Beranda / Romansa / Dilangkahi Adik / Obat Pertengkaran

Share

Obat Pertengkaran

Penulis: Askana Sakhi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa diam, Mas?" tanyaku berapi-api, saat hati ini masih merasa gondok dengan sikapnya yang cenderung irit bicara malam ini.

"Kenapa diam, ha?" ulangku penuh penekanan. Meski dalam keremangan, dapat kupastikan jika sepasang matanya menatap lekat wajahku.

"Bukankah sudah kutanyakan sebelumnya, apa jawaban tidak yang kuberikan akan membuatmu percaya?" Suamiku balik bertanya dan tanpa melepas pandang dariku.

"Ada apa ini, Indah?" Lampu dapur tiba-tiba menyala saat pertanyaan itu terlontar dari suara familiar wanita yang melahirkan diriku. Mama.

Aku dibuat sedikit salah tingkah saat menyadari kedua orang tuaku yang sebelumnya mungkin sudah tidur lena, cukup terganggu dengan keributan yang terjadi di dapur hampir tengah malam ini.

"Sebenarnya …." Rasa hati, ingin sekali aku mengungkap apa yang menjadi pencetus keributan antara aku dan menantu mereka malam ini. Namun, kutahan. Takut dianggap kekanak-kanakan dan suka mengadu.

"Sebenarnya ada sedikit kesalahpahaman yang perlu untuk dilurus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dilangkahi Adik    Rambut Belum Kering

    Aku tak bisa membayangkan semerah apa wajahku saat ini. Ketika Mama dan Bik Minah secara terang-terangan meledek melalui ekspresi dan tatapan mereka."Eum … ada yang bisa dibantu nggak, Ma?" tanyaku mencoba mengalihkan pembahasan. Tak ingin Mama dan wanita paruh baya yang selama ini telah kuanggap menjadi ibu kedua dalam hidupku, terus memfokuskan pandangan pada ….Rambutku yang memang belum sepenuhnya kering. Ah, bukankah ini sangat memalukan?Mama menggeleng pelan sambil mengukir senyum menanggapi pertanyaanku."Nggak ada, Sayang. Kalau saran Mama … lebih baik kamu istirahat, dulu, deh, sambil nunggu sarapan siap," ujar wanita yang melahirkanku. Terdengar sangat lembut dan sangat menyejukkan."Tapi, Ma—.""Mama tau, loh, kamu kurang tidur. Lihat aja, kantung mata sampai hitam begitu," balas Mama terlihat santai saat menatapku.Bik Minah yang tengah menggoreng ikan asin, terkekeh kecil. Membuatku kembali didera perasaan malu yang tak berkesudahan."Oh … yaudah, deh, Indah … naik ke a

  • Dilangkahi Adik    Bertemu Aluna

    Aku melepas pelukannya secara paksa saat menyadari kedua tangannya mulai bergerak sedikit nakal dan bakal berakibat fatal jika diteruskan.Melihat sikapku yang mendadak tak ramah, Darren mendesah singkat dengan menunjukkan ekspresi kesal yang amat kentara."Kayaknya … kita harus hidup mandiri secepatnya, Indah," ujarnya dengan raut wajah jengkel yang masih terlihat."Maksud kamu?""Pindah rumah," balasnya singkat."Biar apa? Bukannya orang tua kamu—?""Biar kita bebas mau 'gituan' kapan aja," balasnya sembari menaikkan kedua alisnya dengan tampang menjengkelkan.Aku mencubit lengannya dengan gemas saat merasa dia memang semenyebalkan itu orangnya."Dasar suami omes!"Darren tergelak mendengar makian dariku."Tapi swear, aku memang punya rencana kayak gitu, sih. Kayaknya … bukan ide yang buruk kalau kita hidup mandiri dan nggak serumah dengan orang tua dan mertua," ujarnya panjang lebar dan kuamini dengan anggukan tanpa pikir panjang."Iya, sih, tapi … apa Mommy kamu rela, kamu ninggal

  • Dilangkahi Adik    Bagus, Anak Kecil!

    Kupandang wajah wanita berjilbab segi empat itu dengan seksama. Mencari-cari adakah kesamaan fisik antara aku dan dirinya. Meski tak kutemukan banyak kesamaan, aku tak memungkiri ada beberapa bagian dalam diri dan wajah Aluna yang bisa dikatakan memiliki kemiripan denganku.Ya, memang sedikit mirip.Dalam seketika, kurasakan ada yang patah dalam diriku ketika menyadari sesuatu.Ya Allah!Jadi memang benar Darren rela melakukan konspirasi jahat bersama sahabat dan adikku, sebab wanita beranak satu itu? Karena obsesinya untuk memilikinya tak tercapai?Kenapa rasanya seperih ini?"Al-Aluna." Dengan pandangan matanya yang terlihat kosong, suamiku bahkan mengucapkan nama itu dengan terbata.Benarkah jika ayah dari janin dalam kandunganku masih memiliki rasa padanya? Wanita yang pernah menjadi cintanya di masa lalu.Tanpa bisa dihindari, rasa cemburu yang sempat redam, kembali menyeruak ke permukaan. Ya, dari bagaimana gerak-gerik tubuhnya serta caranya berekspresi, tertangkap jelas jika le

  • Dilangkahi Adik    Perkenalan Aneh

    Aku menatap kepergian mereka dengan senyum kemenangan. Ternyata … aku tak perlu repot-repot menghalau Aluna agar tak berbincang lama-lama dengan suamiku. Ya, jujur saja anak laki-laki itu sudah cukup membantu. Bahkan, lebih dari cukup."Cantik, ya?" godaku saat punggung Aluna dan putranya sudah menghilang dari pandangan."Siapa?" balas suamiku dengan raut wajah polos yang sama sekali tak bisa dipercaya. Bukankah dia seorang mantan playboy yang pandai mengelabui targetnya sebelum ini?"Dia." Aku yakin Darren paham betul tentang dia siapa yang kumaksud."Enggak, masih lebih cantik kamu, kok," ucapnya sambil meneruskan langkah dan mulai menaiki kembali eskalator.Dasar mantan playboy!"Jangan berbohong!""Enggak, Sayang …." Dia terlihat ingin meyakinkanku dengan suara dan ekspresi wajahnya yang terlihat lembut dan meneduhkan hati."Aku rasa … anak laki-laki tadi sangat mirip dengan Aluna," ujarku secara spontan. Membuat Darren menatap lama padaku ketika kami sudah sama-sama menaiki tangg

  • Dilangkahi Adik    Kenapa Tega?

    Jelas terlihat Reyhan terkejut pasca suamiku memperkenalkan diri dengan kalimatnya yang terdengar tak lazim. Entah dia sedang tergelitik dengan bagaimana Darren memperkenalkan dirinya, atau … dia cukup terkejut mendengar kabar kehamilanku? Aku tak bisa menebak apa yang ada di pikiran lelaki yang usianya sebaya denganku."Oh … parents to be, nih, ceritanya? Btw … selamat, ya." Tampak olehku, pemuda 21 tahun yang sempat mengisi indahnya masa remajaku, tersenyum kecut pasca menuntaskan kalimatnya dan menatap suamiku dengan pandangan aneh."Ya, begitulah." Darren tersenyum semringah saat ada yang memberikan ucapan selamat pada kami."Semoga lancar sampai persalinan," balas lelaki itu sambil tersenyum tipis saat pandangannya teralih padaku. Membuatku tersenyum miris menyambut tatapan itu.Kau tidak tahu saja, Reyhan, janin yang ada di dalam kandunganku ini adalah hasil dari sesuatu yang salah. Hatiku kembali berkecamuk saat rasa kecil hati ini tetap saja singgah meski tanpa diminta.Dia t

  • Dilangkahi Adik    Seandainya Peristiwa Pahit Itu Tak Terjadi

    Aku terdiam kaku ketika menatap lekat gambar yang dikirimkan Resti belum lama ini. Tampak jelas dalam penglihatan, suamiku yang terlihat sedang menikmati makan siang bersama Aluna dan putranya di sebuah tempat yang kuperkirakan adalah sebuah restoran, menunjukkan sorot mata bahagia saat sepasang matanya memandang mantan kekasih yang mungkin akan bergelar menjadi seorang janda tidak lama lagi."Benarkah semua kata cinta yang kamu ucapkan hari itu palsu?" Aku menggumam lirih dengan hati yang kian terasa perih.Kutekan dada yang semakin sakit dan sesak saat sepasang mataku melihat dalam gambar, suamiku tampak bahagia ketika bersama wanita lain. Wanita yang sejatinya lebih dulu dikenalnya daripada aku yang secara tidak sengaja dia kenal melalui Alia sebelum insiden penjebakan terjadi hari itu."Kenapa kamu tega, Mas?" Kulempar ponsel ke atas ranjang bersama hati yang semakin retak saat menyadari jika diriku mungkin tak lagi berarti di matanya. Setelah mantan kekasih yang lama pergi dan se

  • Dilangkahi Adik    Langkahi Dulu Mayatku!

    "Kamu … nggak alergi makan seafood, kan, pas hamil gini?" tanya Resti tiba-tiba mengubah topik."Paling aku makan udangnya aja, Res. Kalau yang lain, kayaknya kurang srek sekarang," ucapku penuh kejujuran."Oke, sip. Kita ke resto seafood langganan kita, ya," ucap Resti yang kubalas dengan anggukan setuju.Memasuki restoran seafood yang sudah lama tak kudatangi bersama sahabat baikku ini, aku hampir dibuat hampir tak percaya saat menyadari Arman yang sudah beberapa hari ini tak kujumpai, baru saja sampai di tempat ini dan juga baru mengambil tempat duduk."Oalah kok bisa kebetulan gini, ya? Gimana kalau kita join Mas Arman aja?" usul Resti yang sontak kubalas dengan anggukan kaku.Aku dan Resti lantas jalan beriringan menuju tempat di mana Arman sudah lebih dulu mengambil tempat duduk. Lebih tepatnya di meja sudut ruangan restoran seafood bernuansa klasik ini."Hai, Kakak sepupu."Arman jelas terkejut saat Resti tiba-tiba menegurnya demikian."Indah?" Meski jelas yang menegur adalah R

  • Dilangkahi Adik    Kalian Memang Mirip

    Di luar dugaan, Arman terlihat santai menanggapi kata-kata mengerikan yang meluncur dari bibir suamiku. Terlihat oleh sepasang mataku, sepupu Resti tersenyum menyeringai bahkan saat Darren berjalan semakin dekat dengan napasnya yang memburu."Bukankah kau akan bertunangan tidak lama lagi? Lantas, kenapa harus bermimpi menjadikan istri orang untuk dijadikan pasanganmu, hm?" ejek Darren yang masih saja ditanggapi dengan ekspresi santai lelaki 25 tahun tersebut. Sepupu Resti itu tetap terlihat tenang dan tak menunjukkan rasa takut barang sedikit pun."Dasar laki-laki tidak tahu malu!" cibir suamiku sambil menatap sengit laki-laki berusia sebaya dengannya.Lagi-lagi, Arman tampak tak menunjukkan perubahan ekspresi saat menanggapi makian yang dilontarkan suamiku. Dia tetap terlihat tenang dan santai. Seperti sebelumnya.Laki-laki yang kurang lebih sama tingginya dengan Darren, mendengus pelan sebelum bersuara."Lalu, apa kau pikir kalau kau lebih baik dariku, hm? Setelah menghancurkan hidu

Bab terbaru

  • Dilangkahi Adik    Tamat - Rumah Baru

    "Dan kamu tahu, Indah. Pas pertama kali kita ketemu hari itu, aku benar-benar dibuat takjub melihat penampilan barunya yang … ditemani seorang wanita berjilbab di sampingnya," ucap Aluna, membuat otakku kembali merekam kejadian hari itu. Saat rasa cemburu dan prasangka buruk terus mendominasi ketika untuk pertama kali kami bertemu."Apa lagi waktu dia memperkenalkan kamu sebagai istrinya, jujur, aku ikut seneng liatnya, Ndah. Aku bersyukur banget waktu tahu dia udah bisa berdamai sama masa lalunya," tambahnya terdengar tulus.Aku tersenyum getir mendengar bagaimana dia mengungkapkan isi hatinya."Tapi Mbak Aluna tahu, sebenarnya dia … menjebak dan membuatku menikah dengannya karena aku—." Aku menggantung ucapan saat rasa sesak tiba-tiba menerjang ulu hati.Aluna menyorot mataku tajam. Seperti menuntutku memberikan jawaban."Karena aku sedikit memiliki kemiripan wajah dengan Mbak Aluna." Meski terasa berat, akhirnya, kata-kata itu meluncur juga dari bibirku.Aluna menatapku dengan tata

  • Dilangkahi Adik    I Feel You, Aluna

    Aku memang sengaja menyemprotkan parfum khas wanita beraroma manis tapi kalem, sesaat setelah mengenakan pakaian yang sering disebut dengan istilah 'baju haram' ini.Untuk beberapa saat, aku dibuat tak berdaya ketika dia yang sepertinya telah dibakar gairah, terus mencumbu dan menyentuh lembut setiap inci tubuhku."Cantik banget, Sayang," ucapnya sambil menatapku dengan pandangan sayu, sebelum kami kembali terlibat lagi pada sebuah adegan mesra. Saat bibir kami saling bertaut.Seperti yang sudah sering terjadi sebelum-sebelumnya, aku selalu saja tak punya cara untuk menghentikan aksi saat dia menjamah dan membuatku melayang dengan sentuhan-sentuhan yang begitu ampuh membuatku melayang.Untuk yang kesekian kalinya, selama pernikahan kami, aku dan Darren kembali merangkai malam dengan manisnya cinta yang saling tercurah di atas ranjang. Melakukan hubungan suami-istri secara halal sebagai upaya memuaskan batin dan mencari ketenangan."I love you, Mommy." Darren yang masih berbagi selimut

  • Dilangkahi Adik    Wangi dan ....

    "Jadi … pernikahan Mas Arman otomatis batal?" tanyaku saat ikut merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh laki-laki yang selama ini terkenal kocak dan humoris itu."Ya … kemungkinan besar, sih begitu, Ndah." Terdengar Resti menghembuskan napas dengan kasar setelahnya."Kasihan. Padahal dia cowok yang baik dan nggak neko-neko," ujarku lirih."Iya. Pokoknya, doain aja, ya, Ndah, biar dia dapat pengganti yang lebih baik setelah ini." Terdengar ada pengharapan besar dari bagaimana sahabat baikku berucap."Aamiin."Begitu mengakhiri percakapan dengan Resti, aku dibuat sedikit gugup saat menyadari jika ternyata ada dua pasang mata yang menyaksikan obrolanku dengan Resti yang berlangsung belum lama ini."Mama? Lira?"Terlihat Lira menatap sendu saat mungkin telinganya juga bisa mendengar kabar lelaki yang dicintainya batal menikah. Sementara di sisi lain, Mama yang berdiri di samping putrinya, hanya tersenyum sinis mendengar kabar tidak mengenakkan dari Arman. Anak dari lelaki yang menja

  • Dilangkahi Adik    Si Sadboy

    Aku yang tengah duduk diam di sofa kamar setelah makan malam usai, dibuat kaget saat Resti tiba-tiba mengirimkan pesan."Gimana? Kamu udah baikan dan maafin dia?"Aku tak langsung membalas.Resti mengirim pesan lagi."Kalau semudah itu memaafkan, ya … pasti bakal bikin dia ketagihan buat main di belakang kamu, dong."Membaca pesan kedua itu, hatiku mendadak terasa panas dengan kepala yang terasa mengepulkan asap.Akhirnya, aku yang tak ingin memendam rasa penasaran itu sendirian, menelepon sahabat baikku dan lantas menceritakan tentang semua kejadian yang berlangsung sore tadi. Tentang kedatangan Aluna bersama suami dan anaknya. Juga tentang bagaimana mereka meyakinkan aku jika Darren tak memiliki hubungan apa pun dengan wanita 25 tahun berwajah teduh itu."Terus sekarang, suamimu ke mana? Kok kamu bebas banget nelpon aku dan bisa secara detail memerinci kejadian sore tadi?" tanya Resti setelah aku mengakhiri cerita."Dia sedang ada meeting penting sama klien, katanya sih, begitu," b

  • Dilangkahi Adik    Benarkah Dia Tak Mengelabuiku?

    "Maaf, urusan aku di kantor masih banyak tadi, jadi baru sempat datang sekarang." Kudengar pria itu berbicara sambil menatap ke arah suamiku.Darren tersenyum ramah menanggapi."Nggak masalah, Bro. By the way, makasih udah mau menyempatkan waktu datang ke sini."Pria berjambang tipis yang tak juga melepas pegangan tangan anak laki-laki Aluna, terlihat mengangguk pelan sambil tersenyum. Sementara Aluna yang berdiri di sampingnya, tampak menunjukkan sorot mata bahagia entah untuk alasan apa.Apakah dia bahagia karena bisa berjumpa lagi dengan suamiku? Mantan kekasihnya?Aku yang berdiri di sini—di samping suamiku, terdiam mematung menatap para tamu yang masih membuatku tak mengerti dengan maksud kedatangan mereka.Benarkah pria ini memang suami Aluna? Bukan orang suruhan suamiku yang diwajibkan mengaku sebagai suami mantan kekasihnya?"Oh iya, silakan masuk."Tamu-tamu itu mengangguk ramah dan lantas melangkahkan kaki memasuki ruang tamu."Oh iya, sampai lupa. Kenalin ini Indah, istriku

  • Dilangkahi Adik    Apakah Dia Suami Aluna?

    Begitu membuka pintu, terlihat sosok lelaki yang kuakui memiliki paras tampan dengan pakaian kasual yang melekat di badan, tersembul di sana.Dan seketika itu pula, terlihat suamiku memalingkan wajahnya sebentar dengan senyum yang terlihat memudar.Hei! Benarkah dia memang mengharapkan orang lain yang bertandang siang menjelang sore kali ini? Kenapa terlihat kecewa begitu?"Siang, Calon Kakak Ipar." Dengan gayanya yang entah kenapa terlihat menjengkelkan, Fabian menorehkan sebuah senyuman sebelum mengangguk sebentar. Menunjukkan sikap yang terkesan ramah pada suamiku, yang disebut sebagai calon iparnya."Siang." Jelas sekali suamiku membalas kaku sapaan itu. Mungkin hatinya masih berkecamuk saat menyadari jika tamu yang datang tak sesuai dengan apa yang diharapkan."Apa Lira ada di rumah?""Ya, ada. Silakan masuk." Nada bicaranya masih sama seperti sebelumnya. Kaku.Apa dia benar-benar berharap kalau memang Aluna yang datang? Jika iya, kenapa harus ke sini? Tempat ini?Mungkinkah suam

  • Dilangkahi Adik    Siapa yang Datang?

    Aku terdiam kaku. Tak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan itu. Ya, harus aku akui, luka dan rasa sakit itu tak akan mungkin cepat sirna meski aku sudah berusaha sekuat tenaga menguburnya dalam-dalam."Bahkan, seandainya kematianku yang kamu inginkan untuk menebus rasa bersalah dan membuktikan rasa cintaku padamu, aku siap, Indah." Aku menepuk pundaknya pelan. Merasa apa yang diucapkannya terlalu mengada-ada."Bisa nggak, sih, kamu ngomongnya jangan ngelantur begitu? Memangnya kamu pikir aku siap membesarkan anak ini seorang diri?" tanyaku saat rasa pilu di hati tiba-tiba menelusup masuk tanpa permisi. Ya, meskipun awalnya benci, nyatanya dia telah menambatkan jauh hatiku padanya. "Kamu … bisa menikah lagi dengan orang lain yang jauh lebih baik dariku, Arman misalnya."Aku merasakan kepalaku mendadak berasap saat mendengar ucapannya yang semakin melantur tak jelas."Hentikan omong kosong ini! Istirahatlah, badanmu masih terlalu lemah."Darren mengangguk pelan lantas kembali meme

  • Dilangkahi Adik    Katakan Padaku Bagaimana Cara Menebus Kesalahan

    "Mas … kamu …." Suaraku lirih. Hampir tak terdengar ketika tangan kananku yang belum lama ini memastikan kondisinya, belum terangkat dari sana."Aku baik-baik saja, Indah," jawabnya pelan dengan mata setengah terpejam.Aku merutuk dalam hati. Bukannya dia jago beladiri? Kenapa baru tidur di lantai semalam saja sudah langsung KO seperti ini?"Mas … ayo." Aku menarik tangannya. Tak mau kondisinya jadi lebih parah jika tetap membiarkannya dalam posisi seperti ini. Tidur di atas lantai granit tanpa alas dan juga tanpa bantal. Seperti apa yang menjadi pintaku sebelumnya.Dia bergeming."Ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rasa sakit yang kamu alami akibat perbuatanku waktu itu, Indah," ucapnya di sela-sela rintihan yang masih terdengar. Kulihat bibirnya bergetar dengan tangan yang terus menggigil kedinginan."Sudahlah jangan bawel, ayo, masuk kamar sekarang." Aku yang tak ingin berdebat, setengah memaksa saat memintanya bangun.Akhirnya dia menurut juga. Meski terlihat sedik

  • Dilangkahi Adik    Apa Aku Pantas Disalahkan?

    Untuk sesaat terlihat Resti menatapku dengan pandangan miris sebelum kedua matanya terfokus lagi ke arah jalan di depan kami.Tak ada perbincangan apa pun setelahnya. Kami sama-sama diam dengan jalan pikiran masing-masing.***Sampai di rumah, aku yang tahu Darren mengekor mobil Resti sejak keluar dari area restoran tadi, buru-buru menarik langkah menuju kamar. Tak ingin peduli tentang bagaimana seluruh anggota keluarga melihat ketidakharmonisan pernikahanku dan suamiku yang baru seumur jagung.Aku merasa cukup beruntung saat berhasil mengunci pintu kamar sebelum dia berhasil mengejarku."Indah … tolong dengarkan penjelasan aku dulu, Ndah." Seolah mengesampingkan rasa malu di hadapan kedua mertua dan adik iparnya, Darren mengetuk-ngetuk pintu kamar sambil memohon.Aku yang masih kesal, mencoba abai dan tak peduli padanya yang pasti akan memberikan sejuta alasan andaikan aku melunakkan hatiku sedikit saja.Tidak! Cukup sudah aku berbaik hati dan menaruh pikiran positif padanya yang ter

DMCA.com Protection Status