DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 70πππAstaga. Aku melotot penuh dan refleks menepis kedua tangan Bang Wija yang tengah memegang tanganku dengan lembut."Apa maksud kamu, Bang? Kamu nuduh Yuni?""Enggak Yun, bukan gitu, tapi ... kalau bukan kamu siapa lagi? Kamu lagi butuh uang buat beli rumah ini 'kan?" Dia menatapku lekat.Aku benci, bener-bener benci hal itu sampai tanpa kusadari tangan kanan ini refleks menamparnya.Plak!"Yuni emang lagi butuh duit ya Bang, tapi bukan berarti Yuni akan nyuri duit orang. Tuduhan Abang itu bener-bener bikin hati Yuni sakit, sakiit banget rasanya." Aku menyentak dengan air mata yang mulai menggantung.Bisa-bisanya Bang Wija menuduhku begitu hanya karena aku sedang butuh duit. Jangankan ngambil duit Nyonya Kinanti yang aku gak tahu letak keberadaannya, minjem ke Bang Wija aja aku gak maksa. Buktinya aku lemes banget saat Bang Wija bilang dia gak ada duit lagi lebih-lebih sebanyak itu, tapi ini apa? Kejam banget dia nuduh aku yang mencurinya.Bang Wi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 71πππ"Iya Mbak, kalau itu Mala dukung Mbak, pokoknya tangkap sampai dapat." Si Mala ikut geram sampai mengepalkan telapak tangannya.Tak lama saat kami sedang serius mengobrol, terdengar suara ibu dan Mbak Jessica sedang haha hihi hendak masuk ke dalam. Refleks saja aku bangkit dan sembunyi di dekat pintu toilet."Mal, baguslah kamu masih di sini, tungguin bentar lagi ya, Mbak mau makan dulu sama Ibu ke kantin, kamu mau? Tar Mbak bungkusin ya.""Iya, Mbak."Kudengar Mbak Vionapun kembali melangkah keluar. Cepat aku keluar dari persembunyian."Kok pada keluar lagi mereka Mal?""Mau makan katanya, tadi cuma naro itu tuh." Si Mala melirik ke arah meja, di mana ada banyak plastik belanjaan dan papper bag di sana.Dadaku langsung kembang kempis. Cepat aku mendekati belanjaan itu."Kan bener apa kata Mbak Mal, Ibu dan Mbak Jessica pasti pelakunya. Lihat aja, di saat kondisi Mbak Viona lagi sekarat gitu, sempet-sempetnya mereka belanja, padahal kemaren Ibu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 72πππPoV Ibu"Saudari Jessica, angkat tangan!" Aku menjatuhkan nasi padang yang baru saja akan masuk ke dalam mulutku dengan jantung yang melonjak hebat.Pun dengan si Jessica. Dia melotot dengan mulut penuh, kami menoleh pada dua orang petugas kepolisian yang baru saja datang."A-ada apa ini, Pak?" Si Jessica tergagap setelah ia terburu-buru mereguk segelas air lalu tangannya diangkat sebahu sesuai permintaan mereka."Saudari kami tangkap atas tuduhan penganiyaan dan pencurian," tegas salah seorang laki-laki berseragam coklat gagah itu."D-ditangkap?" Si Jessica mengulangi dengan nada suara yang menggantung di tenggorokan."Apa ini maksudnya, Pak? Penganiyaaan siapa? Pencurian siapa? Dan siapa yang udah melaporkan anak saya?" Tiba-tiba keberanianku muncul, mematahkan keterkejutanku beberapa saat ke belakang saat pertamakalinya mereka datang.Aku bangkit dari kursi, berusaha agar mereka tak memborgol si Jessica. "Maaf Bu Halimah, Anda juga harus kam
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 73πππ"Hehe iya sih."Kamipun lanjut makan dengan lahapnya, membiarkan rasa khas nasi padang memanjakan lidahku yang rasanya udah lama banget aku tak memakannya. Ah nikmaat pokoknya. Lebih-lebih saat diselingi air teh tawar hangat yang dibungkus di plastik, sensasinya udah paling beda pokoknya. Serasa lagi makan di surga.Sampai tiba-tiba dua orang polisi datang menerobos pintu ruang rawat si Viona. Sontak saja kami melotot. P-polisi? Kenapa ada polisi datang ke sini? Apa itu artinya si Yuni benar-benar melaporkan kami? Astaga siaaaal. Ternyata bener, setelah kubaca surat penangkapan si Yuni yang memang udah melaporkan kami.Aku berusaha berontak saat kedua petugas kepolisian itu betusaha menangkapku dan si Jessica."Maaf Bu, tolong jangan membela diri dan berdiskusi di sini agar tidak mengganggu kenyamanan pasien rumah sakit lainnya, mari kita selesaikan di kantor," tegas salah seorang polisi itu."Tapi, Pak-""Mari ikut, nanti tolong jelaskan di k
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 74πππ"Sudah berhenti teriak. Ayo ikut." Kamipun digiring oleh petugas yang tadi, lalu dimasukan ke dalam sel setelah borgol kami dibuka."Paaak. Paaak lepasin kami, Pak. Lepasin kami. Kami gak salah, Paaak!" teriak si Jessica."Diam di sana dan jangan buat gaduh," tegasnya sambil meluruskan jari telunjuk."Paaak. Arghh." Si Jessica memukul besi sel.Cepat kucekal kedua bahunya dengan kasar. "Sekarang kamu jelasin sama Ibu Jessica. Jelasin apa yang udah kamu lakukan sama Mbakmu, hah?!" Kutatap kedua matanya tajam. Dia menunduk ketakutan."B-Bu sebenernya ... sebenernya ....""Sebenernya apa, hah?!""Jessica bener-bener gak berniat melakukan itu Bu, semua itu karena Mbak Wiwit, Mbak Wiwit yang udah menghasut Jessica sampai akhirnya peristiwa pen*sukan itu terjadi ...." Bla bla bla. Panjang lebar, dengan air mata yang terus menerus berderai si Jessica lalu menceritakan semuanya. Dari awal kejadian sampe akhir."Bodoh dasar bodoh! Jadi selama ini suamim
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 75πππ"Pak! Paaak ... Paaak!"Nuut nuut nuut."Habis waktunya. Silakan kembali ke sel." Seorang Polwan menggiringku lagi ke dalam sel."Gak udah dorong-dorong, saya bisa jalan sendiri," tampikku kesal."Oh bagus. Kalau gitu silakan jalan sendiri.""Kalem. Gak usah songong mentang-mentang polisi. Asal Anda tahu ya, kekayaan saya itu lebih banyak dari yang Anda punya sekarang. Jadi gak usah rendahin saya di sini karena saya bisa tuntut."Dia cuma geleng-geleng kepala saat mendengar ancamanku, kemudian nyeletuk setelah aku kembali dimasukan ke dalam sel."Hmh orang kaya kok maling."Aku melotot, ingin rasanya kujambak aja itu rambutnya andai aku bisa."Bu Polwan, mana jatah sarapan kami? Masa jam segini belum dikasih sarapan?" tanya si Jessica sebelum polwan itu pergi."Sabar. Lagi diolah dulu. Saya aja belum sarapan kalian malah minta buru-buru, gak usah manja kalau hidup dipenjara, namanya juga lagi dihukum," ketusnya."Heh, biasa aja bisa gak? Anak sa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 76πππ"Enggak. Apa-apaan kamu? Masa iya Ibu disuruh makan makanan kotor begitu?""Ya terus maunya apa? Gak ada lagi makanan Bu, udah gak usah banyak protes, 'kan ini emang dibikin kotor sama Ibu.""Ogah. Meningan Ibu pingsan daripada makan makanan itu." Aku berpaling muka sambil melipat kedua tangan di dada."Beneran? Ya udah kalau gak mau." Si Jessica kembali menaruh piringku ke lantai.-Malam harinya kami baru dijatah lagi makan. Dengan menu yang sama tentu saja. Tapi karena aku bener-bener udah gemeteran banget, terpaksa saja kumakan jatah makan malamku itu."Nah gitu dong gak usah banyak drama. Biar gak nyusahin," celetuk si Wiwit. Ah sayang banget perutku terlalu lapar kalau buat debat sama dia."Wit, Bu." Si Yusril datang.Refleks kutaruh piringku ke bawah dan gegas bangkit mendekatinya."Ril, Ril tolong Ibu Ril ... tolong bebasin Ibu Ril, kamu punya uang 'kan? Kamu bisa tebus Ibu 'kan Ril biar Ibu cepet bebas dari sini?" cecarku."Apaan sih, o
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 77 Aπππ"Iya ngontrak, kenapa?""Pak sopir stop." Aku cepat-cepat menyetop laju taksi lalu buru-buru membuka pintunya."Heh Yuni, kalau gitu bilang sama Bapakmu, segera ceraikan saya. Dasar tua bangka gak ada otak," pekikku sebelum aku turun dari taksi.Blak.Kututup pintu taksi dengan kencang. Cepat taksi itu melesat lagi."Arghhh ... apa ini? Si tua bangka itu malah mau ngontrak? Terus aku mau dibawa ngontrak gitu? Gak salah? Meningan aku jadi janda selamanya anak-anakku udah besar ini," dengusku sambil menendang kerikil yang ada di depan kakiku dengan kencang.Kutengok kiri kananku, "loh-loh ngomong-ngomong ini aku ada di mana? Kok bisa-bisanya aku malah turun tengah jalan gini, ya ampuun mana sepi pula." Aku bergidig sambil memegangi tengkuk meremang, lalu tergesa-gesa jalan ke depan.Argh tahu gini gak bakal tadi aku turun dari taksi, gimana nih? Aku harus kemana sekarang?Tiiit!Sebuah motor tepat saja berhenti di sampingku. Aku pikir itu orang