Nenek Arumi membawa sebuah benda mungil berbentuk love berwarna merah. Dia berjalan menuju kamar Yogi namun sang pemilik kamar masih berada di halaman depan rumah.
"Nenek mau ke mana?" tanya Yogi ketika ia sudah sampai di ambang pintu masuk.
Nenek Arumi sontak menoleh, ia melihat ke arah sang cucu tersayang. Nenek Arumi tersenyum manis ke arah Yogi yang sedang mendekat kepadanya.
"Nenek mau ke kamar kamu," ucap Nenek Arumi.
"Mau ngapain?" tanya Yogi dengan di penuhi rasa curiga.
Sekarang Yogi sudah merasakan hal yang tidak nyaman, dia takut jika sang nenek berulah lagi hingga membuat Yogi kesal.
"Nenek mau memberikan sesuatu kepada kalian, ayo masuk." Nenek Arumi menarik lengan kanan Yogi untuk masuk ke dalam kamar Yogi.
Clek!
Pintu kamar tersebut terbuka dan memperlihatkan Shayla yang sedang melaksanakan sholat magrib. Yogi dan nenek Arumi sontak terdiam di tempat hingga Shayla selesai melaksanakan sholat.
"Itu lihat! Itu baru seorang istri yang soleha seharusnya kamu bersyukur mempunyai istri seperti Shayla, baik sopan dan juga rajin beribadah!" Nenek Arumi berbisik kepada Yogi namun Yogi hanya membalasnya dengan mengangguk malas.
Shayla mengusap kedua wajah nya, tadinya dia masih ingin membaca kitab suci Al-Quran namun dia sadar bahwa ada seseorang di dekatnya dan sedang memperhatikan dia.
"Eh! Nenek Arumi, ada apa Nek?" Shayla langsung bangun dan mendekat ke arah mereka berdua.
"Enggak, gak ada apa apa sih hanya nenek ingin memberikan kalian sesuatu karena tadi siang nenek lupa mau memberikannya pada kalian waktu di mesjid."
Nenek Arumi mengeluarkan kotak kecil berbentuk love dan berwarna merah itu. "Ini," ucap nya.
Shayla dan Yogi menatap kotak kecil tersebut, sementara Yogi sudah paham bahwa kotak tersebut berisikan cicin pernikahannya.
[Malas sekali rasanya harus memakai cincin pernikahan seperti ini apalagi harus couple nya dengan perempuan di hadapan aku ini, menjijikkan!] gerutu Yogi di dalam hati.
"Ini apa Nek?" tanya Shayla yang masih belum paham dengan benda kecil berbentuk hati itu.
Nenek Arumi langsung membuka benda itu dan terlihat satu pasang cincin pernikahan yang begitu mewah.
[Bener kan itu cincin pernikahan! hedeh malas sekali rasanya aku.] seru Yogi.
"Ini itu cincin pernikahan kalian, tadi nenek lupa ingin memberikan kalian cincin ini jadi coba kalian tukeran cincin." pinta nenek Arumi.
Yogi mendesis keras. "Sudahlah biar nanti saja pakainya aku masih mau mandi, Nek!" ujar nya.
Shayla yang tadinya sudah sangat senang dan ingin mengambil cincin itu dari benda berbentuk love tiba tiba langsung tidak jadi ketika mendengar ucapan Yogi tadi.
"Tapi nenek maunya sekarang! Lagian waktunya tidak lama kan? Jadi cepatlah pakaikan cincin itu di jari manis Shayla begitu juga dengan kamu Shayla, kamu juga harus menaruh cincin itu di jari manis Yogi. Ayo cepat setelah itu kalian boleh beristirahat," ucap nenek Arumi.
"Aku masih ingin membersihkan tubuh aku, Nek! Nanti saja."
"Nenek mintanya sekarang bukan nanti, paham!" bentak Nenek Arumi.
Yogi langsung mengambil cincin tersebut dan memasangkannya ke jari manis Shayla dengan terburu buru dan begitu juga dengan Shayla yang agak takut untuk memasangkan cincin milik Yogi ke jari manisnya.
"Cepet!" ucap Yogi.
Shayla mengangguk lalu memasangkan cincin itu di jari manis Yogi.
"Sudah," balas Shayla.
"Sudah kan Nek? Jadi nenek pergi ke kamarnya untuk beristirahat karena besok ada pertemuan di kantor dengan perusahaan Nagasaki Jepang." Yogi mendorong tubuh Nenek Arumi agar keluar dari dalam kamarnya.
"Iya iya nenek keluar biar gak ngeganggu kalian dan perlu di ingat nenek ingin punya cicit secepatnya jadi kalian harus membuat cicit untuk nenek." tutur Nenek Arumi.
"Hah?!" Shayla dan Yogi sama sama terkejut.
"Memangnya kami mesin bisa buat anak dengan cepat!" bantah Yogi.
"Nenek tidak tau, nenek hanya mau mempunyai cicit secepatnya semakin cepat Shayla hamil semakin cepat warisan almarhum Ayah kamu berubah nama menjadi nama mu."
Yogi bak terguyur hujan badai saat ini. Pernyataan dari nenek Arumi berhasil membuatnya gegana karena tidak mungkin baginya untuk menyentuh tubuh shayla meskipun shayla sudah sah menjadi istrinya. Begitu pula dengan warisan itu, Yogi masih ingin sekali surat warisan dari almarhum sang Ayah secepatnya berubah nama menjadi milik nya.
[Ini namanya buat perangkat untuk aku, Nenek. Mana bisa aku menyentuh tubuh perempuan ini! Nafsu saja tidak, cinta pun juga tidak bagaimana mau buat anak kalau aku masih sangat jijik dengan perempuan ini? Hn, aku tidak bisa jika harus terusan seperti ini,] keluh Yogi di hatinya.
"InsyaAllah. Yasudah nenek cepat balik ke kamarnya aku ingin beristirahat." ujar Yogi.
"Tunggu! Nenek tidak ingin melihat kalian tidur pisah ranjang atau pun apapun itu hingga kalian terpisah tidurnya, Nenek tidak mau dan jika nanti Nenek tau, nenek akan hukum terutama kamu, Yogi. Inget itu!" Ancam nenek Arumi berhasil membuat Yogi semakin terkurung di dalam permainan sang Nenek.
"Iya," jawabnya singkat.
"Yasudah nenek akan keluar! Tetapi inget kata nenek dan jangan melanggarnya." tutur nya.
Nenek Arumi langsung keluar dari dalam kamar Yogi, ia menutup pintu itu kembali lalu menguncinya dari luar.
"Mereka harus sesegera mungkin bisa punya anak." kata Nenek Arumi dengan antusias sekali lalu berjalan menuju kamar milik nya.
Sementara Shayla dan Yogi yang berada di dalam tidak merasa bahwasanya kamar tersebut di kunci dari luar oleh nenek Arumi.
Yogi menatap wajah Shayla yang masih mengenakan mukenah di tubuh nya. Dia mengambil tangan kanan Shayla agar menadahkan tangannya lalu membuka cincin di jari manisnya.
"Ini, saya tidak suka dengan cincin ini bahkan saya tida sudi jika harus couple dengan kamu meskipun cincin ini adalah cincin pernikahan namun bagi saya ini hanyalah cincin biasa. Tidak ada yang istimewa atau pun yang lainnya! Harus di ingat, kita memang menikah namun pernikahan ini bukanlah pernikahan yang nyata. Saya dan kamu tetap buka siapa siapa saya tidak kenal dengan anda begitu pula dengan anda, jadi berhentilah membayangkan pernikahan ini karena yang sebenarnya pernikahan ini hanya untuk pembantu saja untuk saya agar bisa mendapatkan warisan Almarhum Ayah."
Yogi menaruh cincin milik nya di tangan kanan Shayla.
"Kamu mungkin membutuhkan cincin ini nanti untuk saya cincin ini bukanlah siapa siapa, benda ini tidak saya butuhkan sama sekali karena cincin ini adalah cincin pernikahan saya yang sangat terpaksa dengan anda!"
"Simpan saja jika kamu mau namun jika kamu tidak mau buang saja, saya tidak akan melarang dirimu karena saya tidak membutuhkan benda itu sama sekali." sambung nya.
Shayla diam. Dia membiarkan Yogi meluapkan semuanya. Sudah jelas hati Shayla akan merasakan sakit hati yang begitu mendalam. Malam ini hatinya benar benar di uji dengan tidak cintanya sang suami kepada dirinya sendiri.
[Kenapa laki laki yang aku idamkan dari setahun yang lalu tiba tiba seperti ini? Di mana sifat asli laki laki yang pernah aku kagumi? Kenapa dia bisa menjadi seperti itu, dingin serta tidak mau menganggap aku sebagai istrinya.]
"Dan ingat ini! Jangan pernah dengerin permintaan Nenek yang tidak seharusnya di penuhi, misalnya buat anak tadi, jangan di turuti karena saya tidak mungkin akan menyentuh kamu sebab saya tidak pernah mencintai kamu dan sampai kapan pun saya sendiri tidak akan pernah bisa mencintai kamu!" tegasnya.
Shayla terkejut mendengar penjelasan itu. Ingin bahagia takut salah serta ingin bersedih takut juga terluka.
"Aku tau Mas pernikahan ini hanya mendadak serta tidak ada ikatan cinta di dalam pernikahan ini namun aku hanya meminta kepadamu untuk mengizinkan aku, untuk mencintaimu meskipun kau tidak mencintai aku." ujar Shayla berusaha tegar dengan senyuman ikhlas.
"Saya melarang kamu untuk mencintai saya bahkan apa pun alasannya saya tidak mau sebab dari awal saya bertemu dengan kamu saya sudah merasa jijik terhadap kamu! Jadi saya tidak mau tidur dengan kamu, titik!"
Yogi tertidur di atas ranjang sementara Shayla tidur di atas sajadah, setelah melaksanakan sholat tahajjud Shayla ketiduran di sana. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun kedua orang tersebut masih tetap tertidur hingga kemudian Yogi terbangun.Yogi memiringkan tubuhnya ke arah kanan, ia diam sejenak namun tanpa sadar dia melihat Shayla yang tertidur di atas sajadah dengan mukenah yang masih tetap di tubuhnya."Malas sekali hari ini!" Yogi duduk lalu meregangkan tubuhnya dengan sesekali dia menguap."Sudah jam berapa ini? Jam tujuh pagi! Aduh aku ada pertemuan dengan perusahaan Nagasaki di Jepang kan, aduh aku masih belum siap siap lagi." Yogi turun dari atas ranjang dengan terburu buru lalu langsung pergi ke arah kamar mandi.Shayla merasa terusik dengan langkah kaki Yogi yang begitu terburu buru sekali lewat di sebelahnya hingga tidur Shayla terganggu dan langsung bangun.BRAK!Yogi membanting pin
"Mak Shayla iku kapan yo balik?" tanya Bapak Shayla.Sementara si Ibu yang tadinya sedang fokus menjahit celana yang bolong sontak terhenti dan langsung melihat ke arah si Bapak."Loh, ada apa toh Pak?" tanya si Ibu balik."Begini Bu, itu anaknya Pak RT, Jali tau kan Ibu?""Enggeh, terus kenapa?" Ibu Shayla masih penasaran dengan apa yang di maksud oleh sang suami tersebut."Itu sih Jali katanya ingin menjadi menantu Bapak! Dia itu cinta sekali sama nduk Shayla, Bu! Bukannya sih Jali itu orang berada jadi bisalah membantu perekonomian kita." Si Bapak nampak girang menceritakan hal itu."Sudahlah Pak, kita ndak usah main jodoh jodohin begitu karena jodoh semua orang sudah di atur sama yang Maha Kuasa, Bapak ndak usah pusing pusing untuk mencarikan suami untuk Shayla! Shayla wes gede tau cari sendiri! Bapak ndak usah repot repot itu! Ibuk juga tidak setuju!" tutur Ibu Shayla menyangkal keras niatan sang suami yang
Dari arah luar nenek Arumi membuka kunci pintu kamar Yogi hingga membuat kedua orang yang berada di dalam kamar tersebut terkejut dan melihat secara bersamaan ke arah pintu. "Itu pasti nenek Arumi! Cepat cepat naik ke atas ranjang! Cepat!" pinta Yogi. Shayla langsung naik ke atas ranjang, Yogi langsung memeluk tubuh Shayla dari arah samping. Shayla menoleh ke arah Yogi, dia memandangi bentuk wajah Yogi yang sangat indah. Jarak tubuh mereka berdua memanglah begitu dekat serta pelukan itu semakin membuat Shayla di mabuk kan oleh cintanya terhadap sang suami. [Lagi lagi aku hanya bisa mengagumimu Mas namun tidak bisa untuk memiliki kamu sepenuhnya! Jika di kata sakit, sudah pasti sakit hati yang aku rasakan, kau adalah suami ku namun aku di larang untuk mencintai kamu Mas,] batin Shayla. Pintu tersebut terbuka lalu memperlihatkan nenek Arumi yang tersenyum senyum sendiri menatap Shayla dan Yogi yang duduk di atas ran
Tok...tok...tok!Wulan mengetuk pintu besar nan megah itu. Rumah bersusun tiga dengan beberapa lapisan yang begitu mewah dan terkesan sangat mahal. Sampai sekarang pun Wulan masih merasa tidak percaya bisa menginjakkan kakinya di lantai super bersih rumah tersebut. Rumah keluarga besar 'Andirja'. Keluarga konglomerat dengan keunikan di dalamnya."Wow! ini mimpi atau enggak ya? aku bisa menginjakkan kaki di rumah ini, eh bukan ini kayaknya gak pas kalau di bilang rumah tapi ini adalah hotel super mahal se Asia!" seru Wulan karena saking terkejutnya melihat rumah tersebut."Paling enak itu Shayla bisa tinggal di rumah megah seperti ini, beruntung banget dia tapi gapapa lah ada waktunya buat aku seperti ini juga," ucapnya dengan penuh harap.Pintu tersebut tiba tiba terbuka lalu memperlihatkan salah satu pembantu di rumah tersebut."Nona ada perlu dengan siapa?" tanyanya lembut."Saya ingin bertemu dengan Sha
tok...tok...tok!Suara ketukan pintu itu berhasil membuat Yogi menoleh ke arah pintu."Aku yakin itu pasti nenek Arumi," ucap Yogi."Yogi buka pintunya sayang, ini ada Wulan mau bertemu dengan istri kamu!" teriak nenek Arumi."Iya Shayla ini aku, wulan!" sahut Wulan di balik pintu itu juga.Yogi langsung menghembuskan nafas lesu. Dia merasa malas sekali jika harus berakting di depan mereka berdua."Iya tunggu sebentar!" jawab Yogi.Sementara Shayla masih tidur meringkuk di atas kasur lantai miliknya, dari tadi perutnya selalu merasakan sakit. Yogi langsung menaruh laptopnya di atas kasur lalu dia turun dari ranjang. Dia langsung mendesis keras, bagaimana bisa wanita di hadapannya itu tiba tiba sudah tertidur."Kenapa malah tidur sih wanita sialan ini!" gerutu Yogi lalu dia mencoba untuk membangunkan Shayla mengunakan kakinya. "bangun, ada nenek Arumi di luar," ucapnya.
"Aku pamit pulang dulu ya, Shayla. Nanti aku ada jam kerja di restoran, aku sekarang kerja di restoran agar tidak gabut di kosan," ucap Wulan sambil tersenyum manis ke arah Shayla."Maaf aku gak bisa menemanimu di kosan tetapi jika kamu butuh bantuan kamu bisa mengabari aku secepatnya, jangan sungkan sungkan, mengerti?" tutur Shayla.Wulan tersenyum kemudian ia mengangguk. "Pasti, karena kamu adalah keluarga aku juga," ucapnya.Shayla tersenyum."Aku balik ke kosan ya? Mn, jangan bersedih lagi oke?" pinta Wulan.Shayla mengangguk. "Iya aku gak akan bersedih lagi, terima kasih atas dukungan kamu." Shayla tidak ada hentinya tersenyum ke arah Wulan. "Bagaimana kalau kamu di antar sama Mas Yogi ke kosan? nanti aku minta dia untuk mengantarkan kamu pulang ke kosan, bagaimana?" tawarnya."Ah, sudah gak usah aku naik angkot saja lagian suami kamu masih sibuk kan, jadi gapapa aku naik angkot saja."Shayla m
Malam ini Shayla benar benar hancur mendengar penuturan dan semua ancaman Yogi terhadapnya. Dia ingin sekali marah, ingin sekali mengadu namun dia sadar bahwa pernikahannya terjadi karena keterpaksaan dari Nenek Arumi.Tangisan itu tidak pernah berhenti mengucur di kedua pipinya. Kecewa sudah pasti namun bagaimana pun juga Yogi adalah suaminya, jadi wajar dia mengucapkan begitu kepada Shayla sebab pernikahan tersebut tidak atas dasar cinta."Aku capek, aku bingung! Kenapa bisa aku di jebak oleh keinginan aku sendiri? aku memang bodoh menuruti keinginan aku yang pada akhirnya hanya mendatangkan banyak masalah untuk aku!" ucapnya dengan air mata yang terus mengalir.Saat ini dia berada di dalam kamar mandi sementara Yogi masih berada di kantor. Tadi sore ada panggilan mendadak dari kantor yang memaksanya untuk pergi ke sana.Shayla menangis sejadi-jadinya di sana. Dia tumpahkan rasa kesal rasa kecewanya lewat air mata, sakit hati yan
Shayla menangis diatas ranjang milik Nenek Arumi. Mulai sekarang dia akan tidur bersama dengan Nenek Arumi bahkan Nenek Arumi melarangnya untuk bertemu dengan Yogi dibeberapa hari ini. Nenek Arumi masih begitu kesal dengan cucunya yang tiba-tiba berubah menjadi arogant."Apa aku pulang saja ya ke kampung? Tapi kalau aku balik bagaimana dengan ini? Apa Abah sama Emak akan menjodohkan aku dengan pilihannya disana? Tapi tidak apa-apa, mungkin dia memang benar yang terbaik untuk aku, aku akan bisa menerima itu dan kemudian besok atau lusa aku akan meminta izin pada Nenek Arumi untuk pulang dan menjelaskan semuanya!" putusnya.Suara ketukan pintu langsung membuat pikiran Shayla kacau. Dia langsung mengusap air matanya sebersih mungkin lalu langsung bangun dan mendekati pintu tersebut.Clek! (Suara pintu terbuka)"Iya, tunggu sebentar," kata Shayla. Kedua mata itu langsung melotot ketika melihat sosok wanita cantik tanpa hijab berdiri di hadapannya. "Siap
Yogi tersenyum manis kearah Shayla di sore hari ini. Akhirnya mereka bisa menikmati keindahan secara berduaan di saat ini. Bahagia sekaligus indah. Tangan Yogi tidak pernah berhenti untuk memegangi tangan Shayla."Maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan menyiksa dirimu ataupun mengusir kamu! Kamu akan bahagia setelah ini dan aku tidak mau bercerai dengan kamu," ujarnya.Shayla hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Harapannya terkabul saat ini dan mungkin kebelakang dia akan merasakan bagaimana menjadi istri yang sesungguhnya. Dimana ia akan selalu di cintai dan disayangi oleh suaminya."Terima kasih," jawab Shayla."Aku yang seharusnya berterimakasih terhadap malaikat tak bersayap seperti dirimu. Wanuta paling penyabar yang tidak pernah berhenti menyayangi aku apa adanya dan mulai detik ini. Aku akan bersumpah demi kamu bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan kamu meski dalam keadaan apapun," tutur Yogi sambil menaruh tangan Shayla di dadanya.
"Nenek akan terjun kesana juga hari ini!" Pinta Nenek Arumi.Ia memaksa untuk pergi kerumah sakit tempat Shayla dirawat. Namun Yogi melarangnya sebab dia tidak Nenek Arumi menambah pertengkaran ataupun hal lainnya.("Jangan, Nek. Lagian juga beberapa hari kedepan Shayla akan balik ke rumah,") tolak Yogi."Tidak! Nenek maunya sekarang kesana! Mau kamu menghalangi Nenek bagaimana pun terserah! Nenek akan kesana jadi kamu harus beritahu nenek dimana rumah sakit Shayla, cepat!" Nenel Arumi memaksa."Nenek lebih baik di rumah saja. Jaga kesehatan dan jangan lupa untuk minum obat, yasudah Nenek jangan kesini!"Tut..tut..tut.Sambungan tersebut langsung diputus oleh Yogi secara langsung. Dia tidak mau Nenek Arumi tau tempat rumah sakit Shayla. Mau tidak mau Yogi langsung mematikan sambungan teleponnya."Bisa bisanya Yogi kurang ajar seperti ini! Awas kalau aku sudah tau dimana tempat itu, maka akan aku pastikan dia aku hukum! Itu anak sudah
Setelah melaksanakan sholat ashar Yogi langsung menuju kamar Shayla lagi. Ia ingin menemani Shayla didalam sana. Berjalan dengan begitu santai melewati lorong ruamh sakit. Kini langkah kaki tersebut berhenti tepat di kamar bernomor 120. Membuka pintu dan tetap kondisi di dalam sana tetaplah sama.Hari ini Shayla masih belum sadar bahkan ketiga orang yang berada di dalam kamar tersebut nampaknya sedang asik mengobrol satu sama lain. Sementara Wulan hanya bisa menatap Yogi sinis lalu kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.[Aku kira dia akan menjadi pria yang baik dan selalu bertanggung jawab. Namun nyatanya tidak seperti itu, dai jauh lebih bangsat lagi! Sama seperti pria pria yang gak punya hati kek di sinetron-sinetron.] Batin Wulan."Nak Yogi sudah makan? Kalau belum makan sini makan dulu, tadi Wulan beli makanan tinggal satu bungkus."Ayah Shayla masih tetap perduli terhadap Yogi. Berbeda dengan kedua wanita yang masih menyimpan rasa
Pagi hari ini terlihat begitu mendung. Tidak ada matahari dan hanya ada awan hitam yang berkerumun dan mungkin sebentar lagi hujan akan turun dari atas langit. Namun senyuman tidak bisa terlihat di wajah Yogi. Dia seharian tidak bisa tidur dari tadi mala. Kelopak matanya sudah mulai menghitam."Kamu tidak tidur dari semalem, Nak?" Tanya Ayah Shayla.Yogi yang tadinya melamun dengan tatapan kosong sontak kaget dan langsung menoleh kearah sebelahnya yang disana sudah ada mertuanya. Dia langsung tersenyum ke arah Ayah Shayla."Eh, ada Bapak. Sudah bangun, Pak?" Tanya Yogi."Iya Bapak sudah bangun. Kamu tidak tidur semalaman?" Tanyanya lagi.Kepala Yogi menggeleng lalu tersenyum. "Tidak, Pak." Jawabnya."Kenapa tidak tidur? Kamu masih kepikiran dengan ucapan istri Bapak dan Wulan, iya?" Tanyanya.Sebenarnya Yogi masih kepikiran dengan semuanya. Ia malu terhadap mereka semua bahkan rasa penyesalan pun masih belum bisa ia padamkan di dalam
Malam ini Yogi tidak bisa tidur. Ia terus menangis mengingat semua perlakuannya kepada Shayla pada waktu itu. Tanpa henti menggenggam erat tangan Shayla. Dalam hati Yogi berharap masih bisa diberikan kesempatan lagi untuk bisa bersama dengan Shayla."Jangan seperti ini terus Shayla. Aku ingin melihat kamu bangun, aku ingin menjadi suami yang terbaik untuk kamu! Tolong bangun dan berikan aku maaf, aku mohon Shayla."Air mata tidak pernah hilang diwajah Yogi. Bahkan kedua mata tersebut sudah mulai membengkak karena terus-terusan menangis. Hampir seharian Yogi tidak memegangi HP-nya. Ia tidak tau apakah di hpnya tersebut ada panggilan dari siapa. Sekarang yogi tidak memikirkan hp tersebut. Ia hanya berharap Shayla bisa dapat bangun dan kembali lagi pada Yogi hanya itu saja yang dia mau saat ini."Aku mohon bangun Shayla. Apa kamu tidak ingin melihat aku lagi? Apa kamu akan seperti ini terus? Tega meninggalkan aku? Aku tau aku memang salah tapi apakah salah ji
"Wulan sudah balik ke kampung halamannya, Nek. Jadi dia sudah tidak ngekos disini," jawab perempuan muda yang kini sudah mengganti tempat kosan tersebut dengan dirinya. Nenek Arumi langsung terlihat kecewa. Ia sudah berharap bisa bertemu dengan wulan dan mengajak Wulan untuk balik ke kampungnya untuk melihat kondisi Shayla saat ini. Namun rupanya Nenek Arumi memang tidak diperbolehkan untuk pergi. "Baiklah jika memang begitu. Saya balik saja, sekali lagi maaf telah mengganggu waktunya." Ujar Nenek Arumi kemudian ia berlalu pergi dari tempat tersebut untuk pulang. Tidak ada yang bisa ia tanyai lagi selain Wulan. Sebab semuanya tidak ada yang tau dengan kampung halaman Shayla kecuali Wulan yang juga berasal dari kota tersebut. "Langsung balik kerumah! Aku ingin beristirahat terlebih dahulu," pinta Nenek Arumi pada supir. "Siap, Nek." Jawab sang supir. Kepala Nenek Arumi semakin terasa pening. Banyaj sekali hal-hal yang sedang ia pikirkan
Yogi berlari menuju rumah sakit yang dikatakan oleh para warga yang barada di tempat kejadian kecelakaan tadi. Dia juga tadi sudah mengurus mobilnya dan telah ia suruh orang untuk dibawa ke bengkel. Sekarang dia berganti untuk melihat kondisi Shayla dan Pak supir yang masih belum diketahui bagaimana kondisinya.Kedua mata Yogi sudah terlihat agak bengkak karena sering menangis membayangkan hal yang tidak-tidak. Ia berlari menuju ke resepsionis untuk menanyakan pasien bernama Shayla dan pak supir."Sus, kamar pasien yang kecelakaan kemarin sore di tol atas nama Shayla dan Bapak Supri ada dinomor berapa ya, Sus?" Tanya Yogi."Sebentar ya Bapak saya cek dulu," ujarnya lalu mencari kamar dari nama pasien yang disebutkan oleh Yogi tadi. "Berada di kamar 120 untuk ibu Shayla dan untuk pak Supri sudah berada di dalam kamar jenazah bapak, baru saja meninggal tadi." Tuturnya.Mendengar itu Yogi semakin lemah tidak berdaya. Supir yang bekerja dengannya selama dua t
Nenek Arumi langsung terbang dari luar negeri menuju Indonesia. Dia merasakan hal yang tidak nyamam mengenai Yogi dan Shayla. Maka dari itu dia langsung menelfon bertanya tentang kondisi mereka. Namun hp milik Yogi tidak bisa dihubungi dan dari itu nenek Arumi langsung memilih untuk langsung pulang saja biar bisa tenang.Mobil hitam mewah masuk kedalam halaman rumah Nenek Arumi.tidak lama setelah itu tiba-tiba seorang supir dengan cepat membukakan pintu untuk orang yang berada di belakang. Dia adalah Nenek Arumi yang sekarang sudah sampai di rumahnya pada siang ini.Langkah kaki itu terus berjalan masuk kedalam rumahnya. Suasana di dalam sana sepi tidak ada siapapun dan itu semakin membuat Nenek Arumi panik dan memikirkan hal yang tidak-tidak."Hallo Yogi," teriak Nenek Arumi.Selang beberapa detik tiba-tiba beberapa pembantu keluar dari belakang untuk menyanbut nenek Arumi yang kini sudah berada diruang tamu. Mereka berjejer disamping kanan nenek A
Salah satu pembantu berlari menuju kamar Yogi yang berada di lantai atas. Tadinya para pembantu sedang menonton berita di TV yang memberitakan bahwa ada kejadian kecelakaan di jalan raya menuju kampung Shayla. Mobil yang di tayangan pun adalah mobil yang di kendarai oleh Pak supir dan Shayla pada waktu itu."Aden! Aden yogi, Den!" Teriak si pembantu sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti.Tidak ada jawaban apapun dari Yogi dan itu semakin membuat si pembantu panik."Aden sedang tidur apa ya? Tapi ini kan penting banget, aku harus gedor-gedor saja pintu ini biar orangnya bagun, aku harus berteriak dengan sekuat tenaga agar Aden Yogi mendengarnya."Si pembantu tersebut tiba-tiba langsung menarik nafas dalam-dalam kemudian ia berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti-hentinya."ADEN YOGI BANGUN! INI PENTING SEKALI KARENA NON SHAYLA DAN PAK SUPIR KECELAKAAN DI JALAN TOL!!" Teriaknya.Naf