Share

Mengantikan Narsih

Author: Daun Kering
last update Huling Na-update: 2023-11-12 15:56:08

Claudia berjalan masuk ke dalam kantor, dengan langkah gontai.

"Sayang, kamu kenapa menangis?" tanya Rayhan sembari mengusap air mata Claudia yang menetes di kedua pipinya.

"Mas, maafkan aku. Tadi makanan yang aku bawa diambil orang, saat mau menyebrang jalan," terang Claudia menundukkan kepala.

Rayhan langsung memeluk istrinya, dan mengajaknya untuk makan siang di cafe terdekat. Soal makanan ia sama sekali tidak mempermasalahkan, yang terpenting adalah keselamatan istrinya.

***

Di sisi lain, seorang pemuda yang sudah merebut makanan Claudia menyerahkannya kepada orang yang sudah menyuruhnya.

"Nyonya, ini bekal makanan yang saya ambil," ujar pemuda itu.

"Kerja yang bagus! Buang saja ke tempat sampah. Ini bayaran kamu," kata wanita itu.

"Hampir saja saya mencelakai wanita itu, Nyonya. Untung saja dia bisa menghindar," jelas pemuda itu.

Wanita paruh baya itu marah kepada orang suruhannya, justru kalau bisa mencelakai Claudia akan lebih baik dan dia mendapatkan bayaran yang lebih besar.

***

"Sayang, lebih baik aku antarkan kamu pulang dulu. Mas tidak mau terjadi apa-apa," ujar Rayhan setelah selesai makan siang.

"Tidak perlu, Mas. Lagi pula kedatangan Claudia hanya mengganggu Mas saja," tolak Claudia terlihat begitu sedih.

"Sayang, jangan ngomong seperti itu. Mas ini suami kamu, bukan orang lain. Dari dulu kamu gak pernah berubah ya, masih malu-malu," pungkas Rayhan mencubit gemas hidung istrinya.

Rayhan akhirnya meminta sopir kantor untuk mengantarkan Claudia pulang ke rumah, karena ia mendadak ada meeting yang tidak bisa ditunda.

"Wah … ! sekarang hidup kamu enak ya, pulang diantarkan sopir." cibir Eva yang melihat kedatangan Claudia, wanita paruh baya itu sedang tiduran di sofa merasakan pinggangnya yang masih sedikit sakit.

"Tadi Mas Rayhan ada pekerjaan, Mah. Jadi tidak bisa mengantarkan sendiri," jelas Claudia hendak berjalan menuju kamarnya.

Tiba-tiba Narsih datang sambil menangis, dia meminta cuti pulang kampung selama tiga hari karena saudaranya ada yang sakit.

"Kenapa tidak bilang dari tadi, ada gantinya tidak! Terus yang mau bersih-bersih rumah siapa? Kerjaan di rumah ini banyak lho," ujar Eva tidak mengizinkan Narsih pulang.

"Telponnya juga barusan, Nyonya. Kalau dari tadi saya sudah cari pengganti ke yayasan," jelas Narsih.

Papah Andi yang baru pulang dari kantor mengizinkan Narsih pulang, lagi pula hanya tiga hari. Menurut beliau Eva dengan dibantu Aruna juga bisa melakukan tugas rumah, kalau hanya sekedar cuci piring, ngepel lantai, cuci baju.

"Papah, kenapa bilang gitu! Tangan Mamah nanti bisa lecet," ujar Eva dari dulu suaminya selalu memanjakan, jadi bersikap seenaknya.

"Narsih juga harus pulang, Mah. Sadar dong, jangan seperti anak kecil!" tegas Papah Andi.

Claudia merasa tidak enak, bak pahlawan kesiangan buat Narsih. Ia keluar dari kamar dan mengatakan kalau akan mengambil alih tugas Narsih selama tiga hari.

Papah Andi tidak setuju, dan memutuskan semua keluarganya harus melakukan aktivitas sendiri-sendiri. Beliau memutuskan seperti itu, agar semua adil.

Eva lalu menelpon ke yayasan setempat, untuk meminta pengganti selama tiga hari. Namun, semua tenaga kerja sedang ada pekerjaan semua. Alhasil ia menyalahkan Claudia, karena ikut mengizinkan Narsih.

"Lihat saja besok! Aku akan membuatmu seperti hidup di neraka." kata Eva dalam hati, menatap Claudia seperti melihat musuh.

Karena tau Papah mertuanya baru pulang kerja, ia pergi ke dapur dan membuatkan secangkir kopi untuk beliau. Tak lupa potongan kue juga ia sertakan, untuk menemani minum kopi.

"Claudia, teh manis saya mana? Kenapa cuma Papah yang dibuatkan, cari muka ya," kata Eva dengan sinis.

"Bentar, Mah. Saya buatkan dulu," ujar Claudia berjalan ke dapur lagi.

"Mah, Claudia itu istrinya Rayhan. Mamah bisa tidak jangan bersikap kasar seperti itu!" terang Papah Andi menatap tajam istrinya.

Eva marah dengan suaminya, karena dianggap membela Claudia. Dan saat Claudia datang membawa secangkir teh yang dia minta, Eva menyiramkan ke tubuh Claudia. Tumpahan air teh panas itu mengenai tangan Claudia, hingga menjadi memerah.

Papah Andi dengan segera mengambilkan obat untuk Claudia, lalu pergi untuk menenangkan istrinya.

"Apa salahku, kenapa Mamah selalu marah kepadaku?" tanyanya dalam hati.

Claudia kemudian masuk ke dalam kamarnya, ia menangis meratapi nasibnya. Baru saja merasakan pernikahan yang diidam-idamkan harus merasakan kesengsaraan, yang dilakukan oleh mertuanya.

Dulu sebelum menikah Eva selalu bersikap baik, begitu terlihat menyayanginya. Setelah ia menikah dengan Rayhan, sikapnya berubah drastis 180 derajat seperti bukan Eva yang dikenalnya.

Claudia menghapus air matanya, lalu membersihkan diri dan segera mengobati tangannya. Ia melakukannya sebelum Rayhan datang, agar tidak ketahuan kalau tangannya terluka. Baru juga ia menyisir rambut, Rayhan sudah datang.

"Cantik sekali istriku, mau kemana nih?" canda Rayhan menggoda sang istri.

"Mas, bisa aja," sahut Claudia tersenyum.

"Sayang, tangan kamu kenapa memerah seperti ini?" tanya Rayhan memegang tangan Claudia.

"Tadi di dapur kena air panas, Mas," jelas Claudia berbohong.

"Lain kali hati-hati, sayang. Kita obati dulu yuk," ajak Rayhan.

Claudia menurut apa kata suaminya, walaupun ia sudah mengoleskan obat. Setelah selesai mereka pergi ke dapur untuk makan, Claudia meminta Rayhan menunggu di ruang keluarga.

Claudia menyiapkan semuanya sendiri, tanpa ada yang membantu. Padahal Eva dan Aruna saat ini hanya menonton televisi, di ruang keluarga. Setelah semua siap, ia memberitahu kepada anggota keluarganya.

"Kakak ipar, ambilkan nasi," pinta Aruna fokus dengan ponsel yang dia pegang.

Rayhan langsung mengambil ponsel Aruna, dan memasukkan ke dalam saku. "Makan dulu, dan ambil sendiri. Nanti jadi kebiasaan gak baik!" tegasnya.

"Kembalikan ponselku, Kak!" teriak Aruna.

"Rayhan, sama adik sendiri kok gitu," sahut Eva membela Aruna.

"Bisa tidak kalau kita makan hentikan aktivitas lain, dan jangan menyuruh. Narsih ambil cuti tiga hari, kalian semua harus mandiri!" tegas Papah Andi.

Tidak ada yang berani membantah ucapan Papah Andi, mereka kemudian makan dengan tertib tidak ada yang berbicara. Selesai makan Aruna kembali membuat onar, dia meletakkan piring kotornya di depan Claudia.

"Kakak ipar, cuci sekalian. Aku ada tugas dari kampus," pinta Aruna berlari ke kamarnya.

"Aruna!" teriak Papah Andi.

"Biarkan saja, Pah. Nanti Claudia yang cuci," sahut Claudia.

Eva tidak berani berkutik lagi, bahkan ia ikut membersihkan meja makan. Tadi saat di dalam kamar, Papah Andi sudah mengancam akan menceraikannya kalau tidak mau merubah sikap.

Rayhan membantu istrinya mencuci piring kotor, bahkan dia juga yang menata dalam rak piring. Dalam benaknya ia sangat malu, keluarganya yang begitu hobi berdebat dan setiap hari ada keributan.

"Sayang, maafkan keluarga Mas ya," kata ayhan saat berada di dalam kamar.

"Kenapa minta maaf, Mas? Sudah tugas seorang wanita, kalau soal mengurus dapur dan rumah," terang Claudia pura-pura kuat di depan suaminya.

Rayhan langsung memeluk istrinya, dan mencium keningnya. Ia sangat berterima kasih, karena istrinya bisa mengerti keadaan keluarganya.

Pagi hari Claudia bangun lebih awal, ia mencium pipi suaminya lalu masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Mengingat di rumah tidak ada Narsih, ia bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Ia melakukannya dengan senang hati, tanpa mengharapkan balasan apapun. Sebenarnya Claudia betah tinggal di sini, ia juga akan berusaha memaklumi dan meluluhkan hati Mamah mertua.

Selesai memasak, ia kemudian mencuci pakaian semua anggota keluarganya tanpa terkecuali. Semua pekerjaan rumah saat ini sudah beres, ia lalu membersihkan diri dan membangunkan suaminya.

"Mas, bagun! Sudah siang," ucapnya membuka tirai jendela sehingga sinar matahari masuk ke dalam.

Rayhan menutup mukanya dengan bantal, agar tidak terkena terik matahari. Claudia merebut bantal suaminya, dan memeluk bantal itu.

"Sayang, ini masih pagi. Ayo kita tidur lagi," ajak Rayhan meraih tubuh istrinya.

"Lepas, Mas! Cepat bagun, nanti telat kerja," ujar Claudia berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya.

Hari ini Rayhan tidak masuk kerja, ia mengambil cutinya selama satu minggu. Rencananya ingin mengajak sang istri tercinta, untuk honeymoon ke pulau Bali.

Rayhan kemudian bangkit dari tidurnya, lalu membersihkan tubuh. Setelah selesai mereka menuju ke ruang makan.

"Sayang, kamu masak ini semua?" tanya Rayhan. Melihat berbagai hidangan di meja makan, ada ayam goreng, nasi goreng, dan roti tawar beserta beberapa selai dengan berbagai rasa.

"Hum … " sahut Claudia.

Rayhan yang biasanya sarapan dengan roti selai rasa coklat, kini memilih makan nasi goreng buatan istrinya. Ia meminta Claudia untuk mengambilkan yang banyak.

"Makanan apa ini! Kenapa tidak ada bubur ayam?" tanya Eva yang biasanya sarapan dengan bubur ayam buatan Narsih. Eva memilih makan roti, takut sakit perut.

Papah Andi dan Aruna juga memilih makan nasi goreng, karena mereka berdua jarang makan seperti ini. Dalam hati Aruna juga mengatakan kalau nasi goreng buatan kakak iparnya sangat enak, tapi gengsi untuk mengatakan.

"Pah, Mah, nanti sore Rayhan dan Claudia mau berangkat ke Bali. Kita mau honeymoon di sana," ujar Rayhan.

"Apa! Honeymoon?" kaget Eva.

Kaugnay na kabanata

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Honeymoon Part 1

    Mendengar kata honeymoon membuat Eva menjadi kesal, ingin rencananya ia menggagalkan semua rencana Rayhan. "Papah setuju, iya kan, Mah? Nanti kita cepat dapat cucu," kata Papah Andi tersenyum. Claudia menundukkan kepalanya, ia merasa sedih. Hal yang sangat tidak mungkin untuk menolak ajakan Rayhan, tapi tekanan dari mertuanya membuatnya sakit. "Kalau kakak punya anak, pasti Aruna gak disayang lagi," tutur Aruna mengerucutkan bibirnya. "Buat teman kamu di rumah, Runa," ujar Rayhan. Papah Andi kemudian mengajak Rayhan ke ruang kerjanya, beliau hendak memberikan tiket untuk keberangkatannya nanti. "Claudia, sebelum kamu pergi beli obat penunda kehamilan dulu sana! Awas saja kalau sampai kamu hamil," pinta Eva penuh dengan ancaman. "Dengerin tuh kata Mamah! Aruna juga gak sudi, punya keponakan turunan orang miskin," sahut Aruna tidak punya sopan santun. Claudia hanya bisa meneteskan air mata, setiap ada yang membentaknya. Dia juga tidak mungkin menentang ucapan mertuanya, demi sua

    Huling Na-update : 2023-11-12
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Honeymoon Part 2

    "Sayang, jawab ini obat apa!" bentak Rayhan. Menunjukkan botol obat yang bertuliskan penunda kehamilan, kepada istrinya. Claudia tertunduk lesu, ia bingung harus menjawab apa. Kalau ia berkata jujur akan membuat pertengkaran, antara ibu dan anak. Rayhan baru ini membentaknya, mungkin baginya sudah sangat keterlaluan. "Sampai segitunya kamu tidak mau mempunyai keturunan dariku! Claudia, aku sangat mencintaimu! Kenapa kamu tega, melakukan semua ini!" marah Rayhan. Melemparkan botol obat itu hingga tercecer di lantai. Claudia bersimpuh di kaki suaminya, sambil memohon maaf. Rayhan dengan kasar menghempaskan tangan istrinya itu. Claudia hanya bisa menangis, ia menyesal sudah mengikuti perintah mertuanya. Rayhan lalu pergi entah kemana, dan meninggalkan Claudia di dalam villa sendiri. "Mas, seandainya kamu tau! Mamah Eva tidak merestui pernikahan kita, beliau juga tidak menginginkan cucu dariku ... " lirih Claudia. Di sebuah club malam pulau Bali, Rayhan menghabiskan waktu di tempat

    Huling Na-update : 2023-12-12
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Siap Mengandung

    Eva langsung menelpon Rayhan untuk memberitahukan kondisi istrinya saat ini, karena ia tidak mau menyentuh Claudia sedikit pun. Kalau sampai itu terjadi, berati ia terpaksa. "Bagaimana Mah, keadaan Claudia? Kenapa tidak Mamah bawa ke dokter dulu," ujar Rayhan yang baru datang. "Lihat saja sendiri! Mamah tidak tau," kata Eva dengan acuh dan tidak peduli dengan menantunya. Rayhan langsung membawa Claudia ke rumah sakit, dokter juga sudah memeriksa keadaan Claudia saat ini. Menurut dokter, Claudia hanya kecapean dan dehidrasi. Tak lama kemudian Claudia sudah sadarkan diri, dia meminta untuk pulang ke rumah orang tuanya. Namun, Rayhan tidak mengizinkan karena sudah menjadi tanggung jawabnya. Rayhan tidak sadar mengajak istrinya tinggal bersama Mamahnya, membuat Claudia penuh dengan tekanan. Setahunya Eva selalu berbuat baik, dan menyayangi menantunya seperti menyayangi anak-anaknya. "Mas, aku tidak mau menjadi beban untuk keluargamu. Izinkan aku tinggal di rumah Ibu, aku mohon, Mas,

    Huling Na-update : 2023-12-13
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Ayah dan Ibu datang membawa pisang goreng

    Claudia mengurungkan pembicaranya dengan suaminya, karena terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya untuk beranjak dan membuka pintu kamar. "Claudia, itu orang tua kamu datang. Temui sana, jangan di kamar terus. Sudah sembuh juga, masih saja malas-malasan," sinis Eva menatap sengit menantunya. "Iya, Mah. Claudia ke sana sekarang," ujar Claudia. Setelah Eva pergi, Claudia memberitahukan kepada Rayhan kalau orangtuanya datang dan mengajak menemuinya. "Ayah ... Ibu ... !" teriak Claudia langsung memeluk Ayah dan Ibunya secara bergantian. "Ayah dan Ibu, kenapa tidak bilang kalau mau datang? Rayhan kan, bisa jemput," ujar Rayhan sembari menjabat tangan kedua mertuanya. "Kita tidak mau bikin repot, Nak," sahut Ibu Claudia. Beliau mengeluarkan plastik berisi pisang goreng, dari dalam tasnya dan memberikan kepada Claudia. Pisang hasil tanamannya dari kebun belakang rumah, kemudian beliau goreng lalu dibawa ke tempat Claudia. "Claudia, sini temani Papah ngopi," pinta Papah Andi. "

    Huling Na-update : 2023-12-14
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Wanita Itu Lagi

    Rayhan menatap tajam Aruna, membuat gadis itu beranjak mendekati Claudia yang sedang memasak. Tidak sengaja Aruna menyentuh wajan panas, hingga membuat tangannya memerah. Claudia cepat-cepat mengambilkan obat untuk Aruna. "Makanya jadi orang itu belajar, jangan malas," cibir Rayhan. "Kakak, tega sekali bicara gitu," ucap Aruna mengerucutkan bibirnya. Claudia mengoleskan salep, agar tangan Aruna tidak bengkak. Dengan pelan-pelan dan telaten ia melakukan. "Auw ... sakit!" teriak Aruna ketika Claudia sedikit menekan lukanya. Eva yang mendengar teriakan sang putri langsung menuju ke dapur, berhubung ada Rayhan ia tidak berani memarahi Claudia. Beliau meminta salep itu, dan menggantikan Claudia mengobati putrinya. "Aruna, ini mienya sudah matang," kata Claudia meletakkan mangkuk berisi mie instan di depan Aruna duduk. "Aduh ... ! Kakak ipar gimana sih, tangan Aruna sakit gak bisa makan," ujar Aruna. "Mana aku suapi," sahut Rayhan sambil membawa sendok sayur. "Kakak!" teriak Aruna.

    Huling Na-update : 2023-12-16
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Desahan Claudia

    Pulang kerja Tania langsung pergi ke rumah Rayhan, wanita itu hendak bertemu Eva. Kebetulan saat ini Eva juga belum pulang, karena sedang pergi belanja dengan Papah Andi. "Tante Eva ada gak?" tanya Tania, ketika Claudia membukakan pintu untuknya. "Belum pulang, Mbak," jawab Claudia dengan lembut. "Oh ... " sahut Tania sembari melihat ke sekeliling. Claudia mengajak Tania masuk ke dalam rumah, ia mencoba bersikap biasa saja tidak menaruh curiga yang berlebihan pada wanita itu. Ia juga membuatkan teh hangat untuk Tania. Suara ketukan pintu, membuat Claudia segera beranjak dari duduknya. "Mas, sudah pulang? Tumben cepet, biasanya pulang malam," ujar Claudia. "Tidak ada lembur, Sayang," bohong Rayhan padahal ia menghawatirkan Claudia. Rayhan mencium kening istrinya di depan Tania, dan membuat gadis itu kesal. Dengan sengaja ia menumpahkan minuman yang diberikan oleh Claudia, sehingga membuat cangkir itu pecah dan berserakan di lantai. "Aduh ... maaf aku tidak sengaja," ucap Tania

    Huling Na-update : 2023-12-19
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Kejahilan Aruna

    Rayhan menjelaskan ke Mamah Eva, kalau menantunya itu bukan tipe wanita pengadu. Walaupun banyak orang yang menyakitinya, Claudia akan tetap menahan dan tidak akan pernah mengungkit atau menceritakan perlakuan orang tersebut. "Buat Papah, Claudia itu menantu yang cukup baik. Mau membantu Mamah mengerjakan pekerjaan rumah, zaman sekarang mana ada menantu seperti itu," sahut Papah Andi. "Tapi, dia ... "Miskin maksud, Mamah," ujar Rayhan tersenyum. Eva merasa dipojokan oleh Suami dan Anaknya, ia tidak bisa terima semua itu. Dalam hatinya Claudia yang nanti akan menjadi sasaran, atas kemarahannya. Papah Andi berpesan agar keluarganya akur, tidak bertengkar. Kalau ada masalah beliau meminta untuk dibicarakan, agar masalah itu teratasi. Pesawat yang hendak beliau tumpangi akhirnya datang, membuatnya harus segera berpamitan lagi. ***"Kakak ipar, boleh tanya sesuatu tidak?" tanya Aruna masuk ke dalam kamar Rayhan. "Boleh, Runa. Kalau kakak bisa jawab kenapa tidak," balas Claudia terse

    Huling Na-update : 2023-12-20
  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Teman Aruna Yang Tengil

    Rayhan mengatakan kalau tadi ia pergi ke dokter, untuk menanyakan keadaan Claudia yang ternyata terpengaruh obat perangsang. "Mas, aku tidak mengonsumsi obat apapun!" tegas Claudia teringat dengan jus buah yang hanya diaduk-aduk oleh Aruna, dan diberikan padanya. Claudia hendak bangkit dari duduknya, tapi ia mengurungkan niatnya karena ada Rayhan. Ia ingin bertanya pada Aruna, tanpa sepengetahuan Rayhan, agar adik iparnya tidak terkena marah. "Mas percaya, Sayang," ujar Rayhan mengecup kening istrinya. Rayhan bersyukur kejadian itu berada di rumah, jadi Claudia melampiaskan kepadanya. Kalau terjadi di luar rumah, entah semarah apa dia. Claudia kemudian berpamitan ke dapur, ia hendak menyiapkan makan malam. Sekarang Aruna, yang terlihat seperti menghindari Claudia. Saat makan bersama, gadis itu melirik ke arah Claudia. "Aruna, aku ingin bicara," kata Claudia. "Iya, boleh," balas Aruna sambil melihat sekeliling seperti takut ada orang. Ia kemudian menyeret tangan Claudia, masuk ke

    Huling Na-update : 2023-12-22

Pinakabagong kabanata

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Baby Cleo (Tamat)

    Rayhan, Claudia, Aruna dan Sean pergi berlibur ke sebuah pantai yang sangat indah. Setelah sampai di pantai, mereka beristirahat lebih dulu di tempat penginapan. "Sean, bantu buka resleting gaun ku," pinta Aruna menyodorkan punggungnya di depan Sean. Jemari Aruna gemetar saat menyodorkan punggungnya di hadapan Sean. Gaun sutra yang dikenakannya kini terbuka, memperlihatkan kulit putih mulusnya. Ia menahan napas, menunggu Sean untuk membuka resleting itu perlahan. "Merepotkan saja, Runa," gerutu Sean, namun tangannya bergerak dengan hati-hati. Detak jantung Aruna berpacu saat merasakan jemari Sean menyusuri punggungnya. "Sekarang tutup mata mu! Aku ingin berganti baju," pinta Aruna lagi, berusaha mengontrol suaranya yang bergetar. Sean menyeringai. "Kenapa harus tutup mata? Kita sudah menikah, Runa. Jadi, halal kalau aku melihat kamu telanjang," katanya dengan nada menggoda. Aruna menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang. Bagaimanapun, Sean adalah suaminya. Tapi rasa ma

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Pernikahan Aruna dan Sean

    Sean meminta Aruna bersikap baik, lemah lembut. Ia tidak ingin anak-anaknya nanti terlahir dari seorang ibu yang mempunyai sikap kasar, ia dengan sabar memberikan pengertian ke Aruna. "Sean, bukannya kita menikah bukan karena cinta. Jadi, kita masih bisa cerai," kata Aruna menatap Sean. "Kamu gila, Runa! Aku akan belajar mencintaimu seiring berjalannya waktu, bukan untuk permainan," terang Sean meyakinkan Aruna. Aruna tersenyum bahagia mendengar ucapan Sean, ia berharap Sean bisa mencintainya dengan tulus dan membuktikan ucapannya. "Sean, sebenarnya aku sudah mencintai mu dari dulu," ungkap Aruna memegang tangan Sean. "Dasar labil!" ketus Sean. Dulu Aruna pernah mengatakan kalau tidak mencintai Sean, sekarang justru dirinya yang mengungkapkan perasaanya lebih dulu. Keesokan harinya, Aruna baru pulang ke rumah diantarkan Sean. Kebetulan Claudia yang membukakan pintu untuk mereka, dengan ramah Claudia menyambut dan mempersilahkan masuk. Sean terpaku menatap Claudia,

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Rencana Berlibur

    "Dok, bagaimana kandungan istri saya?" tanya Rayhan berharap kabar baik yang ia terima. "Ada yang tidak beres, Pak," jawab Dokter tersenyum. "Iya, saya ngerti! Tolong jelaskan," pinta Rayhan dengan tegas. Dokter menyarankan agar Claudia banyak istirahat di rumah, tadi hanya mengalami kontraksi palsu yang memang sering dialami oleh wanita hamil. Beliau juga menyarankan agar Claudia mengurangi minuman atau makanan manis, karena berat bayi di dalam kandungan sudah melebihi berat normal. Rayhan mengerutkan dahinya ketika mendengar penjelasan Dokter, ada beberapa hal yang belum dimengerti. Ini adalah pengalaman pertama kali Rayhan menemani Claudia periksa ke Dokter. "Mas, ayo kita pulang," ajak Claudia. "Iya, Sayang. Ini juga sudah larut malam," kata Rayhan tersenyum tipis. Sampai di rumah mereka terkejut, mendengar kabar kalau Mamah Eva tidak bisa jalan. Claudia dan Rayhan segera menemui Mamah Eva, beliau terbaring lemah di tempat tidur. Tetapi masih saja beliau men

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Berlian

    "Mas, kamu yakin akan membawaku ke rumah? Nanti kalau Mamah marah gimana?" tanya Claudia khawatir. "Sayang, kamu jangan takut gitu dong. Biar Mamah jadi urusan ku, yang penting sekarang kita bersama lagi," balas Rayhan mengecup punggung tangan istri tercintanya. Saat ini mereka berdua sedang berada di perjalanan menuju ke rumah Rayhan, setelah menghabiskan waktu berdua di pantai. Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sangat hati-hati melajukan mobilnya agar istri dan calon buah hatinya merasa nyaman. Tak lama kemudian, mereka sampai di halaman rumah mewah milik keluarga Rayhan. Keduanya pun segera turun dari mobil, lalu masuk ke dalam rumah. Mamah Eva menyambut kedatangan Claudia, dengan tatapan penuh kebencian. Bola matanya tertuju pada sang menantu, yang perutnya mulai membesar. "Hamil anak siapa kamu?" tanya Mamah Eva ketus. "Tentu saja anak Rayhan dong, Mah," ujar Rayhan berusaha membela sang istri. "Kamu yakin, Ray? Claudia itu hamil setela

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Merasakan Kehangatan

    "Pak, Bu, kenapa kita kembali ke rumah ini lagi?" tanya Claudia ketika sampai di kampung. "Bapak lebih nyaman tinggal di sini! Walaupun rumah itu mewah, kita tidak punya mata pencaharian," balas Ayah Claudia sambil membuka pintu. Claudia menghela nafas beratnya, apapun yang sudah menjadi keputusan Ayahnya harus dituruti. Ia menyangka Ayahnya mengajak pindah karena Rayhan sudah menemukannya. "Claudia, perutmu sudah membesar. Mulai sekarang kamu harus banyak istirahat, jangan memikirkan hal yang tidak penting," ucap Ibu Claudia. "Baik, Bu," kata Claudia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Di tengah kamar yang teduh, Claudia duduk merenung, tatapan matanya penuh dengan kerinduan dan kekhawatiran. Baginya, hamil adalah momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, tetapi kehadiran sang suami yang terpisah membuatnya merasakan kekosongan yang mendalam. Setiap kali rasa lapar menghampiri, bukan senyum lembut sang suami yang menghampirinya, melainkan pertimbangan-pertimbangan yang

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Berusaha Untuk Kembali Bersama

    Rayhan ngutarakan keinginannya untuk membawa Claudia kembali ke rumah, ia juga mengatakan kalau sudah mengetahui kabar kehamilan istrinya itu. Ayah Claudia pun terkejut, beliau tetap tidak akan pernah mengizinkan Rayhan membawa Claudia pergi. Apalagi saat ini perut Claudia, sudah mulai membesar. "Tapi, Pak! Bayi yang ada di dalam kandungan Claudia anak saya, tolong berikan kesempatan. Saya berjanji akan menjaga Claudia dan anak saya dengan baik," ucap Rayhan meyakinkan. "Dulu kamu sudah pernah berjanji, Rayhan. Kenyataannya justru kita kehilangan calon cucu, semuanya karena kamu tidak becus menjaga istri dan calon anakmu! Keselamatan mereka lebih penting, dari pada harta benda yang kamu punya!" seru Ayah Claudia membuat Rayhan terdiam. Claudia dan Ibunya yang saat ini mengintip pembicaraan dari balik pintu, sebenarnya merasa kasihan dengan Rayhan. Namun, Claudia masih merasa takut jika kembali ke rumah Rayhan dan tinggal bersama mertuanya. Claudia membuka pintu dengan p

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Claudia Hamil, Mah!

    Claudia menghela napas panjang, membatalkan rencana kepergiannya untuk menyusul Rayhan. Perutnya tiba-tiba terasa sangat sakit, membuatnya harus beristirahat sejenak. Dengan langkah gontai, ia menuju kursi di sudut stasiun kereta yang terlihat sepi. Claudia meringis menahan nyeri yang menjalar, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. Pikirannya berkecamuk, memikirkan nasib hubungannya dengan Rayhan yang seakan hancur berkeping-keping. Tak lama, seorang pria paruh baya menghampiri Claudia yang masih terduduk lemas. "Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir. Claudia mendongak, memaksakan senyum tipis. "Saya hanya sedikit tidak enak badan, Pak. Tapi tidak apa-apa, saya akan segera baik-baik saja." Pria itu mengangguk paham. "Kalau begitu, istirahatlah dulu di sini. Jangan memaksakan diri, Nona." Ia menyodorkan sebotol air mineral pada Claudia. Claudia menerimanya dengan tangan gemetar. "Terima kasih banyak, Pak." Setelah pria itu pergi, Claudia kembali

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Keraguan

    Aruna benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Sean saat ini, yang tiba-tiba meminta membatalkan pernikahan mereka. "Sean, mana tanggung jawab mu sebagai seorang laki-laki? Kamu tidak bisa membatalkan pernikahan yang sudah direncanakan, mau ditaruh mana muka Mamah!" marah Mamah Risma menatap tajam putranya. "Tapi, Mah! Claudia ... "Cukup! Biarkan Claudia diurus suaminya sendiri!" tegas Mamah Eva yang saat ini duduk di sebelah Aruna. "Mah, Claudia wanita yang sangat menderita. Sean tidak mau terjadi apa-apa dengannya, dia pergi dari rumah Aruna pasti gara-gara Tante Eva tidak memperlakukannya dengan baik," jelas Sean. Aruna tidak terima dengan ucapan Sean, karena Claudia pergi dari rumah atas keputusan sendiri tidak ada yang mengusirnya. Mamah Risma memberikan saran kepada mereka berdua, agar tidak membahas Claudia lagi. Baginya Claudia berhak menentukan kebahagiaannya sendiri. Beliau meminta agar Aruna dan Sean fokus ke pernikahan mereka, karena masa depan mereka mas

  • Dilarang Hamil Oleh Mertua   Saling Merindukan

    Langkah Rayhan gontai, seolah beban dalam dirinya semakin memberat. Ia baru saja sampai di kediaman orang tua Claudia, istrinya tercinta, namun yang ia temukan hanyalah sebuah rumah kosong tanpa tanda-tanda kehidupan. Rayhan mengedarkan pandangan, berharap menemukan petunjuk yang dapat membantunya memahami situasi ini. Namun, para tetangga Claudia yang ia temui hanya bisa memberikan informasi terbatas. Mereka melihat sebuah mobil mewah datang menjemput Claudia, dan sejak saat itu, gadis itu pergi bersama orang tuanya tanpa memberikan penjelasan. Perasaannya berkecamuk, kebingungan dan kekhawatiran menguasai dirinya. Apa yang telah terjadi? Ke manakah Claudia dan keluarganya pergi? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya, seakan menghantui setiap langkahnya. Perlahan, ia menyadari bahwa dirinya sendirian, ditinggalkan tanpa penjelasan. Kehampaan yang tak terdefinisi mulai menyeruak dalam dirinya, menggerogoti setiap sisi hatinya. Ia merasa kehilangan pegangan, ta

DMCA.com Protection Status