Share

Penolakan lagi

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-23 10:40:07

***

"Kamu nggak lagi kesambet kan, Mas?" celetuk Halimah memecah ketegangan di antara Tomi dan kedua orang tuanya.

"Dek!" Vano menepuk lembut paha istrinya seraya mendelikkan mata. "Jangan kurang ajar sama kakak sendiri!"

"Bercanda aja kali, Mas," gerutu Halimah mengerucutkan bibirnya. Dia mengelus-elus perut yang semakin membuncit dengan masih mengarahkan pandangan pada Tomi dan kedua orang tuanya.

"Maafkan Halimah, Mas. Silahkan dilanjut obrolannya."

Tomi menjitak kepala adiknya membuat Halimah semakin menggerutu kesal. Entah mengapa, di masa-masa kehamilan ini dia menjadi sedikit kekanak-kanakan. Ada saja hal yang membuatnya marah dan kesal.

"Apa gadis kota ada yang bisa merebut hatimu, Nak?" goda Karim berusaha membuang pikiran buruk yang selama ini membayanginya.

Tomi menunduk malu. Dia meremas sepuluh jemarinya dengan perasaan gusar. Jika kebanyakan laki-laki akan bebas menikahi wanita manapun yang mereka cintai, tapi tidak dengan Tomi. Sejak perceraiannya dengan Astri terjadi,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Mengejar restu

    ***Halimah mengangkat kepala memandang Ibu dan Bapaknya bergantian. "Untuk alasan apa aku menolak, Bu? Bukankah Mas Tomi berhak bahagia dengan pilihan hidupnya?""Tapi rumah yang sudah kalian beli ....""Bu ... Mas Vano benar, kita renovasi rumah ini agar lebih nyaman dan calon cucu Ibu ini tumbuh dengan sehat nanti."Leha mengusap air mata yang sudah menganak sungai. Dia tahu jika anak dan menantunya memang pasangan yang cocok lagi baik, tapi siapa sangka jika keduanya berkorban begitu banyak untuk keluarga."Terima kasih sudah memahami Kakakmu, Nak," ungkap Karim jujur. "Maaf karena Bapak dan Ibu masih saja merepotkan kalian."Vano dan Halimah menggeleng tegas. Segera mereka memeluk Leha dan Karim yang masih saja menangis haru dengan kebaikan anak menantunya."Bilang sama Tomi, Bu. Kapan dia mau melamar Gina," titah Karim. "Kita siapkan segera, hasil kebun sepertinya cukup untuk membantu dia meminang anak orang."Leha mengangguk. Meskipun Vano dan Halimah yakin jika uang Tomi lebih

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menolak pinangan laki-laki lain

    ***"Bilang sama Ibu untuk menebus Mas," pinta Handoko pada adiknya. "Mas ingin keluar dari penjara secepatnya, Pau."Paula menatap iba pada Handoko. Dua bersaudara itu larut dalam keheningan dan pikiran masing-masing yang mulai berkecamuk."Ibu sudah berusaha mendatangi Mbak Astri, Mas. Tapi dia menolak membantu kamu untuk keluar.""Astri?"Paula mengangguk mantap. "Lagipula kemana istri yang selama ini kamu bangga-banggakan? Ibu enggan mengeluarkan hartanya karena mengingat perlakuan kamu dulu."Penuturan Paula membawa pikiran Handoko kembali ke masa lalu. Masa dimana dia mendewakan Asvia sampai-sampai rela tidak mengunjungi Sang Ibu hingga bertahun-tahun lamanya. Istrinya akan murka ketika Handoko mengeluarkan uang untuk memberi Ibunya."Mau kemana kamu, Mas?""Ke rumah Ibu. Kasihan dia butuh uang untuk membayar para pekerja di kebun."Kedua mata Asvia melotot. Dia merampas kunci mobil dari tangan suaminya dengan napas menderu. "Kebiasaan! Anak sudah berkeluarga masih saja suka mer

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Dipermalukan di Depan Umum

    ***"Aku seorang janda, Pak. Tidak ada aturan orang tua bisa mengekangku dengan pilihan mereka. Aku berhak menolak atau menerima pinangan laki-laki lain."Dada Ahmad bergemuruh mendengar Gina dengan terang-terangan menolak lamaran tidak langsung yang Hifzi lakukan. "Maaf sekali lagi, Ustad. Tapi saya tidak bisa menerima ....""Janda tapi sok jual mahal," celetuk Hifzi. Mata Gina memicing mendengar cibiran yang keluar dari bibir laki-laki yang baru saja diperkenalkan Bapaknya dengan jabatan Ustad. "Apa kamu pikir dirimu begitu cantik sampai-sampai menolakku di muka umum?"Gina mengedarkan pandangan. Sisa-sisa tamu dan beberapa keluarga dari memperlai wanita sibuk dengan obrolan mereka masing-masing. Mustahil jika ada yang mendengar penuturan Gina karena suaranya cukup teredam dengan alunan musik yang samar-samar masih diputar."Sebelumnya saya minta maaf, tapi saya yakin tidak ada yang mendengar obrolan kita, Ustad."Hifzi membuang muka. "Baru kali ini saya ditolak janda miskin, padah

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Ketegasan Damar

    ***Sepulang dari mengunjungi Handoko, Paula mendatangi rumah Astri di kampung. Dia ingin meminta bantuan agar Kakaknya bisa bebas tanpa harus menebus sepeserpun."Untuk apa lagi kamu datang kesini, belum cukup Ibumu menghinaku tempo hari?"Paula yang hendak mengetuk pintu membiarkan tangannya meggantung di udara. Dia menoleh, mendapati sosok Astri tengah berdiri dengan membawa beberapa macam sayuran di dalam keranjang yang lumayan besar sementara Tirta berdiri di belakangnya dengan menggenggam dua buah pisang matang hasil dari memetik di kebun."Maaf, Mbak. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.""Tidak perlu! Aku tidak butuh pembicara apapun apalagi yang menyangkut Handoko. Sampai kapanpun aku tidak akan membuatnya bebas dengan mudah!""Lihat! Lihat dia, dia keponakan kamu yang selama ini mendapat perlakuan buruk dari Handoko dan istrinya yang gila itu! Jika hanya aku yang mereka sakiti, aku tidak peduli, Pau! Tapi ini Tirta. Dia adalah hidupku dan Asvia dengan beraninya ingin membu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menggapai Bahagia

    ***"Bagaimana kabar Handoko, Pau?"Paula yang baru saja membuka pintu langsung diberondong pertanyaan oleh Nani yang sedang duduk di depan TV."Apa dia terlihat hancur, atau justru baik-baik saja dengan hukuman yang dia terima?"Paula terdiam. Dia melepas sepatu dengan tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya."Pau ...?""Biarkan Mas Handoko mendekam di penjara agar dia menyadari kesalahannya, Bu," sahutnya kemudian. "Jangan-jangan Ibu berniat untuk membebaskannya?"Nani membuang muka. Saat setelah dia datang ke rumah Astri tempo hari, dia merasa sakit hati dan ingin mengeluarkan Handoko dengan uangnya. Tapi saat ini masih dia cegah niatnya yang salah itu."Kenapa memangnya?"Paula mendongak menatap Nani dengan sedikit memicingkan mata. "Kenapa Ibu bilang? Mas Handoko sudah berbuat kriminal dan sekarang dia menerima hukuman karena perbuatannya, sekara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kabar Pertunangan

    ***Sepanjang perjalanan Tomi tidak berhenti bercerita mengenai pertemuannya dengan Gina setelah beberapa bulan terpisah. Melihat semburat bahagia di wajah kakaknya membuat hati Halimah seketika menghangat. Teringat masa-masa dimana dia menolak tegas pilihan hati Tomi dengan dalih masa lalu Gina yang begitu kelam. Tapi di lain sisi, yang mereka takutkan adalah kehadiran Kusaini lagi karena rumah Tomi dan Kus memang berdekatan. "Jadi teman kamu kenal sama Mbak Gina, Mas?"Tomi mengangguk. "Dia dijodohkan sama iparnya, Hal. Tapi Alhamdulillah Gina menolak waktu itu. Dia sendiri yang cerita sama Mas kalau sampai saat ini pun masih sering berkunjung ke rumah Gina sekedar memberikan martabak kesukaan Bapaknya.""Wah, saingan berat nih," goda Vano.Tomo tergelak. "Siapa saja berhak mendekati selama janur kuning belum melengkung, Van. Tapi saat Gina sudah menjadi istriku, maka tidak akan kubiarkan laki-laki manapun mendekatinya bahkan menatap wajahnya.""Bucin!" cibir Halimah mencebik.Tomi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Rahasia di Rumah Diah

    ***"Mas!" Suara Kalila membuat Kusaini berjingkat. Buru-buru dia mengusap air mata yang membekas di pipi dan menyusut hidung yang sedikit berair. "Katanya mau beli susu Ibu hamil, kok masih berdiri di sini?""Ah, bentar. Ini mataku tiba-tiba kelilipan," dusta Kusaini. Dia mengucek mata yang memang sudah memerah agar istrinya tidak curiga dengan apa yang sedang terjadi."Sini lihat! Kok bisa sih di depan rumah aja kelilipan?" Kalila meniup pelan mata suaminya. Dia merasa janggal karena kedua mata serta hidung Kusaini memerah. Merasa ada yang tidak beres, kepalanya celingukan mencari sumber permasalahan disini. Kusaini gegas menaiki motor dan meninggalkan Lila di halaman rumah dengan segudang pertanyaan yang memenuhi pikirannya.Wanita hamil itu meraup udara dengan rakus. Dia mencoba abai dan berbaik sangka pada gelagat Kusaini barusan. Tapi penuturan Diah membuat hati Lila seketika remuk redam."Heh, Lila. Kamu tau nggak kalau Tomi mau menikah sama Gina?"Lila menggeleng samar karen

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Lalai pada satu sosok

    ***"Apa sih, Bu?" gerutu Dania-- anak Diah. "Lagipula jaman sekarang masih aja pusing sama omongan orang, mau Ibu nggak bisa makan karena nggak punya uang?""Bukan begitu, Nia. Kamu tau, Hesti sudah mengendus pekerjaan kamu sekarang."Dania berdecak kesal. Dia membanting ponsel di atas ranjang dan berdiri mendekati Ibunya. "Makanya aku udah bilang kan, Bu. Kurang-kurangin julid sama orang, Ibu mau mereka balas dendam dan membuat kita miskin seperti dulu?"Diah menggeleng cepat. Dia menggigit bibir bawah dengan gelisah mendengar penuturan Dania. Memang benar, menantu yang dia koar-koarkan minggat ternyata sengaja pergi karena tidak tahan dengan kelakuan Dania yang suka berganti-ganti pasangan terlebih laki-laki yang lebih tua dan beruang. Sayangnya, Diah mendukung keburukan anaknya selama ini."Ya ... gimana dong, Nia, kamu tau sendiri kan kalau Ibu emang nggak suka sama keluarga Eni."Dania mencebik. Dia mengambil ponsel di atas ranjang dan berlalu meninggalkan Diah yang terpaku di d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status