Shayla menangis diatas ranjang milik Nenek Arumi. Mulai sekarang dia akan tidur bersama dengan Nenek Arumi bahkan Nenek Arumi melarangnya untuk bertemu dengan Yogi dibeberapa hari ini. Nenek Arumi masih begitu kesal dengan cucunya yang tiba-tiba berubah menjadi arogant.
"Apa aku pulang saja ya ke kampung? Tapi kalau aku balik bagaimana dengan ini? Apa Abah sama Emak akan menjodohkan aku dengan pilihannya disana? Tapi tidak apa-apa, mungkin dia memang benar yang terbaik untuk aku, aku akan bisa menerima itu dan kemudian besok atau lusa aku akan meminta izin pada Nenek Arumi untuk pulang dan menjelaskan semuanya!" putusnya.
Suara ketukan pintu langsung membuat pikiran Shayla kacau. Dia langsung mengusap air matanya sebersih mungkin lalu langsung bangun dan mendekati pintu tersebut.
Clek! (Suara pintu terbuka)
"Iya, tunggu sebentar," kata Shayla. Kedua mata itu langsung melotot ketika melihat sosok wanita cantik tanpa hijab berdiri di hadapannya. "Siap
Farah dan Yogi sekarang nampak begitu senang. Saling memadu kasih bahkan mereka tidak memperdulikan semua orang yang lewat disana. Saat ini mereka berdua sedang bersenang-senang di ruang tengah. Duduk berdekatan dan saling tertawa. Dari jarak jauh Shayla hanya bisa menyatukan itu. Melihat Yogi yang begitu gembira bahkan tertawa senang tanpa beban. Shayla merasa sedikit gembira. Namun tidak sepenuhnya, ia tidak mampu melihat Yogi bergembira dengan perempuan lain."Aku juga ingin merasakan sebag
Farah berjalan melewati beberapa ruangan. Ditangannya sudah ada satu kantong plastik yang berisikan makanan untuk Yogi. Sekarang dia berada di kantor Yogi dan kebetulan ingin mengajak Yogi jalan-jalan setelah ini. Langkah itu terkesan santai dan senyuman tidak pernah hilang dari bibir manisnya. Farah begitu cinta terhadap Yogi bahkan dia tidak ingin berpisah dengan Yogi. Sudah cukup dia mengikat cinta."Apa Yogi ada di dalam ruangannya?" tanyanya pada sekretaris pribadi Yogi."Mohon maaf Ibu, Pak Yogi saat ini sedang berada di luar. Kemungkinan sedang terjun kelapangan untuk memantau para pekerja," jawabnya."Kelapangan ya, yasudah tidak apa-apa. Aku akan menunggunya di ruangannya, jika nanti sudah datang langsung bilangkan kepada Yogi bahwa aku sudah berada di dalam untuk menunggunya, kau mengerti itu?" tutur Farah. Dan langsung bergegas untuk pergi masuk kedalam ruangan Yogi. Namun langkah itu langsung terhenti ketika sang sekretaris mengatakan sesuatu.
BRAK!Pintun kamar tersebut langsung terbuka dengan begitu kasar dan menimbulkan suara yang begitu nyaring. Yogi sudah benar-benar marah sekali terhadap Nenek Arumi. Dia sekarang pulang dan ingin menghabiskan nyawa Shayla dengan kedua tangannya. Pikirannya sudah gelap gulita, yang ada di pikirannya hanyalah Farah dan bagaimana caranya mereka berdua bisa menikah tanpa halangan sedikitpun. Terutama juga dengan hadirnya Shayla."Mas Yogi? Ada apa kemari?" tanya Shayla. Dia bangun dari duduknya lalu mendekati Yogi yang sudah dibaluti oleh amarah.Tanpa banyak bicara lagi tangaj kanan Yogi sudah berhasil memegang leher Shayla dan sedikit lagi dia akan mencekik leher tersebut hingg mati. Tatapan Yogi benar-benar sadis terhadap Shayla. Kebencian semakin terlihat jelas disana."Mas lepaskan, kamu kenapa? Ada apa denganmu?" Shayla memukuli tangan kanan Yogi yang kini sudah berada di lehernya."Kamu harus mati secepatnya! Saya tidak ingin melihat kamu hidup! S
Pagi ini hujan deras di hari Minggu. Yogi hanya bisa berdiam diri di dalam rumah dengan melakukan beberapa laporan yang berada di laptopnya. Sekarang dia hanya bisa duduk santai dirumah. Sementara Farah nampaknya sedang merajuk pada Yogi hingga saaat ini juga."Setelah menyelesaikan laporan, aku harap hujan akan segera berhenti! Aku ingin ke rumah Farah setelah ini," ucapnya sambil terus fokus pada layar laptopnya.Sedangkan Shayla kini berada di dalam kamarnya. Membereskan barang-barang miliknya kedalam tas yang akan dia bawa besok untuk pulang kampung. Sebenarnya berat sekali bagi Shayla untuk balik kerumahnya dikampung. Namun apalah daya dia harus secepatnya pergi sebab yogi tidak mau untuk melihat wajah Shayla lama-lama di rumah tersebut."Aku yakin aku kuat. Aku bisa menerima semua ini dan juga aku harus bisa berusaha untuk ikhlas, ini mungkin bagian dari takdir aku, percuma saja aku berjuang namun nyatanya mas Yogi bukannya milik aku, aku tidak apa-a
Yogi berjalan masuk kedalam kamar mandi. Sekarang sudah jam delapan malam dan dia masih belum pulang dari rumah Farah. Sementara ditempat lain Shayla sedang menunggu kedatangan Yogi dirumah. Sebab permintaan Shayla pada Yogi adalah meminta untuk tidur sekamar dalam dua hari sebelum Shayla balik. Ternyata malam ini Yogi tidak bisa pulang. Ia harus menjaga Farah yang sedang sakit.Hp milik Shayla berbunyi satu kali. Itu adalah panggilan dari Shayla yang ingin menyuruh Yogi untuk pulang. Namun rupanya panggilan tersebut tidak diangkat. Farah hanya diam melihat hp milik Yogi berbunyi. Sedangkan Yogi masih berada di dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Tidak lama kemudian Yogi keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sudah basah."Tadi hp kamu berbunyi namun aku tidaj berani melihatnya," ujar Farah dengan suara yang terdengar agak tidak suka. Mengalihkan pandangannya pada arah lain. Nampaknya sedang cemburu dan tidak mau jika harus ditinggal lagi."Kenapa
Pagi buta Yogi langsung mendapatkan telfon dari Nenek Arumi. Tadinya dia sedang enak tidur namun karena telfonnya berbunyi terus-menerus. Ia pun bangun kemudian melihat nama orang pemanggil dilayar dan itu adalah Nenek Arumi. Yogi merubah posisinya menjadi duduk kemudian langsung mengangkat panggilan masuk tersebut."Hallo iya, Nek. Ada apa?" Tanya Yogi. Nafasnya sudah terdengar ngos-ngosan karena saking paniknya.("Dimana istrimu?") Nenek Arumi langsung bertanya tentang Shayla kepada Yogi.Yogi langsung menoleh kearah kanan dan kirinya. Melihat apakah didalam kamar tersebut ada Farah atau tidak. Rupanya Farah tidak ada di dalam kamar tersebut. Farah sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Yogi nantinya."Ada kok, Nek." Jawabnya.("Berikan hp mu kepadanya biar Nenek yang ngomong terhadap dia, cepat!") Pinta Nenek Arumi dan itu berhasil membuat Yogi kaget sekaligus panik. Tidak lama setelah itu Yogi langsung mencari alasan untuk menjawa
"Bagaimana kalau nanti kita jalan jalan di mall? Sekalian aku ingin membeli beberapa gamis dan hijab," ujar Farah. Berjalan mendekati Yogi kemudian memberikan jus mangga yang di buatnya tadi.Yogi yang tadinya fokus menonton televisi langsung menoleh. Menerima minuman jus Mangga itu dari tangan Farah. Sepertinya ia sedikit shock mendengarkan Farah ingin membeli kedua barang tadi. Secara ketika Yogi menyuruh farah untuk menutup auratnya, Farah menolak. Namun sekarang tiba-tiba Farah mengatakan jika ingin membeli gamis dan hijab. Itulah yang membuat Yogi sedikit kaget mendengarnya."Kamu ingin beli gamis, yakin? Memangnya untuk siapa kalau boleh tau?" Tanyanya.Farah duduk di sebelah Yogi. "Buat akulah, memangnya untuk siapa lagi? Bukannya kamu ingin aku menutup aurat, iya kan?"Mendengar itu Yogi langsung tersenyum senang. Melihat Farah dengan penuh rasa cinta. Namun Yogi tidak segembira itu. Sebab entah kenapa tiba-tiba Yogi sedikit merasa biasa saj
Salah satu pembantu berlari menuju kamar Yogi yang berada di lantai atas. Tadinya para pembantu sedang menonton berita di TV yang memberitakan bahwa ada kejadian kecelakaan di jalan raya menuju kampung Shayla. Mobil yang di tayangan pun adalah mobil yang di kendarai oleh Pak supir dan Shayla pada waktu itu."Aden! Aden yogi, Den!" Teriak si pembantu sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti.Tidak ada jawaban apapun dari Yogi dan itu semakin membuat si pembantu panik."Aden sedang tidur apa ya? Tapi ini kan penting banget, aku harus gedor-gedor saja pintu ini biar orangnya bagun, aku harus berteriak dengan sekuat tenaga agar Aden Yogi mendengarnya."Si pembantu tersebut tiba-tiba langsung menarik nafas dalam-dalam kemudian ia berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti-hentinya."ADEN YOGI BANGUN! INI PENTING SEKALI KARENA NON SHAYLA DAN PAK SUPIR KECELAKAAN DI JALAN TOL!!" Teriaknya.Naf
Yogi tersenyum manis kearah Shayla di sore hari ini. Akhirnya mereka bisa menikmati keindahan secara berduaan di saat ini. Bahagia sekaligus indah. Tangan Yogi tidak pernah berhenti untuk memegangi tangan Shayla."Maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan menyiksa dirimu ataupun mengusir kamu! Kamu akan bahagia setelah ini dan aku tidak mau bercerai dengan kamu," ujarnya.Shayla hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Harapannya terkabul saat ini dan mungkin kebelakang dia akan merasakan bagaimana menjadi istri yang sesungguhnya. Dimana ia akan selalu di cintai dan disayangi oleh suaminya."Terima kasih," jawab Shayla."Aku yang seharusnya berterimakasih terhadap malaikat tak bersayap seperti dirimu. Wanuta paling penyabar yang tidak pernah berhenti menyayangi aku apa adanya dan mulai detik ini. Aku akan bersumpah demi kamu bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan kamu meski dalam keadaan apapun," tutur Yogi sambil menaruh tangan Shayla di dadanya.
"Nenek akan terjun kesana juga hari ini!" Pinta Nenek Arumi.Ia memaksa untuk pergi kerumah sakit tempat Shayla dirawat. Namun Yogi melarangnya sebab dia tidak Nenek Arumi menambah pertengkaran ataupun hal lainnya.("Jangan, Nek. Lagian juga beberapa hari kedepan Shayla akan balik ke rumah,") tolak Yogi."Tidak! Nenek maunya sekarang kesana! Mau kamu menghalangi Nenek bagaimana pun terserah! Nenek akan kesana jadi kamu harus beritahu nenek dimana rumah sakit Shayla, cepat!" Nenel Arumi memaksa."Nenek lebih baik di rumah saja. Jaga kesehatan dan jangan lupa untuk minum obat, yasudah Nenek jangan kesini!"Tut..tut..tut.Sambungan tersebut langsung diputus oleh Yogi secara langsung. Dia tidak mau Nenek Arumi tau tempat rumah sakit Shayla. Mau tidak mau Yogi langsung mematikan sambungan teleponnya."Bisa bisanya Yogi kurang ajar seperti ini! Awas kalau aku sudah tau dimana tempat itu, maka akan aku pastikan dia aku hukum! Itu anak sudah
Setelah melaksanakan sholat ashar Yogi langsung menuju kamar Shayla lagi. Ia ingin menemani Shayla didalam sana. Berjalan dengan begitu santai melewati lorong ruamh sakit. Kini langkah kaki tersebut berhenti tepat di kamar bernomor 120. Membuka pintu dan tetap kondisi di dalam sana tetaplah sama.Hari ini Shayla masih belum sadar bahkan ketiga orang yang berada di dalam kamar tersebut nampaknya sedang asik mengobrol satu sama lain. Sementara Wulan hanya bisa menatap Yogi sinis lalu kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.[Aku kira dia akan menjadi pria yang baik dan selalu bertanggung jawab. Namun nyatanya tidak seperti itu, dai jauh lebih bangsat lagi! Sama seperti pria pria yang gak punya hati kek di sinetron-sinetron.] Batin Wulan."Nak Yogi sudah makan? Kalau belum makan sini makan dulu, tadi Wulan beli makanan tinggal satu bungkus."Ayah Shayla masih tetap perduli terhadap Yogi. Berbeda dengan kedua wanita yang masih menyimpan rasa
Pagi hari ini terlihat begitu mendung. Tidak ada matahari dan hanya ada awan hitam yang berkerumun dan mungkin sebentar lagi hujan akan turun dari atas langit. Namun senyuman tidak bisa terlihat di wajah Yogi. Dia seharian tidak bisa tidur dari tadi mala. Kelopak matanya sudah mulai menghitam."Kamu tidak tidur dari semalem, Nak?" Tanya Ayah Shayla.Yogi yang tadinya melamun dengan tatapan kosong sontak kaget dan langsung menoleh kearah sebelahnya yang disana sudah ada mertuanya. Dia langsung tersenyum ke arah Ayah Shayla."Eh, ada Bapak. Sudah bangun, Pak?" Tanya Yogi."Iya Bapak sudah bangun. Kamu tidak tidur semalaman?" Tanyanya lagi.Kepala Yogi menggeleng lalu tersenyum. "Tidak, Pak." Jawabnya."Kenapa tidak tidur? Kamu masih kepikiran dengan ucapan istri Bapak dan Wulan, iya?" Tanyanya.Sebenarnya Yogi masih kepikiran dengan semuanya. Ia malu terhadap mereka semua bahkan rasa penyesalan pun masih belum bisa ia padamkan di dalam
Malam ini Yogi tidak bisa tidur. Ia terus menangis mengingat semua perlakuannya kepada Shayla pada waktu itu. Tanpa henti menggenggam erat tangan Shayla. Dalam hati Yogi berharap masih bisa diberikan kesempatan lagi untuk bisa bersama dengan Shayla."Jangan seperti ini terus Shayla. Aku ingin melihat kamu bangun, aku ingin menjadi suami yang terbaik untuk kamu! Tolong bangun dan berikan aku maaf, aku mohon Shayla."Air mata tidak pernah hilang diwajah Yogi. Bahkan kedua mata tersebut sudah mulai membengkak karena terus-terusan menangis. Hampir seharian Yogi tidak memegangi HP-nya. Ia tidak tau apakah di hpnya tersebut ada panggilan dari siapa. Sekarang yogi tidak memikirkan hp tersebut. Ia hanya berharap Shayla bisa dapat bangun dan kembali lagi pada Yogi hanya itu saja yang dia mau saat ini."Aku mohon bangun Shayla. Apa kamu tidak ingin melihat aku lagi? Apa kamu akan seperti ini terus? Tega meninggalkan aku? Aku tau aku memang salah tapi apakah salah ji
"Wulan sudah balik ke kampung halamannya, Nek. Jadi dia sudah tidak ngekos disini," jawab perempuan muda yang kini sudah mengganti tempat kosan tersebut dengan dirinya. Nenek Arumi langsung terlihat kecewa. Ia sudah berharap bisa bertemu dengan wulan dan mengajak Wulan untuk balik ke kampungnya untuk melihat kondisi Shayla saat ini. Namun rupanya Nenek Arumi memang tidak diperbolehkan untuk pergi. "Baiklah jika memang begitu. Saya balik saja, sekali lagi maaf telah mengganggu waktunya." Ujar Nenek Arumi kemudian ia berlalu pergi dari tempat tersebut untuk pulang. Tidak ada yang bisa ia tanyai lagi selain Wulan. Sebab semuanya tidak ada yang tau dengan kampung halaman Shayla kecuali Wulan yang juga berasal dari kota tersebut. "Langsung balik kerumah! Aku ingin beristirahat terlebih dahulu," pinta Nenek Arumi pada supir. "Siap, Nek." Jawab sang supir. Kepala Nenek Arumi semakin terasa pening. Banyaj sekali hal-hal yang sedang ia pikirkan
Yogi berlari menuju rumah sakit yang dikatakan oleh para warga yang barada di tempat kejadian kecelakaan tadi. Dia juga tadi sudah mengurus mobilnya dan telah ia suruh orang untuk dibawa ke bengkel. Sekarang dia berganti untuk melihat kondisi Shayla dan Pak supir yang masih belum diketahui bagaimana kondisinya.Kedua mata Yogi sudah terlihat agak bengkak karena sering menangis membayangkan hal yang tidak-tidak. Ia berlari menuju ke resepsionis untuk menanyakan pasien bernama Shayla dan pak supir."Sus, kamar pasien yang kecelakaan kemarin sore di tol atas nama Shayla dan Bapak Supri ada dinomor berapa ya, Sus?" Tanya Yogi."Sebentar ya Bapak saya cek dulu," ujarnya lalu mencari kamar dari nama pasien yang disebutkan oleh Yogi tadi. "Berada di kamar 120 untuk ibu Shayla dan untuk pak Supri sudah berada di dalam kamar jenazah bapak, baru saja meninggal tadi." Tuturnya.Mendengar itu Yogi semakin lemah tidak berdaya. Supir yang bekerja dengannya selama dua t
Nenek Arumi langsung terbang dari luar negeri menuju Indonesia. Dia merasakan hal yang tidak nyamam mengenai Yogi dan Shayla. Maka dari itu dia langsung menelfon bertanya tentang kondisi mereka. Namun hp milik Yogi tidak bisa dihubungi dan dari itu nenek Arumi langsung memilih untuk langsung pulang saja biar bisa tenang.Mobil hitam mewah masuk kedalam halaman rumah Nenek Arumi.tidak lama setelah itu tiba-tiba seorang supir dengan cepat membukakan pintu untuk orang yang berada di belakang. Dia adalah Nenek Arumi yang sekarang sudah sampai di rumahnya pada siang ini.Langkah kaki itu terus berjalan masuk kedalam rumahnya. Suasana di dalam sana sepi tidak ada siapapun dan itu semakin membuat Nenek Arumi panik dan memikirkan hal yang tidak-tidak."Hallo Yogi," teriak Nenek Arumi.Selang beberapa detik tiba-tiba beberapa pembantu keluar dari belakang untuk menyanbut nenek Arumi yang kini sudah berada diruang tamu. Mereka berjejer disamping kanan nenek A
Salah satu pembantu berlari menuju kamar Yogi yang berada di lantai atas. Tadinya para pembantu sedang menonton berita di TV yang memberitakan bahwa ada kejadian kecelakaan di jalan raya menuju kampung Shayla. Mobil yang di tayangan pun adalah mobil yang di kendarai oleh Pak supir dan Shayla pada waktu itu."Aden! Aden yogi, Den!" Teriak si pembantu sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti.Tidak ada jawaban apapun dari Yogi dan itu semakin membuat si pembantu panik."Aden sedang tidur apa ya? Tapi ini kan penting banget, aku harus gedor-gedor saja pintu ini biar orangnya bagun, aku harus berteriak dengan sekuat tenaga agar Aden Yogi mendengarnya."Si pembantu tersebut tiba-tiba langsung menarik nafas dalam-dalam kemudian ia berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar Yogi tanpa henti-hentinya."ADEN YOGI BANGUN! INI PENTING SEKALI KARENA NON SHAYLA DAN PAK SUPIR KECELAKAAN DI JALAN TOL!!" Teriaknya.Naf