Beranda / Romansa / Dikontrak Cinta Dosen Duda / 5. Chapter 5 : Sebuah Penawaran

Share

5. Chapter 5 : Sebuah Penawaran

Penulis: Raynasha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 20:36:53

Damar menjabat tangan kliennya, ia tersenyum puas dengan hasil meeting kali ini. Mereka pun berjabat tangan, sebelum akhirnya meninggalkan Damar dan sang asisten di sana.

“Kamu langsung balik ke kantor saja, aku masih ingin di sini!” ujar Damar. Pria itu menyesap sedikit minumannya, ia ingin sedikit menenangkan dirinya sejenak di kafe ini.

“Iya Pak?” tanya sang asisten tidak mencoba memastikan apa yang didengarnya.

“Kamu, balik ke kantor dan selesaikan pekerjaan kamu! Aku mau di sini dulu sebentar,” Damar terpaksa mengulang kembali perintahnya kepada sang asisten.

“Baik Pak!” jawab Aidan. “Apa nanti perlu saya hubungi Ramdan untuk menjemput Bapak?” tanyanya.

“Tidak perlu,” jawab Damar. “Kamu tinggalkan saja mobilnya di sini!”

Aidan kembali mengangguk, tanpa perlu dijelaskan lagi ia sudah paham dengan apa yang harus dilakukannya.

Dan sepeninggal sang asisten, Damar kembali membuka tablet dan mulai mengerjakan sesuatu di sana, sebelum akhirnya pria itu menangkap sosok yang sangat familiar untuknya.

Ya, benar! itu adalah adik sepupunya—Adrian, bersama dengan Kinanti dan juga pacar Adrian.

Sepertinya ketiga mahasiswa itu tidak menyadari keberadaannya. Damar menggeleng pelan, kemudian fokus kembali pada pekerjaannya.

Tapi saat sedang fokus dengan pekerjaannya, samar-samar Damar mendengar obrolan ketiga mahasiswa itu.

Awalnya Damar tidak terlalu peduli, karena itu masalah anak muda pada umumnya. Namun saat ia mendengar Kinanti yang ingin segera mendapatkan pacar, tiba-tiba ia merasa tertarik untuk mendengar lebih lanjut.

Entah kenapa Damar merasa seperti baru saja mendapatkan sebuah angin segar, dari masalah yang sejak kemarin membuatnya pusing.

Damar menyeringai tipis. “Interesting!”

***

Keesokan harinya …

[Datang ke ruangan saya jam 10, ada yang ingin saya bicarakan mengenai hasil evaluasi kamu kemarin]

Kening Kinanti berkerut saat membaca pesan pribadi dari Damar. Pesan itu terlalu mendadak, sehingga membuat gadis itu—yang saat ini sedang berada di kantin langsung beranjak dari duduknya.

“Kenapa Ki?” tanya Anggita.

“Huh? Enggak ini, Pak Damar tiba-tiba banget nyuruh gue ke ruangannya,” jawab Kinanti.

“Lah, mau ngapain?” kali ini Adrian yang bertanya.

Kinanti mengangkat bahunya. “Nggak tahu, katanya sih mau ngomong soal hasil evaluasi kemarin. Tapi nggak tahu, deh!”

“Ya udah, gih sana! sebelum dia marah-marah di grup, mending lo cepetan deh, Ki!” usul Adrian.

Kinanti mengangguk, gadis itu pun bergegas meninggalkan kantin fakultas. Padahal perutnya masih sangat lapar, tapi demi sang dosen Kinanti rela menahan lapar.

***

Tiba di depan ruangan Damar, Kinanti melihat ada seorang pemuda yang kalau ia tidak salah tebak, itu adalah mahasiswa bimbingan Damar.

Mengangkat bahu, Kinanti berjalan dan berdiri di sisi pemuda itu. “Lagi bimbingan ya, Kak?” tanyanya—basa-basi.

“Iya ini,” jawab pemuda itu. “Lo juga mau bimbingan?” tanyanya pada Kinanti.

“Huh? enggak,” Kinanti menggeleng pelan. “Gue mau bahas hasil eval kemarin.”

Pemuda itu hanya mengangguk. Dan tak lama setelahnya, pintu terbuka menampilkan sosok pemuda dengan wajah yang luar biasa kusut.

Kinanti hanya tersenyum tipis melihat pemandangan itu. Dalam hati, jangan sampai ia bernasib sama seperti kakak tingkatnya itu.

Kini giliran Kinanti yang berdiri di depan pintu ruangan sang dosen. Sebelum mengetuk pintu, Kinanti menarik napas dalam, lalu membuangnya perlahan. Tak lupa gadis itu merapalkan doa dalam hati, semoga kali ini tidak ada hal buruk menimpanya.

Tok, Tok!

Kinanti membuka sedikit pintu, dan juga sedikit menyembulkan kepalanya mencari sosok Damar.

“Permisi Pak …” gadis itu tersenyum kikuk.

“Oh, Kinanti!” Damar yang tengah membaca berkas, baru saja menyadari kedatangan Kiati. “Masuklah!”

Kinanti menurut, kemudian berjalan pelan hingga akhirnya gadis itu berdiri di depan meja sang dosen.

Damar melirik Kinanti yang sedang berdiri dengan kikuk. “Duduk.”

Gadis itu pun menuruti ucapan sang dosen. Hawa sejuk dari pendingin ruangan mulai menyelimuti tubuh Kinanti.

Hening

Kinanti memperhatikan Damar yang masih sibuk dengan berkas di tangannya. Dan gadis itu hanya bisa diam, menunggu Damar selesai dengan berkas di tangannya.

“Kelas kamu sudah selesai?” tanya Damar memecah keheningan.

Kinanti mengangguk cepat. “Sudah Pak,” jawabnya pelan.

“Kamu tahu, alasan saya panggil kamu kemari?” Damar bertanya lagi.

Kinanti mengangguk lagi. “Bapak mau bicara tentang hasil evaluasi saya kemarin.”

Damar merapikan berkas yang baru saja ia periksa tadi, kemudian ia mengambil satu lembar kerja milik Kinanti, dan menyerahkannya pada gadis itu.

“Ini hasil evaluasi kamu kemarin,” ujar Damar. “Lumayan,” imbuhnya.

Kinanti menerima kertas itu dengan wajah yang berseri. “Terimakasih Pak,” ucapnya dengan senyum yang tercetak jelas di wajah cantiknya.

“Selain itu ada hal lain, yang ingin saya tanyakan sama kamu,” ujar Damar. 

“Huh?” netra Kinanti sedikit melebar karena terkejut. “T-tanya apa ya, Pak?”

Damar terdiam, menatap gadis muda yang duduk di hadapannya. Sejenak ia ragu untuk mengutarakan niatnya, mengingat status mereka dosen dan mahasiswa.

Apalagi keluarga mereka juga lumayan dekat, karena orang tua Kinanti masih kolega bisnis ayah Damar.

Atau ia urungkan saja?

Tapi suara-suara yang terus mendesaknya untuk menikah, kembali terdengar. Seolah ibunya itu tengah berbicara tepat di sisi Damar.

Kinanti yang melihat dosennya hanya diam saja, pun ikut merasa bingung sekaligus penasaran.

“Pak?” panggil Kinanti pelan.

“Hm? Ya!” Damar sedikit terkesiap, karena suara Kinanti membuyarkan lamunannya. “Ah, sampai mana tadi?” tanyanya.

“Bapak, yang katanya mau tanya sesuatu sama saya,” jawab Kinanti pelan.

Damar mengangguk kecil, ia harus segera menyelesaikan masalah ini.

“Kemarin saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan dua teman kamu,” kata Damar pelan. “Kamu sedang membutuhkan pacar, sebagai ajang pembuktian sama mantan pacar kamu, kalau kamu juga tidak kalah dengannya. Betul begitu?” tanyanya.

Kinanti jelas terkejut dengan penuturan dosennya barusan. Mau ditaruh dimana wajahnya?

“Apa urusannya dengan Bapak?” jawab Kinanti, berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan sang dosen.

“Jawab saja pertanyaan saya,” Damar menatap lurus gadis itu.

“Kenapa Bapak mau tahu?” tanya Kinanti yang masih enggan untuk menjawab. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan yang menurutnya sangat aneh itu.

“Jawab saja Diah Ayu Kinanti!” nada bicara Damar sedikit mendesak.

“Maaf Pak, itu privasi saya, dan saya rasa Bapak tidak perlu ikut campur,” balas Kinanti.

Damar menghela napas pelan.”Justru saya ingin memberikan solusi untuk masalah kamu,” katanya.

“Solusi?” ulang Kinanti dengan kening yang berkerut. “Apa maksud Bapak?” tanyanya. Entah kenapa firasatnya tidak enak.

“Kamu tahu kalau saya ini duda, kan?” tanya Damar. Dan Kinanti mengangguk. “Kamu juga pasti sering dengar dari Adrian, kalau saya sering didesak untuk menikah, bukan?”

Kinanti mengangguk lagi.

“Kamu butuh pacar, dan saya butuh calon istri,” kata Damar pelan. Pria itu menatap Kinanti yang tengah menatapnya bingung.

“Lalu?”

“Kita harus bekerja sama,” Damar menyodorkan satu lembar kertas di hadapan Kinanti. “Saya ingin membuat sebuah penawaran sama kamu.”

Penawaran?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   6. Chapter 6 : Meminta Alasan

    Kinanti mengerjapkan matanya dengan cepat. Gadis itu berusaha untuk mencerna semua yang baru saja dikatakan oleh sang dosen. Penawaran? Penawaran seperti apa yang dimaksudkan oleh pria itu? Pertanyaan itu terus berputar dalam benak Kinanti. Hingga lamunan gadis itu buyar, saat mendengar suara Damar.“Bagaimana Kinanti?” tanya Damar, membuyarkan lamunan gadis itu.“Huh!” Kinanti sedikit terkesiap. “Maksud Bapak … penawaran seperti apa?” tanya gadis itu.Damar menghela napas pelan, ia menatap Kinanti lurus. “Saya ingin kita melakukan kerja sama. Kita harus berpura-pura menjadi pasangan.”Hampir saja rahang Kinanti terlepas dari tempatnya, saking ia terkejut mendengar penuturan Damar.Berpura-pura menjadi pasangan?Apa dosennya itu sudah gila?Sementara dari tempat duduknya, Damar memperhatikan Kinanti. Ia mencoba mencari tahu reaksi gadis itu, dan wajar saja jika gadis itu akan merasa terkejut.Mereka memang tidak sedekat itu, meskipun keluarga Kinanti adalah kolega bisnis keluargany

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   7. Chapter 7 : Isi Surat Perjanjian

    Kinanti masih terdiam, gadis itu bahkan masih mencerna dengan apa yang baru saja Damar bicarakan.Dan lagi, tangannya masih memegang lembaran kertas yang berisi perjanjian yang dibuat oleh pria itu.“Bagaimana?”Suara Damar yang memecah keheningan, membuat Kinanti sedikit terkesiap.Gadis itu menggeleng pelan. “Saya masih tidak mengerti dengan semua ini, Pak.”“Bagian mana yang tidak kamu mengerti?” tanya Damar.“Kenapa Bapak harus sampai begini?” tanya Kinanti. “Bapak bisa menolak perjodohan itu, dan berikan alasan Bapak kepada keluarga Bapak.”Benar kan?Semua hal bisa dibicarakan dengan baik-baik, dan tidak sampai harus mengambil jalan pintas seperti Damar ini.Bukan apa-apa, Kinanti masih ragu lantaran ia sendiri masih tidak percaya dengan apa yang ditawarkan oleh dosennya itu.“Masalahnya tidak sesederhana itu,” jawab Damar pelan. “Dan kamu pikir, saya tidak melakukan hal yang kamu katakan barusan?”“Jika cara itu sudah berhasil, maka saya tidak perlu memanggilmu kemari,” imbuh D

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   8. Chapter 8 : Memberi Waktu

    Kinanti bahkan tidak tahu, jika dosen yang terkenal sangat dingin kepada wanita itu, memiliki sisi percaya diri yang tinggi seperti sekarang.Gadis itu masih tidak mengerti, kenapa harus dirinya yang dipilih oleh Damar?“Pak, saya … masih nggak ngerti, kenapa Bapak harus pilih saya untuk melakukan kerjasama ini?”Maksud Kinanti, dari sekian banyak perempuan yang ada di kampus, kenapa harus dirinya?“Saya sudah bilang, kan? Karena kamu yang paling berpotensi untuk bisa diajak kerja sama,” tutur Damar.“Tapi …”“Kinanti, coba kamu pikirkan lagi, sembari kamu baca ulang isi dari perjanjian itu,” Damar menatap lurus gadis itu. “Kamu bisa tunjukkan kepada semua orang—termasuk mantan kamu itu, kalau kamu juga bisa mendapatkan pengganti dia, bahkan lebih.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   9. Chapter 9 : Syarat Tambahan

    Tiba di rumahnya, Damar langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Pria itu menatap langit-langit kamarnya, kemudian menghela napas pelan.“Apa aku sudah melakukan hal yang benar? atau jutru malah sebaliknya?” gumam Damar.Kemudian ia bangkit dan duduk di tepi ranjang, tatapannya kini tertuju kepada bingkai foto yang ia letakkan di atas nakas. Tangannya terulur untuk mengambil benda tersebut.Damar mengusap dengan lembut wajah cantik yang sedang tersenyum ke arah kamera. “Andai kamu masih di sini, Sayang. Mungkin aku nggak perlu melakukan hal gila seperti ini,” pria itu mendekap bingkai foto tersebut.“Aku beneran nggak tahu harus gimana lagi, karena kalau aku nggak lakukan ini, Ibu bakal terus jodohkan aku dengan adik kamu,” Damar mengusap sudut matanya yang mulai berair. Damar terus berbicara seolah mendiang istrinya itu sedang berada di sisinya sekarang. Hingga tanpa sadar pria itu tertidur dengan tangan yang masih mendekap bingkai foto itu.***Sementara itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   10. Chapter 10 : Sepakat

    “Kamu sedang memanfaatkan saya?” Damar menatap lurus Kinanti.Satu alis Kinanti terangkat. “Bukannya Bapak juga begitu?”SialDamar benar-benar tidak menyangka jika Kinanti akan memanfaatkan status mereka. Ternyata gadis itu sama seperti perempuan di luar sana.“Apa tidak cukup, jika hanya teman-teman kam yang mengetahui status kita nanti?’ tanya Damar. “Bukanya nanti sama saja, mantan kamu juga kan tahu berita ini?”Damar berpikir jika Kinanti ini terlalu berlebihan, kenapa juga mereka harus bersandiwara di depan keluarga gadis itu?Dan juga, bukankah perjanjian ini adalah Damar yang buat? kenapa sekarang seolah semua ada pada kendali gadis itu?Kinanti mengangkat bahunya. “Ya, itu sih yang paling fair menurut saya,” ujarnya pelan. “Emangnya Bapak pikir, mantan saya itu bakal percaya gitu aja? semua orang di kampus ini juga tahu, Bapak o

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   11. Chapter 11 : Profesional

    “Kapan?”Pertanyaan itu kembali Damar dengar, setelah beberapa hari ini ibunya tidak kembali menyinggung soal statusnya.“Kapan Damar?” tanya Bu Mustika lagi. “Kamu pasti hanya lagi cari alasan saja, kan? sebenarnya kamu pasti belum ada calonnya. Iya kan?”“Enggak, Bu. Damar nggak bohong,” jawa Damar.“Ya, terus kapan?!” tanya Bu Mustika lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak.“Nanti, Bu. Aku juga sedang sibuk urusan kantor dan juga kampus. Dan dia juga sedang sibuk,” jawab Damar pelan.“Memangnya calon istrimu itu kerja di mana?” tanya Bu Mustika.“Ada pokoknya Bu,” Damar enggan untuk menjawab. “Sudah ya, nggak ada yang perlu Ibu khawatirkan lagi. Nanti kalau kami sudah nggak sibuk, pasti akan aku kenalkan sama Ibu.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   12. Chapter 12 : Anak Gadis Satu-satunya

    Kinanti mengerjap cepat, gadis itu seperti orang linglung sekarang. Hingga Anggita yang berdiri di sampingnya, sedikit menyenggol lengannya.“I-iya Pak?”Damar tersenyum tipis, kemudian menggeleng pelan. Tatapannya kini beralih pada Anggita. “Kamu boleh keluar dulu. Ada yang mau saya bicarakan dengan Kinanti.”“B-baik Pak!” Anggita langsung buru-buru keluar dari ruangan Damar, tanpa peduli dengan tatapan memohon dari Kinanti.Sementara Kinanti menatap kepergian temannya hingga gadis itu tiba di pintu, Anggita seperti tengah mengatakan sesuatu.“Semangat!” kata Anggita, yang hanya menggerakkan bibirnya saja, tanpa suara.Dan Kinanti merasa benar-benar seperti sedang dijebak sekarang.“Apa kamu akan terus berdiri?”Pertanyaan itu langsung membuyarkan lamunan Ki

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   13. Chapter 13 : Mengantar Kinanti Pulang

    Damar terdiam saat mendengar pertanyaan dari gadis kecil itu. Ia menatap putrinya yang juga menatapnya dengan mata berbinar.Rasanya Damar benar-benar berdosa sekali kepada putrinya. Apakah anaknya itu benar-benar menginginkan seorang ibu sungguhan?“Papa? kok diam aja?” gadis kecil itu meletakkan telapak tangannya di salah satu sisi wajah sang ayah.“Hm?” Damar tersenyum. “Ola tadi tanya apa sama Papa, Nak?”“Eyang bilang, sebentar lagi aku bakal punya Mama. Apa itu benar, Pa?”“Eyang bilang begitu?” tanya Damar, dan putrinya itu mengangguk cepat. “Memangnya Ola pengen punya Mama baru?”“Mau!” gadis kecil itu berseru. “Biar kayak teman-teman aku, Pa. Mereka semuanya ada Mama dan Papa. Cuma Ola aja yang nggak punya Mama,” raut wajahnya langsung berubah menjadi send

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17

Bab terbaru

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   28. Chapter 28 : Calon Menantu

    “K-Kinanti?”Gadis si pemilik nama itu pun tersenyum, ia kembali berderap mendekat. Kemudian meraih tangan wanita baya di depannya, lalu dicium punggung wanita itu. “Tante …” Kinanti tersenyum menatap Bu Mustika. “Abis belanja ya?” tanyanya. “Iya,” jawab Bu Mustika. “Kamu sendiri? Mau belanja juga?”Kinanti tersenyum, lalu menggeleng pelan. “Enggak. Kinan niatnya mau antar teman, Tante. Ini kenalin, namanya Anggita.”Mau tidak mau Anggita ikut tersenyum—meskipun terlihat canggung, karena ia sama sekali tidak mengenal perempuan di hadapannya. Bu Mustika menyambut uluran tangan Anggita sambil tersenyum. “Tante sudah mau pulang, atau baru mau belanja?” tanya Kinanti pada akhirnya. “Sudah mau pulang, tapi ini ponsel saya kehabisan daya, jadi nggak bisa hubungi driver,” tutur Bu Mustika. Kinanti mengangguk kecil. “Mau pinjam punya saya, Tante? Boleh telepon Pak—maksud saya Mas Damar.”“Ah, benar juga. Tapi memangnya nggak ngerepotin kamu?”Kinanti tersenyum, lalu menggeleng. “Sama sek

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   27. Chapter 27 : Tidak Sengaja Bertemu

    Mama? Damar tidak pernah menyangka, jika kalimat keluar dari mulut mungil putrinya. “Ola, Sayang … kenapa tiba-tiba ngomong begitu?” tanya Bu Mustika dengan lembut. “Memangnya kenapa, Eyang? Nggak boleh, ya?” Ola mengerjapkan matanya lambat, tatapannya begitu polos. Bu Mustika tersenyum, kemudian tangannya mengusap lembut kepala sang cucu. “Bukan nggak boleh, takut Tante Kinan nggak nyaman.”“Nggak kok, Eyang. Tante Kinan malah senang, aku panggil Mama.”Kemudian wanita baya itu menatap putranya, yang hanya mengedikkan bahu. Karena memang Damar tidak mengetahui apapun. “Sekarang Ola masuk ke dalam kamar dulu ya, Nak? Bersih-bersih, minta ditemani sama Sus,” ujar Bu Mustika lembut. Dan gadis cilik itu pun menuruti apa yang dikatakan oleh eyangnya. Kini tinggal lah Damar dan juga ibunya di ruang tamu utama.“Apa gadis itu, yang mempengaruhi cucu Ibu?” tanya Bu Mustika, dengan menatap Damar lurus. “Maksud Ibu?”Bu Mustika berjalan pelan, kemudian ia mengambil duduk di salah satu

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   26. Chapter 26 : Mama

    Cepat-cepat Damar menggeleng,menyadari apa yang baru ia pikirkan. Tidak mungkin perasaan itu ada untuk perempuan lain. Pasti ada yang tidak beres dengan otaknya. Sementara itu, Kinanti yang tengah asik bercengkrama dengan Ola, sama sekali tidak peduli dengan apa yang kini dirasakan oleh pria itu. Kinanti yang notabene pencinta anak-anak, sangat senang saat bermain bersama Ola. Ia memang sejak dulu sangat menginginkan kehadiran seorang adik. “Tante, Tante!” panggil Ola. “Iya, Sayang?” balas Kinanti dengan tersenyum lembut. Kemudian gadis kecil itu membisikkan sesuatu di telinga Kinanti. Lalu setelahnya kedua perempuan berbeda generasi itu, tertawa bersama setelah Kinanti melakukan hal yang sama pada Ola. Hal itu tentu saja menarik perhatian Damar. Apa kiranya yang tengah dibicarakan oleh mereka? “Ekhem!” Damar berdehem untuk menginterupsi dua perempuan yang ada di sampingnya. “Kalian … sedang bicara apa? Kenapa harus bisik-bisik?” tanyanya—penasaran.Kinanti dan Ola saling bertu

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   25. Chapter 25 : Kedekatan Kinanti dan Ola

    “Wait? jadi lo kemarin malam diajak ke rumahnya Mas Damar?” tanya Adrian saat sedang berada di kantin fakultas bersama dengan Kinanti dan Anggita.Kening Kinanti berkerut. “Tahu dari mana lo?”tanyanya. Gadis itu mengaduk minumannya dengan tidak bersemangat.“Ya elah, nggak usah heran,” balas Adrian. “Lo lupa, kalau gue ini adik sepupu dosen tercinta lo itu?”Dibilang seperti itu, Kinanti mendelik pada temannya itu.“Jadi beneran ya, Ki?” tanya Adrian lagi, ia ingin mendengar jawaban dari Kinanti langsung.Kinanti menyesap minumannya sedikit, kemudian gadis itu menghela napas pelan. “Ya, kayak yang lo dengar aja lah, Yan.”Kedua teman Kinanti itu, tidak bisa untuk tidak terkejut. Meski sudah menyangka hal seperti ini jelas akan terjadi, tapi tetap saja mereka masih terkejut.

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   24. chapter 24 : Tidak Setuju

    “Apa maksud Ibu?” tanya Damar, dengan kening yang berkerut.Bu Mustika menghela napas pelan. “Ibu nggak yakin, kamu bisa menikah sama dia,” ujarnya pelan.“Begini,” Bu Mustika menuntun Damar, untuk ikut duduk bersamanya di salah satu sofa yang ada di ruangan itu. “Dia itu anak bungsunya Mas Djiwo, yang kalau nggak salah juga dia temannya si Adrian.”Damar masih terdiam, menunggu ibunya kembali bersuara.“Kamu tahu apa artinya itu, Damar?” tanya Bu Mustika, dan Damar menggeleng. “Artinya, perbedaan kalian itu sangatlah jauh. Selisih usia kalian saja, 13 tahun. Apa kamu yakin, mau menikahi dia?”“Kenapa tidak, Bu?”Damar sendiri sebetulnya sudah menyangka, penolakan semacam ini akan terjadi. Terlebih lagi, keluarganya dengan keluarga Kinanti itu memang saling m

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   23. Chapter 23 : Calon Istri

    Kinanti menatap satu per satu anggota keluarga Damar, secara bergantian. Tangannya masih betah mengamit lengan Damar, bahkan gadis itu tidak sadar.Ia melihat tatapan dari semua orang, yang nampak terkejut saat melihat kedatangannya dengan Damar.Mungkin akan berbeda ceritanya jika keluarga mereka tidak saling mengenal dengan baik. Tapi ini kedua orang tua Kinanti saja, mengenal dengan baik keluarga Damar.“Kinanti?”Bu Mustika menjadi orang yang pertama kali bersuara. Dan kalimat itu muncul begitu saja, seolah reflek mengikuti apa yang sedang ada dalam benak wanita itu.Gadis itu tersenyum canggung. “Tante …” lalu gadis itu melepas kemitan lengannya, dan menghampiri ibu Damar.Sementara Bu Mustika masih bigung, dan mencerna apa yang sedang terjadi, Ia melirik ke arah Damar, berharap putranya itu mau memberinya penjelasan.

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   22. Chapter 22 : Bertemu Keluarga Damar

    Kinanti hanya mampu memberikan sebuah senyuman canggung. Gadis itu benar-benar malu. Karena pasti setelah ini ada yang akan mengadukan kejadian ini pada ibunya.Selesai melakukan transaksi, Kinanti keluar bersama dengan Aidan yang berjalan di belakangnya.Begitu keluar dari bangunan itu, Kinanti menoleh ke belakang menghadap Aidan.“Bapak duluan saja, nanti saya pulang sendiri,” ujar gadis itu.Aidan tersenyum tipis. “Saya antar saja,No. Ini perintah Bapak.”Hampir saja Kinanti merotasi bola matanya, karena bosan sekali mendengar jawaban Aidan—yang menurutnya sangat template.Dan Kinanti tidak punya pilihan lain, selain menuruti Aidan.***Keesokan malamnya, Damar sudah siap untuk menjemput Kinanti. Pria itu mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga ke siku.

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   21. Chapter 21 : Persiapan Bertemu Keluarha Damar

    “Kenapa, Ki?” tanya Anggita, saat melihat perubahan ekspresi dari temannya itu.Kinanti mengeleng pelan, tapi tangannya menyerahkan ponselnya kepada temannya.Anggita menerima ponsel Kinanti, kemudian membaca pesan dari Damar. Dan menurut gadis itu itu, tidak ada yang aneh dengan isi pesan tersebut.“Menurut lo, Pak Damar berlebihan nggak sih, Git?” tanya Kinanti.“Enggak ah,” jawab Anggita. “Ini namanya gentleman. Beliau mau, lo itu proper pas ketemu sama keluarganya nanti.”Masa iya begitu?“Lagian, lo nggak usah mikir aneh-aneh deh, Ki. Yang dilakukan sama Pak Damar itu sangat wajar, as a gentleman,” ujar Anggita.“Masa sih? bukannya ini berlebihan, ya?” tanya Kinanti. “Maksud gue, hubungan kami kan nggak seserius itu, Git?”Anggita

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   20. Chapter 20 : Jawaban Kinanti

    “Bagaimana Kinanti?”Kinanti masih terdiam. Begitu banyak pertanyaan yang bersarang dalam benaknya. Terutama ketakutannya jika nanti keluarga Damar justru malah semakin mendesak mereka, untuk benar-benar segera menikah.“H-hari Minggu besok banget ya, Pak?” tanya Kinanti.“Ya,” jawab Damar. “Apa kamu keberatan?” tanyanya, karena melihat Kinanti yang nampak ragu.“Gimana ya, Pak? sebenarnya saya agak takut, sih …” aku Kinanti.Satu alis Damar terangkat. “Takut? apa yang kamu takutkan?”Kinanti menghela napas pelan, ia sendiri bingung dengan perasaannya yang mendadak ragu seperti sekarang.“Nanti kalau orang tua Bapak malah nyuruh kita nikah kita nikah beneran, gimana?” tanya Kinanti.Damar mengusap wajahnya menggunakan tangan kan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status