Share

Bimbang & Takut

Penulis: Kaporan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 13:12:27

"Nyonya Arumi Reisy Hussein Andirja, wow berarti Andirja ini marga keluarganya dong,"

Wulan membolak-balikkan kartu nama yang di berikan oleh nenek tua tadi pagi. 

"Terima saja pernikahan itu lagian kan Yogi sudah mau menikahi kamu jadi kamu itu jangan sok jual mahal gitu! Bukannya mimpi mu sudah terwujud terus masih mikirin apa lagi, ah?" tanya Wulan. 

Shayla merebahkan tubuhnya di atas kasur butut nya, ia masih bingung dengan tawaran nenek Arumi tentang menikah dengan cucu semata wayangnya. 

"Aku bingung Lan, aku harus bahagia atau aku harus bersedih karena di sini aku hanya tinggal berdua saja dengan kamu bahkan ke Jakarta ini pun kita hanya untuk cari kerja! Kalau nanti Emak dan Abah tau mendadak kalau aku menikah yang ada mereka akan bingung pinjem uang sama tetangga untuk hajatan di kampung dan untuk ke Jakarta," tutur Shayla. 

Wulan menaruh kartu nama itu di atas meja lalu dia menghampiri Shayla di atas kasur dan merebahkan tubuhnya juga di sana. 

"Kalau aku sih setuju jika kamu harus menikah dengan Yogi karena Yogi itu anak konglomerat dan pasti bisalah ngebantu perekonomian keluarga kamu, intinya kamu harus yakin dulu begitu."

Shayla menoleh ke arah Wulan yang berada di sebelah kanannya. 

"Aku gak tau! Tapi yang aku permasalahkan itu aku takut di ujung karena pernikahan ini tidak atas dasar cinta jadi aku takut. Nanti Yogi tidak menghargai aku sebagai istrinya." Shayla merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "serta aku takut dia seenaknya terhadap keluarga aku karena dia adalah cucu konglomerat sedangkan aku hanya anak seorang petani."

Wulan langsung menggaruk kepalanya, dia ikut bingung dengan itu. Wulan ingin sekali Shayla menikah dengan Yogi sebab dia akan menerima uang yang lumayan banyak dan bisa di pergunakan untuk kebutuhan mereka berdua di Jakarta serta untuk di kirimkan kepada keluarga mereka yang berada di kampung. 

"Lalu bagaimana keputusannya? Bukannya nenek Arumi sangat menginginkan kamu untuk menjadi menantunya? Ayolah pikirkan lagi Shayla kapan lagi orang di kampung kita dapat menantu di kota, memangnya kamu mau di jodohkan kalau gak laku dengan orang kampung, ah?" tanya Wulan berhasil membuat Shayla menggelengkan kepala. 

"Gak mau lah, di kampung itu gak ada yang seperti cowok cowok ganteng di sini," jawabnya. 

"Terus bagaimana? Besok loh kita harus ketemu lagi sama nenek Arumi jam delapan pagi," kata Wulan mengingatkan. 

Shayla diam beberapa detik, dia masih ingin memikirkan jalan keluar agar tidak terus bimbang. 

"Wulan kalau seumpama aku jadi menikah apa aku harus bilang ke Emak Abah ya? Tapi aku takut mereka akan meminjam uang ke tetangga yang ujung-ujungnya harus bayar bunga, pasti itu sangat memberatkan mereka." 

Wulan langsung bangun. "Kita diem diem aja sama orang orang di kampung, bagaimana? Lagian kita kan hanya berdua di Jakarta nanti kita kirimin mereka uang dari hasil hadiah sayembara itu, kita juga sudah di pecat kan dari kerjaan kita di toko minggu lalu hingga sekarang kita belum dapat kerja! Terus apa yang mau di kirim kepada mereka di kampung?" ucapnya. 

Shayla langsung malas sekali, ingin rasanya dia menangis dan berteriak bahwa dia sudah merasa tidak kuat. Shayla merebahkan tubuhnya lagi lalu menutup kedua matanya dengan kedua lengannya.

"Aku gak kuat aku bingung! Aku juga adalah tulang punggung keluarga dan sekarang aku sudah di pecat dari kerjaan di tokoh, sudah dua minggu aku gak kirimi mereka uang," ucap Shayla lalu kembali duduk. 

"Yaudah terima saja pernikahan itu." Wulan tersenyum ke arah Shayla sambil menaik turunkan kedua alisnya. 

"Bagaimana dengan restu Emak Abah? Tidak mungkin aku menikah tanpa restu mereka berdua." 

"Pilihan kamu cuman ini, kamu menikah dengan cucu nenek Arumi agar bisa mengirim orang tua kamu di kampung uang atau menolak menikah dan menjadi pengangguran di sini hingga kita di usir karena gak ada uang untuk bayar kosan? Kamu tinggal pilih saja, keputusan ada di kamu sekarang."

Shayla meneteskan air mata, ia bingung untuk pilihan itu. Shayla memang mencintai Yogi namun tidak mungkin jika dia menikah tanpa restu bahkan tanpa kehadiran Emak Abah Shayla di Jakarta. 

[Hamba memang mencintai dia Ya Allah. Tapi hamba tidak mungkin menikah tanpa restu kedua orang tua hamba,] batin Shayla. 

Wulan langsung kasihan dengan sahabat kecilnya itu, ia juga merasakan bagaimana bingungnya Shayla saat ini. Shayla adalah anak sulung di keluarganya bahkan dia selalu berjuang sendirian untuk mencukupi kebutuhan orang tuanya. 

"Lah kok nangis? Jangan menangis dong harus kuat! Bukannya kamu selalu bilang kalau kita gak boleh menyerah di kota orang jadi gak boleh bersedih, ada aku di sini jika kamu tidak kuat aku akan ada untuk kamu! Aku ada dengan siap di belakang kamu." Wulan mengelus lembut bahu Shayla. 

Shayla mengusap bersih air mata di kedua pipinya. Dia tersenyum ke arah Wulan. 

"Aku akan kuat demi Emak Abah dan semuanya yang ada di rumah! Bukannya aku adalah tulang punggung mereka, iya kan?" tanya Shayla dan Wulan langsung mengiyakan itu. 

"InsyaAllah aku akan menerima tawaran untuk menjadi istri cucu nenek arumi itu. Tapi aku masih belum sepenuhnya mengiyakan karena aku masih ingin sholat Istikhoroh untuk meminta petunjuk kepada yang Maha Tau agar aku tidak ragu ragu mengambil keputusan," ujarnya. 

Wulan tersenyum. "Kamu sudah sangat yakin?" tanyanya untuk memastikan. 

"InsyaAllah. Yasudah ayo istirahat besok kita masih berjuang untuk masa depan yang cerah." 

*

Di kamar yang begitu terkesan sangat megah dan tertata begitu rapi Yogi diam melamun di atas ranjang. Penyesalan kini telah dia rasakan, sebelumnya dia tidak ingin memilih untuk menyetujui menikahi gadis berkerudung yang tidak ia kenali sama sekali. 

[Kenapa bisa aku mengiyakan rencana nenek itu? Sudah tau kalau aku masih belum siap untuk menikah apalagi menikah dengan orang yang tidak aku kenal sama sekali,] batinnya. 

Yogi mengusap kasar wajahnya lalu dia memejamkan matanya sebentar. 

"Ah! Aku gak bisa tidur kalau terus terusan mikirin pernikahan ini! Lagian nenek Arum sok tau aja pakai ngancem ngancem aku lagi kalau seperti ini aku yang kalah." gerutunya. 

"Aku harus bagaimana? Masalahnya ini adalah menyangkut masa dapan aku semua. Warisan sudah pasti harus aku dapat tapi kalau syaratnya begini kan lumayan ruet!"

Clek. 

Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar Yogi membuat Yogi sedikit terkejut dan langsung menatap ke arah pintu yang ternyata orang itu adalah nenek Arumi. 

"Ada apalagi?" tanya Yogi langsung. 

Nenek Arumi tersenyum ke arah Yogi lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak! Tidak ada apa apa," jawabnya. 

"Lalu mau ngapain lagi ke sini kalau memang tidak ada perlu?" 

"Nenek hanya ingin melihat kamu memangnya nenek tidak boleh bertemu dengan kamu, ah?" tanya nenek Arumi. 

"Iya boleh," cuek Yogi. 

Nenek mendekat ke arah ranjang Yogi, ia duduk di sana dan tersenyum manis ke arah sang cucu kesayangan. 

"Nenek berharap besok pernikahan ini benar terjadi karena nenek berharap banget pada perempuan itu. Dia sangat beda dari yang lain, nenek menemukan sosok yang berbeda, dia seperti ibu kamu dari cara berpakaiannya bahkan model kerudungnya juga," tutur nenek Arumi. 

"Aku gak mau nek meskipun dia mirip seperti Mama sekalipun aku gak akan pernah bisa mencintai dia!" bantah Yogi. 

"Bukannya kamu kemarin sudah menyetujui jadi sekarang gak boleh di ubah lagi, tetap dengan keputusan di awal."

Yogi geram, jika boleh dia ingin sekali menghajar sang nenek agar tidak menikah dengan perempuan itu. 

"Lalu bagaimana dengan Farah? Aku gak mau dia tau tentang pernikahan ini, iya aku menikah dengan wanita pilihan nenek itu tapi dengan syarat jangan pernah umbar pernikahan ini ke siapapun termasuk Farah."

"Kenapa?" tanya nenek Arumi. 

"Iya karena aku gak mau dia kecewa dan menjauhi aku, aku sayang banget sama Farah sampai kapanpun itu dan juga besok setelah pernikahan aku langsung ke makam Mama dan Ayah tapi aku maunya sendiri! Nenek sama perempuan itu pulang pakai mobil lain." Yogi langsung memiringkan badannya dan menutup wajahnya mengunakan selimut. 

"Iya sayang, selamat tidur cucuku tersayang." nenek Arumi mengelus lembut bahu Yogi yang tertutup selimut lalu dia pergi dari dalam kamar Yogi. 

[Semoga saja besok perempuan itu gak mau menikah dengan aku tapi kalau dia benar benar mau, awas saja akan aku larang dia untuk mencintai aku begitu pula dengan aku,] batin Yogi. 

Bab terkait

  • Dilarang Untuk Mencintai   SAH!

    Wali dari mempelai wanita berperan sebagai ijab, mengatakan.“Ananda Yogi Andirja bin almarhum Yahya Putra Reisy Andirja saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Shayla Ramadhani binti Ali Aziz dengan maskawinnya berupa uang seratus juta tunai.”Lalu, mempelai pria menjawabnya dengan lantang.“Saya terima nikah dan kawinnya Shayla Ramadhani binti Ali Aziz dengan maskawin tersebut dibayar tunai.”"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya sang wali nikah."SAH!!" jawab beberapa orang di dalam masjid tersebut."Alhamdulillah ijab kabul nya lancar tanpa gerogi sedikitpun si mempelai prianya, semoga pengantin baru ini menjadi keluarga yang sakinah. Di berikan keturunan yang tampan dan cantik serta di berikan ikatan cinta yang kuat di dunia dan akhirat nanti, Aamiin yaa robbal alamin."Shayla

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Dilarang Untuk Mencintai   Lepas cincin

    Nenek Arumi membawa sebuah benda mungil berbentuk love berwarna merah. Dia berjalan menuju kamar Yogi namun sang pemilik kamar masih berada di halaman depan rumah."Nenek mau ke mana?" tanya Yogi ketika ia sudah sampai di ambang pintu masuk.Nenek Arumi sontak menoleh, ia melihat ke arah sang cucu tersayang. Nenek Arumi tersenyum manis ke arah Yogi yang sedang mendekat kepadanya."Nenek mau ke kamar kamu," ucap Nenek Arumi."Mau ngapain?" tanya Yogi dengan di penuhi rasa curiga.Sekarang Yogi sudah merasakan hal yang tidak nyaman, dia takut jika sang nenek berulah lagi hingga membuat Yogi kesal."Nenek mau memberikan sesuatu kepada kalian, ayo masuk." Nenek Arumi menarik lengan kanan Yogi untuk masuk ke dalam kamar Yogi.Clek!Pintu kamar tersebut terbuka dan memperlihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Dilarang Untuk Mencintai   Di kurung berdua

    Yogi tertidur di atas ranjang sementara Shayla tidur di atas sajadah, setelah melaksanakan sholat tahajjud Shayla ketiduran di sana. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun kedua orang tersebut masih tetap tertidur hingga kemudian Yogi terbangun.Yogi memiringkan tubuhnya ke arah kanan, ia diam sejenak namun tanpa sadar dia melihat Shayla yang tertidur di atas sajadah dengan mukenah yang masih tetap di tubuhnya."Malas sekali hari ini!" Yogi duduk lalu meregangkan tubuhnya dengan sesekali dia menguap."Sudah jam berapa ini? Jam tujuh pagi! Aduh aku ada pertemuan dengan perusahaan Nagasaki di Jepang kan, aduh aku masih belum siap siap lagi." Yogi turun dari atas ranjang dengan terburu buru lalu langsung pergi ke arah kamar mandi.Shayla merasa terusik dengan langkah kaki Yogi yang begitu terburu buru sekali lewat di sebelahnya hingga tidur Shayla terganggu dan langsung bangun.BRAK!Yogi membanting pin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Dilarang Untuk Mencintai   Niatan Perjodohan

    "Mak Shayla iku kapan yo balik?" tanya Bapak Shayla.Sementara si Ibu yang tadinya sedang fokus menjahit celana yang bolong sontak terhenti dan langsung melihat ke arah si Bapak."Loh, ada apa toh Pak?" tanya si Ibu balik."Begini Bu, itu anaknya Pak RT, Jali tau kan Ibu?""Enggeh, terus kenapa?" Ibu Shayla masih penasaran dengan apa yang di maksud oleh sang suami tersebut."Itu sih Jali katanya ingin menjadi menantu Bapak! Dia itu cinta sekali sama nduk Shayla, Bu! Bukannya sih Jali itu orang berada jadi bisalah membantu perekonomian kita." Si Bapak nampak girang menceritakan hal itu."Sudahlah Pak, kita ndak usah main jodoh jodohin begitu karena jodoh semua orang sudah di atur sama yang Maha Kuasa, Bapak ndak usah pusing pusing untuk mencarikan suami untuk Shayla! Shayla wes gede tau cari sendiri! Bapak ndak usah repot repot itu! Ibuk juga tidak setuju!" tutur Ibu Shayla menyangkal keras niatan sang suami yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Dilarang Untuk Mencintai   Jangan menyerah

    Dari arah luar nenek Arumi membuka kunci pintu kamar Yogi hingga membuat kedua orang yang berada di dalam kamar tersebut terkejut dan melihat secara bersamaan ke arah pintu. "Itu pasti nenek Arumi! Cepat cepat naik ke atas ranjang! Cepat!" pinta Yogi. Shayla langsung naik ke atas ranjang, Yogi langsung memeluk tubuh Shayla dari arah samping. Shayla menoleh ke arah Yogi, dia memandangi bentuk wajah Yogi yang sangat indah. Jarak tubuh mereka berdua memanglah begitu dekat serta pelukan itu semakin membuat Shayla di mabuk kan oleh cintanya terhadap sang suami. [Lagi lagi aku hanya bisa mengagumimu Mas namun tidak bisa untuk memiliki kamu sepenuhnya! Jika di kata sakit, sudah pasti sakit hati yang aku rasakan, kau adalah suami ku namun aku di larang untuk mencintai kamu Mas,] batin Shayla. Pintu tersebut terbuka lalu memperlihatkan nenek Arumi yang tersenyum senyum sendiri menatap Shayla dan Yogi yang duduk di atas ran

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Dilarang Untuk Mencintai   Orang kaya

    Tok...tok...tok!Wulan mengetuk pintu besar nan megah itu. Rumah bersusun tiga dengan beberapa lapisan yang begitu mewah dan terkesan sangat mahal. Sampai sekarang pun Wulan masih merasa tidak percaya bisa menginjakkan kakinya di lantai super bersih rumah tersebut. Rumah keluarga besar 'Andirja'. Keluarga konglomerat dengan keunikan di dalamnya."Wow! ini mimpi atau enggak ya? aku bisa menginjakkan kaki di rumah ini, eh bukan ini kayaknya gak pas kalau di bilang rumah tapi ini adalah hotel super mahal se Asia!" seru Wulan karena saking terkejutnya melihat rumah tersebut."Paling enak itu Shayla bisa tinggal di rumah megah seperti ini, beruntung banget dia tapi gapapa lah ada waktunya buat aku seperti ini juga," ucapnya dengan penuh harap.Pintu tersebut tiba tiba terbuka lalu memperlihatkan salah satu pembantu di rumah tersebut."Nona ada perlu dengan siapa?" tanyanya lembut."Saya ingin bertemu dengan Sha

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Dilarang Untuk Mencintai   Tidak pernah diduga!

    tok...tok...tok!Suara ketukan pintu itu berhasil membuat Yogi menoleh ke arah pintu."Aku yakin itu pasti nenek Arumi," ucap Yogi."Yogi buka pintunya sayang, ini ada Wulan mau bertemu dengan istri kamu!" teriak nenek Arumi."Iya Shayla ini aku, wulan!" sahut Wulan di balik pintu itu juga.Yogi langsung menghembuskan nafas lesu. Dia merasa malas sekali jika harus berakting di depan mereka berdua."Iya tunggu sebentar!" jawab Yogi.Sementara Shayla masih tidur meringkuk di atas kasur lantai miliknya, dari tadi perutnya selalu merasakan sakit. Yogi langsung menaruh laptopnya di atas kasur lalu dia turun dari ranjang. Dia langsung mendesis keras, bagaimana bisa wanita di hadapannya itu tiba tiba sudah tertidur."Kenapa malah tidur sih wanita sialan ini!" gerutu Yogi lalu dia mencoba untuk membangunkan Shayla mengunakan kakinya. "bangun, ada nenek Arumi di luar," ucapnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Dilarang Untuk Mencintai   Takut

    "Aku pamit pulang dulu ya, Shayla. Nanti aku ada jam kerja di restoran, aku sekarang kerja di restoran agar tidak gabut di kosan," ucap Wulan sambil tersenyum manis ke arah Shayla."Maaf aku gak bisa menemanimu di kosan tetapi jika kamu butuh bantuan kamu bisa mengabari aku secepatnya, jangan sungkan sungkan, mengerti?" tutur Shayla.Wulan tersenyum kemudian ia mengangguk. "Pasti, karena kamu adalah keluarga aku juga," ucapnya.Shayla tersenyum."Aku balik ke kosan ya? Mn, jangan bersedih lagi oke?" pinta Wulan.Shayla mengangguk. "Iya aku gak akan bersedih lagi, terima kasih atas dukungan kamu." Shayla tidak ada hentinya tersenyum ke arah Wulan. "Bagaimana kalau kamu di antar sama Mas Yogi ke kosan? nanti aku minta dia untuk mengantarkan kamu pulang ke kosan, bagaimana?" tawarnya."Ah, sudah gak usah aku naik angkot saja lagian suami kamu masih sibuk kan, jadi gapapa aku naik angkot saja."Shayla m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14

Bab terbaru

  • Dilarang Untuk Mencintai   Akhir yang manis

    Yogi tersenyum manis kearah Shayla di sore hari ini. Akhirnya mereka bisa menikmati keindahan secara berduaan di saat ini. Bahagia sekaligus indah. Tangan Yogi tidak pernah berhenti untuk memegangi tangan Shayla."Maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan menyiksa dirimu ataupun mengusir kamu! Kamu akan bahagia setelah ini dan aku tidak mau bercerai dengan kamu," ujarnya.Shayla hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Harapannya terkabul saat ini dan mungkin kebelakang dia akan merasakan bagaimana menjadi istri yang sesungguhnya. Dimana ia akan selalu di cintai dan disayangi oleh suaminya."Terima kasih," jawab Shayla."Aku yang seharusnya berterimakasih terhadap malaikat tak bersayap seperti dirimu. Wanuta paling penyabar yang tidak pernah berhenti menyayangi aku apa adanya dan mulai detik ini. Aku akan bersumpah demi kamu bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan kamu meski dalam keadaan apapun," tutur Yogi sambil menaruh tangan Shayla di dadanya.

  • Dilarang Untuk Mencintai   Tersiksa rasa sakit

    "Nenek akan terjun kesana juga hari ini!" Pinta Nenek Arumi.Ia memaksa untuk pergi kerumah sakit tempat Shayla dirawat. Namun Yogi melarangnya sebab dia tidak Nenek Arumi menambah pertengkaran ataupun hal lainnya.("Jangan, Nek. Lagian juga beberapa hari kedepan Shayla akan balik ke rumah,") tolak Yogi."Tidak! Nenek maunya sekarang kesana! Mau kamu menghalangi Nenek bagaimana pun terserah! Nenek akan kesana jadi kamu harus beritahu nenek dimana rumah sakit Shayla, cepat!" Nenel Arumi memaksa."Nenek lebih baik di rumah saja. Jaga kesehatan dan jangan lupa untuk minum obat, yasudah Nenek jangan kesini!"Tut..tut..tut.Sambungan tersebut langsung diputus oleh Yogi secara langsung. Dia tidak mau Nenek Arumi tau tempat rumah sakit Shayla. Mau tidak mau Yogi langsung mematikan sambungan teleponnya."Bisa bisanya Yogi kurang ajar seperti ini! Awas kalau aku sudah tau dimana tempat itu, maka akan aku pastikan dia aku hukum! Itu anak sudah

  • Dilarang Untuk Mencintai   Shayla sadar

    Setelah melaksanakan sholat ashar Yogi langsung menuju kamar Shayla lagi. Ia ingin menemani Shayla didalam sana. Berjalan dengan begitu santai melewati lorong ruamh sakit. Kini langkah kaki tersebut berhenti tepat di kamar bernomor 120. Membuka pintu dan tetap kondisi di dalam sana tetaplah sama.Hari ini Shayla masih belum sadar bahkan ketiga orang yang berada di dalam kamar tersebut nampaknya sedang asik mengobrol satu sama lain. Sementara Wulan hanya bisa menatap Yogi sinis lalu kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.[Aku kira dia akan menjadi pria yang baik dan selalu bertanggung jawab. Namun nyatanya tidak seperti itu, dai jauh lebih bangsat lagi! Sama seperti pria pria yang gak punya hati kek di sinetron-sinetron.] Batin Wulan."Nak Yogi sudah makan? Kalau belum makan sini makan dulu, tadi Wulan beli makanan tinggal satu bungkus."Ayah Shayla masih tetap perduli terhadap Yogi. Berbeda dengan kedua wanita yang masih menyimpan rasa

  • Dilarang Untuk Mencintai   Mertua baik

    Pagi hari ini terlihat begitu mendung. Tidak ada matahari dan hanya ada awan hitam yang berkerumun dan mungkin sebentar lagi hujan akan turun dari atas langit. Namun senyuman tidak bisa terlihat di wajah Yogi. Dia seharian tidak bisa tidur dari tadi mala. Kelopak matanya sudah mulai menghitam."Kamu tidak tidur dari semalem, Nak?" Tanya Ayah Shayla.Yogi yang tadinya melamun dengan tatapan kosong sontak kaget dan langsung menoleh kearah sebelahnya yang disana sudah ada mertuanya. Dia langsung tersenyum ke arah Ayah Shayla."Eh, ada Bapak. Sudah bangun, Pak?" Tanya Yogi."Iya Bapak sudah bangun. Kamu tidak tidur semalaman?" Tanyanya lagi.Kepala Yogi menggeleng lalu tersenyum. "Tidak, Pak." Jawabnya."Kenapa tidak tidur? Kamu masih kepikiran dengan ucapan istri Bapak dan Wulan, iya?" Tanyanya.Sebenarnya Yogi masih kepikiran dengan semuanya. Ia malu terhadap mereka semua bahkan rasa penyesalan pun masih belum bisa ia padamkan di dalam

  • Dilarang Untuk Mencintai   Tangisan keluarga

    Malam ini Yogi tidak bisa tidur. Ia terus menangis mengingat semua perlakuannya kepada Shayla pada waktu itu. Tanpa henti menggenggam erat tangan Shayla. Dalam hati Yogi berharap masih bisa diberikan kesempatan lagi untuk bisa bersama dengan Shayla."Jangan seperti ini terus Shayla. Aku ingin melihat kamu bangun, aku ingin menjadi suami yang terbaik untuk kamu! Tolong bangun dan berikan aku maaf, aku mohon Shayla."Air mata tidak pernah hilang diwajah Yogi. Bahkan kedua mata tersebut sudah mulai membengkak karena terus-terusan menangis. Hampir seharian Yogi tidak memegangi HP-nya. Ia tidak tau apakah di hpnya tersebut ada panggilan dari siapa. Sekarang yogi tidak memikirkan hp tersebut. Ia hanya berharap Shayla bisa dapat bangun dan kembali lagi pada Yogi hanya itu saja yang dia mau saat ini."Aku mohon bangun Shayla. Apa kamu tidak ingin melihat aku lagi? Apa kamu akan seperti ini terus? Tega meninggalkan aku? Aku tau aku memang salah tapi apakah salah ji

  • Dilarang Untuk Mencintai   Kekecewaan Nenek Arumi

    "Wulan sudah balik ke kampung halamannya, Nek. Jadi dia sudah tidak ngekos disini," jawab perempuan muda yang kini sudah mengganti tempat kosan tersebut dengan dirinya. Nenek Arumi langsung terlihat kecewa. Ia sudah berharap bisa bertemu dengan wulan dan mengajak Wulan untuk balik ke kampungnya untuk melihat kondisi Shayla saat ini. Namun rupanya Nenek Arumi memang tidak diperbolehkan untuk pergi. "Baiklah jika memang begitu. Saya balik saja, sekali lagi maaf telah mengganggu waktunya." Ujar Nenek Arumi kemudian ia berlalu pergi dari tempat tersebut untuk pulang. Tidak ada yang bisa ia tanyai lagi selain Wulan. Sebab semuanya tidak ada yang tau dengan kampung halaman Shayla kecuali Wulan yang juga berasal dari kota tersebut. "Langsung balik kerumah! Aku ingin beristirahat terlebih dahulu," pinta Nenek Arumi pada supir. "Siap, Nek." Jawab sang supir. Kepala Nenek Arumi semakin terasa pening. Banyaj sekali hal-hal yang sedang ia pikirkan

  • Dilarang Untuk Mencintai   Keegoisan

    Yogi berlari menuju rumah sakit yang dikatakan oleh para warga yang barada di tempat kejadian kecelakaan tadi. Dia juga tadi sudah mengurus mobilnya dan telah ia suruh orang untuk dibawa ke bengkel. Sekarang dia berganti untuk melihat kondisi Shayla dan Pak supir yang masih belum diketahui bagaimana kondisinya.Kedua mata Yogi sudah terlihat agak bengkak karena sering menangis membayangkan hal yang tidak-tidak. Ia berlari menuju ke resepsionis untuk menanyakan pasien bernama Shayla dan pak supir."Sus, kamar pasien yang kecelakaan kemarin sore di tol atas nama Shayla dan Bapak Supri ada dinomor berapa ya, Sus?" Tanya Yogi."Sebentar ya Bapak saya cek dulu," ujarnya lalu mencari kamar dari nama pasien yang disebutkan oleh Yogi tadi. "Berada di kamar 120 untuk ibu Shayla dan untuk pak Supri sudah berada di dalam kamar jenazah bapak, baru saja meninggal tadi." Tuturnya.Mendengar itu Yogi semakin lemah tidak berdaya. Supir yang bekerja dengannya selama dua t

  • Dilarang Untuk Mencintai   Firasat tidak enak

    Nenek Arumi langsung terbang dari luar negeri menuju Indonesia. Dia merasakan hal yang tidak nyamam mengenai Yogi dan Shayla. Maka dari itu dia langsung menelfon bertanya tentang kondisi mereka. Namun hp milik Yogi tidak bisa dihubungi dan dari itu nenek Arumi langsung memilih untuk langsung pulang saja biar bisa tenang.Mobil hitam mewah masuk kedalam halaman rumah Nenek Arumi.tidak lama setelah itu tiba-tiba seorang supir dengan cepat membukakan pintu untuk orang yang berada di belakang. Dia adalah Nenek Arumi yang sekarang sudah sampai di rumahnya pada siang ini.Langkah kaki itu terus berjalan masuk kedalam rumahnya. Suasana di dalam sana sepi tidak ada siapapun dan itu semakin membuat Nenek Arumi panik dan memikirkan hal yang tidak-tidak."Hallo Yogi," teriak Nenek Arumi.Selang beberapa detik tiba-tiba beberapa pembantu keluar dari belakang untuk menyanbut nenek Arumi yang kini sudah berada diruang tamu. Mereka berjejer disamping kanan nenek A

  • Dilarang Untuk Mencintai   Kecelakaan

    Salah satu pembantu berlari menuju kamar Yogi yang berada di lantai atas. Tadinya para pembantu sedang menonton berita di TV yang memberitakan bahwa ada kejadian kecelakaan di jalan raya menuju kampung Shayla. Mobil yang di tayangan pun adalah mobil yang di kendarai oleh Pak supir dan Shayla pada waktu itu."Aden! Aden yogi, Den!" Teriak si pembantu sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti.Tidak ada jawaban apapun dari Yogi dan itu semakin membuat si pembantu panik."Aden sedang tidur apa ya? Tapi ini kan penting banget, aku harus gedor-gedor saja pintu ini biar orangnya bagun, aku harus berteriak dengan sekuat tenaga agar Aden Yogi mendengarnya."Si pembantu tersebut tiba-tiba langsung menarik nafas dalam-dalam kemudian ia berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti-hentinya."ADEN YOGI BANGUN! INI PENTING SEKALI KARENA NON SHAYLA DAN PAK SUPIR KECELAKAAN DI JALAN TOL!!" Teriaknya.Naf

DMCA.com Protection Status