Share

Dilarang Hamil Oleh Mertua
Dilarang Hamil Oleh Mertua
Author: Daun Kering

Malam Pertama

Author: Daun Kering
last update Last Updated: 2023-11-12 15:55:34

Malam ini adalah malam yang terindah untuk pasangan pengantin baru, Claudia dan Rayhan sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Mereka mengadakan pesta pernikahan di sebuah hotel berbintang, bahkan pesta mereka terbilang sangat mewah.

Kamar pengantin sudah disiapkan dengan nuansa yang begitu romantis, banyak bunga bertaburan di atas ranjang itu.

"Claudia, sebenarnya saya tidak setuju anak saya menikah dengan kamu. Sudah miskin, memalukan lagi," ujar Eva sang mertua menatap Claudia sinis.

Deg ... deg ...

Sebelum pernikahan ini terjadi, Eva mengatakan sudah merestui putranya menikah dengannya. Namun, ia tidak menyangka sikap mertuanya berubah begitu saja.

Eva memberikan sebutir obat untuk mencegah kehamilannya, ia memperbolehkan Claudia melayani putranya selayaknya seorang istri tapi tidak memperbolehkan untuk hamil.

"Ingat Claudia, jangan sampai rahim kamu mengandung benih cucuku! Aku tidak sudi mempunyai keturunan miskin," kata Eva dengan keras.

"Baik, Mah," ucap Claudia menundukkan kepalanya.

Di dalam kamar ia duduk termenung, membayangkan ucapan mertuanya tadi. Bahkan saat suaminya duduk di sampingnya Claudia tidak mengetahuinya.

"Sayang, kamu kenapa? kamu tidak bahagia dengan pernikahan kita?" tanya Rayhan sambil memeluk istrinya.

"Aku sangat bahagia sekali, Mas. Akhirnya setelah kita berpacaran tiga tahun, kita menikah juga," balas Claudia tersenyum untuk menutupi kesedihannya.

Tanpa aba-apa Rayhan langsung mengecup bibir istrinya, tangannya pun mulai melepaskan pengait gaun istrinya.

"Mas, sebentar. Aku ingin ke toilet," kata Claudia. Ia menatap cermin yang ada di toilet itu, lalu membuka genggaman tangannya. Sebutir obat dari Mamah mertua yang belum sempat ia minum, dengan terpaksa ia menelannya dan minum air kran di toilet.

Rayhan sudah tidak sabar menunggu sang istri, bahkan ia saat ini sudah melepaskan semua pakaiannya. Ia sudah menunggu Claudia di atas ranjang dengan keadaan tanpa sehelai benang, hanya menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Sayang, cepetan!" teriak Rayhan sudah tidak sabar untuk menanamkan benih di rahim kekasih halalnya.

Claudia keluar dari dalam kamar mandi, ia langsung menuju ke arah suaminya. Dia juga sudah tidak sabar, untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk suami tercinta.

Ini adalah pengalaman pertama bagi keduanya, sebenarnya masih malu untuk melakukan. Namun, mereka juga ingin segera mencoba.

"Mas, kenapa teriak gitu. Sudah tidak sabar ya," ujar Claudia membuat Rayhan tersenyum malu.

Claudia lalu mengambil baju tidurnya, ia hendak ke kamar mandi lagi untuk berganti pakaian. Namun, Rayhan melarangnya dan meminta Claudia berganti pakaian di depannya.

"Sayang, kenapa malu? kita sudah menikah lho," kata Rayhan.

"Tapi Mas, tutup mata ya," ucap Claudia.

"Sayang, nanti Mas juga bakal memegangnya tidak hanya melihat," ujar Rayhan menutup matanya dengan bantal.

Dengan cepat Claudia mengganti pakainya, lalu merebahkan badan di sebelah Rayhan. Saat hendak memakai selimut, ia terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Awww ... !" teriak Claudia. Melihat Rayhan yang sudah telanjang bulat, senjatanya sudah mengeras dan terlihat menakutkan untuk Claudia.

Rayhan langsung menutup mulut istrinya dengan telapak tangan, dan langsung memeluknya.

"Mas, aku takut," ucap Claudia.

"Kita lakukan dengan pelan, Sayang. Percayalah gak bakalan sakit," ujar Rayhan meyakinkan istrinya.

Claudia percaya dengan ucapan laki-laki yang baru menghalalkannya beberapa jam yang lalu, bahkan ia menikmati sentuhan demi sentuhan itu.

"Sayang, kamu sudah siapkan," bisik Rayhan.

"Hum .... " sahut Claudia.

Akhirnya kedua insan itu merasakan kenikmatan dunia, hingga tak terasa mereka melakukan berkali-kali sepanjang malam. Sungguh malam yang sangat indah untuk keduanya, pengalaman pertama yang tidak akan pernah terlupakan.

"Terimakasih, Sayang," ungkap Rayhan mengecup kening istrinya yang masih tertidur pulas.

Karena sudah pagi Rayhan bangkit dari ranjangnya, lalu membersihkan tubuhnya. Ada rasa tidak tega untuk membangunkan istrinya, sambil menunggu Claudia terbangun ia memainkan ponselnya.

Claudia terlihat menggeliatkan badannya, dan mulai membuka mata. "Mas, sudah bagun? kenapa tidak membangunkan ku dulu," ucapnya.

"Mas tidak tega, Sayang. Terimakasih buat semalam," ucap Rayhan mendekati istrinya lalu memberikan morning kiss.

Claudia hendak pergi ke kamar mandi, ia kesulitan karena bagian bawahnya masih sakit. Kemudian Rayhan membantu istrinya, yang terlihat kesulitan berjalan. Selesai mandi semua keluarga berkumpul di restoran hotel, Mamah Eva, Aruna, dan Papah Andi sudah menunggu.

"Maaf semua, kita terlambat," ujar Rayhan dengan senyum bahagia.

"Kita nungguin dari tadi lho, Ray," sahut Eva menatap sengit Claudia.

"Gak papa, Mah. Maklum mereka pengantin baru, ayo kita mulai makan," ajak Papah Andi.

"Aruna sudah kelaparan dari tadi, enak aja maklum. Kakak ipar harusnya yang bangunin kita, bukannya telat datang," kata Aruna dengan ketus.

Rayhan mengacak-acak rambut adiknya, ia gemas kalau melihat Aruna marah-marah.

Di sela-sela makan, Eva meminta Rayhan tetap tinggal satu rumah dengannya. Padahal Rayhan dan Claudia sudah menyiapkan rumah baru, hadiah dari sahabat Rayhan yang bernama Bian.

Uhuk ... uhuk ....

Tiba-tiba Claudia tersedak makanan, dengan cepat Rayhan mengambilkan minuman dengan penuh perhatian.

"Sayang, pelan-pelan dong," ucap Rayhan dengan lembut.

"Maaf, Mas," ujar Claudia.

Setelah selesai sarapan keluarga itu pun pulang ke rumah, berhubung acara sudah selesai dan besok rencananya Rayhan akan kembali bekerja. Tidak ada kata cuti, untuk seorang pekerja keras seperti Rayhan. Claudia menikah dengan Rayhan atas dasar cinta, bukan karena harta ataupun ketampanan.

Mereka sudah saling mengenal sejak lima tahun yang lalu, dan berpacaran selama tiga tahun. Claudia terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, keluarganya tinggal di perkampungan dekat kota. Sedangkan Rayhan dan keluarganya tinggal di sebuah perumahan elit, tempat para penguasa tinggal.

"Narsih, tolong bawakan koper istri saya ke kamar," pinta Rayhan menyuruh asisten rumah tangganya yang centil.

"Baik Tuan Muda, ngomong-ngomong tadi malam gimana? sudah ehem belum, Tuan," canda Narsih menggoda Rayhan sambil mengedipkan satu matanya.

"Narsih! cepat kalau disuruh," ujar Eva melotot ke arah Narsih.

Kini hanya ada Claudia dan Eva, yang masih berdiri di depan pintu. Claudia menunggu Rayhan yang sedang mengambil barang, dari dalam mobilnya.

"Claudia, kamu bantu Narsih sana! jangan bengong di sini," kata Eva dengan ketus.

"Baik, Mah," ucap Claudia dengan sopan kemudian mengikuti Narsih.

Claudia hendak membantu Narsih menata baju ke dalam almari, tapi ditolak karena memang Narsih sering diminta untuk membantu Rayhan dan nantinya diberikan tips di luar gaji.

"Makasih ya, Mbak," ungkap Claudia setelah Narsih menyelesaikan tugasnya.

"Siap, Nona. Nanti kalau butuh bantuan panggil Narsih tiga kali, ingat tiga kali jangan lebih," pinta Narsih kemudian meninggalkan kamar Rayhan.

Eva mendatangi Claudia, ia meminta agar Claudia berdandan dengan cantik. Karena nanti malam akan ada acara keluarga, Eva juga akan mengenalkan Claudia kepada calon menantunya yang baru. Ia juga memberikan sebutir obat, untuk diminum Claudia nanti malam.

"Ingat Claudia, jangan sampai kamu hamil. Atau kamu harus kehilangan bayimu, aku tidak mau mempunyai cucu keturunan orang miskin! camkan itu," tutur Eva.

Kata-kata mertuanya terulang lagi, membuat Claudia menahan air mata yang hampir menetes. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dalam pernikahan tentu saja semua pasangan menginginkan keturunan.

Claudia membantu Narsih memasak, untuk menyiapkan makan siang keluarga itu.

"Non, istirahat saja. Pasti Nona Claudia capek, semalam habis anu," Ucap Narsih menggoda Claudia.

"Mbak, bisa aja," sahut Claudia tersenyum malu.

Tiba-tiba Aruna datang, adik Rayhan yang sudah menginjak bangku kuliah itu meminta Narsih untuk mengupas kan buah. Anak itu memang sangat manja, selalu meminta bantuan anggota keluarga setiap melakukan sesuatu.

"Mbak Narsih, kupas jeruk dong," pinta Aruna.

"Bentar ya, Non. Masih goreng ayam ini," Sahut Mbak Narsih.

Kebetulan saat itu Claudia sedang mencuci gelas dan piring, ia menawarkan diri untuk mengupas jeruk. Namun, Aruna justru menghinanya dengan kata-kata kasar.

"Jangan kakak ipar yang mengupas, Aruna takut tertular miskin," ujar Aruna menatap Claudia penuh dengan kebencian lalu meninggalkan dapur.

Mbak Narsih lalu mendekati Claudia, dan mengusap pundaknya. "Non, jangan diambil hati ucapan Non Aruna. Dia memang seperti itu," pungkasnya.

Claudia tersenyum lalu melanjutkan aktivitasnya, sedangkan Mbak Narsih mengupaskan jeruk untuk Aruna. Rayhan tiba-tiba , dan memakan jeruk yang dikupas oleh Mbak Narsih.

"Mbak, jeruknya manis ya? Seperti senyuman istri kuku," tutur Rayhan melirik ke arah istri cantiknya.

"Tuan Muda, jangan ngeledek gitu. Itu jeruk pasti ada asemnya. Apes bener Nona Claudia, tadi dikatain miskin sekarang asem. Keluarga ini bener-bener," cetus Mbak Narsih.

"Miskin?" tanya Rayhan.

Claudia lalu mengajak suaminya untuk masuk ke dalam kamar, ia berpura-pura belum melihat letak almari untuknya yang mana. Semua itu dia lakukan, untuk mengalihkan pembicaraan suaminya dengan Mbak Narsih.

"Sayang, bukannya bajumu sudah ada di almari paling ujung. Kenapa menarik tangan Mas, kamu mau lagi ya? seperti tadi malam, berkali-kali pun Mas siap," pungkas Rayhan.

Claudia mencubit pinggang suaminya dengan gemas, dan Rayhan langsung memeluk istrinya. Mereka berdua kembali melakukan lagi, hingga keduanya lelah dan tertidur pulas.

Hari sudah mulai petang, Eva mencoba mengetuk pintu kamar Rayhan. Claudia segera terbangun dan menggunakan bajunya yang masih berserakan di lantai, ia langsung membuka pintu.

"Enak ya, baru bangun? Cepat bangunkan Rayhan, tamunya sudah datang!" cetus Eva sambil melihat Claudia dari ujung kepala hingga kaki.

"Iya, Mah," sahut Claudia tertunduk malu.

"Kamu, tidak lupa minum obat tadi kan?" tanya Eva dengan pelan agar Rayhan tidak mendengar.

Claudia menganggukkan kepalanya, kemudian menutup pintu kamarnya setelah Eva pergi. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu, untuk menetralkan hatinya.

Related chapters

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Tidak Mungkin Mas!

    Ucapan Mamah mertua selalu terngiang di telinga Claudia, ia berpikir setelah menikah akan hidup dengan bahagia. Mempunyai anak dari seorang yang dia sayangi, tapi kenyataannya jauh berbeda. Ia tidak diperbolehkan untuk mempunyai keturunan dari suaminya sendiri, membuatnya sangat terpukul. Claudia kemudian mengambil handuk, lalu membersihkan diri. Setelah itu ia mencari pakaian yang pantas untuk digunakan makan malam. "Mas, tadi Mamah minta Claudia untuk dandan. Emang siapa yang datang?" tanya Claudia sambil mengoleskan lipstik ke bibirnya di depan kaca. "Sahabat Mamah sayang, tidak dandan kamu terlihat cantik kok," balas Rayhan mencolek dagu istrinya. "Mas, jangan ganggu dong," ucap Claudia. Rayhan lalu memeluk istrinya dari belakang, ia lalu membenamkan wajahnya dan mengecup leher istrinya yang jenjang. Claudia pun merasa geli, dan langsung membalikkan badannya. "Mas, jangan ganggu dulu. Nanti kita terlambat lagi," ujar Claudia. "Sayang, aku sudah tidak sabar mempunyai anak ya

    Last Updated : 2023-11-12
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Mengantikan Narsih

    Claudia berjalan masuk ke dalam kantor, dengan langkah gontai. "Sayang, kamu kenapa menangis?" tanya Rayhan sembari mengusap air mata Claudia yang menetes di kedua pipinya. "Mas, maafkan aku. Tadi makanan yang aku bawa diambil orang, saat mau menyebrang jalan," terang Claudia menundukkan kepala. Rayhan langsung memeluk istrinya, dan mengajaknya untuk makan siang di cafe terdekat. Soal makanan ia sama sekali tidak mempermasalahkan, yang terpenting adalah keselamatan istrinya. ***Di sisi lain, seorang pemuda yang sudah merebut makanan Claudia menyerahkannya kepada orang yang sudah menyuruhnya. "Nyonya, ini bekal makanan yang saya ambil," ujar pemuda itu. "Kerja yang bagus! Buang saja ke tempat sampah. Ini bayaran kamu," kata wanita itu. "Hampir saja saya mencelakai wanita itu, Nyonya. Untung saja dia bisa menghindar," jelas pemuda itu. Wanita paruh baya itu marah kepada orang suruhannya, justru kalau bisa mencelakai Claudia akan lebih baik dan dia mendapatkan bayaran yang lebih

    Last Updated : 2023-11-12
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Honeymoon Part 1

    Mendengar kata honeymoon membuat Eva menjadi kesal, ingin rencananya ia menggagalkan semua rencana Rayhan. "Papah setuju, iya kan, Mah? Nanti kita cepat dapat cucu," kata Papah Andi tersenyum. Claudia menundukkan kepalanya, ia merasa sedih. Hal yang sangat tidak mungkin untuk menolak ajakan Rayhan, tapi tekanan dari mertuanya membuatnya sakit. "Kalau kakak punya anak, pasti Aruna gak disayang lagi," tutur Aruna mengerucutkan bibirnya. "Buat teman kamu di rumah, Runa," ujar Rayhan. Papah Andi kemudian mengajak Rayhan ke ruang kerjanya, beliau hendak memberikan tiket untuk keberangkatannya nanti. "Claudia, sebelum kamu pergi beli obat penunda kehamilan dulu sana! Awas saja kalau sampai kamu hamil," pinta Eva penuh dengan ancaman. "Dengerin tuh kata Mamah! Aruna juga gak sudi, punya keponakan turunan orang miskin," sahut Aruna tidak punya sopan santun. Claudia hanya bisa meneteskan air mata, setiap ada yang membentaknya. Dia juga tidak mungkin menentang ucapan mertuanya, demi sua

    Last Updated : 2023-11-12
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Honeymoon Part 2

    "Sayang, jawab ini obat apa!" bentak Rayhan. Menunjukkan botol obat yang bertuliskan penunda kehamilan, kepada istrinya. Claudia tertunduk lesu, ia bingung harus menjawab apa. Kalau ia berkata jujur akan membuat pertengkaran, antara ibu dan anak. Rayhan baru ini membentaknya, mungkin baginya sudah sangat keterlaluan. "Sampai segitunya kamu tidak mau mempunyai keturunan dariku! Claudia, aku sangat mencintaimu! Kenapa kamu tega, melakukan semua ini!" marah Rayhan. Melemparkan botol obat itu hingga tercecer di lantai. Claudia bersimpuh di kaki suaminya, sambil memohon maaf. Rayhan dengan kasar menghempaskan tangan istrinya itu. Claudia hanya bisa menangis, ia menyesal sudah mengikuti perintah mertuanya. Rayhan lalu pergi entah kemana, dan meninggalkan Claudia di dalam villa sendiri. "Mas, seandainya kamu tau! Mamah Eva tidak merestui pernikahan kita, beliau juga tidak menginginkan cucu dariku ... " lirih Claudia. Di sebuah club malam pulau Bali, Rayhan menghabiskan waktu di tempat

    Last Updated : 2023-12-12
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Siap Mengandung

    Eva langsung menelpon Rayhan untuk memberitahukan kondisi istrinya saat ini, karena ia tidak mau menyentuh Claudia sedikit pun. Kalau sampai itu terjadi, berati ia terpaksa. "Bagaimana Mah, keadaan Claudia? Kenapa tidak Mamah bawa ke dokter dulu," ujar Rayhan yang baru datang. "Lihat saja sendiri! Mamah tidak tau," kata Eva dengan acuh dan tidak peduli dengan menantunya. Rayhan langsung membawa Claudia ke rumah sakit, dokter juga sudah memeriksa keadaan Claudia saat ini. Menurut dokter, Claudia hanya kecapean dan dehidrasi. Tak lama kemudian Claudia sudah sadarkan diri, dia meminta untuk pulang ke rumah orang tuanya. Namun, Rayhan tidak mengizinkan karena sudah menjadi tanggung jawabnya. Rayhan tidak sadar mengajak istrinya tinggal bersama Mamahnya, membuat Claudia penuh dengan tekanan. Setahunya Eva selalu berbuat baik, dan menyayangi menantunya seperti menyayangi anak-anaknya. "Mas, aku tidak mau menjadi beban untuk keluargamu. Izinkan aku tinggal di rumah Ibu, aku mohon, Mas,

    Last Updated : 2023-12-13
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Ayah dan Ibu datang membawa pisang goreng

    Claudia mengurungkan pembicaranya dengan suaminya, karena terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya untuk beranjak dan membuka pintu kamar. "Claudia, itu orang tua kamu datang. Temui sana, jangan di kamar terus. Sudah sembuh juga, masih saja malas-malasan," sinis Eva menatap sengit menantunya. "Iya, Mah. Claudia ke sana sekarang," ujar Claudia. Setelah Eva pergi, Claudia memberitahukan kepada Rayhan kalau orangtuanya datang dan mengajak menemuinya. "Ayah ... Ibu ... !" teriak Claudia langsung memeluk Ayah dan Ibunya secara bergantian. "Ayah dan Ibu, kenapa tidak bilang kalau mau datang? Rayhan kan, bisa jemput," ujar Rayhan sembari menjabat tangan kedua mertuanya. "Kita tidak mau bikin repot, Nak," sahut Ibu Claudia. Beliau mengeluarkan plastik berisi pisang goreng, dari dalam tasnya dan memberikan kepada Claudia. Pisang hasil tanamannya dari kebun belakang rumah, kemudian beliau goreng lalu dibawa ke tempat Claudia. "Claudia, sini temani Papah ngopi," pinta Papah Andi. "

    Last Updated : 2023-12-14
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Wanita Itu Lagi

    Rayhan menatap tajam Aruna, membuat gadis itu beranjak mendekati Claudia yang sedang memasak. Tidak sengaja Aruna menyentuh wajan panas, hingga membuat tangannya memerah. Claudia cepat-cepat mengambilkan obat untuk Aruna. "Makanya jadi orang itu belajar, jangan malas," cibir Rayhan. "Kakak, tega sekali bicara gitu," ucap Aruna mengerucutkan bibirnya. Claudia mengoleskan salep, agar tangan Aruna tidak bengkak. Dengan pelan-pelan dan telaten ia melakukan. "Auw ... sakit!" teriak Aruna ketika Claudia sedikit menekan lukanya. Eva yang mendengar teriakan sang putri langsung menuju ke dapur, berhubung ada Rayhan ia tidak berani memarahi Claudia. Beliau meminta salep itu, dan menggantikan Claudia mengobati putrinya. "Aruna, ini mienya sudah matang," kata Claudia meletakkan mangkuk berisi mie instan di depan Aruna duduk. "Aduh ... ! Kakak ipar gimana sih, tangan Aruna sakit gak bisa makan," ujar Aruna. "Mana aku suapi," sahut Rayhan sambil membawa sendok sayur. "Kakak!" teriak Aruna.

    Last Updated : 2023-12-16
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Desahan Claudia

    Pulang kerja Tania langsung pergi ke rumah Rayhan, wanita itu hendak bertemu Eva. Kebetulan saat ini Eva juga belum pulang, karena sedang pergi belanja dengan Papah Andi. "Tante Eva ada gak?" tanya Tania, ketika Claudia membukakan pintu untuknya. "Belum pulang, Mbak," jawab Claudia dengan lembut. "Oh ... " sahut Tania sembari melihat ke sekeliling. Claudia mengajak Tania masuk ke dalam rumah, ia mencoba bersikap biasa saja tidak menaruh curiga yang berlebihan pada wanita itu. Ia juga membuatkan teh hangat untuk Tania. Suara ketukan pintu, membuat Claudia segera beranjak dari duduknya. "Mas, sudah pulang? Tumben cepet, biasanya pulang malam," ujar Claudia. "Tidak ada lembur, Sayang," bohong Rayhan padahal ia menghawatirkan Claudia. Rayhan mencium kening istrinya di depan Tania, dan membuat gadis itu kesal. Dengan sengaja ia menumpahkan minuman yang diberikan oleh Claudia, sehingga membuat cangkir itu pecah dan berserakan di lantai. "Aduh ... maaf aku tidak sengaja," ucap Tania

    Last Updated : 2023-12-19

Latest chapter

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Baby Cleo (Tamat)

    Rayhan, Claudia, Aruna dan Sean pergi berlibur ke sebuah pantai yang sangat indah. Setelah sampai di pantai, mereka beristirahat lebih dulu di tempat penginapan. "Sean, bantu buka resleting gaun ku," pinta Aruna menyodorkan punggungnya di depan Sean. Jemari Aruna gemetar saat menyodorkan punggungnya di hadapan Sean. Gaun sutra yang dikenakannya kini terbuka, memperlihatkan kulit putih mulusnya. Ia menahan napas, menunggu Sean untuk membuka resleting itu perlahan. "Merepotkan saja, Runa," gerutu Sean, namun tangannya bergerak dengan hati-hati. Detak jantung Aruna berpacu saat merasakan jemari Sean menyusuri punggungnya. "Sekarang tutup mata mu! Aku ingin berganti baju," pinta Aruna lagi, berusaha mengontrol suaranya yang bergetar. Sean menyeringai. "Kenapa harus tutup mata? Kita sudah menikah, Runa. Jadi, halal kalau aku melihat kamu telanjang," katanya dengan nada menggoda. Aruna menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang. Bagaimanapun, Sean adalah suaminya. Tapi rasa ma

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Pernikahan Aruna dan Sean

    Sean meminta Aruna bersikap baik, lemah lembut. Ia tidak ingin anak-anaknya nanti terlahir dari seorang ibu yang mempunyai sikap kasar, ia dengan sabar memberikan pengertian ke Aruna. "Sean, bukannya kita menikah bukan karena cinta. Jadi, kita masih bisa cerai," kata Aruna menatap Sean. "Kamu gila, Runa! Aku akan belajar mencintaimu seiring berjalannya waktu, bukan untuk permainan," terang Sean meyakinkan Aruna. Aruna tersenyum bahagia mendengar ucapan Sean, ia berharap Sean bisa mencintainya dengan tulus dan membuktikan ucapannya. "Sean, sebenarnya aku sudah mencintai mu dari dulu," ungkap Aruna memegang tangan Sean. "Dasar labil!" ketus Sean. Dulu Aruna pernah mengatakan kalau tidak mencintai Sean, sekarang justru dirinya yang mengungkapkan perasaanya lebih dulu. Keesokan harinya, Aruna baru pulang ke rumah diantarkan Sean. Kebetulan Claudia yang membukakan pintu untuk mereka, dengan ramah Claudia menyambut dan mempersilahkan masuk. Sean terpaku menatap Claudia,

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Rencana Berlibur

    "Dok, bagaimana kandungan istri saya?" tanya Rayhan berharap kabar baik yang ia terima. "Ada yang tidak beres, Pak," jawab Dokter tersenyum. "Iya, saya ngerti! Tolong jelaskan," pinta Rayhan dengan tegas. Dokter menyarankan agar Claudia banyak istirahat di rumah, tadi hanya mengalami kontraksi palsu yang memang sering dialami oleh wanita hamil. Beliau juga menyarankan agar Claudia mengurangi minuman atau makanan manis, karena berat bayi di dalam kandungan sudah melebihi berat normal. Rayhan mengerutkan dahinya ketika mendengar penjelasan Dokter, ada beberapa hal yang belum dimengerti. Ini adalah pengalaman pertama kali Rayhan menemani Claudia periksa ke Dokter. "Mas, ayo kita pulang," ajak Claudia. "Iya, Sayang. Ini juga sudah larut malam," kata Rayhan tersenyum tipis. Sampai di rumah mereka terkejut, mendengar kabar kalau Mamah Eva tidak bisa jalan. Claudia dan Rayhan segera menemui Mamah Eva, beliau terbaring lemah di tempat tidur. Tetapi masih saja beliau men

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Berlian

    "Mas, kamu yakin akan membawaku ke rumah? Nanti kalau Mamah marah gimana?" tanya Claudia khawatir. "Sayang, kamu jangan takut gitu dong. Biar Mamah jadi urusan ku, yang penting sekarang kita bersama lagi," balas Rayhan mengecup punggung tangan istri tercintanya. Saat ini mereka berdua sedang berada di perjalanan menuju ke rumah Rayhan, setelah menghabiskan waktu berdua di pantai. Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sangat hati-hati melajukan mobilnya agar istri dan calon buah hatinya merasa nyaman. Tak lama kemudian, mereka sampai di halaman rumah mewah milik keluarga Rayhan. Keduanya pun segera turun dari mobil, lalu masuk ke dalam rumah. Mamah Eva menyambut kedatangan Claudia, dengan tatapan penuh kebencian. Bola matanya tertuju pada sang menantu, yang perutnya mulai membesar. "Hamil anak siapa kamu?" tanya Mamah Eva ketus. "Tentu saja anak Rayhan dong, Mah," ujar Rayhan berusaha membela sang istri. "Kamu yakin, Ray? Claudia itu hamil setela

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Merasakan Kehangatan

    "Pak, Bu, kenapa kita kembali ke rumah ini lagi?" tanya Claudia ketika sampai di kampung. "Bapak lebih nyaman tinggal di sini! Walaupun rumah itu mewah, kita tidak punya mata pencaharian," balas Ayah Claudia sambil membuka pintu. Claudia menghela nafas beratnya, apapun yang sudah menjadi keputusan Ayahnya harus dituruti. Ia menyangka Ayahnya mengajak pindah karena Rayhan sudah menemukannya. "Claudia, perutmu sudah membesar. Mulai sekarang kamu harus banyak istirahat, jangan memikirkan hal yang tidak penting," ucap Ibu Claudia. "Baik, Bu," kata Claudia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Di tengah kamar yang teduh, Claudia duduk merenung, tatapan matanya penuh dengan kerinduan dan kekhawatiran. Baginya, hamil adalah momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, tetapi kehadiran sang suami yang terpisah membuatnya merasakan kekosongan yang mendalam. Setiap kali rasa lapar menghampiri, bukan senyum lembut sang suami yang menghampirinya, melainkan pertimbangan-pertimbangan yang

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Berusaha Untuk Kembali Bersama

    Rayhan ngutarakan keinginannya untuk membawa Claudia kembali ke rumah, ia juga mengatakan kalau sudah mengetahui kabar kehamilan istrinya itu. Ayah Claudia pun terkejut, beliau tetap tidak akan pernah mengizinkan Rayhan membawa Claudia pergi. Apalagi saat ini perut Claudia, sudah mulai membesar. "Tapi, Pak! Bayi yang ada di dalam kandungan Claudia anak saya, tolong berikan kesempatan. Saya berjanji akan menjaga Claudia dan anak saya dengan baik," ucap Rayhan meyakinkan. "Dulu kamu sudah pernah berjanji, Rayhan. Kenyataannya justru kita kehilangan calon cucu, semuanya karena kamu tidak becus menjaga istri dan calon anakmu! Keselamatan mereka lebih penting, dari pada harta benda yang kamu punya!" seru Ayah Claudia membuat Rayhan terdiam. Claudia dan Ibunya yang saat ini mengintip pembicaraan dari balik pintu, sebenarnya merasa kasihan dengan Rayhan. Namun, Claudia masih merasa takut jika kembali ke rumah Rayhan dan tinggal bersama mertuanya. Claudia membuka pintu dengan p

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Claudia Hamil, Mah!

    Claudia menghela napas panjang, membatalkan rencana kepergiannya untuk menyusul Rayhan. Perutnya tiba-tiba terasa sangat sakit, membuatnya harus beristirahat sejenak. Dengan langkah gontai, ia menuju kursi di sudut stasiun kereta yang terlihat sepi. Claudia meringis menahan nyeri yang menjalar, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. Pikirannya berkecamuk, memikirkan nasib hubungannya dengan Rayhan yang seakan hancur berkeping-keping. Tak lama, seorang pria paruh baya menghampiri Claudia yang masih terduduk lemas. "Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir. Claudia mendongak, memaksakan senyum tipis. "Saya hanya sedikit tidak enak badan, Pak. Tapi tidak apa-apa, saya akan segera baik-baik saja." Pria itu mengangguk paham. "Kalau begitu, istirahatlah dulu di sini. Jangan memaksakan diri, Nona." Ia menyodorkan sebotol air mineral pada Claudia. Claudia menerimanya dengan tangan gemetar. "Terima kasih banyak, Pak." Setelah pria itu pergi, Claudia kembali

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Keraguan

    Aruna benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Sean saat ini, yang tiba-tiba meminta membatalkan pernikahan mereka. "Sean, mana tanggung jawab mu sebagai seorang laki-laki? Kamu tidak bisa membatalkan pernikahan yang sudah direncanakan, mau ditaruh mana muka Mamah!" marah Mamah Risma menatap tajam putranya. "Tapi, Mah! Claudia ... "Cukup! Biarkan Claudia diurus suaminya sendiri!" tegas Mamah Eva yang saat ini duduk di sebelah Aruna. "Mah, Claudia wanita yang sangat menderita. Sean tidak mau terjadi apa-apa dengannya, dia pergi dari rumah Aruna pasti gara-gara Tante Eva tidak memperlakukannya dengan baik," jelas Sean. Aruna tidak terima dengan ucapan Sean, karena Claudia pergi dari rumah atas keputusan sendiri tidak ada yang mengusirnya. Mamah Risma memberikan saran kepada mereka berdua, agar tidak membahas Claudia lagi. Baginya Claudia berhak menentukan kebahagiaannya sendiri. Beliau meminta agar Aruna dan Sean fokus ke pernikahan mereka, karena masa depan mereka mas

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Saling Merindukan

    Langkah Rayhan gontai, seolah beban dalam dirinya semakin memberat. Ia baru saja sampai di kediaman orang tua Claudia, istrinya tercinta, namun yang ia temukan hanyalah sebuah rumah kosong tanpa tanda-tanda kehidupan. Rayhan mengedarkan pandangan, berharap menemukan petunjuk yang dapat membantunya memahami situasi ini. Namun, para tetangga Claudia yang ia temui hanya bisa memberikan informasi terbatas. Mereka melihat sebuah mobil mewah datang menjemput Claudia, dan sejak saat itu, gadis itu pergi bersama orang tuanya tanpa memberikan penjelasan. Perasaannya berkecamuk, kebingungan dan kekhawatiran menguasai dirinya. Apa yang telah terjadi? Ke manakah Claudia dan keluarganya pergi? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya, seakan menghantui setiap langkahnya. Perlahan, ia menyadari bahwa dirinya sendirian, ditinggalkan tanpa penjelasan. Kehampaan yang tak terdefinisi mulai menyeruak dalam dirinya, menggerogoti setiap sisi hatinya. Ia merasa kehilangan pegangan, ta

DMCA.com Protection Status