Share

Cinta yang kandas

Author: rafanalfa6819
last update Last Updated: 2022-04-30 16:34:49

***

"Tapi apa, Yah?"

"Tapi kita ajak Nenek juga, kan kasihan kalau Nenek sendirian di rumah. Kakek kan belum pulang, bagaimana ... Oke?"

Tirta berjingkrak senang. Dia sejenak melupakan apa yang sudah terjadi barusan. Segera tubuhnya melesat masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.

"Tolong ikut, Bu. Saya takut ada fitnah kalau hanya pergi bertiga dengan Astri dan Tirta."

Sumi mengangguk paham. Bagaimanapun Tomi dan Astri sudah bukan suami istri. Tidak etis jika keduanya pergi jalan-jalan sekalipun ada Tirta diantara mereka tapi tetap saja terasa tidak pantas mengingat Tirta bukanlah darah daging Tomi.

"Ibu akan ganti baju, tunggu sebentar."

Tomi mengulas senyum lega. Sementara Astri terpaku karena apa yang dia harapkan tidak menjadi nyata. Begitulah manusia, terkadang dia berharap terlalu berlebihan padahal bantuan yang Tomi berikan hanyalah semata-mata untuk membuat Tirta melupakan kejadian yang barusan dia alami. Mental anak sekecil Tirta mudah sekali diserang, apalagi oleh oran
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Novv
aku baru tau kalo tirta cowo
goodnovel comment avatar
dodek ana
sdh beli mobil brrti si Tomi ya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Muak

    ***"Siapa lagi, Yu Eni ... ya menantumu itu toh," celetuk Diah tanpa aling-aling. Ia seakan ingin memancing emosi Eni saat ini. "Aneh aja ya kan, kemarin lusa Bapak Ibunya Gina datang, eh tau-tau hari ini Kusaini pulang bawa Gina ngakunya sudah menikah kemarin di rumah si wanita. Aku jadi curiga ....""Jangan sibuk mengurus keluargaku, urus saja anakmu yang tidak mau mengakui darah dagingnya sendiri itu. Dan ya, cari menantumu Yu Diah, jangan-jangan dia hilang digondol wanita yang lebih tegas dan cantik. Nggak kaya anakmu yang belepotan dandanannya tapi emaknya jago nyinyir!"Diah dibuat melongo oleh balasan menohok dari Eni. Anak Diah memang baru berusia 23 tahun, tapi gemar sekali berdandan dan terlihat sedikit menor untuk wanita seusianya. Apalagi kabar tentang menantunya tidak pernah jelas. Setelah menikah dan Arum-- anak Diah melahirkan, menantunya pergi dan tidak pernah lagi kembali hingga saat ini. Itulah yang mendasari sikap Diah begitu membenci para pasangan yang saling menc

    Last Updated : 2022-04-30
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Siapa pelakunya

    ***Hari berganti bulan ... Kandungan Halimah sudah semakin terlihat. Teringat saat acara syukuran tiga bulanan, Diah dibuat mati kutu dengan kabar kehamilan Halimah yang tiba-tiba sudah menginjak usia empat bulan.Vano mulai menjalankan bisnisnya di kota sebelah, kota yang tidak terlalu jauh dari kampung tempat tinggalnya sekarang. Berkat doa istri, orang tua dan mertuanya, bisnis yang kembangkan berjalan pesat. Tempat cuci mobil yang cukup besar itu tidak pernah sepi pengunjung.Tomi sudah kembali ke kota sejak tiga Minggu yang lalu. Dia ingin menghindari Gina karena setiap hari harus dibakar cemburu melihat kebersamaan Gina dan Kusaini."Sehat-sehat ya, Hal. Jangan terlalu lelah, bahaya kalau masih trimester pertama begini," kata Bu Gun sembari mengusap perut Halimah lembut."Halah! Dulu juga aku hamil malah banyak gerak, Bu Gun. Kalau terlalu banyak rebahan dan malas, bisa-bisa lahiran Caesar nanti. Awas, belum jadi Ibu kalau belum bisa lahiran normal!" cerocos Diah. "Lihat tuh, A

    Last Updated : 2022-04-30
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menculik Tirta

    ***"Handoko ...."Mata Tomi tertutup rapat dan setelahnya dia tidak ingat apa-apa lagi.Tring ... Tring ... Tring ...."Assalamualaikum.""Selamat siang, Bu. Dengan kerabat saudara Tomi?"Dada Halimah berdegup kencang mendengar nama disebut."Saya adiknya, Pak. Maaf kalau boleh tau kenapa, ada apa dengan Kakak saya?"Halimah menutup mulut seraya menangis saat mendengar penjelasan dari salah seorang petugas kepolisian. Setelah menerima informasi tentang keadaan Tomi, gegas dia menutup telepon dan menekan nomor Vano saat itu juga."Assalamualaikum, Dek. Tumben siang-siang telepon. Nggak tidur?""Mas ... Mas Tomi, Mas ...."Vano yang sedang merekap data pemasukan bulan ini di tempat pencucian mobil dan motor yang dia miliki seketika menghentikan aktifitasnya. Dia menyimak kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir Halimah."Mas pulang sekarang juga. Kamu yang tenang ya!"Halimah mengangguk. Setelah sambungan telepon terputus, dia segera berlari menemui Bapak dan Ibunya yang sedang beri

    Last Updated : 2022-04-30
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Tirta yang Malang

    ***Vano berpikir keras untuk mengambil tindakan. Jika mereka pergi ke kota sekarang, maka nasib buruk ada pada Tirta, tapi jika dia menunda keberangkatan ke kota, khawatir Tomi sedang menunggu keluarganya datang. Tidak bisa dipungkiri, mereka tentu cemas dengan keadaan Tomi yang belum jelas sekarang."Tapi kita buru-buru ke kota, Mbak," kata Halimah. "Mas Tomi butuh kami, bagaimana kalau ada apa-apa dengannya?"Astri menangkupkan tangannya di wajah. Dia menangis karena merasa tidak ada lagi yang bisa membantunya selain keluarga Tomi."Sebentar saja kita jemput Tirta, Hal. Bantu aku ... aku tidak tau harus minta bantuan pada siapa?" Halima menghela napas kasar, nampak Leha dan Karim yang juga merasa kurang nyaman dengan permintaan tolong Astri. Bagaimanapun, mereka dulu pernah berada di situasi yang sama. Tomi menculik Tirta dan Ayah kandungnya sendiri demi menyelamatkan bocah itu dari kebengisan Handoko. Dan sekarang, kejadian ini terulang lagi bahkan Tomi pun menjadi sasaran kedua

    Last Updated : 2022-05-01
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hati yang Mati

    ***Sementara di tempat lain ...."Siapa, Mas?" tanya Asvia sengit. "Dari Astri?" Bibirnya yang tipis terkesan mencibir. "Jadi dia sudah tau kalau Tirta di rumah kita?"Handoko mengangguk sembari memasukkan kembali ponsel ke dalam saku. Tidak ada banyak kalimat yang keluar dari bibir laki-laki yang kini sudah menginjak kepala empat itu. Tapi yang jelas, kemarahan menguasai dirinya karena Astri yang terdengar begitu berani melawannya."Pokoknya aku nggak mau kalau Tirta pulang ya, Mas. Kamu tau sendiri kan kalau aku ini habis lahiran, suka capek ... lelah. Kalau nggak ada Tirta, siapa yang mau bantuin aku bersih-bersih?" cecarnya sengit. "Pembantu sekarang itu mahal, kalau ada anakmu kenapa harus pakai pembantu. Iya kan?"Handoko mendengus kesal. Sebenarnya dia ingin marah dengan sikap sok mengatur yang Asvia tunjukkan. Tapi dia tidak bisa berbuat banyak, Handoko terlalu mencintai istrinya hingga membuat darah dagingnya sendiri menderita."Mas ....!" Asvia memekik saat melihat Handoko

    Last Updated : 2022-05-02
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Permintaan Gina

    ***Dada Eni naik turun mendengar ucapan menantunya. Dia tau jika apa yang sudah Kusaini lakukan adalah sebuah kesalahan, tapi membenci calon bayi yang tidak bersalah tetap saja tidak benar."Kamu sadar apa yang sudah kamu katakan, Gin?" cecar Eni. "Berdosa sekali jika kamu ....""Jangan membicarakan dosa padaku, Bu!" teriak Gina. "Apa Ibu tau seberapa dosa saat Mas Kus memaksaku melayaninya sementara kami bukan lagi suami istri? Apa Ibu merasakan apa yang aku rasakan saat mengetahui jika aku hamil sementara aku adalah seorang janda? Ibu pikir siapa yang paling berdosa disini, hah?"Gina menggebu-gebu membalas semua ucapan Eni yang terkesan memojokkannya. "Aku dulu mungkin sangat bersalah karena sudah mengkhianati Mas Kus, Bu. Tapi tidakkah Mas Kus bisa melihat jika aku sudah menyesali semuanya? Dan sekarang ... sekarang dia justru kembali membuatku menjadi wanita kotor. Aku benci dengan semua ini, Bu. Aku benci!"Rambut Gina terlihat acak-acakan karena kerap kali dia menariknya kuat

    Last Updated : 2022-05-03
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Penolong

    Dikira Miskin (111)***Astri mengendarai motor dengan menahan nyeri di kakinya. Sejak kecelakaan yang menyebabkan kakinya pincang, wanita itu sering mengeluh jika dirasa terlalu banyak bergerak. Dia menerobos jalanan menuju rumah Handoko. Tidak bisa dibayangkan bagaimana pedihnya Tirta menjalani hari-hari di rumah Papanya."Buka pagarnya!" teriak Astri di depan rumah berpagar putih. "Tirta ... keluar, Nak! Mama di depan!"Mendengar teriakan Astri, seorang satpam berbadan tegap gegas keluar dari pos penjagaan dengan membawa sebuah pentungan panjang."Cari siapa, Bu?""Biarkan aku masuk! Anakku ada di dalam, aku mohon," rengek Astri dengan menangis. "Tolong lepaskan anakku, jangan biarkan dia menjadi budak di rumah orang tuanya sendiri. Tolong ...."Satpam dengan paras sangar itu menarik napas dalam. Bayangan wajah anaknya berkelindan di matanya. Pasalnya, dia juga punya seorang anak perempuan seusia Tirta. Dia dibawa pergi oleh istrinya entah kemana. Enggan hidup miskin membuat istrin

    Last Updated : 2022-05-03
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kesalahan Tomi

    ***"Tirta dibawa ke rumah Handoko, Mas," papar Halimah ragu. "Sebelum kami berangkat kesini, Mbak Astri sempat datang meminta bantuan untuk membawa Tirta pergi dari rumah mantan suaminya, tapi kita tidak bisa ....""Kamu menolak membantu Astri, Hal?" sela Tomi. "Kenapa?"Leha mengusap lengan Tomi dengan lembut. "Bukan kita menolak, Nak. Tapi mendengar kabar kalau kamu masuk ke rumah sakit, kami tidak bisa mendahulukan Tirta sementara kamu disini menunggu kedatangan kami. Kamu mengerti?""Tapi bagaimana keadaan Tirta, Bu?"Mereka semua diam, hendak menjawab pun sepertinya sama-sama tidak tau bagaimana kabar Tirta saat ini. Melihat keluarganya yang bergeming lantas membuat Tomi merasa khawatir pada keadaan Tirta."Ada baiknya kamu tidak terlalu mencampuri urusan Astri dan anaknya, Tom," tutur Karim memecah keheningan.Tomi melengos. Dia tau keluarganya akan melarang untuk peduli pada Tirta lagi mengingat anak itu bukanlah darah dagingnya, apalagi ada Handoko yang sekarang jelas-jelas b

    Last Updated : 2022-05-04

Latest chapter

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status