu sudah terwujud terus masih mikirin apa lagi, ah?" tanya Wulan.Shayla merebahkan tubuhnya di atas kasur butut nya, ia masih bingung dengan tawaran nenek Arumi tentang menikah dengan cucu semata wayangnya."Aku bingung Lan, aku harus bahagia atau aku harus bersedih karena di sini aku hanya tinggal berdua saja dengan kamu bahkan ke Jakarta ini pun kita hanya untuk cari kerja! Kalau nanti Emak dan Abah tau mendadak kalau aku menikah yang ada mereka akan bingung pinjem uang sama tetangga untuk hajatan di kampung dan untuk ke Jakarta," tutur Shayla.Wulan menaruh kartu nama i
Wali dari mempelai wanita berperan sebagai ijab, mengatakan.“Ananda Yogi Andirja bin almarhum Yahya Putra Reisy Andirja saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Shayla Ramadhani binti Ali Aziz dengan maskawinnya berupa uang seratus juta tunai.”Lalu, mempelai pria menjawabnya dengan lantang.“Saya terima nikah dan kawinnya Shayla Ramadhani binti Ali Aziz dengan maskawin tersebut dibayar tunai.”"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya sang wali nikah."SAH!!" jawab beberapa orang di dalam masjid tersebut."Alhamdulillah ijab kabul nya lancar tanpa gerogi sedikitpun si mempelai prianya, semoga pengantin baru ini menjadi keluarga yang sakinah. Di berikan keturunan yang tampan dan cantik serta di berikan ikatan cinta yang kuat di dunia dan akhirat nanti, Aamiin yaa robbal alamin."Shayla
Nenek Arumi membawa sebuah benda mungil berbentuk love berwarna merah. Dia berjalan menuju kamar Yogi namun sang pemilik kamar masih berada di halaman depan rumah."Nenek mau ke mana?" tanya Yogi ketika ia sudah sampai di ambang pintu masuk.Nenek Arumi sontak menoleh, ia melihat ke arah sang cucu tersayang. Nenek Arumi tersenyum manis ke arah Yogi yang sedang mendekat kepadanya."Nenek mau ke kamar kamu," ucap Nenek Arumi."Mau ngapain?" tanya Yogi dengan di penuhi rasa curiga.Sekarang Yogi sudah merasakan hal yang tidak nyaman, dia takut jika sang nenek berulah lagi hingga membuat Yogi kesal."Nenek mau memberikan sesuatu kepada kalian, ayo masuk." Nenek Arumi menarik lengan kanan Yogi untuk masuk ke dalam kamar Yogi.Clek!Pintu kamar tersebut terbuka dan memperlihat
Yogi tertidur di atas ranjang sementara Shayla tidur di atas sajadah, setelah melaksanakan sholat tahajjud Shayla ketiduran di sana. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun kedua orang tersebut masih tetap tertidur hingga kemudian Yogi terbangun.Yogi memiringkan tubuhnya ke arah kanan, ia diam sejenak namun tanpa sadar dia melihat Shayla yang tertidur di atas sajadah dengan mukenah yang masih tetap di tubuhnya."Malas sekali hari ini!" Yogi duduk lalu meregangkan tubuhnya dengan sesekali dia menguap."Sudah jam berapa ini? Jam tujuh pagi! Aduh aku ada pertemuan dengan perusahaan Nagasaki di Jepang kan, aduh aku masih belum siap siap lagi." Yogi turun dari atas ranjang dengan terburu buru lalu langsung pergi ke arah kamar mandi.Shayla merasa terusik dengan langkah kaki Yogi yang begitu terburu buru sekali lewat di sebelahnya hingga tidur Shayla terganggu dan langsung bangun.BRAK!Yogi membanting pin
"Mak Shayla iku kapan yo balik?" tanya Bapak Shayla.Sementara si Ibu yang tadinya sedang fokus menjahit celana yang bolong sontak terhenti dan langsung melihat ke arah si Bapak."Loh, ada apa toh Pak?" tanya si Ibu balik."Begini Bu, itu anaknya Pak RT, Jali tau kan Ibu?""Enggeh, terus kenapa?" Ibu Shayla masih penasaran dengan apa yang di maksud oleh sang suami tersebut."Itu sih Jali katanya ingin menjadi menantu Bapak! Dia itu cinta sekali sama nduk Shayla, Bu! Bukannya sih Jali itu orang berada jadi bisalah membantu perekonomian kita." Si Bapak nampak girang menceritakan hal itu."Sudahlah Pak, kita ndak usah main jodoh jodohin begitu karena jodoh semua orang sudah di atur sama yang Maha Kuasa, Bapak ndak usah pusing pusing untuk mencarikan suami untuk Shayla! Shayla wes gede tau cari sendiri! Bapak ndak usah repot repot itu! Ibuk juga tidak setuju!" tutur Ibu Shayla menyangkal keras niatan sang suami yang
Dari arah luar nenek Arumi membuka kunci pintu kamar Yogi hingga membuat kedua orang yang berada di dalam kamar tersebut terkejut dan melihat secara bersamaan ke arah pintu. "Itu pasti nenek Arumi! Cepat cepat naik ke atas ranjang! Cepat!" pinta Yogi. Shayla langsung naik ke atas ranjang, Yogi langsung memeluk tubuh Shayla dari arah samping. Shayla menoleh ke arah Yogi, dia memandangi bentuk wajah Yogi yang sangat indah. Jarak tubuh mereka berdua memanglah begitu dekat serta pelukan itu semakin membuat Shayla di mabuk kan oleh cintanya terhadap sang suami. [Lagi lagi aku hanya bisa mengagumimu Mas namun tidak bisa untuk memiliki kamu sepenuhnya! Jika di kata sakit, sudah pasti sakit hati yang aku rasakan, kau adalah suami ku namun aku di larang untuk mencintai kamu Mas,] batin Shayla. Pintu tersebut terbuka lalu memperlihatkan nenek Arumi yang tersenyum senyum sendiri menatap Shayla dan Yogi yang duduk di atas ran
Tok...tok...tok!Wulan mengetuk pintu besar nan megah itu. Rumah bersusun tiga dengan beberapa lapisan yang begitu mewah dan terkesan sangat mahal. Sampai sekarang pun Wulan masih merasa tidak percaya bisa menginjakkan kakinya di lantai super bersih rumah tersebut. Rumah keluarga besar 'Andirja'. Keluarga konglomerat dengan keunikan di dalamnya."Wow! ini mimpi atau enggak ya? aku bisa menginjakkan kaki di rumah ini, eh bukan ini kayaknya gak pas kalau di bilang rumah tapi ini adalah hotel super mahal se Asia!" seru Wulan karena saking terkejutnya melihat rumah tersebut."Paling enak itu Shayla bisa tinggal di rumah megah seperti ini, beruntung banget dia tapi gapapa lah ada waktunya buat aku seperti ini juga," ucapnya dengan penuh harap.Pintu tersebut tiba tiba terbuka lalu memperlihatkan salah satu pembantu di rumah tersebut."Nona ada perlu dengan siapa?" tanyanya lembut."Saya ingin bertemu dengan Sha
tok...tok...tok!Suara ketukan pintu itu berhasil membuat Yogi menoleh ke arah pintu."Aku yakin itu pasti nenek Arumi," ucap Yogi."Yogi buka pintunya sayang, ini ada Wulan mau bertemu dengan istri kamu!" teriak nenek Arumi."Iya Shayla ini aku, wulan!" sahut Wulan di balik pintu itu juga.Yogi langsung menghembuskan nafas lesu. Dia merasa malas sekali jika harus berakting di depan mereka berdua."Iya tunggu sebentar!" jawab Yogi.Sementara Shayla masih tidur meringkuk di atas kasur lantai miliknya, dari tadi perutnya selalu merasakan sakit. Yogi langsung menaruh laptopnya di atas kasur lalu dia turun dari ranjang. Dia langsung mendesis keras, bagaimana bisa wanita di hadapannya itu tiba tiba sudah tertidur."Kenapa malah tidur sih wanita sialan ini!" gerutu Yogi lalu dia mencoba untuk membangunkan Shayla mengunakan kakinya. "bangun, ada nenek Arumi di luar," ucapnya.
Yogi tersenyum manis kearah Shayla di sore hari ini. Akhirnya mereka bisa menikmati keindahan secara berduaan di saat ini. Bahagia sekaligus indah. Tangan Yogi tidak pernah berhenti untuk memegangi tangan Shayla."Maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan menyiksa dirimu ataupun mengusir kamu! Kamu akan bahagia setelah ini dan aku tidak mau bercerai dengan kamu," ujarnya.Shayla hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Harapannya terkabul saat ini dan mungkin kebelakang dia akan merasakan bagaimana menjadi istri yang sesungguhnya. Dimana ia akan selalu di cintai dan disayangi oleh suaminya."Terima kasih," jawab Shayla."Aku yang seharusnya berterimakasih terhadap malaikat tak bersayap seperti dirimu. Wanuta paling penyabar yang tidak pernah berhenti menyayangi aku apa adanya dan mulai detik ini. Aku akan bersumpah demi kamu bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan kamu meski dalam keadaan apapun," tutur Yogi sambil menaruh tangan Shayla di dadanya.
"Nenek akan terjun kesana juga hari ini!" Pinta Nenek Arumi.Ia memaksa untuk pergi kerumah sakit tempat Shayla dirawat. Namun Yogi melarangnya sebab dia tidak Nenek Arumi menambah pertengkaran ataupun hal lainnya.("Jangan, Nek. Lagian juga beberapa hari kedepan Shayla akan balik ke rumah,") tolak Yogi."Tidak! Nenek maunya sekarang kesana! Mau kamu menghalangi Nenek bagaimana pun terserah! Nenek akan kesana jadi kamu harus beritahu nenek dimana rumah sakit Shayla, cepat!" Nenel Arumi memaksa."Nenek lebih baik di rumah saja. Jaga kesehatan dan jangan lupa untuk minum obat, yasudah Nenek jangan kesini!"Tut..tut..tut.Sambungan tersebut langsung diputus oleh Yogi secara langsung. Dia tidak mau Nenek Arumi tau tempat rumah sakit Shayla. Mau tidak mau Yogi langsung mematikan sambungan teleponnya."Bisa bisanya Yogi kurang ajar seperti ini! Awas kalau aku sudah tau dimana tempat itu, maka akan aku pastikan dia aku hukum! Itu anak sudah
Setelah melaksanakan sholat ashar Yogi langsung menuju kamar Shayla lagi. Ia ingin menemani Shayla didalam sana. Berjalan dengan begitu santai melewati lorong ruamh sakit. Kini langkah kaki tersebut berhenti tepat di kamar bernomor 120. Membuka pintu dan tetap kondisi di dalam sana tetaplah sama.Hari ini Shayla masih belum sadar bahkan ketiga orang yang berada di dalam kamar tersebut nampaknya sedang asik mengobrol satu sama lain. Sementara Wulan hanya bisa menatap Yogi sinis lalu kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.[Aku kira dia akan menjadi pria yang baik dan selalu bertanggung jawab. Namun nyatanya tidak seperti itu, dai jauh lebih bangsat lagi! Sama seperti pria pria yang gak punya hati kek di sinetron-sinetron.] Batin Wulan."Nak Yogi sudah makan? Kalau belum makan sini makan dulu, tadi Wulan beli makanan tinggal satu bungkus."Ayah Shayla masih tetap perduli terhadap Yogi. Berbeda dengan kedua wanita yang masih menyimpan rasa
Pagi hari ini terlihat begitu mendung. Tidak ada matahari dan hanya ada awan hitam yang berkerumun dan mungkin sebentar lagi hujan akan turun dari atas langit. Namun senyuman tidak bisa terlihat di wajah Yogi. Dia seharian tidak bisa tidur dari tadi mala. Kelopak matanya sudah mulai menghitam."Kamu tidak tidur dari semalem, Nak?" Tanya Ayah Shayla.Yogi yang tadinya melamun dengan tatapan kosong sontak kaget dan langsung menoleh kearah sebelahnya yang disana sudah ada mertuanya. Dia langsung tersenyum ke arah Ayah Shayla."Eh, ada Bapak. Sudah bangun, Pak?" Tanya Yogi."Iya Bapak sudah bangun. Kamu tidak tidur semalaman?" Tanyanya lagi.Kepala Yogi menggeleng lalu tersenyum. "Tidak, Pak." Jawabnya."Kenapa tidak tidur? Kamu masih kepikiran dengan ucapan istri Bapak dan Wulan, iya?" Tanyanya.Sebenarnya Yogi masih kepikiran dengan semuanya. Ia malu terhadap mereka semua bahkan rasa penyesalan pun masih belum bisa ia padamkan di dalam
Malam ini Yogi tidak bisa tidur. Ia terus menangis mengingat semua perlakuannya kepada Shayla pada waktu itu. Tanpa henti menggenggam erat tangan Shayla. Dalam hati Yogi berharap masih bisa diberikan kesempatan lagi untuk bisa bersama dengan Shayla."Jangan seperti ini terus Shayla. Aku ingin melihat kamu bangun, aku ingin menjadi suami yang terbaik untuk kamu! Tolong bangun dan berikan aku maaf, aku mohon Shayla."Air mata tidak pernah hilang diwajah Yogi. Bahkan kedua mata tersebut sudah mulai membengkak karena terus-terusan menangis. Hampir seharian Yogi tidak memegangi HP-nya. Ia tidak tau apakah di hpnya tersebut ada panggilan dari siapa. Sekarang yogi tidak memikirkan hp tersebut. Ia hanya berharap Shayla bisa dapat bangun dan kembali lagi pada Yogi hanya itu saja yang dia mau saat ini."Aku mohon bangun Shayla. Apa kamu tidak ingin melihat aku lagi? Apa kamu akan seperti ini terus? Tega meninggalkan aku? Aku tau aku memang salah tapi apakah salah ji
"Wulan sudah balik ke kampung halamannya, Nek. Jadi dia sudah tidak ngekos disini," jawab perempuan muda yang kini sudah mengganti tempat kosan tersebut dengan dirinya. Nenek Arumi langsung terlihat kecewa. Ia sudah berharap bisa bertemu dengan wulan dan mengajak Wulan untuk balik ke kampungnya untuk melihat kondisi Shayla saat ini. Namun rupanya Nenek Arumi memang tidak diperbolehkan untuk pergi. "Baiklah jika memang begitu. Saya balik saja, sekali lagi maaf telah mengganggu waktunya." Ujar Nenek Arumi kemudian ia berlalu pergi dari tempat tersebut untuk pulang. Tidak ada yang bisa ia tanyai lagi selain Wulan. Sebab semuanya tidak ada yang tau dengan kampung halaman Shayla kecuali Wulan yang juga berasal dari kota tersebut. "Langsung balik kerumah! Aku ingin beristirahat terlebih dahulu," pinta Nenek Arumi pada supir. "Siap, Nek." Jawab sang supir. Kepala Nenek Arumi semakin terasa pening. Banyaj sekali hal-hal yang sedang ia pikirkan
Yogi berlari menuju rumah sakit yang dikatakan oleh para warga yang barada di tempat kejadian kecelakaan tadi. Dia juga tadi sudah mengurus mobilnya dan telah ia suruh orang untuk dibawa ke bengkel. Sekarang dia berganti untuk melihat kondisi Shayla dan Pak supir yang masih belum diketahui bagaimana kondisinya.Kedua mata Yogi sudah terlihat agak bengkak karena sering menangis membayangkan hal yang tidak-tidak. Ia berlari menuju ke resepsionis untuk menanyakan pasien bernama Shayla dan pak supir."Sus, kamar pasien yang kecelakaan kemarin sore di tol atas nama Shayla dan Bapak Supri ada dinomor berapa ya, Sus?" Tanya Yogi."Sebentar ya Bapak saya cek dulu," ujarnya lalu mencari kamar dari nama pasien yang disebutkan oleh Yogi tadi. "Berada di kamar 120 untuk ibu Shayla dan untuk pak Supri sudah berada di dalam kamar jenazah bapak, baru saja meninggal tadi." Tuturnya.Mendengar itu Yogi semakin lemah tidak berdaya. Supir yang bekerja dengannya selama dua t
Nenek Arumi langsung terbang dari luar negeri menuju Indonesia. Dia merasakan hal yang tidak nyamam mengenai Yogi dan Shayla. Maka dari itu dia langsung menelfon bertanya tentang kondisi mereka. Namun hp milik Yogi tidak bisa dihubungi dan dari itu nenek Arumi langsung memilih untuk langsung pulang saja biar bisa tenang.Mobil hitam mewah masuk kedalam halaman rumah Nenek Arumi.tidak lama setelah itu tiba-tiba seorang supir dengan cepat membukakan pintu untuk orang yang berada di belakang. Dia adalah Nenek Arumi yang sekarang sudah sampai di rumahnya pada siang ini.Langkah kaki itu terus berjalan masuk kedalam rumahnya. Suasana di dalam sana sepi tidak ada siapapun dan itu semakin membuat Nenek Arumi panik dan memikirkan hal yang tidak-tidak."Hallo Yogi," teriak Nenek Arumi.Selang beberapa detik tiba-tiba beberapa pembantu keluar dari belakang untuk menyanbut nenek Arumi yang kini sudah berada diruang tamu. Mereka berjejer disamping kanan nenek A
Salah satu pembantu berlari menuju kamar Yogi yang berada di lantai atas. Tadinya para pembantu sedang menonton berita di TV yang memberitakan bahwa ada kejadian kecelakaan di jalan raya menuju kampung Shayla. Mobil yang di tayangan pun adalah mobil yang di kendarai oleh Pak supir dan Shayla pada waktu itu."Aden! Aden yogi, Den!" Teriak si pembantu sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti.Tidak ada jawaban apapun dari Yogi dan itu semakin membuat si pembantu panik."Aden sedang tidur apa ya? Tapi ini kan penting banget, aku harus gedor-gedor saja pintu ini biar orangnya bagun, aku harus berteriak dengan sekuat tenaga agar Aden Yogi mendengarnya."Si pembantu tersebut tiba-tiba langsung menarik nafas dalam-dalam kemudian ia berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti-hentinya."ADEN YOGI BANGUN! INI PENTING SEKALI KARENA NON SHAYLA DAN PAK SUPIR KECELAKAAN DI JALAN TOL!!" Teriaknya.Naf