Jangan lupa share gems kalian ya kakak ^^ Berikan dukungan cerita ini untuk lomba "Kebangkitan dia yang tertindas". Terima kasih ^^
Degup jantung Alicia telah berpacu dengan cepat. Tidak dapat dipungkiri jika ia merasa sangat gugup.Sejujurnya, Alicia masih belum siap untuk melakukan malam pertama bersama Reinhard. Meskipun ia dan pria itu sudah pernah melakukan hubungan intim sebelumnya, tetapi hal itu tentu saja berbeda dengan situasinya saat ini.“Tapi, tidak ada salahnya kan kalau kalian melakukan malam pertama di sini? Mama dan Papa tidak akan mengintip kok.” Selina masih belum menyerah untuk membujuk putranya.Namun, sang suami─Reagan langsung menghentikan kekonyolan istrinya sembari berdeham pelan, “Istriku, aku rasa mereka tidak akan leluasa kalau melakukannya di sini. Jadi, biarkan mereka pulang dan menikmati waktu mereka berdua.”Selina memanyunkan bibirnya. Namun, ia memahami maksud dari suaminya dan akhirnya berkata dengan berpura-pura pasrah, “Baiklah. Kalian pulanglah.”Netra Reinhard melirik ayahnya sekilas, lalu ia tersenyum simpul seolah berterima kasih atas dukungannya tadi. Ketika Reinhard bernia
Reinhard baru saja memarkir mobilnya dengan sempurna di lahan parkir apartemen. Saat akan keluar, dia melihat istrinya masih duduk di kursi penumpang. "Turunlah. Kita sudah sampai, Anya," ucap Reinhard, sambil membuang pandangannya ke luar. Namun, istrinya tidak merespons. Setelah beberapa detik, Reinhard baru menyadari bahwa wanita itu sudah tertidur. Sepanjang perjalanan tadi istrinya itu memang hanya berbicara beberapa patah kata sehingga Reinhard tidak menyadari sejak kapan wanita itu terlelap.Selama berada di Mansion Raffles tadi, Reinhard dapat melihat ketegangan yang dirasakan istrinya sehingga ia berpikir jika wajar wanita itu sekarang merasa sangat lelah. Berinteraksi dengan orang tuanya dan para tamu dari keluarganya pastilah sangat menguras tenaga dan pikiran istrinya tersebut.Tadi wanita itu sudah berusaha sebaik mungkin untuk bersandiwara agar tidak ada yang mencurigai hubungan mereka. Reinhard mengetahui dengan jelas betapa berat tekanan yang dialami istrinya itu, m
“Apa kamu yakin tidak ada pemeriksaan yang terlewatkan ataupun terjadi kesalahan dalam pemeriksaan itu?”Reinhard masih bertanya lebih rinci kepada Austin, mencari kepastian yang lebih kuat untuk menenangkan pikirannya.Austin hanya bisa menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Aku sudah memeriksa setiap detailnya. Tidak ada yang terlewatkan. Semua prosedur sudah diikuti dengan teliti. Aku bisa pastikan tidak ada kesalahan, kecuali ….”“Kecuali apa?” Netra Reinhard telah memicing tajam.“Kecuali sampel darah itu bukan sampel darah Tuan Besar Lorenzo,” jawab Austin sembari tersenyum tipis.“Tidak mungkin,” tukas Reinhard dengan penuh keyakinan. "Aku pastikan utusanku tidak akan melakukan kesalahan sebesar itu."Mendengar jawaban tersebut, Austin menimpali, "Kalau begitu, kamu hanya bisa menerima hasilnya, Rein."Akan tetapi, ekspresi Reinhard masih terlihat tidak puas. Austin hanya bisa menatapnya dengan penuh simpati dan rasa khawatir, "Aku tahu ini sulit, tapi mungkin sudah
Sudut bibir Reinhard terangkat tipis. “Aku tahu kamu sudah bangun. Tidak usah berpura-pura lagi,” lanjut Reinhard dengan nada rendah, suaranya terdengar lebih lembut dari yang diduga Alicia.Namun, Alicia masih setia memejamkan matanya. Ia hanya berusaha mempertahankan harga dirinya, tidak ingin Reinhard menginterogasinya atas kepura-puraannya ini.“Dasar wanita keras kepala.” Reinhard berdecak malas.Karena Alicia masih bersikeras untuk melanjutkan sandiwaranya sebagai “putri tidur”, Reinhard pun terpaksa menggunakan cara licik yang terlintas di dalam benaknya. Ia memutuskan untuk sedikit bermain dengan situasi tersebut.“Baiklah, karena kamu tidak mau bangun sendiri, sepertinya aku harus membangunkanmu dengan caraku,” ucap Reinhard dengan nada menggoda.‘Apa maksudnya?’ pikir Alicia, mulai panik.Sebelum Alicia sempat bereaksi lebih jauh, ia merasakan tubuhnya sudah diletakkan di atas ranjang. Diam-diam, Alicia merasa sedikit lega, tetapi jantungnya kembali berpacu cepat saat menyad
Reinhard menatap istrinya dengan intens. Netra wanita itu bersinar tajam seolah menunjukkan tekadnya yang bulat untuk menerima tantangannya.Reinhard pun tersenyum tipis melihat kegigihan yang membara dari istrinya tersebut. Padahal tadi ia hanya berniat mengujinya saja, tetapi ternyata wanita itu malah menanggapinya dengan serius.“Anya, aku─”Belum sempat Reinhard menyelesaikan ucapannya, Alicia telah menarik tengkuk belakangnya dengan cepat. Ia pun tertegun sesaat ketika merasakan bibir Alicia menempel pada bibirnya.Reinhard tidak menduga bahwa istrinya akan bertindak seberani itu. Ciuman itu penuh dengan keberanian dan gairah, meskipun ada sedikit keraguan yang tersirat dalam gerakan bibir wanita itu.Perlahan Alicia melepaskan tautan bibirnya dan menatap pria itu dengan tajam. “Kira-kira malam spesial seperti apa yang akan kamu berikan untukku? Apa kamu yakin bisa memberikannya?” balasnya atas tantangan pria itu.Reinhard, yang awalnya hanya ingin mempermainkan wanita itu, tidak
“Bagaimana keadaanmu? Apa kamu tidak mau izin saja hari ini?”Pertanyaan penuh perhatian dari Reinhard membuat Alicia, yang sedang sibuk mengunyah sarapan cepat saji di dalam mobil, berhenti sejenak.Mereka dalam perjalanan menuju kantor, dan karena tidak sempat sarapan di apartemen, Reinhard telah memerintahkan asistennya untuk membelikan makanan siap saji sebelum menjemput mereka. Hari ini mereka benar-benar terlambat ke kantor karena bangun kesiangan, sehingga sarapan cepat saji adalah solusi yang praktis.Alicia mengalihkan pandangannya dari kotak makanannya ke Reinhard. Ia dapat memahami kekhawatiran pria itu dan tersenyum tipis. “Hari ini baru hari keduaku bekerja. Apa menurutmu pantas kalau aku meminta izin?”“Aku tidak mau ada terdengar pembicaraan buruk lagi tentangku,” imbuh Alicia lebih lanjut.Satu alis Reinhard terangkat. “Apa kemarin ada yang berbicara buruk tentangmu?”Alicia tersentak, baru menyadari kalau ia telah mengungkapkan hal yang tidak seharusnya dibicarakan. I
“Owen, berhenti di sini," titah Alicia kepada asisten suaminya. Saat mendekati gedung Hernandez Group, tiba-tiba saja Alicia memutuskan untuk turun. “Tapi, turun di sini terlalu jauh, Nyonya. Anda bisa makin terlambat nanti,” ucap Owen seraya melirik wanita itu melalui kaca spion mobilnya. Alicia menghela napas pelan, matanya menatap kosong ke luar jendela. "Tidak masalah kalau terlambat sedikit daripada harus menunggu kamu berputar lagi, malah jadi lebih lama," ucapnya dengan nada yang terdengar datar. Meskipun jarak dari tempat ia turun saat ini memang sedikit lebih jauh seperti yang diucapkan Owen, Alicia lebih memilih berjalan kaki daripada harus menghadapi tekanan yang tidak mengenakkan di dalam mobil tersebut. Owen pun melirik tuan mudanya dari kaca spion. Mendapatkan anggukan kecil dari pria itu, Owen pun menepikan mobilnya. “Terima kasih, Owen,” ucap Alicia kepada asisten suaminya tersebut. Sebelum turun dari mobil itu, Alicia hanya melirik Reinhard sekilas. Namun, ia tid
“Akhirnya sampai juga,” gumam Alicia sembari menghela napas panjang. Ia baru saja tiba di depan lobi gedung Hernandez Group setelah berlarian dari jarak yang cukup jauh.Meskipun napasnya masih terasa berat, tetapi Alicia tidak memiliki waktu untuk beristirahat lebih lama. Ia pun bergegas masuk ke dalam gedung dan berlari kecil menuju ke arah lift.Ketika ia melihat salah satu lift yang hendak tertutup, ia pun bergegas menahannya dan melangkah cepat masuk ke dalam. “Syukurlah,” gumamnya seraya mengelus dadanya.Namun, belum sempat merasa lega sepenuhnya, Alicia mendengar seseorang berdeham keras di belakangnya. Ia pun menoleh dan terkejut ketika melihat sosok ayah mertuanya di dalam lift tersebut. Ternyata, lift yang dinaikinya adalah lift khusus direksi!Di dalam lift tersebut bukan hanya ada Reagan dan asistennya, Hans Miller, tetapi juga Reinhard dan Owen. Keempat lelaki berbeda usia itu menatap Alicia dengan ekspresi yang berbeda.Seperti halnya kemarin, Alicia masih mendapatkan t
Siapa lagi yang bisa mengubah suasana hati Reinhard secepat ini jika bukan istri tercintanya, Alicia Lorenzo?Ternyata, wanita itu sudah mengirimkan beberapa pesan untuknya tanpa ia sadari.Reinhard bergegas membuka pesan-pesan tersebut dan membacanya dengan penuh antusias.[Kamu lagi apa, Suamiku?][Kamu lagi sibuk?][Sesibuk-sibuknya kamu, jangan sampai lupa makan. Aku tidak ingin kamu sakit.][Kamu tidak rindu aku?][Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat bekerja.]Ketegangan yang dirasakan Reinhard seketika menguap saat membaca pesan singkat beruntun dari istrinya tersebut. Tanpa membuang waktu, ia langsung menekan nomor kontak wanita pujaannya itu dan melakukan panggilan video.Baru dering pertama, panggilan tersebut langsung terhubung. Akan tetapi, Alicia tidak menyalakan kameranya sehingga Reinhard tidak dapat melihat wajahnya.“Halo,” sahut Alicia di seberang teleponnya.“Sayang, kameramu belum on,” ucap Reinhard mengingatkan.“Aku memang sengaja,” timpal Alicia, t
Di ruang kerjanya yang berada di kantor pusat Divine, Reinhard duduk bersandar di kursinya, mendengarkan laporan dari Owen dan Ethan Millano, salah satu anggota tim khusus yang ia tempatkan di Nexus."Seperti yang Anda duga, proyek kerja sama ini memang mencurigakan," ujar Ethan dengan nada serius.Pria bertubuh kurus dan berpenampilan necis itu kembali melanjutkan, “Saya sudah menelusurinya dan sejak awal Tuan Muda Nicklah yang menerima kerja sama ini. Tapi, beliau tidak tahu kalau perusahaan rekanan ini sangat bermasalah.”Reinhard, yang sejak tadi bersandar di kursinya, menyipitkan mata. “Teruskan.”Ethan mengeluarkan beberapa dokumen dan menyerahkannya kepada Owen, yang kemudian meneruskannya kepada Reinhard. “Perusahaan rekanan ini, Vega Tech, sebenarnya hanya sebuah perusahaan cangkang. Tidak ada proyek besar yang pernah mereka tangani sebelumnya, dan sumber pendanaan mereka juga tidak jelas.”Reinhard membuka dokumen itu dan meneliti setiap lembarannya. Dahinya berkerut saat me
“Nexus, ya?” Liliana tiba-tiba ikut menimpali. “Tadi Tante juga sempat lihat beritanya di TV. Sepertinya lagi jadi trending topic.”Mendengar hal tersebut, Alicia segera mengambil remote televisi dan mencari saluran berita yang sedang tayang. Amora, Liliana, dan Winny ikut memperhatikan layar dengan penuh rasa ingin tahu.Tak lama, sebuah berita bisnis muncul di layar. Seorang reporter sedang berbicara dengan latar belakang gedung tinggi yang memiliki logo Nexus di bagian depannya.“… pengambilalihan mendadak ini mengundang banyak spekulasi di antara para pebisnis. Walaupun Reinhard Xavier Hernandez tidak membuat pernyataan secara langsung, tetapi kehadirannya di Nexus memicu asumsi mengenai perubahan kepemilikan perusahaan tersebut.”Alicia terpaku menatap layar televisi tersebut. Wajah Reinhard disorot oleh kamera media. Pria itu berjalan keluar dari gedung Nexus dengan pengawalan ketat dan mengabaikan semua pertanyaan dari para wartawan.“Kamu beruntung dapat pria hebat, Alicia,” p
“Nenek, bagaimana keadaanmu?”Suara riang Amora terdengar memenuhi ruangan saat ia masuk bersama ibu mertuanya, Liliana Ritter.Alicia dan neneknya langsung menoleh bersamaan. Melihat kedatangan mereka, Alicia segera bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Amora dan menuntun langkahnya menuju tempat duduknya tadi.“Terima kasih, Alicia,” ucap Amora seraya tersenyum kecil dan menatap adik iparnya dengan seksama.Ia kemudian terkekeh kecil. "Kalau dipikir-pikir, kamu benar-benar sudah dewasa sekarang. Sudah tahu bagaimana merawat orang lain."Alicia terkejut dengan pujian itu. "Ka-Kak Amora?" Wajahnya langsung memerah.Amora tersenyum penuh arti. Ia ingat betul, dulu saat ia masih mengandung Ryuji, Alicia hampir tak pernah menunjukkan kepedulian seperti ini."Memangnya dulu aku seburuk itu sampai Kakak harus menggodaku begitu?" gerutu Alicia, pura-pura kesal."Aku memujimu, Alicia," sahut Amora seraya memutar bola matanya.Liliana Ritter, yang sejak tadi meletakkan barang bawaannya di
Reinhard menghentikan langkahnya sejenak di dekat parkiran mobil setelah berada di luar rumah terlantar tersebut. Ia menoleh sekilas ke arah bangunan yang kini bergema oleh jeritan putus asa Edwin.Owen, yang berdiri di sampingnya, melirik ekspresi dingin Reinhard sekilas sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, “Tuan Muda, apa Anda percaya dengan ucapan Edwin tadi?”Reinhard menghela napas pelan, tatapannya masih terpaku pada rumah itu. "Percaya atau tidak, dia pantas mendapatkan semua ini."Owen meneguk salivanya dengan kasar, lalu mengangguk pelan. Ia dapat memahami kebencian Reinhard terhadap Edwin, mengingat semua hal yang dilakukan pria itu pada Alicia selama tiga tahun ini.Owen melirik darah Edwin yang masih menempel pada telapak tangan tuan mudanya tersebut. Ia pun memberikan sapu tangannya kepada Reinhard dan kembali bertanya, “Apa Anda tidak ingin menanyakannya langsung kepada Nyonya mengenai masalah ini, Tuan Muda?”Reinhard menerima sapu tangan itu tanpa berkata apa-ap
“Jangan … jangan lakukan itu … aku benar-benar tidak tahu apa-apa ….”Edwin tergagap, suaranya gemetar, hampir tak terdengar. Matanya terpaku pada kilatan tajam ujung pisau yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang akan ia alami jika bilah itu merobek kulitnya.Seketika, Edwin tersentak ketika mata pisau menyentuh pipinya. Darah pun mengalir dari goresan tipis yang diberikan Reinhard pada wajahnya tersebut.Suara ringisan terdengar dari bibir Edwin tatkala pisau tersebut menyayat kulit wajahnya.. Air matanya pun perlahan mengalir. “Su-sudah kubilang … itu hanya kecelakaan. Waktu itu … aku terlalu mabuk dan aku─”Ucapan Edwin terhenti karena mata pisau tersebut telah beralih dan menancap di punggung tangannya. Suara erangan kesakitan lolos dari bibirnya, tubuhnya menegang sementara darah segar mulai merembes dari luka tersebut.Edwin berniat menarik tangannya, tetapi Reinhard malah menekan ujungnya semakin kuat. “Aarggh!” teriak Edwin.
“Aku juga bisa membuat seolah-olah kamu melarikan diri dari persidangan. Dengan begitu, polisi tidak akan mencurigai apa pun,” lanjut Reinhard dengan nada santai. "Bagaimana? Tidak ada lagi yang perlu kamu cemaskan, bukan?" Edwin menggeram, napasnya memburu karena kemarahan yang meluap-luap. “Kau …!” Tanpa berpikir panjang, Edwin mencoba menerjang ke arah Reinhard, tetapi sebelum sempat menyentuhnya, Owen sudah lebih dulu bertindak. Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Edwin, membuatnya terhuyung ke belakang. Rasa sakit menyebar dari rahangnya hingga ke kepala. Sebelum Edwin sempat bereaksi, tangan kuat Owen segera mencengkeram kerah bajunya, lalu menariknya ke tepi kolam. “Lepaskan aku!” teriak Edwin, memberontak histeris. Owen menghempaskan tubuh Edwin dengan kuat hingga wajah pria itu menghantam besi di pinggiran kolam. Darah pun mengucur deras dari hidungnya. Reinhard telah berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke tepi kolam. “Owen, cukup,” cegahnya saat melihat a
“Reinhard Hernandez … ter-ternyata kamu ….” Perlahan rahang Edwin mengatup erat. Sorot matanya yang dipenuhi kebencian, menatap Reinhard dengan tajam. Ia tidak akan pernah lupa bagaimana dirinya dipermalukan dan dihancurkan di acara pernikahannya beberapa hari lalu. Amarah di dalam diri Edwin pun meledak. Ia berniat bangkit dan menyerang Reinhard,. Akan tetapi, pria itu baru menyadari jika dirinya dalam kondisi terikat. Salah seorang bawahan Reinhard juga langsung menekannya kembali ke kursi dengan kuat. "Lepaskan aku!" Edwin menggeram, meronta sekuat tenaga. Namun, cengkeraman pengawal Reinhard tersebut tidak memberinya celah sedikit pun. Tanpa peringatan, sebuah tinju pun mendarat telak di perutnya. Edwin tersentak, mengerang kesakitan. Tubuhnya hampir terjungkal ke belakang, tetapi bawahan Reinhard tersebut segera menarik kerah bajunya, membuatnya tetap duduk. Rasa sakit membuat Edwin terdiam selama beberapa saat. Namun, ketika ia bisa bernapas teratur kembali, ia melontarkan
Setelah tiga jam membahas beberapa perkembangan dan proyek yang dilakukan Nexus, akhirnya pertemuan tersebut pun berakhir. “Serahkan laporannya kepada tim saya dan silakan kembali ke ruangan masing-masing,” ucap Reinhard sebelum berdiri dari tempat duduknya. Tanpa menunggu tanggapan semua orang, Reinhard langsung melangkah keluar, diikuti oleh Owen. Begitu pintu ruangan tertutup kembali, semua orang pun menarik napas lega. Selama rapat berlangsung, mereka merasa sedang mengikuti interogasi daripada diskusi bisnis. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan baru yang diambil oleh Reinhard membuat mereka yakin Nexus dapat kembali bangkit di bawah kepemimpinan Reinhard. Sayangnya, tidak semua orang berpikiran yang sama. Ada beberapa orang yang merasa terancam, tetapi mereka hanya bisa menyembunyikan kegelisahan mereka di balik ekspresi tenang dan mencoba mencari cara untuk mendapatkan kepercayaan Reinhard. Saat Reinhard turun ke lobi, matanya menangkap kerumunan wartawan yang sudah menunggu